Efektivitas Pengolan Limbah
Efektivitas Pengolan Limbah
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pabrik CRM (Cold Rolling Mills) PT. Krakatau Steel berupaya
mengurangi dampak negatif pembuangan limbah industri yang dihasilkan dari
kegiatan produksi dengan mendirikan suatu Instalasi Pengolahan Air Limbah
yang biasa disebut dengan RTP (Reject Treatment Plant). Kegiatan pengolahan
air limbah ini dilakukan secara manual dengan menggunakan pengolahan kimiawi
(koagulasi dan flokulasi). Penambahan bahan kimia dalam pengolahan air limbah
ini mampu menekan atau mengurangi tingkat pencemaran di pabrik CRM PT.
Krakatau Steel.
Reject Treatment Plant (RTP) di pabrik CRM mempunyai dua saluran
influent yaitu untuk limbah asam dengan debit 12-15 m3/jam yang dihasilkan dari
proses CPL (ARP), dan saluran effluent untuk limbah basa dengan debit 80, 100,
120 m3/jam yang dihasilkan dari proses basa (selain proses CPL). Limbah asam
ada yang dimasukkan ke Acid Effluent Storage untuk asam pekat, dan ada yang
langsung dimasukkan tangki pH Adjustment untuk asam encer. Sedankan limbah
basa dimasukkan ke tangki presettler
Limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi pabrik CRM meliputi
limbah asam yang sebelumnya telah mengalami regenerasi di ARP (Acid
Regeneration Plant) dan limbah basa yang langsung dialirkan ke RTP. Dari
proses pengolahan di RTP tersebut , dihasilkan 3 jenis limbah yang telah
mengalami pengolahan dan penurunan kontaminan-kontaminan, berupa oil yang
dimanfaatkan kembali oleh divisi HSE, lumpur yang telah di Filter Press
langsung dibuang dengan bucket truck ke dumping area guna dimanfaatkan
kembali oleh pabrik semen sebagai substitusi pasir besi atas jasa PT. Sankyu dan
juga air yang langsung dibuang ke kanal setelah dilakukan pH monitor dan
pengurangan parameter-parameter lainnya.
1.2 Tujuan
II METODOLOGI
Untuk mengetahui efektifitas IPAL, dilakukan pengumpulan data series,sehingga
dapat diketahui kualitas air limbah yang diolah secara rutin. Data dari bulan April
s/d Juni 2013
III. HASIL
3.1 Parameter yang Diukur
Parameter pencemar yang diukur pada saluran pembuangan (effluent) di
pabrik Cold Rolling Mill (CRM) diantaranya adalah :
suhu,
TDS (Zat padat terlarut),
TSS (Zat padat terlarut tersuspensi),
pH,
Fe,
Mn,
Nitrat,
Nitrit,
COD, dan
H2S.
Gambar 1. Kandungan TDS Air Limbah RTP CRM Bulan April - Juni 2013
Total suspended solid atau padatan tersuspensi total (TSS) residu dari
padatan total yang tertahan oleh saringan dengan ukuran partikel maksimal 2μm
atau lebih besar dari ukuran partikel koloid. Yang termasuk TSS adalah lumpur,
tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, bakteri dan jamur. TSS umumnya
dihilangkan dengan flokulasi dan penyaringan. TSS memberikan kontribusi
untuk kekeruhan (turbidity) dengan membatasi penetrasi cahaya untuk fotosintesis
dan visibilitas di perairan. Sehingga nilai kekeruhan tidak dapat dikonversi ke
nilai TSS. Hasil pengamatan TSS pada 3 bulan antara April s/d Juni seperti
diperlihatkan pada table berikut
Tabel 2. Kandungan TSS Air Limbah RTP CRM Bulan April – Juni 2013
Bulan Hasil Lab Nilai Ambang
April 30 400
Mei 53 400
Juni 62 400
Sumber : Data Pemantauan Air Limbah PT. Krakatau Steel
Gambar 2. Kandungan TSS Air Limbah RTP CRM Bulan April – Juni 2013
TSS dalam air buangan pabrik CRM masih jauh di bawah baku mutu
Lingkungan, yaitu 400 mg/l. Hal ini dapat menunjukan bahwa RTP sudah mampu
mengurangi TSS dengan baik dan air olahan aman dibuang ke kanal. Proses pada
unit koaguasi, flokulasi, sedifloat berperan dalam mengurangi suspended solid.
