Bab I & 2 Proposal-1
Bab I & 2 Proposal-1
PENDAHULUAN
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskular. (Arif Muttaqin, 2008).
Stroke Iskemik adalah Stroke yang terjadi karena adanya sumbatan pada
pembuluh darah akibat pembekuan darah yang terdapat di otak atau pada arteri yang
menuju otak.
Di Amerika Serikat mencatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, setiap
empat detik dapat terjadi kematian akibat penyakit stroke. Tahun 2010, di negara
Amerika Serikat menghabiskan 73,7 juta dollar untuk membiayai tanggungan medis dan
rehabilitasi akibat stroke. Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki) menyebutkan, angka
kejadian stroke menurut data di RS sebanyak 63,52 per 100.000 penduduk yang usianya
di atas 65 tahun, sedangkan jumlah penderita stroke yang meninggal dunia lebih dari
125.000 jiwa (WHO, 2008)
Di Indonesia stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit
kanker dan penyakit jantung. Prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1000 penduduk, 60,7
persennya disebabkan oleh Stroke Non Hemoragik. Sebanyak 28,5% penderita meninggal
dunia dan sisanya mengalami kelumpuhan total atau sebagian. Hanya 15% saja yang
dapat sembuh total dari serangan stroke atau kecacatan (Nasution, 2013).
Menurut Hartanto (2009) insiden stroke akan meningkat secara eksponensial
menjadi dua hingga tiga lipat setiap decade diatas usia 50 tahun. Terdapat data yang
meyebutkan 1 dari 3 orang yang berusia 60 tahun akan menderita stroke. Data pada
penelitian ini menunjukan bahwa angka kejadian stroke tertinggi berada di usia 60 tahun.
Sedangkan kejadian stroke menurut jenis kelamin pada penelitian ini di temukan bahwa
72,7% terjadi pada lakilaki Dan 27,3% perempuan. hal ini disebabkan jenis kelamin juga
diartikan sebagai energi psikis yang bekerja, bergerak, bersifat dinamis selaras dengan
motif perilaku individu.
Menurut Kushartanti (2007) Pada proses menua di persendian dan tonus otot
terjadi penurunan produksi cairan sinovia. Kartilago sendi menjadi lebih tipis dan
ligamentum menjadi lebih kaku/kontraktur serta terjadi penurunan kelenturan
(fleksibilitas), sehingga dapat mengurangi gerakan persendian. Dengan adanya
keterbatasan pergerakan sendi dan berkurangnya pemakaian sendi dapat memperparah
kondisinya. Penurunan kemampuan muskuloskeletal dapat menurunkan aktivitas fisik
(physical activity) dan latihan (exercise), sehingga akan mempengaruhi dalam melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari. Latihan dan aktivitas fisik dapat mempertahankan
kenormalan pergerakan persendian, tonus otot dan mengurangi masalah fleksibilitas.
ROM (Range of Motion) merupakan indikator fisik yang berhubungan dengan fungsi
pergerakan, ROM dapat diartikan sebagai pergerakan maksimal yang dimungkinkan pada
sebuah persendian tanpa menyebabkan rasa nyeri. Latihan ROM (Range of Motion)
merupakan alternatif latihan yang dapat dilakukan dengan posisi duduk dan berdiri serta
pada posisi terlentang di tempat tidur.
Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas maka penulis memandang bahwa
melakukan asuhan keperawatan pada pasien Stroke sangatlah penting. Sehingga penulis
tertarik untuk memberikan “Asuhan Keperawatan Klien Stroke Iskemik dengan
Hambatan Mobilitas Fisik”
Menurut (Kusnandar, 2008) faktor - faktor resiko stroke adalah:
1. Faktor resiko tidak dapat dimodifikasi untuk stroke antara lain peningkatan usia, laki –
laki, ras (Amerika – Afrika, Asia, Amerika Latin) , Turunan.
2. Faktor resiko utama yang dapat dimodifikasi antara lain hipertansi, penyakit jantung
koroner, gagal ginjal, hipertropi ventrikel kiri, fibrilasiatrial.
3. Faktor resiko lainnya antara lain serangan iskemia sementara, DM, dislipidemia,
merokok.
