Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. infeksi saluran kemih bisa juga
mengenai wanita dengan perentase kurang lebih 5-15%.

Infeksi saluran kemih pada kehamilan terdapat dua keadaan yaitu infeksi saluran
kemih yang menimbulkan gejala dan yang tidak menimbulkan gejala. Infeksi saluran
kemih terdapat beberapa klasifikasi yang akan kami jelaskan pada makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan infeksi saluran kemih ?

2. Apa etiologi dari infeksi saluran kemih

3. Jelaskan patofisiologi dari infeksi saluran kemih

4. Sebutkan pemeriksaan diagnostik dari infeksi saluran kemih

5. Jelaskan penatalaksanaan infeksi saluran kemih

6. Apa komplikasi dari infeksi saluran kemih ?

7. Bagaimana prognosis infeksi saluran kemih ?

8. Bagaimana asuhan keperawatan infeksi saluran kemih ?

9. Bagaimana sistim rujukan ISK pada kehamilan ?

10. Bagaimana bentuk kolaborasi manajemen medis pada isk ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui defenisi infeksi saluran kemih

2) Untuk mengetahui etiologi infeksi saluran kemih

1
3) Untuk menjelaskan patofisiologi infeksi saluran kemih

4) Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari infeksi saluran kemih

5) Untuk mengetahui penatalaksanaan infeksi saluran kemih

6) Untuk mengetahui komplikasi infeksi saluran kemih

7) Untuk mengetahui prognosis infeksi saluran kemih

8) Untuk mengetahui sistem rujukan infeksi saluran kemih

9) Untuk mengetahui bentuk kolaborasi manajemen medis pada isk

10) Untuk mengetahui asuhan keperawatan infeksi saluran kemih

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR

2.1 Defenisi

Infeksi saluan kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan
adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan adanay infeksi bakteri saluran
kemih. Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki –laki maupun perempuan dari
semua umur. Akan tetapi, secara jenis kelamin, ternyata wanita lebih sering terinfeksi
dariapda pria dengna angka populasi umur, kurang lebih 5-15%

Infeksi saluran kemih adalah keadaan yang ditandai dengan ditemukannya bakteri
dalam kultur/biakan urin dengan jumlah >105/ml.Terdapat 2 keadaan infeksi saluran
kemih pada wanita hamil, yakni infeksi saluran kemih yang menimbulkan gejala
(simptomatik) serta yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik).

 Klasifikasi
Jenis Infeksi Saluran Kemih
a. Kandung kemih (sistitis)

2
b. Uretra (urethritis)
c. Prostat (prostatitis)
d. Ginjal (pieloneritis)

Jenis Infeksi Saluran Kemih pada masa kehamilan, antara lain:

1. Bakteriuri simptomatik
Adalah infeksi saluran kemih yang disertai gejala klinis, seperti disuira hematuria,
nyeri di daerah simpisis, terdesak kencing (urgency), stranguria, tenesmus, dan
nokturia. Bakteriuri simptomatik umunnya dibagi lagi menjadi infeksi saluran kemih
bagian bahwah (sistitis), dan infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis).
2. Bakteriuri asimptomatik
Bakteriuri asimptomatik terjadi bila ditemukannya bakteri dalam biakan urin
dengan jumlah >105/ml dan tidak menimbulkan gelaja gejala klinis terinfeksi bakteri.
Kejadian bakteriuri asimptomatik terjadi pada 2-10% wanita hamil dan merupakan
salah satu faktor resiko terjadinya komplikasi dalam kehamilan.10 Studi di Australia
menemukan, 7,4% dari 9734 wanita hamil yang diperiksa, menderitainfeksi saluran
kemih, dan 5,1% diantaranya menderita bakteriuri asimptomatik. Kejadian ini
dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti ras, usia ibu, dan penyakit komorbid. Insiden
teringgi bakteriuri asimptomatik terjadi pada wanita multipara Afrika-Amerika
dengan kelainan darah berupa sel sabit, sementara insiden terendah diderita oleh
wanita kulit putih dengan sosial ekonomi mampu dan paritas rendah.
Ibu hamil yang terdiagnosis bakteriuri asimptomatik memiliki risiko yang lebih
tinggi menderita pyelonephritis,dimana hal tersebut dapat meningkatakan risiko
prematuritas pada janin. Pada penelitian Schnarr ditemukan 7% insiden pyelonephritis
terjadi pada kehamilan trimester pertama, dan 67% pada kehamilan trimester kedua
dan ketiga. Sementara pada keadaan intrapartum ditemukan 8% dan 19% pada
postpartum. Kejadian ini dapat dihindari bila akteriuria asimptomatik diobati sampai
tuntas.
Terdapat banyak faktor yang bisa enyebabkan bakteriuria pada kehamilan yaitu
sosial ekonomi, ras, usia, penyakit penyerta, dan infeksi akterial vaginosis. Riwayat
infeksi saluran kemih sebelumnya juga menjadi salah satu faktor risiko infeksi saluran
kemih pada kehamilan.

