Anda di halaman 1dari 18

Laporan Kasus Bangsal

Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Psikotik

Pembimbing:
dr. Meutia Laksminingrum, Sp.KJ

Disusun Oleh:
Hellen Marsella
11-2016-143

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Periode 16 Juli 2018 – 18 Agustus 2018

1
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus:
SMF ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT : RSJ PROVINSI JAWA BARAT

Tanda Tangan
Nama : Hellen Marsella
NIM : 112016143
………………………

Dr. Pembimbing / Penguji: dr. Meutia Laksminingrum, Sp. KJ


………………………

Nama Pasien : Tn. CU


Nama Dokter yang merawat : dr. Bhinnekasari, Sp. KJ
Masuk RS pada tanggal : 28 Juni 2018
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Dibawa Keluarga
Ruang perawatan : Ruang Garuda

I IDENTITAS PASIEN:
Nama (inisial) : Tn. CU
Tempat & tanggal lahir : Indramayu, 18 Mei 1995
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : SMK
Pekerjaan :-
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat : Blok Gandok II, RT/RW 001/006,
Pareangirang, Kadanghaur, Indramayu.

II. RIWAYAT PSIKIATRIK

2
Autoanamnesis: Kamis, 19 Juli 2018 Jam 11.45 WIB di Ruang Garuda
Jumat, 20 Juli 2018 Jam 12.35 WIB di Ruang Garuda
Alloanamnesis: Jumat, 20 Juli 2018, jam 19.05 WIB, dilakukan kepada Bp.
Norman, Paman dari pasien sebagai penanggung jawab
pasien, melalui telefon.
A. KELUHAN UTAMA
Pasien mencoba bunuh diri (Tentamen suicide)
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Pasien datang dibawa oleh keluarga ke IGD RSJ Provinsi Jawa Barat
dengan keluhan mencoba bunuh diri (tentamen suicide) sejak kurang lebih 2
minggu yang lalu. Keluarga pasien mengatakan bahwa sejak 2 minggu lalu pasien
tampak gelisah, selalu ingin kabur atau keluar dari rumah (agresivitas motorik).
Pasien juga melakukan usaha untuk bunuh diri dengan cara menghadang mobil di
jalan raya, dan mencoba melompat ke laut. Pasien juga sempat berusaha mencekik
ibunya sendiri (agresivitas motorik). Menurut keluarga sebelumnya pasien selalu
tampak murung, tidak mau keluar kamar (afek depresif). Pasien jarang makan dan
tidur serta tidak melakukan interaksi dengan orang sekitar (isolasi sosial). Keluarga
pasien sering mendengar pasien berbicara sendiri pada saat di dalam kamar
(agresivitas verbal), dan mengatakan merasa mendengar suara-suara yang
mengajaknya berbicara dan menyuruh untuk bunuh diri (halusinasi auditorik).
Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien pernah mengalami keluhan yang sama,
namun tidak sampai mencoba untuk membunuh diri atau melukai orang lain.
Keluhan murung dan jarang keluar mulai dialami semenjak tidak diterima
kerja di PT Astra di Jakarta sekitar 1 tahun yang lalu. Semenjak itu, pasien menjadi
tampak kehilangan minat dan murung. Ibu pasien sering menasehati agar pasien
tetap berusaha mencari kerja untuk membantu ekonomi keluarga, namun pasien
tidak melakukannya. Ibu pasien menjadi sering marah terhadap pasien namun tidak
sampai memukul atau mengusir dari rumah.
Sehari-hari, aktivitas pasien di bangsal adalah duduk diam, melamun dan
mengikuti kegiatan dengan tidak terlalu bersemangat (anhedonia). Nafsu makan
pasien kurang. Pasien memiliki kesulitan untuk tidur, sering terbangun di malam
hari, mimpi buruk tidak ada. Pasien tidak terlalu mau berhubungan dengan perawat
di bangsal (isolasi sosial).
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA

3
1. Gangguan psikiatrik
a) Pasien baru pertama kali di rawat di RSJ Provinsi Jawa Barat pada
perawatan sekarang.
2. Riwayat gangguan medik
Pasien tidak pernah mengalami kejang, penyakit berat ataupun trauma
sebelumnya, kencing manis dan hipertensi di sangkal.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
a) Pasien merokok sejak kurang lebih saat berusia 17 tahun.
b) Pasien mengkonsumsi alkohol namun tidak pernah mengkonsumsi
obat-obatan terlarang sebelumnya.
D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat perkembangan fisik:
Pasien merupakan anak pertama dari 2 bersaudara, kelahiran normal,
ditolong oleh bidan desa.
2. Riwayat perkembangan kepribadian
a. Masa kanak-kanak:
Perkembangan sesuai usia. Pasien merupakan anak yang cenderung
pendiam, dan tidak memiliki banyak teman. Kepribadian yang pendiam
semakin terlihat semenjak kematian ayah pasien pada saat pasien
berusia 5 tahun.
b. Masa Remaja:
Perkembangan sesuai usia. Pasien memiliki tidak memiliki banyak
teman namun bisa menjalin hubungan yang baik dengan temannya.
c. Masa Dewasa:
Pasien sudah mulai bekerja di restoran. Kehidupan dengan lingkungan
sekitar baik dan tidak ada masalah. Menurut paman, pasien hanya ada
masalah tekanan hidup yaitu pasien merasa tertekan karena kesulitan
mencukupi kebutuhan keluarganya dan tidak bisa memenuhi
keinginannya sendiri (ingin menjadi kaya). Pasin juga sempat
mengalami kejadian yang tidak menyenangkan yaitu tidak diterima
bekerja di PT Astra Jakarta sekitar 1 tahun yang lalu.
3. Riwayat pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMK.
4. Riwayat pekerjaan

4
Pasien bekerja sebagai pelayan di sebuah Restoran Chinnese
5. Kehidupan beragama
Pasien beragama Islam namun tidak rajin beribadah.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien belum menikah dan tidak memiliki hubungan baik dengan tetangga
dikarenakan jarang berinteraksi.
E. RIWAYAT KELUARGA
Saat ini, pasien tinggal bersama ibu dan adiknya. Paman yang menjadi walinya,
bertempat tinggal disamping rumah pasien. Sejak masuk ke RS keluarganya
belum menjenguk dikarenakan jarak yang cukup jauh.
Ayah(Meninggal)

Ibu

Adik Perempuan

Pasien

F. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG


Pasien sekarang tinggal dengan ibu dan adik perempuannya, menurut
keterangan dari paman pasien, hubungan pasien dengan keluarga serumah
kurang baik dikarenakan pasien yang pendiam dan sulit untuk dinasehati.
III.STATUS MENTAL
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan Umum
Pasien seorang laki-laki berusia 23 tahun, berpenampilan fisik sesuai usia,
postur tubuh normal, warna kulit sawo matang, rambut pendek hitam dan
berantakan, kuku pendek namun kotor, gigi putih kekuningan, mengenakan
pakaian seragam RSJ pasien tampak terlihat kusam dan tidak terawat.
Kontak verbal dan visual tidak terlalu baik. Pasien tenang. Postur tubuh
menunduk.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : Compos mentis
b. Kesadaran psikiatrik : Tampak terganggu

