PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. infeksi saluran kemih bisa juga
mengenai wanita dengan perentase kurang lebih 5-15%.
Infeksi saluran kemih pada kehamilan terdapat dua keadaan yaitu infeksi saluran
kemih yang menimbulkan gejala dan yang tidak menimbulkan gejala. Infeksi saluran
kemih terdapat beberapa klasifikasi yang akan kami jelaskan pada makalah ini.
1.3 Tujuan
1
3) Untuk menjelaskan patofisiologi infeksi saluran kemih
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. KONSEP DASAR
2.1 Defenisi
Infeksi saluan kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanay infeksi bakteri saluran
kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki –laki maupun perempuan dari
semua umur. Akan tetapi, secara jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering terinfeksi
dariapda pria dengna angka populasi umur, kurang lebih 5-15%
Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bakteri
dalam kultur/biakan urin dengan jumlah >105/ml.Terdapat 2 keadaan infeksi saluran
kemih pada wanita hamil, yakni infeksi saluran kemih yang menimbulkan gejala
(simptomatik) serta yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik).
Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih
a. Kandung kemih (sistitis)
2
b. Uretra (urethritis)
c. Prostat (prostatitis)
d. Ginjal (pieloneritis)
1. Bakteriuri simptomatik
Adalah infeksi saluran kemih yang disertai gejala klinis, seperti disuira hematuria,
nyeri di daerah simpisis, terdesak kencing (urgency), stranguria, tenesmus, dan
nokturia. Bakteriuri simptomatik umunnya dibagi lagi menjadi infeksi saluran kemih
bagian bahwah (sistitis), dan infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis).
2. Bakteriuri asimptomatik
Bakteriuri asimptomatik terjadi bila ditemukannya bakteri dalam biakan urin
dengan jumlah >105/ml dan tidak menimbulkan gelaja gejala klinis terinfeksi bakteri.
Kejadian bakteriuri asimptomatik terjadi pada 2-10% wanita hamil dan merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya komplikasi dalam kehamilan.10 Studi di Australia
menemukan, 7,4% dari 9734 wanita hamil yang diperiksa, menderitainfeksi saluran
kemih, dan 5,1% diantaranya menderita bakteriuri asimptomatik. Kejadian ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ras, usia ibu, dan penyakit komorbid. Insiden
teringgi bakteriuri asimptomatik terjadi pada wanita multipara Afrika-Amerika
dengan kelainan darah berupa sel sabit, sementara insiden terendah diderita oleh
wanita kulit putih dengan sosial ekonomi mampu dan paritas rendah.
Ibu hamil yang terdiagnosis bakteriuri asimptomatik memiliki risiko yang lebih
tinggi menderita pyelonephritis,dimana hal tersebut dapat meningkatakan risiko
prematuritas pada janin. Pada penelitian Schnarr ditemukan 7% insiden pyelonephritis
terjadi pada kehamilan trimester pertama, dan 67% pada kehamilan trimester kedua
dan ketiga. Sementara pada keadaan intrapartum ditemukan 8% dan 19% pada
postpartum. Kejadian ini dapat dihindari bila akteriuria asimptomatik diobati sampai
tuntas.
Terdapat banyak faktor yang bisa enyebabkan bakteriuria pada kehamilan yaitu
sosial ekonomi, ras, usia, penyakit penyerta, dan infeksi akterial vaginosis. Riwayat
infeksi saluran kemih sebelumnya juga menjadi salah satu faktor risiko infeksi saluran
kemih pada kehamilan.
