Tugas Fitokimia Screening

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

Tugas Fitokimia : Resume Jurnal Skrining Fitokimia yang

berjudul

Phytochemical Screening and Effect of Musa paradisiaca Stem


Extrude on Rat Haematological Parameters

Dibuat Oleh :

Salsabilla Hastuti Dwi Kustyorini (162210101036)

Dosen : Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt.

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER

2018
Phytochemical Screening and Effect of Musa paradisiaca Stem Extrude on Rat

Haematological Parameters

Musa paradisiaca

Pada jurnal ini membahas tentang senyawa apa saja yang terkandung dalam Musa
paradisiaca Stem atau biasa disebut batang pohon pisang yang diselidiki untuk skrining
fitokimia dengan hewan coba tikus menggunakan parameter hematologi

A. Bahan
1. Hewan percobaan: tikus Albino Wistar (berat antara 62-121 g) yang diperoleh dari
rumah hewan Lembaga Penelitian Veteriner Nasional (NVRI) Vom, Jos dan
ditempatkan pada suhu kamar selama 14 hari sebelum dimulainya percobaan.
2. Tanaman yang digunakan : Batang pisang matang diperoleh dari kebun Profesor
P.C Onyenekwe di Abuja, ibu kota Nigeria.
3. Persiapan ekstrak tumbuhan: Batang pisang dicuci bebas dari puing-puing. Diiris
dan dihaluskan dengan menggunakan lesung dan alu untuk menekannya dan keluar
jus atau kandungan air dalam batang pisang. 100 mL ekstrak murni digunakan
untuk membuat 100% (v / v), sementara untuk 75% (v / v) dibuat dengan
mengukur 75 mL ekstrak murni dan di ad kan hingga 100 mL dengan air suling
dalam labu volumetrik, dan untuk 50 % (v / v) dibuat dengan 50 mL ekstrak murni
dan di ad kan hingga 100 mL dengan air dan untuk 25% (v / v) dibuat dengan 25
mL ekstrak murni yang kemudian di ad kan hingga 100 mL dengan air dalam labu
volumetrik.

B. Metode
1. Runtutan eksperimental: terdapat 5 kelompok , lalu dua puluh tikus albino
Wistar secara acak, tiap kelompok masing-masing menerima 4 tikus. Kelompok
1 kelompok dengna sampel tikus kontrol yang diberi air biasa sementara
kelompok 2, 3, 4 dan 5 adalah kelompok tikus uji dengan pemberian sebanyak
25, 50, 75 dan 100%, masing-masing ekstrak berair masing-masing tanpa air
selama 28 hari (4 minggu). Berat tikus di setiap kelompok terus dipantau dan
didokumentasikan setiap minggu
2. Sampel darah: Tikus dimatikan atau dibuat tak sadarkan diri menggunakan
anestesi kloroform. Sampel darah diambil dengan mengambil darah dari jantung
lalu dimasukkan ke dalam botol tertutup EDTA dengan bantuan syringe 2 mL.
Sampel darah kemudian digunakan untuk percobaan.
3. Skrining fitokimia dari ekstrak tumbuhan: Uji fitokimia yang berbeda dilakukan
dengan menggunakan teknik laboratorium standar yang diantaranya :
a. Alkaloid, glikosida (uji Salkowski)
b. Saponin (tes Buih) diidentifikasi dengan metode Sofowora (1984)
c. Untuk menguji keberadaan antrakuinon, phlobatannins, flavonoid dan tanin
metode Trease dan Evans (1986)
4. Penentuan parameter hematologis: Sel Darah Merah (RBC), Volume Sel
Dikemas (PCV), Sel Darah Putih (WBC), Hemoglobin (Hb), Mean Volume
Corpuscular (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) dan Mean
Corpuscular Hemoglobin Concentration ( MCHC) diperkirakan menggunakan
Analyzer Hematologi otomatis, SYSMEX-KX21 (SYSMEX Corporation,
Jepang).