3. Perilaku dan Aktivitas Motorik

5
 Sebelum wawancara : Pasien sedang berbaring di kasur ruang ranap,
menutup seluruh badan hingga kepala dengan selimut namun tidak
sedang tidur, tidak memberikan respon saat dipanggil dari luar kamar.
 Selama wawancara : Pasien duduk di atas karus selama wawancara.
Pasien menjawab pertanyaan dengan dengan jawaban-jawaban pendek
dan tampak kesulitan mengerti pertanyaan. Selama wawancara, kontak
mata tidak adekuat, pasien cenderung melihat ke bawah.
 Setelah wawancara : Pasien tenang, dan kembali berbaring ditempat tidur.
4. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif, tampak tidak jujur, seperti ada yang disembunyikan
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : Normal, artikulasi jelas dan volume kecil.
b. Gangguan berbicara : Tidak ada
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : Depresif
2. Afek :
a. Arus : Lambat
b. Stabilisasi : Stabil
c. Kedalaman : Dalam
d. Skala diferensiasi : Sempit
e. Keserasian : Serasi
f. Pengendalian Impuls : Kuat
g. Ekspresi : Datar
h. Dramatisasi : Tidak ada
i. Empati : Tidak dapat dinilai
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Ada, halusinasi auditorik (Seperti mendengar
suara-suara yang menyuruh untuk bunuh diri)
b. Ilusi : Tidak ada
c. Depersonalisasi :Tidak ada
d. Derealisasi : Tidak ada

D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)

6
1. Taraf pendidikan : Pasien tamat SMK
2. Pengetahuan umum : Baik.
3. Kecerdasan : Rata-rata
4. Konsentrasi : Baik (Perhatian pasien terhadap pemeriksa baik)
5. Orientasi
a. Waktu : Baik, pasien mengatakan waktu saat wawancara adalah siang
hari.
b. Tempat: Baik, pasien mengatakan bahwa ia saat ini berada di Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat
c. Orang : Baik, pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter
d. Situasi: Baik
6. Daya ingat
a. Tingkat
 Jangka panjang : Baik (Pasien dapat mengingat tanggal lahirnya
dengan benar)
 Jangka pendek : Baik (Pasien mengingat kegiatan yang terakhir
dikerjakan)
 Segera : Baik (Pasien ingat nama pemeriksa)
b. Gangguan : Tidak ada
7. Pikiran abstraktif : Baik.
8. Visuospatial : Tidak dilakukan.
9. Bakat kreatif :-
10. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik (pasien dapat makan, mandi,
berpakaian sendiri, BAB, BAK dan dapat merapikan tempat tidurnya
sendiri).
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
 Produktivitas : Kemiskinan Ide
 Kontinuitas : Autistik
 Hendaya bahasa : Tidak ada

2. Isi pikir

7
 Preokupasi dalam pikiran : Pasien ingin pulang.
 Waham : Tidak ada
 Obsesi : Tidak ada
 Fobia : Tidak ada
 Gagasan rujukan : Tidak ada
 Gagasan pengaruh : Tidak ada
 Idea of suicide : Ada (Menghadang mobil di jalan
raya, mencoba melompat ke laut)
F. PENGENDALIAN IMPULS : Baik (Dapat mengontrol emosinya).
G. DAYA NILAI
 Daya nilai sosial : Baik (pasien tidak pernah melakukan kekerasan
kepada teman-temannya selama di ruangan, pasien juga bersikap baik
kepada perawat dan dokter)
 Uji daya nilai : Baik (pasien mengatakan bahwa disini ada aturan
tidak boleh merokok)
 Daya nilai realitas : Tidak Baik
H. TILIKAN : Derajat IV (Pasien sadar bahwa sakitnya disebabkan oleh sesuatu
yang tidak diketahuinya dalam dirinya)
I. RELIABILITAS: Terganggu, pada pasien ditemukan adanya halusinasi
auditorik.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan Darah : 130/80 mmHg
4. Nadi : 83 x/menit
5. Suhu badan :36.50 C
6. Frekuensi pernapasan : 18x/menit
7. Bentuk tubuh : Normal
8. Sistem kardiovaskular : BJ I & II normal regular, murmur(-),
gallop (-)
9. Sistem respiratorius : Rhonki (-/-), wheezing (-/-)
10. Sistem gastro-intestinal : Dalam batas normal