3
2.2 Etiologi

Jenis-jenis mikroorganisma yang menyebabkan ISK, antara lain:


1. Escherchia Coli: 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
2. Pseudomonas, Proteus, Klebsiella: penyabab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain.

Penyebab tersering infeksi saluran kemih yaitu Eschericia coli (80 – 90%). Selain
E. coli, banyak bakteri gram negatif lain yang dapat menyebabkan infeksi saluran
kemih, yaitu Klebsilla Proteus, dan Enterobacter, tetapi bakteri-bakteri tersebut hanya
menyebabkan infeksi ringan. Selain bakteri tersebut diatas, bakteri gram positif juga
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, yaitu Staphylococcus saprophyticus
(10-15%)

2.3 Patofisiologi

Wanita lebih beresiko dibandingkan dengan pria karena uretra pada wanita lebih
pendek dan memiliki jarak yang dekat dengan anus sehingga bakteri pathogen mudah
masuk ke uretra. Infeksi menular seksual yang biasa menyebabkan ISK adalah infeksi
herpes virus genital ditularkan melalui hubungan seksual selama periode simptomatik
maupun asimptomatik saat virus dilepaskan oleh pasangannya. Pecahnya lesi dapat
menyebabkan peradangan meatus dan disuria. Vesikel dapat muncul pada mukosa
uretra. Beberapa genotip HVP telah diketahui dapat meningkatkan resiko keganasan.
Kutil intra uretra dapat menyebabkan sekret uretra, disuria, sekret yang berdarah, atau
hematuria. Kutil yang menyebar intrauretra dapat melibatkan kandung kemih dan
ureter.
Diketahui bahwa pemasangan dower kateter merupakan salah satu sarana
masuknya agent atau mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh, untuk itu perlu
dilakukan penggantian kateter dan perawatan kateter. Selang kateter bagian luar (yang
terhubung dengan kantong urin) dalam keadaan terbuka dan bersentuhan dengan
lingkungan luar. Bakteri pathogen menempel pada selang bagian luar tersebut dan
bakteri pathogen menjadikannya sebagai jembatan masuk ke saluran perkemihan.
Infeksi saluran kemih disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui : kontak langsung dari tempat

4
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadinya ISK, asending
dan hematogen.
 Secara asending yaitu:
- Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain: factor
anatomi dimana pada wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada laki-laki
sehingga insiden terjadinya ISK lebih tinggi, factor tekanan urine saat miksi,
kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus urinarius (pemeriksaan
sistoskopik, pemakaian kateter).
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
 Secara hematogen yaitu:
Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah sehingga
mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen Ada beberapa hal yang
mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga mempermudah penyebaran
hematogen, yaitu :
adanya bendungan total urine yang mengakibatkan distensi kandung kemih,
bendungan intrarenal akibat jaringan parut, dan lain-lain.

Glikosaminoglikan merupakan anti-lekat bakteri, sehingga bakteri tidak bisa


melekat pada dinding-dinding saluran perkemihan dan kandung kemih. Namun karena
glikosaminoglikan terganggu fungsinya oleh agen tertentu seperti siklamat, asparmat,
sakarin, dan metabolit triptopan maka glikosaminoglikan tidak menjadi anti-lekat yang
sempurna.

Refluks uretrovesikal merupakan aliran balik urin dari uretra ke kandung kemih.
Ketika mengejan vesika urinaria akan berkontraksi sehingga mendorong urin menuju
uretra, namun ketika selesai mengejan urin balik dari uretra ke vesika urinaria. Dengan
baliknya urin ke vesika urinaria, bakteri yang terdapat pada anterior uretra masuk ke
dalam saluran kencing.