Etiologi dari stroke adalah : hipertensi (50-60% kasus), angiopati amiloid pada
serebri (10%), infark pendarahan (10%), penggunaan anti koagulan dan obat – obatan
fibrinolik (10%), tumor otak (5%), malformasi vaskuler (5%). ( Retnosari, 2008 )
Manifestasi klinis dari stroke adalah pasien tidak dapat memberikan informasi yang
dapat dipercaya karena penurunan kemampuan kognitif atau bahasanya, pasien mengalami
kelemahan pada satu sisi tubuh, ketidakmampuan berbicara, kehilangan melihat,vertigo
atau jatuh, pasien biasanya memiliki berbagai pertanda disfungsi system syaraf pada
pemeriksaan fisik. ( Sigit, 2009 ).
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi asuhan keperawtan pada pasien stroke iskemik dengan hambatan
mobilitas fisik di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengkaji data pada pasien stroke iskemik dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang
Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien stroke iskemik dengan hambatan
mobilitas fisik di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
3. Menyusun rencana keperawatan pada pasien stroke iskemik dengan hambatan mobilitas
fisik di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
4. Melaksanakan intervensi keperawatan pada pasien stroke iskemik dengan hambatan
mobilitas fisik di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada pasien stroke iskemik dengan hambatan
mobilitas fisik di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Peneliti
Dapat mengaplikasikan ilmu dan teori yang telah diperoleh dalam asuhan keperawatan
pada pasien stroke iskemik dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang Mawar Kuning
Atas RSUD Sidoarjo.
1.4.2 Bagi Tempat Penelitian
1. Pendidikan
Sebagai masukan dan tambahan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masaah
keperawatan pada pasien stroke iskemik dengan hambatan mobilitas fisik di Ruang
Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
2. Rumah Sakit
Sebagai masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan
keperawtana khusunya pada pasien stroke iskemik dengan hambatan mobilitas fisik di
Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo.
1.4.3 Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Sebagai masukan terhadap perkembangan ilmu keperawatan dalam melakukan
penanganan dan pencegahan pasien stroke iskemik. Selain itu, sebagai referensi
perkembangan ilmu keperawatan yang akan datang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah
di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian.
Menurut WHO, stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang
jelas selain vaskular. (Arif Muttaqin, 2008).
Stroke Iskemik atau stroke non non hemorogik adalah Stroke yang terjadi karena
adanya sumbatan pada pembuluh darah akibat pembekuan darah yang terdapat di otak
atau pada arteri yang menuju otak.
2.1.2 Patofisiologi
Stroke di sebabkan oleh tidak adekuatnya aliran darah ke otak sehingga oksigen
yang di angkut oleh haemoglobin menjadi menurun, sementara oksigen berperan dalam
proses pemecahan glukosa menjadi energi. Akibat menurunnya suplai makanan tersebut,
sel - sel otak berpotensi mengalami kematian.
Kematian sel - sel otak berpengaruh terhadap penurunan fungsi dan kinerja dari
otak itu sendiri, otak memiliki 2 fungsi yaitu sensorik dan motorik, dan yang menjadi
tanda awal stroke adalah hemipiresis kontralateral. Kesulitan yang mungkin muncul
pertama kali tentu saja gangguan mobilitas fisik atau ketidakmampuan melakukan
aktivitas.
1. Pikiran
2. Kolesterol Tinggi
4. Diabetes Melitus
mencegah diabetes dengan cara yang benarPola makan dan gaya hidup yang tidak
sehat akan memicu munculnya keempat penyakit diatas. Hindari makanan dan jajanan
yang tidak sehat seperti gorengan, santan dan gula – gula. Ganti minyak sayur anda
dirumah dengan minyak jagung, perbanyak serat dan sayur serta hindari alkohol dan
merokok.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas
Menurut Tarwoto dan wartonah (2013), faktor2 yg mempengaruhi mobilitas antara lain:
a. Usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuro muskuler dan tubuh secara
proposional, postu, pergerakan dan reflek akan berfungsi secara optimal.
b. Kesehatan Fisik.