3
2.2 Etiologi
Penyebab tersering infeksi saluran kemih yaitu Eschericia coli (80 – 90%). Selain
E. coli, banyak bakteri gram negatif lain yang dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih, yaitu Klebsilla Proteus, dan Enterobacter, tetapi bakteri-bakteri tersebut hanya
menyebabkan infeksi ringan. Selain bakteri tersebut diatas, bakteri gram positif juga
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, yaitu Staphylococcus saprophyticus
(10-15%)
2.3 Patofisiologi
Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita lebih
pendek dan memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen mudah
masuk ke uretra. Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi
herpes virus genital ditularkan melalui hubungan seksual selama periode simptomatik
maupun asimptomatik saat virus dilepaskan oleh pasangannya. Pecahnya lesi dapat
menyebabkan peradangan meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada mukosa
uretra. Beberapa genotip HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan.
Kutil intra uretra dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau
hematuria. Kutil yang menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan
ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana
masuknya agent atau mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu
dilakukan penggantian kateter dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar (yang
terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan dengan
lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar tersebut dan
bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran perkemihan.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat
4
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending
dan hematogen.
Secara asending yaitu:
- Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter).
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu :
adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.
Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra ke kandung kemih.
Ketika mengejan vesika urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin menuju
uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik dari uretra ke vesika urinaria. Dengan
baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri yang terdapat pada anterior uretra masuk ke
dalam saluran kencing.
Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin dari vesika urinaria atau
kandung kemih ke ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau
abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup yang membatasi ureter
dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik urin yang
terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.
5
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter. Hal ini
mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal (hidronefrosis) yang disebabkan
oleh jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal, neoplasma,
hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri pathogen
berkembang biak di dalam saluran kencing sehingga akan menginfeksi seluran kencing
tersebut.
Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab sehingga
bakteri pathogen berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan bakteri akan
masuk melalui meatus uretra dan naik ke saluran kemih bagian atas.
Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat buang air besar dapat
menyebabkan kontaminasi fekal pada traktus uretra. Mikroorganisme dari anus akan
naik ke uretra dan menginfeksi saluran-saluran urinaria. Cara membasuh yang benar
adalah satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke anus), bukan dari anus naik ke
kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.
Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melar atau
meregang, hal ini akan membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan
baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru selesai buang air
kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine yang tersisa
banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi. Tapi jika
akibat menahan tersebut membuat pompa kandung kemih memberikan tekanan yang
tinggi, maka bisa mengakibatkan kerusakan ginjal.
a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
a. Urinalisis
6
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin
melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara
umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih
sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah
dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi
tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat
dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik
dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain
karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya
urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun
non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran
kemih.
b. Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang
tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan
pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih
dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
1. Infeksi tuberculosis
2. Urin terkontaminasi dengan antiseptic
3. Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
4. Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
5. Nefrolitiasis
6. tumor uroepitelial
c. Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit
ginjal, antara lain:
7
1. Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis
atau vaskulitis ginjal.
2. Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik
untuk pielonefritis
3. Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut
atau pada gromerulonefritis akut
4. Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma
nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan proteinuria
nefrotik.
d. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik
dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
b. Bakteriologis
a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan
urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri
dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang
minyak emersi.
b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan
untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri
dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna
Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak sudah
dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin
8
yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan bahwa
ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin
masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga
masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum diobati atau tidak
menunjukkan adanya gejala ISK.
9
C. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk mebilas
mikroorganisme yan gmungkin naik ke uretra. Untuk wanita, harus membilas dari
depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feses.
2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
a. Batu saluran kemih
b. Obstruksi saluran kemih
c. Sepsis
d. Infeksi kuman yang multisystem
e. Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka
panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya
hipertensi dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan
menyebabkan:
a. Pielonefritis
b. Bayi premature
c. Anemia
d. Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
a) Retardasi mental pada bayi,
b) Pertumbuhan bayi lambat
c) Cerebral palsy
d) Fetal death.