Refluks ureterovesikal merupakan aliran balik urin dari vesika urinaria atau
kandung kemih ke ureter. Hal ini biasanya terjadi akibat kelainan kongenital atau
abnormalitas ureteral yaitu rusaknya katup ureterovesikal, katup yang membatasi ureter
dengan vesika urinaria. Rusaknya katup tersebut mengakibatkan aliran balik urin yang
terkontaminasi bakteri pathogen ke ureter.

5
Obstruksi aliran urin yang terletak disebelah proksimal dari vesika urinaria dapat
mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan pada pelvis ginjal dan ureter. Hal ini
mengakibatkan atrofi pada parenkim ginjal (hidronefrosis) yang disebabkan
oleh jaringan parut pada vesika urina ginjal dan uretra, batu ginjal, neoplasma,
hipertrofi prostat. Tersumbatnya aliran urin mengakibatkan bakteri pathogen
berkembang biak di dalam saluran kencing sehingga akan menginfeksi seluran kencing
tersebut.

Kebersihan alat kelamin yang buruk mengakibatkan area tersebut lembab sehingga
bakteri pathogen berkembang biak disana. Tidak tertutup kemungkinan bakteri akan
masuk melalui meatus uretra dan naik ke saluran kemih bagian atas.

Cara membasuh alat kelamin dan anus yang salah pada saat buang air besar dapat
menyebabkan kontaminasi fekal pada traktus uretra. Mikroorganisme dari anus akan
naik ke uretra dan menginfeksi saluran-saluran urinaria. Cara membasuh yang benar
adalah satu arah dari atas ke bawah (dari kelamin ke anus), bukan dari anus naik ke
kelamin atau bukan dengan gerakan naik turun.

Saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung kemih akan melar atau
meregang, hal ini akan membuat pompa di kandung kemih tidak bisa berfungsi dengan
baik saat buang air kecil. Sehingga tak jarang banyak orang yang baru selesai buang air
kecil, tak lama kemudian akan timbul kembali rasa ingin pipis. Urine yang tersisa
banyak di kandung kemih membuat saluran tersebut mudah terkena infeksi. Tapi jika
akibat menahan tersebut membuat pompa kandung kemih memberikan tekanan yang
tinggi, maka bisa mengakibatkan kerusakan ginjal.

2.4 Pemeriksaan Diagnostik

a. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang
menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :
a. Urinalisis

6
Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin
melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara
umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih
sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah
dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi
tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat
dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik
dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik,
walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain
karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya
urine dalam vesica urinaria.
Pada urinalisis, yang dinilai adalah sebagai berikut:
a. Eritrosit
Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan
penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun
non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran
kemih.
b. Piuria
Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan oleh
Stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang
tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan
pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih
dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter
urin atau > 10.000 per ml urin .
Piuria yang steril dapat ditemukan pada keadaan :
1. Infeksi tuberculosis
2. Urin terkontaminasi dengan antiseptic
3. Urin terkontaminasi dengan leukosit vagina
4. Nefritis intersisial kronik (nefropati analgetik)
5. Nefrolitiasis
6. tumor uroepitelial
c. Silinder
Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit
ginjal, antara lain:

7
1. Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis
atau vaskulitis ginjal.
2. Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik
untuk pielonefritis
3. Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut
atau pada gromerulonefritis akut
4. Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma
nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan proteinuria
nefrotik.
d. Kristal
Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.
e. Bakteri
Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik
dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh
kontaminasi.
b. Bakteriologis
a. Mikroskopis, pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan
urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri
dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang
minyak emersi.
b. Biakan bakteri, pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan
untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri
dalam jumlah bermakna, yaitu:
Tabel 3. Kriteria untuk diagnosis bakteriuria bermakna

Pengambilan specimen Jumlah koloni bakteri per ml urin


Aspirasi supra pubik > 100 cfu/ml dari 1 atau lebih
organisme patogen
Kateter > 20.000 cfu/ml dari 1 organisme
patogen
Urine bag atau urin porsi tengah > 100.000 cfu/ml

Dalam penelitian Zorc et al. menyatakan bahwa ISK pada anak-anak sudah
dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri lebih besar dari 10.000 cfu per ml urin

8
yang diambil melalui kateter. Namun, Hoberman et al. menyatakan bahwa
ditemukannya jumlah koloni bakteri antara 10.000 hingga 49.000 cfu per ml urin
masih diragukan, karena kemungkinan terjadi kontaminasi dari luar, sehingga
masih diperlukan biakan ulang, terutama bila anak belum diobati atau tidak
menunjukkan adanya gejala ISK.

c. Radiologis dan Pemeriksaan Penunjang Lainnya


Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk
mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan
faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos
abdomen, pielografi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan
lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.

