TERM OF REFERENCE
BIOSKOP
D511 12 107
DEPARTEMEN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Film merupakan salah satu karya seni yang lahir dari suatu kreativitas dan
imajinasi orang-orang yang terlibat dalam suatu proses penciptaan gambar bergerak
tersebut. Film mempunyai kekuatan yang sangat berpengaruh dan sangat peka,
karena dapat di terima dengan dua panca indra secara bersamaan yaitu penglihatan
dan pendengaran. Lewat film, informasi dapat dikonsumsikan dengan lebih
mendalam karena film adalah media audio visual. Media ini banyak digemari
masyarakat karena dapat disajikan sebagai hiburan penyalur hobi.
B. Rumusan Masalah
1. Menetukan lokasi yang tepat untuk perencanaan bioskop
2. Bagaimana agar perencanaan bioskop ini, dapat memiliki daya tarik tersendiri
pada masyarakat.
3. Bagaimana Standar-standar perencanaan dan perancangan bioskop.
4. Menentukan program ruang yang memenuhi syarat pada bioskop
5. Menentukan Utilitas perencanaan bioskop
C. Tujuan dan Sasaran pembahasan
1. Tujuan
a. Penyusunan acuan perancangan yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam konsep perancangan bioskop tersebut.
b. Dapat mendesain bangunan bentang lebar
2. Sasaran pembahasan
a. Menentukan lokasi yang tepat dan berpotensi pada perencanaan
b. Mendesain bioskop dengan bentuk dan penampilan yang menarik
c. Mendesain bioskop sesuai kebutuhan dan besaran ruang yang memadai
D. Lingkup Pembahasan
1. Menyusun proses perencanaan dan konsep perencanaan yang direalisasikan
ke dalam desain gambar bioskop.
2. Perencanaan dan perancangan juga ditekankan pada kelengkapan fasilitas-
fasilitas bioskop dan fasilitas pendukung lainnya
3. Mendesain bangunan bentang lebar
E. Sistematika
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Landasan teori
Bab III : Analisis
Bab IV : kesimpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian bioskop
Adapun pengertian bioskop, yaitu :
1. Tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar.
Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor
2. Gedung pertunjukan untuk film.
B. Sejarah Perkembangan Bioskop
Bioskop sudah lama dikenal masyarakat luas, dan pertama di dunia dibangun
pada 1902. Bangunan permanen yang khusus dirancang untuk memutar film itu
berada di Amerika Serikat. Tally's Electric Theater adalah bioskop pertama di dunia
yang tepatnya berada di kota Los Angeles, California. Meskipun pemutaran film
pertama terjadi pada 1846, namun pemutaran film tersebut diadakan di sebuah gedung
pertunjukan musik Koster & Bials Music Hall.
1. Sejarah bioskop di Indonesia
Bioskop pertama di Indonesia berdiri pada Desember 1900, di Jl.
Tanah Abang I, Jakarta Pusat, karcis kelas I harganya dua gulden (perak)
dan harga karcis kelas dua setengah perak. Bioskop zaman dulu bermula
di sekitar Lapangan Gambir (kini Monas).
Bangunan bioskop masa itu menyerupai bangsal dengan dinding
dari gedek dan beratapkan kaleng/seng. Setelah selesai pemutaran film,
bioskop itu kemudian dibawa keliling ke kota yang lain. Bioskop ini dikenal
dengan nama Talbot (nama dari pengusaha bioskop tersebut). Bioskop lain
diusahakan oleh seorang yang bernama Schwarz, tempatnya terletak kira-kira
di Kebon Jahe, Tanah Abang. Sebelum akhirnya hancur terbakar, bioskop
ini menempati sebuah gedung di Pasar Baru. Ada lagi bioskop yang bernama
Jules Francois de Calonne (nama pengusahanya) yang terdapat di Deca Park.
De Calonne ini mula-mula adalah bioskop terbuka di lapangan, yang pada
zaman sekarang disebut "misbar", gerimis bubar. De Calonne adalah cikal
bakal dari bioskop Capitol yang terdapat di Pintu Air.
C. Klasifikasi Bioskop
Dari berbagai sumbar, dapt di klasifikasikan bioskop sebagai berikut :
1. Berdasarkan jenis dan jumlah studio pertunjukan film :
a. Gedung pertunjukan biasa
Gedung pemutar film yang hanya memiliki 1 buah studio pemutaran film
b. Sinepleks
Gedung pemutar film yang memiliki lebih dari 2 buah studio pemutar film
c. Drive In Cinema
Gedung pemutar film yang merupakan ruang studio terbuka yang
menyerupai parkir khusus dimana penonton bisa film dari dalm mobilnya.