Selain itu unit lamella settler juga berperan dalam penurunan konsentrasi TSS.
Proses koagulasi dan flokulasi dapat memudahkan dalam pemisahan suspended
solid dengan air. Pada praktek di lapangan pemberian koagulan dan flokulan
cukup dilakukan dengan melihat secara kasat mata terjadinya pembentukan flok-
flok. Apabila flok-flok sudah terbentuk, maka injeksi koagulan dan flokulan
dihentikan atau debit diperkecil. Namun, sebenarnya prosedur ini memiliki tingkat
ketelitian berbeda tergantung operator yang berada di lapangan. Masih ada
kemungkinan terjadi injeksi yang kurang ataupun berlebih, sehingga pemakaian
koagulan dan flokulan tidak efisien. Namun, melihat nilai TSS pada grafik, dapat
dikatakan metode ini cukup efektif dalam mengatasi masalah suspended solid.
Jika ingin lebih mengefisienkan penggunaan koagulan dan flokulan, perlu
dilakukan jartest.
Proses sedimentasi dan flotasi pada tangki sedifloat juga berfungsi sebagai
pemisahan suspended solid tahap selanjutnya. Proses flotasi dengan menggunakan
2 jet pressure yang menggunakan clear water hasil pengolahan sudah cukup tepat
dan efektif, karena mempermudah mengapungnya partikel-partikel ringan.
Namun, hal ini justru mengurangi keefektifan proses sedimentasi, karena partikel
yang seharusnya mengendap malah ikut terapung.
Lamella settler adalah unit terakhir yang berperan dalam penyisihan suspended
solid, karena unit ini menyaring partikel-partikel yang ikut terbawa setelah proses
sedimentasi dan flotasi di tangki sedifloat.
3) pH
Gambar 3 . Kandungan pH Air Limbah RTP CRM Bulan April - Juni 2013
V. KESIMPULAN
1. RTP CRM mampu menurunkan nilai TDS, TSS dan pH yang terdapat
dalam air buangan proses produksi pabrik CRM
2.. Berdasarkan hasil analisa dari laboratorium lingkungan, air buangan dari
RTP sudah memenuhi baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri sesuai
dengan yang ditetapkan oleh KepMen LH No. KEP-51/MENLH/10/1995
3. Teknologi yang digunakan dalam pemantauan lingkungan yang dilakukan
oleh divisi HSE menunjukan efektifitas kerja yang baik.
4. Diperlukan pengawasan dan pemantauan yang ketat terhadap air buangan
yang keluar dari setiap pabrik agar selalu berada pada ambang batas dari
baku mutu yang ditetapkan, terutama pabrik CRM karena pabrik ini
dilakukan proses pengolahan limbah.
5. Pengurasan dan maintanance peralatan sebaiknya dilakukan secara teratur
serta diperlukan koordinasi dari setiap pihak/divisi terkait limbah untuk
mengolah limbah secara bersama-sama untuk menjada kualitas effluent
dari Reject Treatment Plant.
Daftar Pustaka
1. Wardhana . 2012. Parameter Kualitas Limbah Cair, diunduh dari http://cai-
sl.blogspot.com/2012/07/parameter-kualitas-limbah-cair.html
2. KemenLH . 1995. KepmenLH No KEP- 51/MENLH/10/1995 : tentang
Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Industri .diunduh dari
http://hukum.unsrat.ac.id/lh/menlh_51_1999.pdf
3.