2.5 Penatalaksanaan Medis


A. Terapi antibiotic untuk mebunuh bakteri gram positif maupun gram nagatif.
Penanganan Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang ideal adalah agens anti bacterial
yang secara efektif menghilangkan bakteri dan traktus urinarius dengan efek minimal
terhadap flora fekal dan vagina.
Terapi Infeksi Saluran Kemih (ISK) dapat dibedakan atas:
 Terapu antibiotok dosis tunggal
 Terapi antibiotic konvensional : 5-14 hari
 Terapi antibioctik jangka lama : 4-6 minggu
 Terapi dosisi rendah untuk supresi
Pemakaian antimicrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan infeksi.
Jika kekambuhan disebabkan oleh bakteri presisten di awal infeksi, faktor kausatif
(misalnya batu, abses)-jika muncul saha satu-harus segera ditangani. Setelah
penanganan dan sterilisasi urin, terapi revintif dois rendah.
Penggunaan mdikasi yang umum mencakup sulfisoxazole (gas trisin),
trimethoprim/sulfamethoxazole (TMP/SMZ, bactrin, septra). Kadang ampicillin atau
amoksilin digunakan, tetapi E. Coli telah rsisten terhadap obat ini. Pyridium, suatu
analgesic urinarius juga dapat diapakai utnuk mengurangi ketidaknyamanan akibat
infeksi.
B. Apabila pielonefritis kroniknya disbebakan oleh obstruksi atau refluks,
diperlukan penatalaksanaan spesifik untuk mengatasi masalah-masalah tersebut.

9
C. Dianjurkan untuk sering minum dan BAK sesuai kebutuhan untuk mebilas
mikroorganisme yan gmungkin naik ke uretra. Untuk wanita, harus membilas dari
depan kebelakang untuk menghindari kontaminasi lubang uretra oleh bakteri feses.

2.6 Komplikasi

Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih antara lain:
a. Batu saluran kemih
b. Obstruksi saluran kemih
c. Sepsis
d. Infeksi kuman yang multisystem
e. Gangguan fungsi ginjal
Komplikasi lain yang mungkin terjadi setelah terjadi ISK yang terjadi jangka
panjang adalah terjadinya renal scar yang berhubungan erat dengan terjadinya
hipertensi dan gagal ginjal kronik.
ISK pada kehamilan dengan BAS (Basiluria Asimtomatik) yang tidak diobati akan
menyebabkan:
a. Pielonefritis
b. Bayi premature
c. Anemia
d. Pregnancy-induced hypertension
Selain itu ISK pada kehamilan juga menyebabkan:
a) Retardasi mental pada bayi,
b) Pertumbuhan bayi lambat
c) Cerebral palsy
d) Fetal death.

2.7 Prognosis

Prognosis pada infeksi saluran kemih (ISK) simple terbilang sangat baik, dengan
pengobatan antibiotik yang tepat maka penderita dapat sembuh sempurna. Pada
beberapa wanita dapat mengalami episode ISK berulang, hal tersebut dihubungkan
dengan perilaku seksual, penggunaan spermisida, wanita dengan antigen spesifik pada

10
golongan darah tertentu. Pada ISK rumit dengan diagnosis dan tatalaksana yang tepat,
prognosis terbilang cukup baik. Kerusakan dari fungsi ginjal jarang namun mungkin
saja terjadi sebagai bagian dari komplikasi

2.8 Sistem Rujukan ISK pada Kehamilan

Kehamilan dengan masalah ISK membutuhkan rujukan untuk konsultasi


dan atau kerjasama dalam penanganannya.Untuk kehamilan dengan masalah
kesehatan/komplikasi yang membutuhkan rujukan, lakukan langkah-langkah berikut:
 Rujuk ke dokter untuk konsultasi
Bantu ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter puskesmas,
dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dsb).
 Lampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan

Untuk kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan rujukan


segera:
 Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayanan
kegawatdaruratan obstetri yang sesuai.
 Sambil menunggu transportasi, berikan pertolongan awal kegawatdaruratan,
jika perlu berikan pengobatan.
 Mulai berikan cairan infus intravena
 Temani ibu hamil dan anggota keluarganya
 Bawa obat dan kebutuhan-kebutuhan lain
 Bawa catatan medis atau kartu
 Minta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat dengan hasil
dari rujukan
 Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan.
2.9 Kolaborasi Manajemen Medis
 Untuk mengatasi resiko tinggi infeksi pada pasien yang disebabkan oleh
bakteri maka dilakukan kolaborasi pemberian antibiotik guna mencegah
terjadinya infeksi pada pasien.

11
 Untuk mengatasi gangguan rasa nyaman pada pasien yang disebabkan oleh
Nyrei karena kerusakan jaringan intrauteri maka dilakukan kolaborasi
pemberian analgetik guna mengurangi rasa nyeri pada pasien.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

- Riwayat Keluarga

2. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut b.d inflamasi dan infeksi uretra, kandung kemih

2. Gangguan eliminasi urin b.d obstruksi mekanik pada kandung kemih

3. Defisiensi pengetahuan b.d tentang kondisi dan prognosis

3. Intervensi dan implementasi

No Diagnosa Intervensi NOC


.
1. Nyeri akut Tujuan : nyeri berkurang - Kontrol nyeri
Definisi : Pengalaman - Manajemen nyeri - Tingkat nyeri
sensorik dan emosional - Pemberian analgesik
yang tidak menyenangkan - Bantuan pasien untuk
yang terkait dengan aktual mengontrol pemberian
atau kerusakan jaringan analgesik
potensial, atau dijelaskan - Pengurangan kecemasan
dalam hal kerusakan
tersebut; serangan tiba-tiba
atau lambat dari intensitas
ringan hingga berat dengan
akhir yang diantisipasi atau
dapat diprediksi.
2. Gangguan eliminasi urin Tujuan : masalah disfungsi - Eliminasi urin
Definisi : disfungsi pada eliminasi urin teratasi

12
eliminasi urin - Bantuan perawatan diri
- Monitor cairan
- Manajemen cairan
- Kateterisasi urin
3. Defisit pengetahuan Tujuan : pasien/keluarga - Pengetahuan : proses
Definis : ketiadaan atau dapat mengerti dan penyakit
kurangnya informasi mengetahui tentang penyakit - Pengetahuan :
kognitif yang berkaitan yang diderita pasien manajemen infeksi
dengan topik tertentu - Pengajaran : proses - Pengetahuan :
penyakit manajemen nyeri
- Kontrol infeksi
- Manajemen nyeri

C. Tindakan pembedahan/operasi

Tindakan operasi untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih pada ibu hamil
sebenarnya sangat jarang dilakukan. Kondisi ini dilakukan hanya jika dokter
menemukan adanya faktor patologis yang bisa membahayakan ibu dan janin.

Beberapa hal yang bisa mendorong tindakan operasi yaitu adanya batu kandung
kemih, sindrom uretra, infeksi saluran kemih bagian bawah, kanker kandung kemih,
dan interstitial systitis. Tindakan operasi hanya bisa dilakukan jika ibu sakit sudah
masuk ke trimester kedua. Sebab jika dilakukan pada trimester pertama maka bisa
menyebabkan keguguran, sedangkan trimester ketiga bisa menyebabkan persalinan
prematur.

D.Skrining

Tes skrining saat hamil hanya bisa memberi tahu risiko atau kemungkinan adanya
kondisi tertentu pada janin. Bila hasil tes skrining positif, maka diperlukan lagi tes
diagnosis untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. Berikut beberapa skrining tes
yang menjadi prosedur rutin untuk ibu hamil.

13
 Test skrining saat hamil trimester 1

Test skrining trimester pertama bisa dimulai sejak kehamilan 10 minggu,


yang merupakan kombinasi antara ultrasonografi (USG) janin dan tes darah ibu.

1. USG

Tes ini dilakukan untuk menentukan ukuran dan posisi bayi. Selain itu juga
membantu menentukan adanya risiko janin mengalami cacat lahir, dengan
mengamati struktur tulang dan organ bayi.