C. Hasil dan Diskusi

Hasil skrining fitokimia ekstrak Musa paradisiaca ditunjukkan pada Tabel 1.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak batang Musa paradisiaca mengandung:


- Tanin dan glikosida dalam jumlah banyak.
- Alkaloid, saponin, flavonoid, polifenol dan gula reduksi dalam jumlah sedang
- Tidak terdapat phlobatannins .
Kehadiran tanin dalam makanan untuk ternak telah dilaporkan memiliki efek anti-
nutrisi dan memberikan efek beracun termasuk mengurangi asupan makan, pertumbuhan
serta efisiensi pakan (Acamovic dan Brooker, 2005). Namun, hasil dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa tanin tidak mengganggu kinerja pertumbuhan albino tikus Wister (Tabel
2). Peningkatan umum dalam aktivitas fisik, makanan dan asupan air diamati untuk semua
hewan selama percobaan makan.
Tanin dalam tumbuhan telah terbukti memberi sifat antidiarrhoeic dan anti-
haemorrhagic pada tanaman (Asquith and Butler, 1986). Sepadan dengan penggunaan secara
tradisional dengan getah Musa paradisiaca untuk pengobatan diare, luka baru, luka dan
gigitan serangga. Saponin telah dilaporkan memiliki sifat antijamur (Osuagwu et al., 2007)
serta berfungsi sebagai agen ekspektoran dan pengemulsi (Edeoga et al., 2003). Alkaloid,
flavonoid dan tanin telah diketahui menunjukkan aktivitas obat serta menunjukkan aktivitas
fisiologis (Sofowora, 1993). Flavonoid diketahui memiliki efek antioksidan dan telah terbukti
menghambat inisiasi, kemajuan dan perkembangan tumor (Kim et al., 1994).
Temuan penelitian ini sesuai dengan laporan adanya fitokimia di berbagai bagian dari
tanaman Musa paradisiaca sebagaimana yang telah didokumentasikan oleh Akpuaka dan
Ezem (2011) dan Akpabio dkk. (2012).
Penilaian parameter hematologis dapat digunakan untuk mengungkapkan efek
senyawa asing yang merusak, termasuk ekstrak tumbuhan pada konstituen darah hewan. Hal
ini juga dapat digunakan untuk menentukan kemungkinan adanya perubahan dalam tingkat
biomolekul, produk metabolik, hematologi, fungsi normal dan histomorfologi organ
(Magalhaes et al., 2008). Setelah pemberian ekstrak, ada peningkatan yang signifikan (p>
0,05) pada tingkat RBC, PCV dan Hb serta penurunan yang signifikan dalam kadar KIA dan
MCHC pada konsentrasi ekstrak 50-100% sementara tidak ada perubahan signifikan pada
tingkat MCV pada semua konsentrasi ekstrak bila dibandingkan dengan kontrol seperti yang
ditunjukkan pada Tabel 3.

Kecenderungan serupa diamati ketika ekstrak bawang putih (Allum sativum)


diberikan kepada tikus seperti yang dilaporkan oleh Iranloye (2002). Karena MCHC, MCH
dan MCV berhubungan dengan sel darah merah individu sementara Hb, RBC dan PCV
berhubungan dengan total populasi sel darah merah dalam darah (Adebayo et al., 2005),
masih memiliki efek penghambatan pada penggabungan hemoglobin ke dalam sel darah
merah dan pengurangan akibat pertukaran oksigen. Tingkat sel darah merah meningkat secara
signifikan pada konsentrasi ekstrak 75 dan 100% yang menunjukkan bahwa ekstrak Musa
paradisiaca memiliki kekebalan meningkatkan ciri yang mirip dengan yang dilaporkan seperti
bawang putih (Allum sativum) oleh Iranloye (2002) dan ekstrak biji Citrus paradisi Macfad
(Adeneye, 2008).
D. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan dari penelitian ini bahwa ekstrak dari batang Musa paradisiaca
mengandung fitokimia yang memberikan sifat yang berkenaan dengan obat pada tanaman
dan dapat bertanggung jawab untuk haematopoietic dan imunomodulatornya
DAFTAR PUSTAKA

Onyenekwe, P. C., Okereke, O. E., Owolewa, S. O., Science, S., Complex, T., & Abuja, G.
(2013). Phytochemical Screening and Effect of Musa paradisiaca Stem Extrude on Rat
Haematological Parameters, 5(1), 26–29. http://maxwellsci.com/print/crjbs/v5-26-29.pdf

Anda mungkin juga menyukai