8
11. Sistem musculo-skeletal : Dalam batas normal
12. Sistem urogenital : Tidak dilakukan
Kesimpulan: Dalam batas normal.
B. STATUS NEUROLOGIK
1. Saraf kranial (I-XII) : Dalam batas normal
2. Tanda rangsang meningeal : Tidak dilakukan
3. Mata : Dalam batas normal
4. Pupil : Dalam batas normal
5. Oftalmoscopy : Tidak dilakukan
6. Motorik : Tidak dilakukan
7. Sensibilitas : Tidak dilakukan
8. Sistim saraf vegetatif : Tidak dilakukan
9. Fungsi luhur : Baik
10. Gangguan khusus : Tidak ada
Kesimpulan : Hasil pemeriksaan pada status neurologik tidak ditemukan
kelainan.
V. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Darah rutin : Haemoglobin, hematokrit, trombosit, dan leukosit
 Pemeriksaan Fungsi hati : SGPT, SGOT
 Pemeriksaan Ginjal : Ureum, Kreatinin
 EKG
VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien laki-laki berusia 23 tahun, belum menikah, tidak bekerja, dirawat di
RSJ Provinsi Jawa Barat dengan keluhan mencoba bunuh diri (tentamen suicide)
sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Keluarga pasien mengatakan bahwa sejak 2
minggu lalu pasien tampak gelisah, selalu ingin kabur atau keluar dari rumah
(agresivitas motorik). Pasien juga melakukan usaha untuk bunuh diri dengan cara
menghadang mobil di jalan raya, dan mencoba melompat ke laut. Pasien juga
sempat berusaha mencekik ibunya sendiri (agresivitas verbal). Menurut keluarga
sebelumnya pasien selalu tampak murung, tidak mau keluar kamar (afek depresif,
anhedonia). Keluarga pasien sering mendengar pasien berbicara sendiri pada saat
di dalam kamar (agresivitas verbal), dan mengatakan merasa mendengar
suara-suara yang mengajaknya berbicara dan menyuruh untuk bunuh diri
(halusinasi auditorik).

9
Dari pemeriksaan status mental didapatkan mood pasien depresif serta
keserasian sesuai dengan moodnya. Pada pasien masih terdapat gangguan isi pikir
berupa halusinasi auditorik. Konsentrasi pasien baik. Orientasi waktu, tempat, dan
orang baik. Daya ingat jangka panjang dan jangka pendek baik. Tilikan pasien
derajat IV. Tidak ditemukan kelainan pada status interna. Tidak dapat kelainan
pada status neurologis.
VII. FORMULASI DIAGNOSTIK
 Aksis I:
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, maka kasus ini dapat digolongkan
kedalam:
 Gangguan kejiwaan karena adanya distress/penderitaan: Di bawa ke RS
karena mencoba bunuh diri.
 Gangguan merupakan gangguan fungsional karena:
 Tidak ada gangguan kesadaran neurologis.
 Tidak disebabkan oleh gangguan medik umum (penyakit metabolik,
infeksi, penyakit vaskuler, neoplasma).
 Tidak disebabkan oleh penyalahgunaan zat psikoaktif.
 Gangguan mood karena:
 Afek depresif
 Anhedonia
Working Diagnosis :
F32.3 Gangguan Depresi Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman diagnostiknya ialah sebagai berikut:
 Memenuhi kriteria gejela utama depresi dan ditambah dengan gelaja-gejala
depresi yang lain, dan masuk dalam kriteria depresi berat dengan gejala
psikotik
Gejala pada pasien : Afek depresif, kehilangan minrat dan menurunnya
aktivitas yang sudah terjadi selama kurang lebih 1 tahun ditambah dengan
gejala-gejala lain seperti gagasan untuk membahayakan diri sendiri
(bunuh diri), gangguan makan, gangguan tidur, gagasan tentang rasa tidak
berguna.