2. Berdasarkan fasilitas ruang studio pemutaran film
a. Kelas bisnis
Ruang teater dengan tata suara dan ruang proyektor standart, kursi berupa
sofa sehingga nyaman.
b. Kelas eksekutif
Ruang teater dangan tata suara dan layar proyektor diatas standar
biasanya dengan pengembangan teknologi, dengan tempat duduk berupa
sofa yang nyaman dengan penambahan selimut dan kemewahan lainnya.
3. Berdasarkan daya tampung
a. Kapasitas kecil - kurang dari 400 tempat duduk
b. Kapasitas sedang - kurang dari 400-800 tempat duduk
c. Kapasitas besar - loebih dari 800 tempat duduk
4. Berdasarkan lama periode pemutaran film
a. First Round Movie, memutarkan film tayang pertama/ perdana
b. Second Round Movie, memutarkan film tayang kedua setelah tayang yang
pertama.
c. Third Round Movie, memutarkan film setelah tayang yang ke dua.
D. Standar-standar Perencanaan dan Perancangan Bangunan Bioskop
Persyratan dan tuntutan bangunan bioskop terbagi sebagai berikut :
1. Bagian Luar Bioskop
a. Letak
Letak atau lokasi bangunan bioskop perlu diperhatikan karena letak
berpengaruh pada bangunan bioskop, bentuk letak ini perlu di perhatikan
sebagai berikut :
Ditempat yang luas degan alasan agar memberikan parkir mobil
dan kendaraan lainnya, serta memberikan keleluasan dan
kepuasan pada pengunjung.
Ditempat yang strategis yaitu di tengah-tengah dekat pemukiman
agar mudah dicapai masyarakat
Berada ditempat yang jauh dari faktor pengganggu seperti tempat
pembuangan sampah dan industi yang gaduh dan terlalu ramai.
Ditempat yang jauh dari daerah banjir.
b. Halaman
Halaman sangat penting bagi bioskop, digunakan untuk parkir
kendaraan dan sebaiknya cukup luas.
Halaman harus bersih, tidak terdapat sampah-sampah berserakan
atau genangan air, dll.
Halaman perlu diberi pagar pembatas
Arah-arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk penonton ataupun
kendaraan-kendaraan yang keluar masuk.
Taman untuk memperindah halaman bioskop.
2. Bagian Dalam Bioskop
a. Ruang Tunggu
Ruang tunggu pada bioskop sangat penting sebab :
Memberiakn tempat bagi para pengunjung yang lelah untuk
beristirahat
Memberikan tempat bagi para penonton untuk menunggu gilirannya
memnton film
Oleh sebab itu, maka ruang tunggu perlu dijaga kebersihannya,
disediakan tempat sampah yang cukup dan interior pada ruang tunggu
didesain menarik agar para pengunjung tidak cepat bosan.
b. Exterior Traffic
Exterior traffic sangat penting , karena dapat melancarkan lalu lintas
penonton untuk menuju kebagian lain gedung bioskop tersebut. Beberapa
hal penting yang diperhatikan pada rencana exterior traffic :
Jalan yang menghubungkan bagian-bagian lain harus jelas dan
teratur
Jalan keluar masuk pengujung harus teratur maka pintu masuk
yang menuju ruang studio harus terpisah dengan pintu keluar.
Untuk menjaga kebersihan perlu adanya dipersiapkan ruangan
untuk para perokok
c. Toilet
Persyratan toilet antara lain :
Toilet antara pria dan wanita harus terpisah
Persedian air yang cukup
Toilet harus selalu dijaga kebersihannya
Sebaiknya toilet terdapat wash tafel (tempat cuci tangan) dilengkapi dengan
sabun dan tissue.
d. Pemadam Kebakaran
Didalam gedung bioskop harus tersedia alat pemadam kebakaran
yang masihberfungsi dan mudah dijangkau oleh umum
Jumlah pemadam kebakaran disesuaikan degan besar kecilnya
gedung bioskop
3. Ruang Studio Pemutaran Film
a. Dinding
Dinding gedung pertunjukan dibuat anti gema suara dengan
menerapkan sistem akustik dengan maksud :
Mencegah gema suara yang memantul dan menggaduhkan bunyi
asli
Mencegah penyerapan suara (absorpsi) sehingga suara hilang dan
menjadi kurang jelas.
Membantu resonansi (menguatkan suara)
b. Lantai
Lantai dibuat dari bahan yang kedap air, keras, dan tidak licin dan
mudah dibersihkan
Kemiringan dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan
penonton yang dibelakang tidak terganggu oleh penontot yang di
depan.
Jarak antara sandaran kursi adalah lebih kurang 90 cm, dengan dudut
penurunan ideal kearah layar 6,28 terhadap garis horizontal, berarti
perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10 cm.
c. Tempat Duduk atau Kursi
Persyaratan dari tempat duduk atau kursi adalah :
Kontruksi cukup kuat dan tidak mudah bersarangnya binatang
pengganggu antara lain kutu busuk ataupun serangga lainnya.
Ukuran kursi yaitu :
- Lebih kurang 40-50 cm
- Tinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm
- Tinggi sandaran 38-40 cm degan lebar sandaran disesuaikan
kenyamanan
- Sandaran tangan berfungsi juga sebagai pembatas
- Sandaran pengguna tidak boleh terlalu tegak
Letak kursi diatur sedemikian rupa sehingga semua penonton dapat
melihat gambar secara penuh dengan tidak terganggu.
Jarak antara kursi dengan kursi yang didepannya minimal 40 cm
yang berfungsi sebagai sirkulasi ke tempat kursi yang dituju.
Tiap penonton harus dapat melihat dengan sudut pandang maksimal
30˚. Penonton yang duduk di baris depan harus masih melihat
seluruh gambar sepenuhnya. Artinya bagian tepi layar atas, bawah,
dan samping kiri dan kanan berturut-turut maksimum membentuk
sudut 60º-80º dengan titik mata.
d. Layar Film
Layar film merupakan alat yang pokok dan penting dalam bioskop.
Adapun syarat-syarat layar yang harus dipenuhi adalah sebagai berikut :
Layar sebaiknya berwarna putih dan diberi warna gelap di tepi.
Ukuran harus disesuaikan dengan proyeksi dari proyektor film yang
digunakan
Permukaan harus licin dan bersih
Jarak antara layar degan proyektor harus sesuai sehingga gambar
yang di proyeksikan pada layar benar-benar baik.
gambar, bentuk layar pada ketinggian dan lebar yang sama
suara yang dihasilkan dari surround speaker tidak boleh terdengar sama
dengan suara yang berasal dari speaker depan. Maka dari itu, waktu delay
dari speaker surround terhadap speaker yang ada di depan biasanya
adalah 1 ms untuk jarak 340 mm. Berarti, suatu ruangan bioskop dengan
panjang 34 m akan mempunyai waktu delay sebesar 100 ms atau 1/10 s.
selain teknologi suara, baik tidaknya akustik ruangan bioskop sn=angat
mempengaruhi terdengarnya suara dari film. George Augspurger seorang
ahli akustik mengatakan bahwa dalam akustik ada 3R yang harus
diperhatikan, antara lain :
g. Ventilasi
Ventilasi untuk gedung bioskop sangat penting, oleh karena itu untuk
mengatur sirkulasi udara, agar udara kotor dalam ruangan keluar dan udara
bersih masuk sehingga penonton merasa nyaman.
Sistem ventelasi terbagi atas dua yaitu :
Ventilasi Alami (Natural Ventilation System)
Ventilasi alami ini dapat dibuat dengan jalan memasang jendela dan
lubang-lubang angin atau dengan menggunakan bahan bangunan
yang berpori-pori.
Ventilasi Buatan (Artificial Ventilation System)
Untuk ventelasi buatan ini dapt berupa :
- Fan (kipas angin), fungsinya hanya memutar udar didalam
ruangan, sehingga masih di perlukan ventilasi alamiah.
- Exhauster (pengisap udara), prinsip kerjanya adalah mengisap
udar kotor dalam ruangan sehingga masih diperlukan ventilasi
alamiah.
- Air conditioning (ac), AC yang baik untuk gedung bioskop adalah
menggunakan AC central. Air Conditioning (AC), prinsip kerjanya
adalah penyaringan, pendinginan, pengaturan kelembaban serta
pengaturan suhu dalam ruangan. Yang perlu diperhatikan bila
menggunakan AC adalah ruangan harus tertutup rapat dan
seseorang tidak boleh merokok didalamnya.
h. Pencahayaan
Pada dasarnya pencahayaan diperlukan sebelum dan setelah
pertunjukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan pencayaan
adalah :
System pencahayaan tidak boleh menyilaukan mata maksimal 150 lux
dan tidak boleh bergetar.
Tersedia cukup cahaya untuk kegiatan pembersihan gedung pertunjukan.
Kekuatan penerangan pada tangga adalah 30 lux
i. Pintu darurat
Persyratan pintu darurat adalah :
Lebar minimal pintu darurat adalah 2 kali lebar pintu biasa (160 cm)
Jarak pintu darurat yang satu dengan yang lain setidaknya 5 m dengan
tinggi 1,8 m dan membuka ke luar.
Letak pintu darurat sebelah kirai dan sebelah kanan ruang pertunjukan
harus simetris.
Selama pertunjukan pintu darurat tidak boleh dikunci.
Di atas pintu harus dipasang lampu merah dengan ttulisan jelas “Pintu
Darurat”
BAB III
ANALISIS
A. Konsep Dasar Perancangan Makro
Kota Makassar merupakan ibukota provinsi Sulawesi selatan yang berada di tepi
selat Makassar pada posisi 11924’- 17,38 BT dan 58’-6,19 LS, karena letaknya
yang sangat strategis, maka Makassar berperan sebagai pusat bagi pengembangan
wilayah-wilayah Indonesia Bagian Timur. Batas wilayah kota Makassar :
- Sebelah selatan kabupaten Gowa
- Sebelah Utara Kabupaten pangkep
- Sebelah Timur Kabupaten Maros
- Sebelah barat selat Makassar
Keadaan topografi di wilayah kota Makassar umumnya datar dengan ketinggian
dari permukaan laut berkisar antara 1-12 m. Salah satu Rencana Umum tata ruang
wilayah kota Makassar adalah Rencana struktur tata ruang kota yang pada dasarnya
merupakan pengaturan terhadap tata guna lahan yang ditetapkan dalam RTRWK
penekanannya diutamakan pada penzoningan dan pengisian aktivitas serta fasilitas
untuk setiap kegunaan tanah.
1. Pemilihan lokasi
a. Kriteria pemilahn lokasi
Mengingat bahwa bangunan yang direncanakan merupakan bangunan
yang berfungsi sebagai hunian, maka ada beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam menentukan lokasi bangunan, yaitu :
Tapak terpilih
Tapak yang terpilih terletak di jalan perintis kemerdekaan dan juga tapak masih
berupa lahan kosong.
Pengelola
Pendukung
Teknis
Parkir
Rekapitulasi
2. Sistem Utilitas
Sistem jaringan utilitas pada Hotel ini menggunakan sistem sentralisasi,
yaitu memusatkan beberapa peralatan utama pada daerah lanati bawah
dengan menempatkan kontrol-kontrol panel pada setiap lantai.
a. Pemipaan (Plumbing)
sistem pemipaan pada bangunan ditujukan bagi penyediaan air bersih
maupun pembuangan air kotor.
Air bersih
sumber air bersih untuk kebutuhan sarana utama pada
bangunan memanfaatkan fasilitas kota melalui jasa PDAM dan
sebagai cadangan menggunakan sumur dalam (deep wall), dengan
mempertimbangkan kebersihan serta kebutuhan yang besar akan
air bersih tersebut.
Air kotor
Pembuangan air kotor yang berasal dari air buangan kamar
mandi serta air hujan dialirkan melalui bak penampungan lebih
terlebih dahulu kemudian diteruskan kesaluran pembuangan kota.
Sedangkan untuk air septictank dan air buangan dapur yang
mengandung lemak, sebelum disalurkan ke riol kota terlebih dahulu
dialirkan ke bak penampungan kemudian diolah pada Sewage
Treatment Plant (STP) dengan proses aerasi dan chlorinasi
sehingga kadar Biological Oxygen Demand (BOD) menjadi sangat
rendah.
b. Elektrikal
Sumber utama tenaga listrik pada bangunan yang direncanakan
berasal dari jaringan PLN dengan tenaga cadangan berasal dari generator
set dengan kapasitas 100% dari kebutuhan listrik utama, untuk keadaan
darurat digunakan hanya 60% dari kebutuhan listrik utama.
c. Pembuangan Sampah
Sampah yang terdapat pada bangunan memerlukan tempat serta
pembuangan yang tidak mengganggu kenyamanan serat kebesihan
masing-masing ruang yang ada
d. Pemadam kebakaran
Pencegahan kebakaran di luar bangunan
Pencegahan bahaya kebakaran diluar bangunan
menggunakan Pilar Hydrant yang diletakkan di halaman dengan
jarak antar hydrant ± 90-150 m. (Depatemen Pekerjaan Umum,
Pemasangan Sistem Hydrant)
Pecegahan kebakaran didalam bangunan
Pecegahan kebakaran didalam bangunan terdiri dari :
- Thermo Detector
- Smoke Detector
- Spinkler
- Fire Hydrant
- Fire Alarm
- Alat pemadam kebakaran ringan
- Alat bantu evakuasi
e. Keamanan
Dalam menaggulangi masalah keamanan, dipergunakan sistem CCTV
(Central Circuit Television). Seluruh monitor tersebut dikendalikan dan
dikontrol oleh petugas keamanan di sebuah ruangan khusus (CCTV room)
yang terletak pada lantai bagian bawah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bioskop merupakan tempat sarana untuk melepas ketegangan atau
refreshing melalui media film, yang merupakan hiburan yang dipsan dalam
waktu luang dan terutama mencari kepuasan ataupun kesenangan batin
2. Bioskop juga bias dikatkan sebagai tempat pendidikan informal yang
digunakan oleh masyarakat umum.
B. Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat pada TOR (Term of
Reference) ini, sehingga sangat dibutuhkan saran dari Dosen Pembimbing dan
juga teman-teman mahasiswa yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan
dari penyusunan TOR ini.