Penyakit, cacat tubuh dan imobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh.
c. Keadaan Nutrisi
Kurangnya nutrisi dapat menyebabkan kelemahn otot, dan obsitas dapat
menyebabkan pergerakan kurang bebas.
d. Emosi
Rasa aman, nyaman dan gembira, sedih dapat mempengaruhi aktivitas tubuh
seseorang.
e. Kelemahan Skeletal dan Neuromuskuler
Adanya abnormal postur seperti scoliosis, lordosis, dan kiposis dapat mempengaruhi
pergerkan.
f. Pekerjaan.
2.1.4 Etiologi
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis
bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut :
2. Emboli
2.1.5 Klasifikasi
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur, atau di pagi
hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadii iskemia yang menimbulkan hipoksia
dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder serta kesadaran umumnya baik.
1. Perjalanan penyakit/stadium.
a) TIA
Gangguan neurologis lokal yang terjadi selama beberapa menit sampai
dengan beberapa jam dan gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan
sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b) Stroke Involusi
c) Stroke Komplet
2.1.7 Komplikasi
a. Hipoksia serebral
c. Embolisme serebral
d. Pneumonia aspirasi
e. ISK, Inkontinensia
f. Kontraktur
g. Tromboplebitis
h. Abrasi kornea
i. Dekubitus
j. Encephalitis
k. CHF
2. MRI
3. Angiografi Serebri
4. USG Doppler
5. EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak
dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan
dari massa yang luas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada trombosis serebral;
kalsifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan subarakhnoid.
7. Pungsi Lumbal
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
menunjukkan adanya hemoragik pada subarakhnoid atau perdarahan pada
intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukkan adanya proses inflamasi. Hasil
pemeriksaan likuor yang merah biasanya dijumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal (xantokrom)
sewaktu hari-hari pertama.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a. Darah rutin
b. Gula darah
c. Urine rutin
d. Cairan serebrospinal
e. Analisa gas darah (AGD)
f. Biokimia darah
g. Elektrollit
2.1.9 Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut:
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
status kesehatan klien (Lyer et al,
1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, usia (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, agama, suku bangsa, tanggal dan jam masuk rumah
sakit, nomor register, dan diagnosa medis.
Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien untuk meminta bantuan,
kesehatan adalah kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi, dan penurunan tingkat kesadaran.
5. Aktivitas sehari-hari
a. Nutrisi
b. Minum
c. Eliminasi
6. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pasien pernah mengalami trauma kepala, adanya hemato atau riwayat operasi.
b. Mata
c. Hidung
d. Mulut
Adanya gangguan pengecapan (lidah) akibat kerusakan nervus vagus,
adanya kesulitan dalam menelan.
e. Dada
f. Abdomen
g. Ekstremitas
2.2.3 Perencanaan
Rencana Tindakan
1. Kaji faktor penyebab dari situasi /keadaan individu /penyebab koma /penurunan perfusi
jaringan dan kemungkinan penyebab peningkatan TIK.
R/ Suatu keadaan normal bila sirkulasi serebri terpelihara dengan baik atau fluktuasi
ditandai dengan tekanan darah sistemik, penurunan dari otoregulator kebanyakan
merupakan tanda penurunan difusi local vaskularisasi darah serebri. Dengan peningkatan
tekanan darah intracranial. Adanya peningkatan tekanan darah, bradikardi, distritmia,
dispnea merupakan tanda terjadinya peningkatan TIK.
3. Evaluasi pupil
R/ Reaksi pupil dan pergerakkan kembali dari bola mata merupakan tanda dari gangguan
4saraf jika batang otak terganggu. Keseimbangan saraf antara simpatis dan parasimpatis
merupakan respon refleks saraf kranial.
5. Pertahankan kepala /leher pada posisi yang netral, usahakan dengan sedikit bantal hindari
penggunaan bantal yang tinggi pada kepala.
R/ Perubahan kepala pada satu sisi dapat menimbulkan penekanan pada vena jugularis
dan menghambat aliran darah otak (menghambat drainase pada vena), sehingga dapat
meningkatkan tekanan intracranial
6. Berikan periode istirahat antara tindakan perawatan dan batasi lamanya prosedur.
R/ Tindakan yang terus menerus dapat meningkatkan TIK oleh rangsangan komulatif
R/ Aktifitas ini dapat meningkatkan tekanan intrathoraks /tekanan dalam thoraks dan
tekanan dalam abdomen dimana aktifitas ini dapat meningkatkan TIK.