USG nuchal translucency (NT) adalah pengukuran peningkatan atau ketebalan


cairan di bagian belakang leher janin pada usia kehamilan 11-14 minggu dengan USG.
Bila ada cairan lebih banyak dari biasanya, berarti ada risiko Down syndrome pada
bayi yang lebih tinggi.

2. Tes darah

Selama trimester pertama, dilakukan dua jenis tes serum darah ibu, yaitu
Pregnancy-associated plasma protein (PAPP-A) dan hormon hCG (Human chorionic
gonadotropin). Ini merupakan protein dan hormon yang diproduksi oleh plasenta pada
awal kehamilan. Jika hasilnya tidak normal, berarti ada peningkatan risiko kelainan
kromosom.

Tes darah juga dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit menular pada bayi,
atau disebut dengan tes TORCH. Tes ini merupakan akronim dari lima jenis infeksi
menular yaitu toksoplasmosis, penyakit lain (termasuk HIV, sifilis, dan campak),
rubella (campak Jerman), sitomegalovirus, dan herpes simplex.

Selain itu, tes darah juga akan digunakan untuk menentukan golongan darah dan Rh
(rhesus), yang menentukan hubungan Rh dengan janin yang sedang tumbuh.

3. Chorionic villus sampling

Chorionic villus sampling adalah tes skrining invasif yang dilakukan dengan
mengambil potongan kecil dari plasenta. Tes ini biasanya dilakukan antara minggu ke
10 dan 12 kehamilan.

14
Tes ini biasanya merupakan tes lanjutan dari USG NT dan tes darah yang tidak
normal. Tes ini dilakukan untuk lebih memastikan adanya kelainan genetik pada janin
seperti Down syndrome.

 . Tes skrining saat hamil trimester 2

1. Tes darah

Tes darah saat hamil trimester kedua mencakup beberapa tes darah yang disebut
multiple markers. Tes ini dilakukan untuk mengetahui adanya risiko cacat lahir atau
kelainan genetik pada bayi. Tes ini sebaiknya dilakukan pada minggu ke 16 sampai 18
kehamilan.

Tes darah tersebut meliputi:

- Kadar alpha-fetoprotein (AFP). Ini adalah protein yang biasanya diproduksi


oleh hati janin dan terdapat dalam cairan yang mengelilingi janin (cairan
amnion atau ketuban), dan menyilang plasenta ke dalam darah ibu. Tingkat
AFP yang tidak normal mungkin meningkatkan risiko seperti spina bifida,
sindrom Down atau kelainan kromosom lainnya, cacat di perut janin, dan
kembar.
- Kadar hormon yang diproduksi plasenta, antara lain hCG, estriol, dan inhibun.

2. Tes gula darah

Tes gula darah digunakan untuk mendiagnosis diabetes gestasional. Ini


merupakan kondisi yang bisa berkembang selama kehamilan. Kondisi ini dapat
meningkatkan kelahiran secara caesar karena bayi dari ibu dengan diabetes
gestasional biasanya memiliki ukuran yang lebih besar. Tes ini juga bisa dilakukan
setelah hamil jika wanita memiliki kadar gula darah tinggi selama kehamilan. Atau
jika memiliki kadar gula darah rendah setelah melahirkan.

15
Ini merupakan serangkaian tes yang dilakukan setelah minum cairan manis yang
mengandung gula. Jika positif memiliki diabetes gestasional, memiliki risiko diabetes
yang lebih tinggi dalam 10 tahun berikutnya, dan harus mendapatkan tes lagi setelah
kehamilan.

3. Amniocentesis

Selama amniosentesis, cairan ketuban dikeluarkan dari rahim untuk diuji. Ini
berisi sel janin dengan susunan genetik yang sama seperti bayi, serta berbagai bahan
kimia yang diproduksi oleh tubuh bayi. Ada beberapa jenis amniosentesis.

Tes amniosentesis genetik untuk kelainan genetik, misalnya spina bifida. Tes ini
biasanya dilakukan setelah minggu ke 15 kehamilan. Tes ini dianjurkan jika:

- Skrining tes saat hamil menunjukkan hasil yang tidak normal.


- Memiliki kelainan kromosom selama kehamilan sebelumnya.
- Ibu hamil berusia 35 tahun atau lebih.
- Memiliki riwayat jeluarga dengan kelainan genetik tertentu.

