Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PEMBERIAN MP-ASI BISKUIT DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG

TEMPE TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN ANAK USIA 12-24 BULAN

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Terapan Gizi

Oleh :

Melisa Agustin

PO.71.31.1.15.016

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV GIZI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN

PALEMBANG

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam cakupan global, diperkirakan 35% dari kematian anak terjadi pada usia
balita dan lebih dari dua pertiga dari kasus tersebut, sering kali dikaitkan dengan
praktik pemberian makan yang tidak sesuai dan terjadi dalam tahun pertama
kehidupan. (Yalew, 2014). Malnutrisi menyebabkan terhambatnya jutaan anak
mencapai potensi intelektual dan produktivitas. Malnutrisi menyebabkan anak-anak
lebih rentan terhadap penyakit. (Ismail & Suffla, 2013).

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi balita gizi kurang
(balita yang mempunyai berat badan kurang dengan indikator BB/U) secara nasional
adalah sebesar 17,9 persen diantaranya 4,9 persen yang gizi buruk, pada tahun
2010 bayi yang mendapat ASI dan MP-ASI dini (parsial) sebesar 81,54%. Prevalensi
gizi kurang meningkat menjadi 19,6 persen pada tahun 2013. Status gizi di Indonesia
sebagian memang sudah baik, namun masih terdapat anak yang memiliki gangguan
status gizi seperti gizi buruk, gizi kurang dan status gizi lebih.

Hasil laporan bulan penimbangan berdasarkan indikator BB/U Kota


Palembang bulan November tahun 2017, di Kecamatan Sukarame wilayah kerja
Puskesmas Sukarame prevalensi balita gizi kurang sebesar 10,5%. Berdasarkan data
tersebut jumlah kejadian balita gizi kurang wilayah kerja Puskesmas Sukarame lebih
besar dibandingkan di seluruh puskesmas di Kota Palembang yaitu sebesar 2,1% .

Masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang pesat diistilahkan sebagai


“periode emas” dan juga “periode kritis” terjadi pada usia 0-24 bulan, hal tersebut jika
tidak dimanfaatkan dengan baik akan menyebabkan terjadinya kerusakan yang
bersifat permanen (window of opportunity), akibatnya tidak hanya pada pertumbuhan
fisik, tetapi juga pada perkembangan mental dan kecerdasan anak. (Septiari, 2012).

Gizi adalah salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan
kesejahteraan manusia. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan
zat gizi optimal terpenuhi (Sari, 2010). Salah satu hak dasar anak yang harus dipenuhi
adalah pemenuhan gizi. Pada usia 6 bulan, selain ASI bayi mulai bisa diberi makanan
pendamping ASI, Karena pada usia itu bayi sudah mempunyai reflex mengunyah
dengan pencernaan yang lebih kuat (Ferreira, 2012).

WHO/UNICEF di dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding
merekomendasikan empat hal penting yang harus dilakukan agar pertumbuhan dan
perkembangan pada anak terjadi secara optimal yaitu pertama memberikan air susu
ibu kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan
hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai
bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI)
sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian
ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Rekomendasi tersebut menekankan,
secara sosial budaya MP-ASI hendaknya dibuat dari bahan pangan yang murah dan
mudah diperoleh di daerah setempat (indigenous food) (Depkes, 2006).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP ASI) biskuit terbuat dari campuran
terigu, margarin, gula, susu, lesitin kedelai, garam bikarbonat, dan diperkaya
dengan vitamin dan mineral serta ditambah dengan penyedap rasa dan aroma
(flavour). Biskuit MP ASI biasanya dibuat dari bahan dasar tepung terigu atau tepung
lain seperti serealia, kacang-kacangan, biji-bijian yang mengandung minyak, dan
bahan makanan lain yang sesuai. Bahan-bahan yang digunakan harus bermutu,
bersih, aman dan sesuai untuk bayi dan anak berusia 6-24 bulan. Proses
pengolahannya harus mengikuti cara produksi makanan bayi dan anak. Zat gizi yang
terkandung dalam biskuit bayi harus dapat mendampingi ASI untuk mencapai
kebutuhan gizi pada bayi dan balita (SK Menkes 2007). MP Asi biskuit juga harus
bertekstur renyah sehingga pada saat dicampur air menjadi lembut. Biskuit bayi
sebagai MP-ASI berdasarkan SNI 01-7111.2-2005 dipersyaratkan mengandung
energi minimum 400 kkal/100 g dengan kadar protein minimum 6% dan kadar vitamin
A minimum 250 RE/100 g.