8. Kurangi rangsangan ekstra dan berikan rasa nyaman seperti massase punggung,
lingkungan yang tenang, sentuhan yang ramah dan suasana /pembicaraan yang tidak
gaduh.
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 jam perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria Hasil : Klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang, GCS :
4,5,6, pupil isokor, refleks cahaya (+), TTV (nadi : 60 – 100 x / mnt, suhu : 36 – 36,70c,
RR : 16 – 20 x / mnt. Intervensi meliputi :
R/ Perubahan pada TIK akan dapat menyebabkan resiko terjadinya hemiasi otak.
4. Monitor TTV seperti TD, Nadi, Suhu, dan frekuensi pernapasan serta hati-hati
pada hipertensi sistolik
6. Bantu klien membatasi muntah, batuk, anjurkan klien untuk mengeluarkan napas
apabila bergerak atau berbalik di tempat tidur.
R/ Aktivitas ini dapat meningkatkan TIK dan intra abdomen. Mengeluarkan napas
sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri dari valsava.
R/ Batuk dan mengejan dapat meningkatkan TIK dan potensial terjadi perdarahan
ulang.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan napas yang berhubungan dengan akumulasi sekret,
kemampuan, batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, perubahan
tingkat kesadaran.
Kriteria Hasil : Bunnyi napas terdengar bersih, ronchi tidak terdengar, selang trakea
bebas sumbatan mengurangi batuk yang efektif, tidak ada lagi penumpukan secret di
saluran napas RR : 16 – 20 x / mnt.
Intervensi meliputi :
R/ Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi secret, sisa cairan mucus,
perdarahan bronco spasme dan atau posisi dan trakeostomi yang berubah
2. Evaluasi pergerakkan dada dan auskultasi suara napas pada kedua paru (bilateral)
R/ Pergerakkan dada yang simetris dengan suara napas yang keluar dari paru-paru
menandakan jalan napas tidak terganggu
3. Anjurkan klien mengenal teknik batuk selama pengisapan, seperti waktu bernapas
panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi
Tujuan : Dalam waktu 2 x 24 klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan
kemampuannya
Kriteria Hasil : Klien dapat ikut serta dalam program latihan, tidak terjadi kontraktur
sendi, meningkatkan kekuatan otot, klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan
mobilitas
Intervensi meliputi :
1. Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan, kaji
secara teratur fungsi motorik
3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak
sakit
R/ Gerakan aktif memberikan masa, tonus dan kekuatan otot serta memperbaiki
fungsi jantung dan pernapasan
6. Infeksi kulit bagian distal setiap hari. Pantau kulit dan membran mukosa terhadap
iritasi, kemerahan atau lecet-lecet
R/ Deteksi dini adanya gangguan sirkulasi dan hilangnya sensasi resiko tinggi
kerusakan integritas kulit kemungkinan komplikasi imobilisasi.
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Mawar Kuning Atas RSUD Sidoarjo pada
bulan Februari 2018.
Penelitian pada pasien diawali dengan penelitian kasus dan masalah keperawatan
yang akan dijadikan judul penelitian. Peneliti memilih judul asuhan keperawatan pasien
stroke dengan masalah hambatan mobilitas fisik, krmudian peneliti mengajukan judul ke
pembimbing untuk mendapatkan persetujuan. Setelah mendapat persetujuan peneliti
mengajukan surat ijin pengambilan data dan penelitian ke RSUD Sidoarjo. Setelah
mendapatkan surat ijin pengambilan data dan penelitian, peneliti ke RSUD Sidoarjo
untuk mengambil data pada pasien stroke. Dari data tersebut penulis memilih dua pasien
dengan diagnose keperawatan yang sesuai dengan kasus atau masalah yang
diangkatpeneliti kemudian memberikan surat persetujuan menjadi responden penelitian.
Setelah disetujui oleh pasien peneliti melakukan pengkajian membuat analisa data,
menentukan diagnose keperawatan, menentukan intervensi. Pengumpulan data diperoleh
dari data primer dengan wawancara dan data sekunder dari rekam medic yang akan
dilakukan asuhan keperawatan pada pasien stroke.
3.6 Metode dan Instrumen Pemngumpulan Data
Metode yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dengan metode observasi melalui
pemeriksaan fisik serta menggunakan alat-alat fisiologi seperti, tensi meter, stetoskop,
serta melihat hasil pemeriksaan penunjang pasien seperti pemeriksaan diagnostic.
