Faktor-faktor yang mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja
Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial secara tepat (Syamsu Yusuf, 2004:198). Remaja dituntut untuk memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sosial maupun masyarakat. Kemampuan penyesuaian sosial manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: keluarga, kematangan anak, status ekonomi keluarga, tingkat pendidikan dan kemampuan mental terutama emosi dan inteligensi. 1. Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama yang memberikan pengaruh terhadap aspek perkembangan individu, termasuk perkembangan sosialnya. Di dalam keluarga berlaku norma-norma dalam kehidupan keluarga, dan dengan demikian keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak. Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian individu lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan oleh keluarga. 2. Kematangan Anak Bersosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk mampu mempertimbangkan dalam proses sosial, memberi dan menerima pendapat, memerlukan kematangan intelektual dan emosional. Untuk mampu melakukan proses sosial dengan baik, diperlukan kematangan fisik sehingga dengan begitu fisiknya telah mampu untuk menjalankan fungsinya dengan baik. 3. Status Sosial Ekonomi Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang individu tidak secara independen, akan tetapi individu akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam keluarga individu tersebut. Secara tidak langsung, dalam pergaulan sosial individu, masyarakat dan kelompoknya akan memperhitungkan norma yang berlaku di dalam keluarganya. Dari pihak individu itu sendiri, perilakunya akan banyak memperhatikan kondisi normatif yang telah ditanamkan oleh keluarganya. Sehubungan dengan itu, dalam kehidupan sosial, individu akan senantiasa menjaga status sosial dan ekonomi dan keluarganya. Hal tersebut mengakibatkan remaja cenderung menempatkan dirinya dalam pergaulan sosial yang tidak tepat. Akibat lain, mereka akan membentuk kelompok elit dengan normanya sendiri. 4. Pendidikan Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah). Kepada peserta didik bukan saja dikenalkan norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan kepada norma kehidupan bangsa dan norma kehidupan antar bangsa. Etika pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara. 5. Kapasitas Mental, Emosi dan Inteligensi Kemampuan berpikir banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan memiliki kemampuan berbahasa secara baik dan pengendalian emosi secara seimbang sangat menentukan keberhasilan hubungan sosial individu. Sikap saling pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi. Referensi: Santrock, John W. (1995). Life-Span Development. Jakarta : Penerbit Erlangga
Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT