Anda di halaman 1dari 17

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian

eksplanatoris (explanatory research). Cakupan eksplanasi penelitian ini termasuk

penelitian kausalitas. Kuncoro (2013) menyatakan bahwa jenis penelitian

eksplanatoris merupakan penelitian yang dilakukan dengan maksud penjelasan

(explanatory), sedangkan penelitian kausalitas adalah penelitian yang ingin

mencari penjelasan dalam bentuk hubungan sebab akibat.

Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu Penghindaran Pajak

yang merupakan variabel dependen dan corporate social responsbility, leverage,

kualitas audit dan ukuran perusahaan merupakan variabel independen. Subjek

Penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2011 - 2016.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data

yang bersumber dari catatan yang ada pada perusahaan dan dari sumber lainnya

(Kuncoro,2013). Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan tahunan,

laporan keberlanjutan dan ringkasan kinerja perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia selama tahun 2011 - 2016 yang di akses dari www.idx.co.id dan

website masing-masing perusahaan. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah

data keuangan serta angka-angka yang diperlukan untuk menghitung Effective Tax

35
36

Rates (ETR), Corporate Social Responsibility Index (CSRDI), kualitas audit, Debt

To Equity Ratio (DER) dan size sedangkan data kualitatif adalah daftar

perusahaan yang terdaftar di BEI selama tahun 2011 - 2016.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Kuncoro, 2013). Populasi penelitian ini

adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik penarikan

sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel dipilih

atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria pemilihan sampel yang

ditentukan.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Kuncoro, 2013). Sampel yang dipilih dalam penelitian ini adalah

perusahaan yang tercatat di BEI dengan kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan yang terdaftar di BEI dari Tahun 2011 - 2016.

2. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan berturut-turut untuk tahun pelaporan

dari Tahun 2011 - 2016.

3. Perusahaan menerbitkan laporan keberlanjutan berturut-turut untuk tahun

pelaporan dari Tahun 2011 - 2016

4. Perusahaan yang tidak memiliki kompensasi rugi fiskal, agar tidak

menyebabkan distorsi dalam pengukuran penghindaran pajak (Darmawan dan

Sukartha, 2014). Perusahaan yang memiliki kompensasi rugi fiskal tidak di

masukkan dalam sampel untuk menghindari kesalahan pengukuran


37

penghindaran pajak. Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang

Pajak Penghasilan di atur kerugian fiskal tersebut dikompensasikan dengan

penghasilan neto fiskal atau laba neto fiskal dimulai tahun pajak

berikutnya sesudah tahun didapatnya kerugian tersebut berturut-turut sampai

dengan 5 (lima) tahun. (www.dirjenpajak.go.id)

Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 575

perusahaan per 2017. Dari 575 perusahaan sampel yang memenuhi kriteria

perusahaanyang diambil menjadi sampel penelitianadalah 25 perusahaan. Berikut

disajikan proses purposive sampling dalam penelitian ini :

Tabel 3.1
Proses Purposive Sampling Penelitian
No Purposive Sampling Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari Tahun
1. 575
2011-2016
Dikurangi perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
2. 0
tahunan berturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2011 – 2016
Dikurangi perusahaan yang tidak menerbitkan laporan
3. keberlanjutanberturut-turut untuk tahun pelaporan dari 2011 – (542)
2016
4. Dikurangi perusahaan yang memiliki kompensasi rugi fiskal (17)
Jumlah 16
Pengamatan data selama 6 tahun (2011 - 2017) 112
Sumber: Data diolah penulis

Berdasarkan data kualifikasi di atas, maka terdapat 16 perusahaan yang

dijadikan sampel dalam penelitian ini seperti yang ditampilkan pada tabel 3.2

berikut:
38

Tabel 3.2
Sampel Penelitian
NO Nama Perusahaan Kode
1. Astra Agro Lestari Tbk AALI
2. Adhi Karya (Persero) Tbk ADHI
3. PT Adaro Energi Tbk ADRO
4. Astra International. Tbk ASII
5. PT Vale Indonesia Tbk INCO
6. PT. Indah Kiat Pulp & Paper. Tbk INKP
7. Indocement Tunggal Prakasa Tbk INTP
8. PT Indo Tambang Raya Megah Tbk ITMG
9. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR
10. Multi Bintang Indonesia. Tbk MLBI
11. PT. Perusahaan Gas Negara. Tbk PGAS
12. Tambang Batubara Bukit Asam Tbk PTBA
13. PP (Persero) Tbk PTPP
14. Semen Indonesia (Persero) Tbk SMGR
15. Total Bangun Persada. Tbk TOTL
16. Unilever Indonesia. Tbk UNVR
Sumber : www.idx.co.id