Differential Diagnosis :

10
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
Pedoman Diagnosis:
 Kategori ini harus dipakai baik untuk episode skizoafektif tipe depresif
yang tunggal dan gangguan berulang dimana sebagian besar episode
didominasi oleh skizoafektif tipe depresi.
 Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,
baik depresif maupun kelianan perilaku terkait seperti tercantum dalam
uraian untuk episode depresif (F32)
 Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu dan sebaiknya
ada dua, gejala khas skizofrenia (sebagaimana ditetapkan dalam
pedoman diagnosis skizofreia, F20.-, (a) sampai (d))
Pada pasien tidak memenuhi kriteria pedoman diagnosis (Gejala
psikotik tidak terlalu menonjol, lebih cenderung kepada gangguan afek).
 Aksis II : Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi
mental
 Aksis III : Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medik
 Aksis IV : Masalah Ekonomi, tidak diterima di tempat kerja yang diinginkan
 Aksis V : Skala GAF 41-50 yaitu gejala serius, ide untuk bunuh diri, kendala
sosial yang serius.
VIII. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I Diagnosis kerja : F32.3 Gangguan Depresi Berat dengan Gejala
Psikotik
Diagnosis banding : F25.1 Gangguan Skizoafektif tipe Depresif
Aksis II :Tidak ditemukan adanya gangguan kepribadian dan retardasi
mental
Aksis III :Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medik
Aksis IV :Masalah ekonomi dan tidak diterima di tempat kerja yang
diinginkan.
Aksis V :Skala GAF 41-50 yaitu gejala serius, ide untuk bunuh diri,
kendala sosial yang serius.
PROGNOSIS
Indikator prognosis baik :
- Faktor presipitasi jelas

11
- Riwayat keluarga non afektif
- Tilikan pasien baik, pasien menyadari tentang situasi dirinya dan ingin
sembuh
- Adanya dukungan keluarga untuk sembuh
Indikator prognosis buruk :
- Insidious
- Usia muda
- Belum menikah
- Gejala negative dominan
- Faktor ekonomi
Quo ad vitam :dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
IX. DAFTAR MASALAH
1.Organobiologik : Tidak ditemukan kelainan fisik.
2.Psikologi/psikiatrik : Agresivitas motorik dan verbal, halusinasi auditorik,
afek depresif, anhedonia, isolasi sosial, tentamen suicide.
3.Sosial/keluarga : Masalah perekonomian dan tidak diterima di tempat
kerja yang diinginkan.
X. PENATALAKSANAAN
1. Rawat Inap
Indikasi:
- Untuk stabilisasi keadaan pasien
- Untuk stabilisasi pengobatan
2. Psikofarmaka
R/ Cap Fluoxetine mg 20 No.
S1 dd cap 1
---------------------------- (sign)
R/ Tab Haloperidol 5 mg No.
S2 dd tab 1
3. Terapi Kejang Listrik (ECT)
4. Suportif
 Memberikan dukungan kepada pasien untuk dapat membantu pasien
dalam memahami dan menghadapi penyakitnya. Memberi penjelasan dan

12
pengertian mengenai penyakitnya, manfaat pengobatan, cara pengobatan,
efek samping yang mungkin timbul selama pengobatan, serta motivasi
pasien supaya minum obat secara teratur.
 Memberikan kepercayaan bahwa gejala-gejala akan berkurang dengan
minum obat yang teratur.
 Memotivasi pasien supaya mengikuti berbagai aktivitas seperti,
mengikuti kegiatan yang ada di lingkungan sekitar seperti kerja bakti.
Maupun kegiatan berkelompok lainnya.
 Bantu pasien untuk mengenali pikiran-pikiran dan mengatasi dengan cara
mengalihkan pikiran tersebut dengan aktivitas.
 Berbagi cerita dengan orang yang dipercaya jika ada masalah.
Keluarga
 Dukung keluarga untuk membawa pasien kontrol teratur dan minum obat
sesuai anjuran dokter.
 Diharapkan keluarga dapat membantu dan mendukung kesembuhan
pasien.
 Sarankan keluarga untuk selalu mendampingi pasien.
Religius
 Mendukung pasien dalam aktivitas keagamaannya.

LAMPIRAN
Wawancara Kamis, 19 Juli 2018 di
Ruang Garuda.