 Tes skrining saat hamil trimester 3

Skrining Strepococcus Group B

Strepococcus Group B (GBS) adalah kelompok bakteri yang dapat


menyebabkan infeksi serius pada ibu hamil dan bayi yang baru lahir. GBS pada
wanita sehat sering ditemukan di daerah mulut, tenggorokan, saluran pencernaan, dan
vagina.

GBS di vagina umumnya tidak berbahaya bagi wanita terlepas dari sedang
hamil atau tidaknya. Namun, bisa sangat berbahaya bagi bayi yang baru lahir yang
belum memiliki sistem kekebalan tubuh yang kuat. GBS dapat menyebabkan infeksi
serius pada bayi yang terinfeksi saat lahir. Tes ini dilakukan dengan mengusap vagina
dan rektum ibu hamil pada usia kehamilan ke 35 sampai 37 minggu.

Jika hasil skrining GBS positif, akan diberikan antibiotik saat dalam proses
persalinan untuk mengurangi risiko bayi terkena infeksi GBS.

16
BAB III

Evidance Based Practise (EBP)

A. Jurnal 1:Infeksi Saluran Kemih pada Kehamilan:Prevalensi dan


Faktor-Faktor yang Memengaruhinya
Penyakit infeksi saluran kemih merupakan masalah kesehatan terbanyak
kedua yang ditemukan setelah infeksi saluran napas. Perempuan lebih beresiko
menderita infeksi saluran kemih dibandingkan pada pria karena secara
anatomis uretra wanita lebih pendek dari pada uretra pada pria. Perempuan
saat hamil lebih beresiko lagi menderita infeksi saluran kemih karena
perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi pada tubuhnya.Sebanyak 20%
kasus infeksi saluran kemih terjadi pada ibu hamil.Faktor-faktor risiko infeksi
saluran kemihsecara umum adalah diabetes mellitus (prevalensi 8-14%) dan
inkontinensia alvi.Usia kehamilan yang paling berisiko mengalami bakteriuria
adalah antara usia kehamilan 9 hingga 17 minggu. Delapan puluh persen
perempuan dengan usia kehamilan 12 – 16 minggu mengalami bakteriuria
asimptomatik.Kondisi sosial ekonomi yang rendah, riwayat infeksi saluran
kemih sebelumnya, aktif secara seksual, dan multiparitas juga berperan dalam
kejadian ISK.
Penelitian sebelumnya dari Sheikh et al menemukan bahwa riwayat
gangguan urologi berhubungan dengan meningkatnya insiden infeksi saluran
kemih dalam kehamilan.Sumber lain menyatakan ISK terjadi pada wanita
yang baru saja berhubungan seksual sehari sebelumnya, atau dalam waktu 48
jam sebelumnya, meningkatkan risiko 60 kali lipat.Kebiasaan menahan
berkemih hingga lebih dari 4 jam dan konsumsi air putih yang sedikit, dan
kebiasaan membasuh kemaluan dari belakang ke depan menjadikan
perempuan hamil rentan terhadap ISK. Penelitian tentang prevalensi dan
faktor risiko infeksi saluran kemih pada kehamilan sangat penting untuk
menentukan strategi pencegahannya,mengingat besarnya masalah yang
ditimbulkan akibat ISK pada perempuan hamil.Oleh karena itu upaya
identifikasi dini penyebabnya dan faktor risiko yang berperan serta

17
kemampuan memprediksi timbulnya ISK pada permpuan hamil, menjadi
sangat penting sebagai dasar pencegahan dan tatalaksana. Adapun faktor risiko
yang memiliki hubungan dengan kejadian ISK adalah pendidikan (p
0,2),pekerjaan (p 0,05), jumlah minuman perhari (p 0,03), dan membersihkan
kemaluan sebelum senggama (p 0,24).