3.4. Definisi Operasional Variabel

3.4.1. Variabel Independen

a. Corporate social responsibility

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah variabel independen yang

dipakai dalam penelitian ini.Kategori pengungkapan sosial yang digunakan

menggunakan CSRDI berdasarkan pada kriteria Global Reporting Index 3.1 yang

terdiri dari tiga aspek utama yaitu aspek economic, environmental, dan

social.Penelitian ini juga menggunakan GRI 4 karena GRI versi 4 baru

dipublikasikan pada tahun 2013 dan baru diwajibkan untuk laporan yang

diterbitkan setelah 31 Desember 2015, namun beberapa perusahaan yang menjadi

sampel telah menerapkan GRI 4 lebih awal. Oleh karena itu, penelitian ini

menggunakan pengukuran ganda, yaitu GRI 3.1 dan GRI 4.0. Penghitungan
39

CSRDI dilakukan dengan memberi skor 1 Jika perusahaan mengungkapkan item

sesuai kriteria dan memberi skor 0 jika perusahaan tidak diungkapkan (Lanis dan

Richardson, 2011).

𝑛
𝐶𝑆𝑅𝐷𝐼 = 𝑥 100%
91

Keterangan: 84 untuk GRI 3.1 dan 91 untuk GRI 4.0

b. Kualitas Audit

Kualitas audit diukur dengan discretionary accruasl. Discretionary

accruals diambil sebagai proksi untuk kualitas audit karena dapat mengukur

kualitas informasi akuntansi (Fitriany, dkk, 2015).

Discretionary accrual (DA) merupakan tingkat akrual yang tidak normal

yang berasal dari kebijakan manajemen untuk melakukan rekayasa terhadap laba

sesuai dengan yang mereka inginkan. Dalam penelitian ini, discretionary accruals

sebagai proksi atas manajemen laba diukur dengan menggunakan Modified Jones

Model, karena model ini mempunyai standar error dari εit (error term) hasil

regresi estimasi nilai total aktual yang paling kecil dibandingkan model-model

yang lainnya. (Wahyuningsih, 2007 dalam Yuda dkk, 2016).

Discretionary accruals menghitung perbedaan antara total accruals dan

non discretionary accruals. Total accruals dapat dihitung melalui cash flow

statement approach:

TAt = N.It - CFOt


dimana :
TAt adalah total accruals di tahun t
N.It adalah net income di tahun t
CFOt adalah cash flows dari aktivitas operasi di tahun t
40

Total akrual kemudian dirumuskan oleh Jones (1991) yang dimodifikasi

oleh Dechow et al (1995) sebagai berikut :

TAit/Ait-1 = α1(1/Ait-1) + α2(ΔREVit/Ait-1) + α3(PPEit/Ait-1) + εit

dimana :

TAit = Total akrual perusahaan i pada tahun t


ΔREVit = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi pendapatan tahun t-1
PPEit = Aktiva tetap perusahaan i pada tahun t
Ait-1 = Total aktiva perusahaan i tahun t-i
εit = Error term perusahaan i tahun t

Penelitian ini menggunakan cash flow statement approach untuk

mengitung total accruals. Setelah menghitung total accruals, selanjutnya adalah

menghitung non discretionary accruals dengan menggunakan rumus berikut :

NDAt = α1 ( 1 / At-1) + α2 [(∆REVt - ∆RECt) / At-1] + α3 (PPEt / At-1)

dimana :

NDAt = non discretionary accruals


At-1 = total assets pada akhir tahun t-1
∆REVt = revenue di tahun t dikurangi revenue di tahun t-1
∆RECt = net receivables di tahun t dikurangi receivable di tahun t-1
PPEt = gross property plant and equipment pada akhir tahun t
α1, α2, α3 = parameter-parameter spesifik perusahaan
ℰ = residual, yang menggambarkan porsi discretionary spesifik perusahaan
dari total accruals.
Discretionary accruals dihitung dengan mengambil perbedaaan antara

total accruals dan non discretionary accruals.

DAt = TAt - NDAt


dimana :
DAt = komponen discretionary accruals
TAt = total accruals di tahun t
NDAt = non discretionary accruals
41

c. Leverage

Leverage merupakan rasio yang menggambarkan hubungan antara utang

perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh

perusahaan dibiayai oleh utang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan

yang digambarkan oleh modal (equity). Dalam penelitian ini, indikator yang

digunakan untuk mengukur tingkat leverage adalah Debt To Equity Ratio (DER).