D: Selamat siang pak, perkenalkan


saya dokter muda dari Jakarta. Bapak
nam
anya siapa?

13
P : Cantel. merusak barang atau mencoba melukai
D: Pak Cantel, apakah saya bisa orang lain?
ngobrol – ngobrol sedikit pak? P : Ga. Ga pernah.
P : Ya. D : Bapak perasaannya gimana
D: Bapak alamatnya dimana? sekarang?
P: Di Indramayu. P : Biasa aja.
D: Bapak sudah berapa lama tinggal D : Sekarang perasaannya gimana pak,
disini? apakah bapak merasa senang, sedih,
P : Hampir sebulan. atau bagaimana?
D: Bapak tau ini tempat apa? P : Biasa aja.
P : Tau. D : Bapak biasanya sehari-hari
D: Ini tempat apa pak? kegiatannya apa?
P : Rumah Sakit Jiwa. P : Dikamar.
D: Bapak tau kenapa bapak berada D : Di kamar melakukan apa pak?
disini? P : Duduk-duduk aja.
P : Ya. Saya sakit jiwa. D : Selain dikamar, bapak melakukan
D: Bapak merasa bapak sakit? apa lagi?
P : Ya. P : Nonton TV.
D: Bapak tau bapak sakit karena apa? D : Nonton acara apa pak di TV?
P : Ya, ga tau lah. P : Apa aja.
D: Bapak ingin sembuh? D : Selain itu, ngapain lagi pak?
P : Ya mau lah. P : Ga ada.
D: Bapak masih inget waktu kesini D : Bapak punya teman?
diantar siapa? P : Punya.
P : Sama keluarga. D : Bapak sering pergi main sama
D : Ibu? Ayah? Atau keluarga lain? teman-teman?
P : Ibu sama paman. P : Tidak.
D : Oh. Kemarin keluarganya ada D: Kenapa jarang pergi pak?
memberitahu alasan bapak dibawa P : Ga mau.
kesini? D : Hubungan teman-temannya baik?
P : Tidak. Pernah berantem ga pak?
D : Waktu pertama kali dibawa kesini P : Ga pernah.
apakah bapak ada mengamuk atau D : Bapak ga ngerasa bosen dikamar
terus?

14
P : Ga. P : Jadi tentara.
D : Bapak bekerja ga? D : Dulu pernah mencoba mendaftar
P : Tidak. jadi tentara?
D : Kenapa ga bekerja pak? P : Tidak
P : Ga mau. D : Kenapa pak?
D : Bapak sebelumnya pernah bekerja? P : Tingginya ga cukup
P : Pernah D : Kenapa bapak ingin jadi tentara?
D : Kerja dimana pak? P : mau melindungi keluarga
P : Di restoran. D : Kenapa bapak merasa harus
D : Di restoran, kerjanya enak? Ada melindung keluarga?
yang jahat ga sama bapak? P : (pasien tidak menjawab)
P: Ga ada. D : keluarga sekarang tinggal dimana?
D : Kenapa bapak berhenti? P : Di indramayu.
P: Pindah kerja. D : Bapak ngerasa ada yang mau
D: Pindah kerja kemana pak? jahatin keluarganya? Sampai bapak
P : Jakarta. harus melindungi?
D : Di Jakarta kerja apa? P : Ga. Biasa aja.
P : Di pabrik. D : Keluarga baik – baik saja
D : Pabrik apa pak? Bapak bekerja sekarang?
sebagai apa? P : Ya.
P : (Pasien tidak menjawab) D : Di rumah bapak tinggal sama siapa
D : Bapak punya hobi? aja?
P : Punya. P : Sama ibu, adik.
D : Hobinya apa pak? D : Ayah juga?
P : Nonton TV. P : Bapak sudah meninggal.
D : Bapak pernah kuliah? D : Kapan meninggalnya pak?
P : Ga. P : Udah lama.
D : Sekolah? SMP? SMA? D : Waktu bapak masih kecil?
P : SMK. P : Ya.
D : Ada keinginan untuk kuliah? D : Bapak punya kakak? Adik?
P : Tidak. P : Adik.
D : Bapak punya cita-cita? D : Perempuan? Laki-laki?
P : Punya. P : Perempuan.
D : Apa? D : Sekarang adiknya sekolah?

15
P : Kerja. D : Pernah minum alcohol?
D : Adiknya kuliah ga? P : Pernah.
P : Ga. D : Sering ga minumnya?
D : Adik sekolahnya sampai tamat P : Ga.
apa? D : Pernah pakai narkoba?
P : SD. P : Ga Pernah
D : Kenapa ga lanjut sekolah lagi? D : Ibu tau atau tidak bapak pernah
P : Ga. minum alcohol?
D : Ibu sekarang kerja? P : (Pasien tidak menjawab)
P : Ya. D : Bapak agamanya apa?
D : Kerja apa? P : Islam
P : Jual gerabah. D : Sekarang rajin sholat?
D :Bapak pernah bantu ibu ga? P : Tidak.
P : Ga. D : Dulu waktu belum dirawat disini,
D : Waktu bapak masih kerja, pernah rajin sholat ga?
kasi ibu uang ga? P : Ga.
P : Pernahlah. D : Keluarga rajin sholat ga?
D : Ibu senang ga? P : Ga.
P : Ga tau. D : Bapak pernah mencoba bunuh diri?
D : Hubungan sama ibu sama adik, P : Pernah.
baik? D : Kenapa bapak mencoba bunuh
P : Ya. diri?
D : Ibu sering marah-marah ga? P : Mau aja.
P : Ga, biasa aja. D : Ada yang nyuruh?
D : Bapak pernah tidak merasa sedih, P : Ya.
murung, merasa tidak berharga? D : Siapa yang suruh pak?
P : Biasa aja. P : Ga tau.
D : Bapak pernah ada keinginan untuk D : Bapak pernah mendengar
mengakhiri hidup? suara-suara?
P : (Pasien tidak menjawab) P: Ga pernah.
D : Bapak pernah ngamuk-ngamuk? D : Melihat bayangan-bayangan?
P : Ga pernah. P : Ga pernah.
D : Bapak dulu banyak teman? D : Bapak mencoba bunuh diri dengan
P : Biasa aja. cara apa?

16
P : Menghadang mobil. P : Ya.
D : Bapak berapa kali mencoba bunuh D : Bapak mau sembuh?
diri? P : Ya.
P : Sering D : Selama dirawat disini pernah
D : Selain menghadang mobil, bapak dijenguk oleh keluarga?
pernah mencoba cara lain? P : Ga.
P : Lompat ke laut. D : Bapak mau bertemu keluarga?
D : Apa yang bapak rasakan saat bapak P : Ya.
mencoba bunuh diri? D : Baik bapak, terimakasih atas
P : (Pasien tidak menjawab) waktunya, besok kita ngobrol-ngobrol
D : Apakah bapak merasa tertekan? lagi ya.
Tidak berguna? Karena bapak tidak
bekerja?

FOLLOW UP
Jumat, 20 Juli 2018 (R. Garuda)

17
S : Merasa lebih tenang. Bisa tidur nyenyak.
O : Penampilan : tenang, kontak tidak adekuat, rapport adekuat, kooperatif.
Bicara: spontan, artikulasi kurang jelas, produktivitas cukup.
Emosi: mood (eutim), afek (sesuai)
Pikiran dan Persepsi: halusinasi (-), koheren (+)
Sensorium dan kognitif : kompos mentis, memori dan orientasi (tidak terganggu)
A: F32. 3 Gangguan Depresi berat dengan gejala psikotik
P : R/ Cap Fluoxetine mg 20 No.
S1 dd cap 1
---------------------------- (sign)
R/ Tab Haloperidol 5 mg No.
S2 dd tab 1
----------------------------(sign)

18

Anda mungkin juga menyukai