B. Jurnal 2: Resistensi Antibiotik Pada Ibu Hamil Dengan Bakteriuria


Asimptomatik (Jurnal Ners LENTERA, Vol. 3, No. 1, September 2015)
Berdasarkan hasil kultur urine, terdapat 72% Gram positif dan 28%
bakteri Gram negatif, hal ini mungkin disebabkan karena adanya infeksi
sistemik sebelumnya sehingga bakteri menyebar secara hematogen. Jenis
antibiotik yang resisten berdasarkan penelitian ini adalah Ampicillin,
Erytromycin, Tetracycline Chloramphenicol dan Penicillin. Ada beberapa
penyebab terjadinya resistensi antibiotic, seperti selective pressure, mutasi,
gen transfer, penggunaan antibiotk yang salah, dan diagnosis yang tidak
adekuat Pada era preantimicrobial wanita hamil dengan simptomatik ISK dan
pielonefritis dilaporkan mengalami peningkatan insiden kejadian prematur,
berat badan bayi lahir rendah, dan kematian (Wein, 2007).
Pada era preantimicrobial wanita hamil dengan simptomatik ISK dan
pielonefritis dilaporkan mengalami peningkatan insiden kejadian prematur,
berat badan bayi lahir rendah, dan kematian (Wein, 2007). Lebih dari 30%
wanita dengan bakteriuria simptomatis yang tidak diobati akan menyebabkan
komplikasi seperti prematuritas. Disamping itu juga meningkatkan resiko
kematian janin. Beberapa kasus bakteriuria simptomatis dapat mengancam
jiwa ibu maupun janin tanpa geja pielonefritis terlebih dahulu, Bass dan Jarvis
(2003) mengatakan bahwa Streptococcus group B dalam urin wanita hamil
dapat menyebabkan neonatal sepsis. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk
mengadakan screening guna mencari kemungkinan bakteriuria pada wanita
hamil, kemudian mengadakan terapi untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Uji sensivitas bakteri yang ada dalam urine mempunyai peranaan
penting karena pasien penderita ISK yang menggunakan antibiotik jangka
panjang dapat menyebabkan terjadinya reistensi terhadap bakteri walaupun
disisi lain dapat menyembuhkan atau mengurangi ISK (Purnomo, 2000).
Pengobatan bakteriuria asimptomatis pada wanita hamil akan menyebakan

18
menurunya kejadian pielonefritis 10 kali lipat. Screening untuk mengetahui
adanya bakteriuria asimptomatik harus dilakukan terhadap semua ibu hamil,
kemudian urin ibu hamil tersebut dilakukan perbenihan, kemudian isolate
bakteri yang sudah dilakukan perbenihan dilakukan tes sensifitas antibiotik
(Mc.Nair,2000). Jenis antibiotik yang resisten berdasarkan penelitian ini
adalah Ampicillin, Erytromycin, Tetracycline Chloramphenico, dan Penicillin.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Infeksi saluran kemih adalah suatu keadaan adanya infeksi bakteri saluran kemih.
Infeksi saluran kemih dapat mengenai laki laki maupun perempuan dari semua umur.
Ternyata wanita lebih sering terinfeksi daripada pria dengan persentase kurang lebih
5-15%.

Jenis infeksi saluran kemih pada kehamilan ada dua yaitu bakteriuri simtomatik
yaitu saluran kemih yang ditandai dengan gejala klinis seperti nyeri didaerah simpisi,
terdesak kencing, dan bakteriuri asimptomatik terjadi bila ditemukannya bakteri dalam
biakan urine dan tidak menimbulkan gejala.

Penanganaan infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan agens antibacterial


yang secara efektif meghilangkan bakteri dari traktus urinarius dengan efek minimal
terhadap flora fekal dan vagina.

4.2 Saran

19
Kami berharap dengan makalah ini, semoga pembaca dapat mengerti bagaimana
patofisiologi infeksi saluran kemih [ada kehamilan dan mengerti dengan asuhan
keperawatan yang akan diberikan nantinya.

DAFTAR PUSTAKA

Edy Fakhrizal.Infeksi saluran kemih pada kehamilan:prevansi dan faktor faktor yang
mempengaruhi.JIK, Jilid 11, Nomor 1 , Maret 2017, Hal 19-24

Aristo parut,Anselmul.Resistensi antibiotik pada ibu hamil dengan bakteriuria


asimtomatik.Jurnal ners LANTERA,vol 3, No1,September 2015

http://repository.ump.ac.id/2489/3/MIA%20WULANDARI%20BAB%20II.pdf

PPNI.2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Dochterman, J. M., & Bulechek ,G.M. (2004). Nursing Interventions Classification


(NIC) (5th ed.). America: Mosby Elseiver

Moorhead,S., Jhonson, M., Maas, M., & Swanson,L. (2008). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (5th ed.). United states of America: M0sby Elsevier.

20

Anda mungkin juga menyukai