Rasio ini menggambarkan perbandingan kewajiban dan ekuitas dalam pendanaan

perusahaan dan menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut

untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Annisa, 2016).

Adapun pengukurannya dengan menggunakan rumus:

DER = Total Kewajiban X 100%

Ekuitas Pemegang Saham

d. Ukuran perusahaan

Dalam penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat

ukuran perusahaan adalah total aset karena ukuran perusahaan diproksi dengan Ln

total asset. Penggunaan natural log (Ln) dalam penelitian ini dimaksudkan untuk

mengurangi fluktuasi data yang berlebihan tanpa mengubah proporsi dari nilai

asal yang sebenarnya.

SIZE = Ln (total asset)

3.4.2. Variabel Dependen

a. Tax Avoidance
42

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh variabel

independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tax avoidance. Tax

avoidanceadalah keinginan perusahaan untuk meminimalkan beban pajak yang

dibayar dengan cara yang legal, ilegal, maupun kedua-duanya. Tax avoidancebisa

diukur dalam beberapa proksi pengukuran. Adapun yang menjadi proksi utama

dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Annisa (2016) yakni Effective Tax

rates (ETR) yang dihitung dari:

ETR = Beban Pajak .

Laba sebelum pajak

Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini dapat diringkas dan

disajikan seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3
Tabel Definisi Operasional Variabel Dan Pengukurannya
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala
Dependen Penghindaran pajak
Tax merupakan salah satu upaya
Avoidance meminimalisasi beban pajak
(Y) yang sering dilakukanoleh
ETR = Beban Pajak
(Kartika, perusahaan, karena masih
. Rasio
dkk: 2017) berada dalam bingkai
Pendapatan sebelum pajak
peraturan perpajakan yang
berlaku (Annisa: 2016)

Independen Kategori pengungkapan


CSR (X1) sosial yang digunakan dalam
(Totok penelitian ini menggunakan CSRDI = n x 100%
Mardikanto, GRI versi 3.1 dan 4.0 karena Rasio
84 atau 91
2014) periode penelitian yang
panjang sehingga perusahaan
masih menggunakan GRI 3.1
43

pada tahun tertentu.

Kualitas Kualitas audit adalah segala


Audit (X2) kemungkinan yang dapat
(Fitri dan terjadi saat auditor mengaudit
Tridahus, laporan keuangan klien dan
2015) menemukan pelanggaran atau DAt = TAt - NDAt Rasio
kesalahan yang terjadi dan
melaporkannya dalam
laporan keuangan auditan
(Fitri dan Tridahus, 2015)
Leveragemerupakan jumlah
Leverage utang yang digunakan untuk
(X3) membiayai/membeli aset-aset
(Annisa, perusahaan. Dalam penelitian
2016) ini leveragediukur
menggunakan Debt to Equity
DER = Total Kewajiban X
Ratio, menunjukkan suatu
100%
upaya untuk memperlihatkan Rasio
Ekuitas Pemegang Saham
proporsi relatif dari klaim
pemberi pinjaman terhadap
hak-hak kepemilikan dan
digunakan sebagai ukuran
peranan kewajiban (utang).
(Annisa, 2016)

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Skala


Ukuran
perusahaan(X Ukuran perusahaan dapat
4)(Reinaldi dilihat dari total aset yang
dan dimiliki perusahaan. Nilai
Charoline, aset dipakai sebagai ukuran
2015) perusahaan karena
perusahaan yang besar selalu SIZE = Ln (total asset)
diidentikkan dengan nilai aset
Rasio
yang besar pula, sehingga
dapat mempengaruhi suatu
keputusan terhadap
perusahaan dikarenakan
perusahaan bernilai miliyaran
rupiah (Reinaldi dan
Charoline, 2015)

3.5. Metode Analisis Data


44

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

kuantitatif. Bila serangkaian observasi atau pengukuran data dalam angka-angka,

maka pengumpulan angka-angka hasil observasi atau pengukuran sedemikian itu

dinamakan data kuantitatif (Dajan, 2008). Analisis kuantitatif dapat dipergunakan

untuk membantu memecahkan masalah dengan alat bantu yang berhubungan

dengan statistik dan matematika sehingga keputusan yang dihasilkan dapat

dipertanggungjawabkan maka dapat disimpulkan bahwa analisis kuantitatif adalah

analisis data yang menggunakan angka-angka dan perhitungan statistik untuk

menguji suatu hipotesis dengan bantuan alat analisis.