Observasi berfungsi untuk mengetahui serta menganalisis kondisi yang terjadi pada
pasien dengan stroke yang menjalani perawatan.
1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dapat ditegakkan jika data-data yang telah ada di
analisa. Kegiatan pendokumentasian diagnosa keperawatan sebagai berikut:
a. Analisa data
Dalam analisa data mencakup data pasien, masalah dan
penyebabnya. Data pasien terdiri atas data subjektif yaitu data yang
didapat saat interaksi dengan pasien, biasanya apa yang dikeluhkan oleh
pasien, dan data objektif yaitu data yang diperoleh perawat dari hasil
pengamatan dan pemeriksaan fisik.
b. Menegakkan diagnose
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menegakkan diagnosa adalah PES
(Problem+Etiologi+Symptom) dan menggunakan istilah diagnose
keperawatan yang dibuat dari daftar NANDA.
3. Intervensi
Rencana keperawatan terdiri dari beberapa komponen sebagai berrikut:
a) Diagnosa yang diprioritaskan
b) Tujuan dan kriteria hasil
c) Intervensi
Intervensi keperawatan mengacu pada NANDA NIC-NOC.
4. Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a) Diagnosa keperawatan.
b) Tindakan keperawatan berdasarkan intervensi keperawatan.
c) Tanda tangan perawat pelaksana.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan terdiri dari beberapa komponen:
a. Tanggal dan waktu dilakukan evaluasi keperawatan.
b. Diagnosa kepoerawatan.
c. Evaluasi keperawatan.
d. Evaluasi keperawatan dilakukan dalam bentuk pendekatan SOAP.
3. Wawancara
4. Dokumentasi
a) Data primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari pasien seperti
pengkajian kepada pasien, meliputi: identitas pasien, riwayat kesehatan pasien, pola
aktifitas sehari-hari dirumah, dan pemeriksaan fisik terhadap pasien.
b) Data sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh langsung dari
rekam medik, serta dari dokumentasi di ruang rawat. Data sekunder umumnya berupa
bukti, data penunjang (pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan diagnostik), catatan
atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip yang tidak dipublikasikan.
Gangguan Komunikasi
Keterangan :
\ = Variabel diteliti
Tabel 3.2
Definisi Operasional Asuhan Keperawatan Pada Pasca Stroke Non Hemorogik dengan
Hambatan Pemenuhan Mobilitas Fisik
No Variabel Sub Variabel Definisi Alat Skala Sumber
. Operasional ukur data Data
1 2 3 4 5 6 7
1. Hambatan Upaya pasien Lembar Nominal Primer
Mobilitas melakukan observasi Ya
Fisik mobilisasi Tidak
dengan -
latihan ROM
untuk
mencegah
terjadinya
penurunan
fleksibilitas
sendi dan
ketakutan
sendi.
2. Asuhan 1. pengkajian Proses Format Primer
Keperawata pengumpulan pengkaji dan
n Stroke baik data an sekunder
Iskemik subjektif dan asuhan
dengan data objektif keperawa
hambatan serta riwayat tan
mobilitas kesehatan
fisik pasien untuk
menentukan
status
kesehatan
pada pasien
stroke dengan
gangguan
mobilitas fisik
2.Diagnosa Masalah Standar Primer
keperawtan Diagnosa dan
yang didapat keperawa sekunder
setelah tan
dilakukan Indonesi
pengkajian a tahun
data adalah 2016
gangguan
mobilitas fisik
3.Intervensi Rencana NIC dan Primer
keperawatan NOC dan
yang sekunder
ditetapkan
untuk
mencapai
tujuan dan
mengatasi
masalah
keperawatan
gangguan
mobilitas fisik
4.Implementa Tindakan NIC dan Primer
si keperawatan NOC dan
yang sekunder
dilakukan
sesuai dengan
perencanaan
yang sudah
ditetapkan
5,Evaluasi Penilaian Fomat Primer
pasien setelah Evaluasi dan
diberikan sekunder
asuhan
keperawatan,
melihat
tingkat
keberhasilan
yang telah
dicapai sesuai
dengan
criteria hasil.