Kedelai merupakan komoditas yang kaya akan protein. Berperan sebagai


sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi
masyarakat, karena selain aman bagi kesehatan juga sebagai sumber protein yang
paling murah di dunia dibandingkan dengan sumber protein lainnya. Dalam kelompok
tanaman pangan di Indonesia, kedelai merupakan komoditas terpenting ketiga
setelah padi dan jagung, disamping sebagai bahan pakan dan industri olahan.
Kebutuhan akan kedelai terus meningkat seiring dengan kesadaran masyarakat
tentang makanan sehat. Ketersediaan kedelai di Indonesia menjadi penting karena
hampir 90% digunakan untuk bahan pangan. Contoh produk hasil olahan non
fermentasi modern adalah tempe, tepung kedelai, daging tiruan, dan minyak kedelai.
Sedangkan contoh produk fermentasi modern antara lain yoghurt kedelai atau disebut
juga soyoghurt dan keju kedelai. (Ir Atman, 2014)

Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat


Indonesia sebagai sumber protein nabati. Selain rasanya enak, harganya juga sangat
terjangkau. Berbagai penelitian juga membuktikan bahwa kandungan gizi yang
terkandung di dalam tempe masih cukup tinggi dan mudah dicerna dan diserap oleh
tubuh manusia. Akan tetapi, tempe merupakan hasil fermentasi yang tidak dapat
bertahan lama jika dibiarkan tanpa perlakuan pengawetan. Setelah beberapa hari,
tempe yang tidak diolah dan ditanganani lebih lanjut akan cepat mengalami
pembusukan. Salah satu cara untuk mencegah pembusukan sekaligus
memperpanjang umur simpan tempe tersebut adalah dengan mengolahnya menjadi
tepung tempe. Tempe yang sudah dijadikan tepung bisa dijadikan sebagai makanan
pendamping untuk bayi (Oktavia, 2012).

Studi sebelumnya, biskuit tempe dapat dijadikan makanan tambahan bagi anak
dengan status gizi kurang yaitu biskuit tempe kurma dijadikan alternatif makanan
PMT pemulihan bagi balita gizi kurang penderita TB maupun non penderita TB di
Kota Depok. (Fatmah, 2012)

Berdasarkan data yang diperoleh diperlukan upaya untuk mampu mencegah


terjadinya gizi kurang dan gizi buruk dengan memanfaatkan pangan lokal untuk
diolah menjadi makanan pendamping ASI dengan mengggunakan teknologi yang
sederhana, salah satunya dengan pemberian MP ASI Biskuit dengan substitusi
tepung tempe yang berpengaruh terhadap peningkatan berat badan anak usia 12-24
bulan.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut.
Adakah pengaruh pemberian MP-ASI Biskuit dengan subtitusi tepung tempe
terhadap peningkatan berat badan anak usia 12-24 bulan.

C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Mengetahui pengaruh pemberian MP-Asi Biskuit dengan subtitusi
tepung tempe terhadap peningkatan berat badan anak usia 12-24 bulan.

2. TUJUAN KHUSUS
1. Mengetahui karakteristik responden.
2. Mengetahui proses formulasi MP-Asi Biskuit dengan subtitusi tepung tempe
3. Menganalisis nilai gizi (Protein, Karbohidrat, lemak, dan kalori) yang dihasilkan
dari Formulasi MP-Asi Biskuit dengan subtitusi tepung tempe
4. Mengetahui perbedaa rata-rata perubahan berat badan responden sebelum
dan setelah pemberian MP-Asi Biskuit.

D. HIPOTESA PENELITIAN

Ada pengaruh pemberian MP-Asi Biskuit dengan Subtitusi Tepung Tempe


Terhadap Peningkatan Berat Badan Anak Usia 12-24 bulan.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Bagi peneliti

Merupakan pengetahuan baru dan wawasan penulis dalam


menerapkan teknologi pangan di Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi
Palembang.
2. Bagi Masyarakat

Sebagai masukan bagi masyarakat dalam pemanfaatan tepung tempe


yang dapat disubtitusi sebagai alternatif makanan pendamping Asi pada
formulas biskuit.

3. Bagi pendidikan
Sebagai masukan bagi Politeknik kesehatan Jurusan Gizi
Palembang dalam melengkapi referensi atau kepustakaan di bidang
teknologi pangan dan gizi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai