Laporan Fitokim

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 13

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Metode pemisahan merupakan aspek penting dalam bidang kimia karena kebanyakan
materi yang terdapat di alam berupa campuran. Untuk memperoleh materi murni dari suatu
campuran, kita harus melakukan pemisahan. Berbagai teknik pemisahan dapat diterapkan
untuk memisahkan campuran. Perusahaan air minum, memperoleh air jernih dari air sungai
melalui penyaringan pasir dan arang. Air murni untuk keperluan laboratorium atau farmasi
diperoleh melalui teknik pemisahan destilasi. Untuk memisahkan minyak bumi menjadi
komponen-komponennya seperti elpiji, bensin, minyak tanah, dilakukan melalui teknik
pemisahan destilasi bertingkat. Logam aluminium dipisahkan dari bauksit melalui teknik
pemisahan elektroforesis. Itulah beberapa contoh teknik pemisahan yang berguna untuk
memperoleh materi yang lebih murni. Melalui teknik pemisahan ternyata menghasilkan
materi yang lebih penting dan lebih mahal nilainya.
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari
simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua
atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Farmakope Indonesia Edisi V,
2014). Sebagian besar ekstrak dibuat dengan mengekstraksi bahan baku obat secara
perkolasi. Seluruh perkolat biasanya dipekatkan dengan cara destilasi dengan pengurangan
tekanan, agar bahan utama obat sesedikit mungkin terkena panas.
Ekstrak cair adalah sediaan cair simplisia nabati, yang mengandung etanol sebagai
pelarut atau sebagai pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan lain
pada masing-masing monografi, tiap ml ekstrak mengandung bahan aktif dari 1 g simplisia
yang memenuhi syarat. Ekstrak cair yang cenderung membentuk endapan dapat didiamkan
dan disaring atau bagian yang bening diuapkan. Beningan yang diperoleh memenuhi
persyaratan Farmakope. Adapun macam-macam ekstraksi, yaitu :
1. Ekstraksi dingin
 Maserasi
 Perkolasi
2. Ekstraksi panas
 Infusa & dekokta
 Reflux
 Soxhlet
 Destilasi : air, uap
3. Ekstraksi dipercepat (accelerated)
 Ultrasonikasi (ultrasound)
 Gelombang mikro (microwave)
 Ekstraksi superkritik (SCE)
Pada praktikum kali ini kelompok kami mengfokuskan pada metode ekstraksi dingin
dengan Maserasi. Maserasi istilah aslinya adalah macerare (bahasa Latin, artinya merendam)
adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati yaitu direndam
menggunakan pelarut bukan air (pelarut nonpolar) atau setengah air, misalnya etanol
encer, selama periode waktu tertentu sesuai dengan aturan dalam buku resmi kefarmasian
(Farmakope Indonesia, 1995).
Metode maserasi dipilih karena metode ini murah dan mudah dilakukan,selain itu
dikhawatirkan senyawa yang terkandung dalam buah pepino merupakansenyawa yang tidak
tahan terhadap panas. Maserasi biasanya dilakukan denganperbandingan 1:2, seperti 100 Kg
sampel diekstrak dengan 200 L pelarut. Guna mendapatkan ekstrak dalam waktu yang relatif
cepat dapat dilakukan pengadukan dengan menggunakan shaker berkekuatan 120 rpm selama
24 jam.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Maserasi ?


2. Bagaimana Prinsip Kerja dari Maserasi ?
3. Bagaimana proses ekstraksi dengan metode Maserasi ?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami metode ekstraksi dengan Maserasi


2. Mahasiswa mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Maserasi
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami prose esktraksi dengan metode Maserasi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.)

Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Myrales
Suku : Mytaceae
Marga : Psidium
Jenis : Psidium guajava L. (Anonim, 1986)

Kandungan kimia, khasiat dan manfaat


a. Kandungan kimia
Menurut Sudarsono dkk (2002), daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin
(17,7%), fenolat (573,3 mg/g) dan minyak atsiri. Daun jambu biji (Psidium guajava
L.), mengandung flavonoid yang dinyatakan sebagai kuersetin. Kuersetin memiliki
aktivitas menghambat enzim reverse transcriptase yang berarti menghambat
pertumbuhan virus RNA dan memiliki titik lebur 31oC, sehingga kuersetin tahan
terhadap pemanasan.
Gambar 1. Kuersetin
b. Khasiat dan Manfaat
Daun jambu biji dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan obat. Daun jambu
berkhasiat untuk mengobati sariawan, diare dan radang lambung. Efek farmakologis
dari daun jambu biji yaitu antiinflamasi, antidiare, analgesik, antibakter, antidiabetes,
antihipertensi dan penambah trombosit. Indarini (2006) menunjukkan bahwa ekstrak
daun jambu biji yang mempunyai potensi antioksidan adalah daun jambu biji
berdaging buah putih yang diekstrak dengan etanol 70 % secara maserasi.

2.2 Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun dan kecuali dinyatakan lain umumnya berupa bahan
yang telah dikeringkan. Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan baku proses pembuatan
ekstrak baik sebagai bahan obat atau produk. Berdasarkan hal tersebut, maka simplisia dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau
mineral. Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari cemaran. Pada
umumnya melakukan tahapan kegiatan seperti sortasi basah, pencucian, peranjangan
pengeringan, sortasi kering dan penyimpanan

2.3 Ekstraksi

Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan massa zat aktif yang
semula berada di dalam sel tanaman ditarik oleh cairan hayati. Metode ekstraksi dipilih
berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan mentah tanaman dan daya penyesuaian
dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari
tanaman. Sifat dari bahan mentah tanaman merupakan faktor utama yang harus
dipertimbangkan dalam memperoleh metode ektraksi ( Harbone.J.B,1999 ). Pada umumnya
peyarian akan bertambah baik apabila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan
penyari luas. Metode penyarian yang umum digunakan yaitu maserasi, perkolasi, soxhcletasi,
dan sebagainya. Pemilihan disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang
baik ( Anonim, 1986 ).

2.4 Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair yang dibuat dengan menyari simplisia
menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya langsung. Ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk. Penyari dengan etanol dengan cara maserasi atau perkolasi (Anonim,
1979). Ekstrak tumbuhan obat yang dibuat dari simplisia nabati dapat dipandang sebagai
bahan awal, bahan antara atau bahan produk jadi. Ekstrak sebagai bahan antara masih perlu
diproses lagi menjadi fraksi-fraksi, isolat tunggal atau campuran ekstrak lain. Ekstrak sebagai
produk jadi berarti ekstrak yang berada dalam sediaan obat yang siap digunakan oleh
konsumen (Anonim, 2000).
BAB 3 PROSEDUR KERJA

3.1 Bahan :

Simplisia daun jambu biji

3.2 Prosedur Kerja


Metode Maserasi

Sebanyak 25 gram serbuk kering dimasukkan ke dalam maserator

Ditambahkan etanol 96% sebanyak 187,5 ml (7x bobot serbuk ) aduk sampai
homogen

Biarkan termaserasi selama 5 hari didalam maserator tertutup, aduk setiap hari

Saring maserat dari ampas dengan corong buchner.

Maserat diuapka dengan penguap putar ( rotary evaporator )

Kemudian panaskan pada penangas air hingga diperoleh ekstrak yang kental
BAB 4 PEMBAHASAN

4.1 PENGERTIAN METODE EKSTRAKSI MASERASI

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam
sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
penyaringan.
Ekstrak merupakan sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan yang
diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat,
menggunakan menstrum yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari
pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel,
1989).
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi dan
melunakkan. Keunggulan metode maserasi ini adalah maserasi merupakan cara
ekstraksi yang paling sederhana dan paling banyak digunakan, peralatannya mudah
ditemukan dan pengerjaannya sederhana. Cara ini sesuai, baik untuk skala kecil
maupun skala industri (Agoes,2007). Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan
kandungan simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,
ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah selesai waktu
maserasi artinya keseimbangan antara bahan yang diekstraksi pada bagian dalam sel
dengan masuk ke dalam cairan, telah tercapai maka proses difusi segera berakhir.
Selama maserasi atau proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang.
Upaya ini menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat di
dalam cairan.
Maserasi merupakan salah satu metode ekstraksi yang dilakukan melalui
perendaman serbuk bahan dalam larutan pengekstrak. Metode ini digunakan untuk
mengekstrak zat aktif yang mudah larut dalam cairan pengekstrak, tidak mengembang
dalam pengekstrak, serta tidak mengandung benzoin (Hargono dkk., 1986).
Lama maserasi memengaruhi kualitas ekstrak yang akan diteliti. Lama
maserasi pada umumnya adalah 4-10 hari (Setyaningsih, 2006). Menurut Voight
(1995), maserasi akan lebih efektif jika dilakukan proses pengadukan secara berkala
karena keadaan diam selama maserasi menyebabkan turunnya perpindahan bahan
aktif. Melalui usaha ini diperoleh suatu keseimbangan konsentrasi bahan ekstraktif
yang lebih cepat masuk ke dalam cairan pengekstrak.

4.2 PRINSIP MASERASI

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya


dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah merendam
simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa
hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini
dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun
hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut - pelarut tersebut ada yang bersifat
“bisa campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang
bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar
atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau
pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam
pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding
sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan
antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam
penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan
mengandung zat aktif. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi
keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi ini, proses ekstraksi
dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan memiliki konsentrasi
yang sama, yaitu masing-masing 50%. Alat maserasi.

4.3 KELEBIHAN DAN KELEMAHAN METODE MASERASI

Kelemahan metode maserasi adalah pengerjaannya lama dan penyarian kurang


sempurna. Secara tekhnologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian
konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan pengulangan
penambahan pelarut setelah dilakukan penyarigan maserat pertama dan seterusnya
(Depkes RI, 2000; Depkes RI, 1995).
Kelebihan metode maserasi adalah penggunaan alat yang cukup sederhana jika
dibandingkan dengan metode-metode yang lain. Cocok digunakan untuk bahan yang
tidak tahan terhadap pemanasan dan bahan yang kurang stabil.

4.4 MODIFIKASI METODE MASERASI

Modifikasi metode maserasi terbagi menjadi beberapa macam yaitu :


1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitupada
suhu 40-500C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat
aktifnya tahanterhadap pemanasan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk berputar terus-menerus waktu proses
maserasi dapatdipersingkat 6-24 jam
3. Remaserasi
Dasar-dasar Pemisahan Analitik Page 4 Cairan penyaring dibagi 2 seluruh serbuk
simplisia dimaserasi dengan cairan penyaring pertama, sesudah digenap-
tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi dengan cairanpenyaring yang
kedua
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar cairan penyaring selalu
bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyaring selalu mengalir kembali secara
berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

4.5 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSTRAKSI

Dalam proses ekstraksi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin
kecil ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair; sehingga
laju perpindahannya menjadi semakin besar. Dengan kata lain, jarak untuk
berdifusi yang dialami oleh zat terlarut dalam padatan adalah kecil.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut
pilihan yang terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat
bersikulasi dengan mudah. Biasanya, zat pelarut murni akan diapaki pada
awalnya, tetapi setelah proses ekstraksi berakhir, konsentrasi zat terlarut akan
naik dan laju ekstraksinya turun, pertama karena gradien konsentrasi akan
berkurang dan kedua zat terlarutnya menjadi lebih kental.
3. Temperatur
Dalam banyak hal, kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di
dalam pelarut akan naik bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk
memberikan laju ekstraksi yang lebih tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut adalah penting karena akan menaikkan proses
difusi, sehingga menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat
pelarut. Pemilihan juga diperlukan tahap-tahap lainnya. pada ektraksi padat-cair
misalnya, dapat dilakukan pra-pengolahan (pengecilan) bahan ekstraksi

4.6 PERBANDINGAN HASIL EKSTRAKSI METODE MASERASI DENGAN


METODE ULTRASONIKASI
Berdasarkan hasil praktikum, ekstraksi menggunakan metode maserasi
didapatkan ekstrak sebanyak 5,2 gram dengan berat simplisia sebesar 25 gram.
Perhitungan % rendemen diperoleh hasil sebesar 20,8 %. Sedangkan untuk hasil
ektraksi dengan menggunakan metode ultrasonikasi, berat ekstrak yang dihasilkan
sebanyak 3,15 gram dengan % rendemen sebesar 12,6 %.
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa ekstrak yang dihasilkan dengan
metode maserasi lebih banyak jika dibandingkan dengan ekstraksi menggunakan
metode ultrasonikasi. Hal ini dapat disebabkan karena pada metode ekstraksi maserasi
simplisia dilakukan perendaman selama 5 hari, kemungkinan penarikan zat kimia
dalam simplisia terjadi lebih maksimal sehingga ekstrak yang didapatkan jauh lebih
banyak.
BAB 5 PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat
dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke
dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi
masuk ke dalam pelarut.

Maserasi adalah metode ekstraksi dengan prinsip pencapaian kesetimbangan


konsentrasi, menggunakan pelarut yang direndam pada simplisia dalam suhu kamar, bila
dibantu pengadukan secara konstan maka disebut maserasi kinetik. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif
akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel
dengan yang diluar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar, sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi.

Dari hasil praktikum di dapatkan hasil setelah 5 hari setelah dievaporasi


menggunakan rotary evaporator didapatkan ekstrak sebanyak 5,2 gram dan persentase
rendaman hasil ekstraksi sebesar 20,8%

5.2 SARAN
Untuk metode penyarian dengan cara maserasi, pengadukan atau pengocokan yang
dilakukan sebaiknya dilakukan dengan goncangan dan kecepatan yang konstan.Suhu pada
saat pemanasan harus sesuai dengan pedoman yang ada agar hasil yang didapatkan bisa
optimal. Dan ikuti pedoman yang tertera pada buku panduan. Dalam pengerjaannya harus
tetap dijaga dan diperhatikan, agar dapat mencatat data yang akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohman, 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Adrian, peyne, 2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat. Pusat
Penelitian. Universitas Negeri Andalas.

Ansel,H.C., (1989). Pengatar Bentuk sediaan Farmasi. Edisi 4. UI Press. Jakarta

Depkes RI. (1979). Materia Medika Indonesia. Jilid IV. Cetakan Pertama. Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1994. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Depkes RI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Farmakope Indonesia, Edisi V. Jakarta: Depkes RI

Ditjen POM, (1986). Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta.

Harborne,J.B, 1984.Phitochemical Method. Chaman and Hall Itd : London

Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Sulaiman, T.N.S. (2007). Teknologi dan Formulasi Sediaan Tablet, Cetakan Pertama. Yogyakarta:
Mitra Communications Indonesia.
Hasil Ekstraksi dengan Metode Maserasi

Penimbangan gelas yang berisi


ekstrak

Penimbangan gelas kosong

Hasil ekstrak dari


ekstraksi maserasi

Dari hasil praktikum ekstraksi simplisia X dengan menggunakan metode maserasi yang telah
dilakukan selama 5 hari, setelah dievaporasi menggunakan rotary evaporator didapatkan ekstrak
sebanyak 5,2 gram.

Bobot ekstrak : bobot total – bobot gelas

: 86,72 gram – 81,52 gram

= 5,2 gram
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘
% rendemen hasil ektraksi : 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 x 100%

5,2 𝑔𝑟𝑎𝑚
: 25 𝑔𝑟𝑎𝑚
x 100%

= 20,8%

Anda mungkin juga menyukai