Untuk mempermudah dalam menganalisis data, digunakan SPSS versi

22.0 (Statistical Package for Social Science), yaitu software yang berfungsi untuk

menganalisis data dan melakukan perhitungan statistik baik parametrik maupun

non parametrik dengan basis Windows (Ghozali, 2016). Metode analisis statistika

yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif, uji asumsi klasik,

dan analisis regresi berganda.

3.5.1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis dan menyajikan

datakuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui gambaran perusahaan yang

dijadikansampel penelitian. Dengan menggunakan statistik deskriptif maka dapat

diketahui nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,

sum, range,kurtosis dan skewness (Ghozali, 2016).

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, standar

deviasi, maksimum, dan minimum. Mean digunakan untuk mengetahui rata-rata


45

data yang bersangkutan. Standar deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa

besar data yang bersangkutan bervariasi dari rata-rata. Maksimum digunakan

untuk mengetahui jumlah terbesar data yang bersangkutan. Minimum digunakan

untuk mengetahui jumlah terkecil data yang bersangkutan.

3.5.2. Uji Asumsi Klasik

3.5.2.1. Uji Normalitas Data

Menurut Ghozali (2016), uji normalitas data dilakukan dengan tujuan

untuk mengetahui apakah sampel yang diambil telah memenuhi kriteria

sebaran atau distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan

menggunakan kolmogorov-smirnov goodness of fit test. Dengan uji ini dapat

diketahui distribusi nilai-nilai sampel teramati terdistribusi normal. Kriteria yang

digunakan dengan dua arah (two tailed test), yaitu dengan membandingkan

probabilitas (p value) yang diperoleh dengan tarif signifikansinya adalah 0,05.

Jika pvalue> 0,05, maka data tersebut berdistribusi normal dan sebaliknya.

Menurut Ghozali (2016), apabila terjadi gejala normalitas pada model regresi

dapat dihilangkan dengan transformasi data.

3.5.2.2. Uji Multikolinieritas

Uji ini dimaksudkan untuk mendeteksi gejala korelasi antara variabel

independen yang satu dengan variabel independen yang lain. Pada model regresi

yang baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Uji

Multikolinieritas dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan melihat VIF


46

(Variance Inflation Factors) dan nilai tolerance. Jika VIF > 10 dan nilai tolerance

< 0,10 maka terjadi gejala Multikolinieritas (Ghozali, 2016).

3.5.2.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regesi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang berjenis homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut:

1. Uji Scatter Plot

Dasar analisisnya adalah jika gambar menunjukkan titik-titik yang

menandakan komponen-komponen variabel-variabel menyebar secara acak pada

bidang scatter maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,

2016).

2. Uji Glejser

Uji ini digunakan untuk memberikan angka-angka yang lebih detail untuk

menguatkan apakah data yang akan diolah terjadi gangguan heteroskedastisitas

atau tidak. Ada tidaknya gangguan heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai

signifikansi variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila hasil dari uji Park

kurang dari atau sama dengan 0,05 maka disimpulkan data mengalami gangguan

heteroskedastisitas dan sebaliknya (Ghozali, 2016).


47

3.5.2.4. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki autokorelasi, jika

terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak

dipakai prediksi.Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier

antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu

periode t-1 (sebelumnya).Dengan demikian dapat dikatakan bahwa uji asumsi

klasik autokorelasi dilakukan untuk data time series atau data yang mempunyai

seri waktu, misalnya data dari tahun 2000 s/d 2012 (Sunyoto, 2013).

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi

dengan uji Durbin-Waston (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

 Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW<-2)

 Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 <

DW < +2

 Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW diatas +2 atau DW > +2

3.6. Pengujian Hipotesis

3.6.1. Analisis Regresi Berganda (Multiple Regression)

Metode statistik untuk menguji hubungan antara satu variabel terikat

(metrik) dan satu atau lebih variabel bebas (metrik) adalah regresi. Regresi

berganda (multiple regression) untuk menguji pengaruh lebih dari satu variabel

bebas terhadap satu variabel terikat (metrik) (Ghozali, 2016). Untuk menguji

hipotesis, digunakan model berikut :

𝑌 = 𝛼 + 𝛽1 𝑥1 + 𝛽2 𝑥2 + 𝛽3 𝑥3 + 𝛽4 𝑥4 + 𝑒

Keterangan:
48

Y : Effective Tax rates


⍺ : Konstanta
𝜷 : Koefisien regresi variabel independen
X1 : Corporate Social Responcibility
X2 : Kualitas Audit
X3 : Leverage
X4 :Ukuran Perusahaan
e :residual of error

3.6.2. Uji Simultan (Uji F)

Untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 digunakan uji signifikasi

simultan (uji F). Uji statistik F digunakan untuk menjawab pengaruh semua

variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model secara bersama-

sama terhadap variabel dependen/terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji

adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau hipotesis

alternatifnya (𝐻𝑎 ) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol.