2.7 Prognosis
Prognosis pada infeksi saluran kemih (ISK) simple terbilang sangat baik, dengan
pengobatan antibiotik yang tepat maka penderita dapat sembuh sempurna. Pada
beberapa wanita dapat mengalami episode ISK berulang, hal tersebut dihubungkan
dengan perilaku seksual, penggunaan spermisida, wanita dengan antigen spesifik pada
10
golongan darah tertentu. Pada ISK rumit dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat,
prognosis terbilang cukup baik. Kerusakan dari fungsi ginjal jarang namun mungkin
saja terjadi sebagai bagian dari komplikasi
11
Untuk mengatasi gangguan rasa nyaman pada pasien yang disebabkan oleh
Nyrei karena kerusakan jaringan intrauteri maka dilakukan kolaborasi
pemberian analgetik guna mengurangi rasa nyeri pada pasien.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Riwayat Keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
12
eliminasi urin - Bantuan perawatan diri
- Monitor cairan
- Manajemen cairan
- Kateterisasi urin
3. Defisit pengetahuan Tujuan : pasien/keluarga - Pengetahuan : proses
Definis : ketiadaan atau dapat mengerti dan penyakit
kurangnya informasi mengetahui tentang penyakit - Pengetahuan :
kognitif yang berkaitan yang diderita pasien manajemen infeksi
dengan topik tertentu - Pengajaran : proses - Pengetahuan :
penyakit manajemen nyeri
- Kontrol infeksi
- Manajemen nyeri
C. Tindakan pembedahan/operasi
Tindakan operasi untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih pada ibu hamil
sebenarnya sangat jarang dilakukan. Kondisi ini dilakukan hanya jika dokter
menemukan adanya faktor patologis yang bisa membahayakan ibu dan janin.
Beberapa hal yang bisa mendorong tindakan operasi yaitu adanya batu kandung
kemih, sindrom uretra, infeksi saluran kemih bagian bawah, kanker kandung kemih,
dan interstitial systitis. Tindakan operasi hanya bisa dilakukan jika ibu sakit sudah
masuk ke trimester kedua. Sebab jika dilakukan pada trimester pertama maka bisa
menyebabkan keguguran, sedangkan trimester ketiga bisa menyebabkan persalinan
prematur.
D.Skrining
Tes skrining saat hamil hanya bisa memberi tahu risiko atau kemungkinan adanya
kondisi tertentu pada janin. Bila hasil tes skrining positif, maka diperlukan lagi tes
diagnosis untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Berikut beberapa skrining tes
yang menjadi prosedur rutin untuk ibu hamil.
13
Test skrining saat hamil trimester 1
1. USG
Tes ini dilakukan untuk menentukan ukuran dan posisi bayi. Selain itu juga
membantu menentukan adanya risiko janin mengalami cacat lahir, dengan
mengamati struktur tulang dan organ bayi.
2. Tes darah
Selama trimester pertama, dilakukan dua jenis tes serum darah ibu, yaitu
Pregnancy-associated plasma protein (PAPP-A) dan hormon hCG (Human chorionic
gonadotropin). Ini merupakan protein dan hormon yang diproduksi oleh plasenta pada
awal kehamilan. Jika hasilnya tidak normal, berarti ada peningkatan risiko kelainan
kromosom.
Tes darah juga dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit menular pada bayi,
atau disebut dengan tes TORCH. Tes ini merupakan akronim dari lima jenis infeksi
menular yaitu toksoplasmosis, penyakit lain (termasuk HIV, sifilis, dan campak),
rubella (campak Jerman), sitomegalovirus, dan herpes simplex.
Selain itu, tes darah juga akan digunakan untuk menentukan golongan darah dan Rh
(rhesus), yang menentukan hubungan Rh dengan janin yang sedang tumbuh.
Chorionic villus sampling adalah tes skrining invasif yang dilakukan dengan
mengambil potongan kecil dari plasenta. Tes ini biasanya dilakukan antara minggu ke
10 dan 12 kehamilan.
14
Tes ini biasanya merupakan tes lanjutan dari USG NT dan tes darah yang tidak
normal. Tes ini dilakukan untuk lebih memastikan adanya kelainan genetik pada janin
seperti Down syndrome.