Merumuskan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (𝐻𝑎 ):

a. Menentukan formulasi hipotesis

Ho : b1 = 0 artinya, semua variabel bebas (X) secara simultan tidak

mempengaruhi variabel terikat (Y)

Ha : b1 > 0 artinya, semua variabel bebas (X) secara simultan mempengaruhi

variabel terikat (Y)

b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05)

c. Menentukan signifikansi

Nilai signifikansi (P value) ≤ 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Nilai

signifikansi (P value) > 0,05, maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Kriteria pengujian:
49

Ho diterima bila Fhitung< F tabel

Ho ditolak bila Fhitung F tabel

Ho akan diterima (Hi ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika Fhitung

lebih kecil dari Ftabel. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh variabel-variabel bebas

yang diuji tidak mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan kata lain variabel-

variabel bebas tidak signifikan scara statistik. Ho akan ditolak (Hi diterima) pada

tingkat kepercayaan tertentu jika Fhitung lebih besar dari Ftabel sehingga variabel

bebas ke-i yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan demikian

variabel-variabel bebas yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas sehingga

dapat dikatakan bahwa variabel-variabel tersebut signifikan secara statisik.

3.6.3. Uji Parsial (Uji t)

Untuk menjawab rumusan masalah nomor 2 sampai 5 digunakan uji

signifikansi parameter individual (Uji t).Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan

seberapa jauh pengaruh suatu variabel independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2016).

Adapun prosedur pengujiannya adalah setelah melakukan perhitungan

terhadap t hitung, kemudian membandingkan nilai t hitung dengan t tabel. Kriteria

pengambilan keputusan, sepertiberikut :

a. Apabila t hitung > t tabel dan tingkat signifikansi (α = 5%) < 0,05 maka Ho

yang menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh variabel independen secara

parsial terhadap variabel dependen ditolak. Ini berarti secara parsial variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.


50

b. Apabila t hitung < t tabel dan tingkat signifikansi ( α ) > 0,05 , maka Ho

diterima, yang berarti secara parsial variabel independen tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel dependen.

Ho akan diterima (Hi ditolak) pada tingkat kepercayaan tertentu jika t hitung

lebih kecil dari ttabel. Dengan demikian variabel bebas ke-i yang diuji tidak

mempengaruhi variabel tidak bebas. Dengan kata lain variabel bebas ke-i tidak

signifikan secara statistik. Sebaliknya Ho akan ditolak (Hi diterima) pada tingkat

kepercayaan tertentu jika thitung lebih besar dari ttabel sehingga variabel bebas ke-i

yang diuji mempengaruhi variabel tidak bebas.

3.6.4. Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien deerminasi (R2) digunakan unuk mengetahui seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi dependen (Ghozali, 2016).

Menurut Ghozali (2016) kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi

(R2) adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam

model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak

peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap dependen.

Oleh karena itu banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted

R2 Square pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik.

Nilai Adjusted R2 Square dapat naik atau turun apabila satu variabel

independen ditambahkan kedalam model. Adjusted R2 berkisar antara nol sampai

1 (0 ≤ adjusted R2 ≤ 1). Hal ini berarti bila digunakan adjusted R2 = 0

menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel

dependen, bila adjusted R2 semakin besar mendekati 1, menunjukkan semakin


51

kuatnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dan bila

adjusted R2 semakin kecil mendekati 0, maka dapat dikatakan semakin kecilnya

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2016).

Kriteria penafsiran koefisien korelasi menurut Ghozali (2016) sebagai berikut :

Tabel 3.4
Kriteria Penafsiran Indeks Korelasi
No. Indeks Korelasi Keeratan
1 0,00-0,20 Sangat lemah
2 0,21-0,40 Lemah
3 0,41-0,70 Kuat
4 0,71-0.90 Sangat kuat
5 0,91-0,99 Sangat kuat sekali
6 1 Sempurna
Sumber : Ghozali, 2016

Anda mungkin juga menyukai