1. Tes darah
Tes darah saat hamil trimester kedua mencakup beberapa tes darah yang disebut
multiple markers. Tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya risiko cacat lahir atau
kelainan genetik pada bayi. Tes ini sebaiknya dilakukan pada minggu ke 16 sampai 18
kehamilan.
15
Ini merupakan serangkaian tes yang dilakukan setelah minum cairan manis yang
mengandung gula. Jika positif memiliki diabetes gestasional, memiliki risiko diabetes
yang lebih tinggi dalam 10 tahun berikutnya, dan harus mendapatkan tes lagi setelah
kehamilan.
3. Amniocentesis
Selama amniosentesis, cairan ketuban dikeluarkan dari rahim untuk diuji. Ini
berisi sel janin dengan susunan genetik yang sama seperti bayi, serta berbagai bahan
kimia yang diproduksi oleh tubuh bayi. Ada beberapa jenis amniosentesis.
Tes amniosentesis genetik untuk kelainan genetik, misalnya spina bifida. Tes ini
biasanya dilakukan setelah minggu ke 15 kehamilan. Tes ini dianjurkan jika:
GBS di vagina umumnya tidak berbahaya bagi wanita terlepas dari sedang
hamil atau tidaknya. Namun, bisa sangat berbahaya bagi bayi yang baru lahir yang
belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. GBS dapat menyebabkan infeksi
serius pada bayi yang terinfeksi saat lahir. Tes ini dilakukan dengan mengusap vagina
dan rektum ibu hamil pada usia kehamilan ke 35 sampai 37 minggu.
Jika hasil skrining GBS positif, akan diberikan antibiotik saat dalam proses
persalinan untuk mengurangi risiko bayi terkena infeksi GBS.
16
BAB III
17
kemampuan memprediksi timbulnya ISK pada permpuan hamil, menjadi
sangat penting sebagai dasar pencegahan dan tatalaksana. Adapun faktor risiko
yang memiliki hubungan dengan kejadian ISK adalah pendidikan (p
0,2),pekerjaan (p 0,05), jumlah minuman perhari (p 0,03), dan membersihkan
kemaluan sebelum senggama (p 0,24).
18
menurunya kejadian pielonefritis 10 kali lipat. Screening untuk mengetahui
adanya bakteriuria asimptomatik harus dilakukan terhadap semua ibu hamil,
kemudian urin ibu hamil tersebut dilakukan perbenihan, kemudian isolate
bakteri yang sudah dilakukan perbenihan dilakukan tes sensifitas antibiotik
(Mc.Nair,2000). Jenis antibiotik yang resisten berdasarkan penelitian ini
adalah Ampicillin, Erytromycin, Tetracycline Chloramphenico, dan Penicillin.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri saluran kemih.
Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki laki maupun perempuan dari semua umur.
Ternyata wanita lebih sering terinfeksi daripada pria dengan persentase kurang lebih
5-15%.
Jenis infeksi saluran kemih pada kehamilan ada dua yaitu bakteriuri simtomatik
yaitu saluran kemih yang ditandai dengan gejala klinis seperti nyeri didaerah simpisi,
terdesak kencing, dan bakteriuri asimptomatik terjadi bila ditemukannya bakteri dalam
biakan urine dan tidak menimbulkan gejala.
4.2 Saran
19
Kami berharap dengan makalah ini, semoga pembaca dapat mengerti bagaimana
patofisiologi infeksi saluran kemih [ada kehamilan dan mengerti dengan asuhan
keperawatan yang akan diberikan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
Edy Fakhrizal.Infeksi saluran kemih pada kehamilan:prevansi dan faktor faktor yang
mempengaruhi.JIK, Jilid 11, Nomor 1 , Maret 2017, Hal 19-24
http://repository.ump.ac.id/2489/3/MIA%20WULANDARI%20BAB%20II.pdf
Moorhead,S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson,L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United states of America: M0sby Elsevier.
20