Anda di halaman 1dari 41

Pemetaan dan Sistem Informasi Geografis untuk Pembangunan

Pengertian peta

Menurut ICA, peta adalah gambaran/representasi unsure-unsur ketampakan abstrak


yang dipilih dari permukaan yang ada kaitannya dengan permukaan
bumi/benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang
datar dan diperkecil/diskalakan.

Menurut Aryono Prihandito (1988) peta merupakan gambaran permukaan bumi


dengan skala tertentu, digambar pada bidang datar melalui system proyeksi tertentu.

Klasifikasi peta

Peta dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu jenis peta berdasarkan isi, skala, dan
tujuan.

Jenis peta berdasarkan isi :

1. Peta umum adalah peta yang menampilkan ketampakan muka bumi secara umum.
Pada umumnya, peta umum memiliki warna dan symbol-simbol lain yang mewakili
ketampakan alam sebenarnya. Adapun yang tergolong kedalam peta umum antara
lain :

Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief permukaan bumi. Dalam
peta topografi digunakan garis kontur yaitu garis yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama. Peta ini berfungsi untuk
menggambarkan bentuk dua dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa bumi, memberikan
informasi mengenai keadaan permukaan dan elevasi.

Peta chorografi adalah peta yang mengggambarkan seluruh/sebagian permukaan bumi


dengan skala yang lebih kecil antara 1 : 250.000 sampai 1 : 1.000.000 atau lebih. Peta
ini berfungsi untuk menggambarkan bentuk-bentuk di muka bumi seperti jalan raya,
jalan kereta api, gunung, sungai dan bentuk-bentuk lainnya.

2. Peta khusus adalah peta yang menampilkan suatu ketampakan saja. Melalui peta
khusus akan diketahui persebaran suatu ketampakan secara mendetail.

Jenis peta berdasarkan skala :


Peta kadaster adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 100 sampai 1 : 5.000, peta
ini digunakan untuk menggambarkan peta dalam sertifikat tanah.

Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000, peta
ini digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relative sempit (misal peta
kelurahan).

Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 :
500.000, peta ini digunakan untuk menggambar daerah yang agak luas (misal peta
provinsi).

Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skla 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000
atau lebih, peta ini digunakan untuk menggambarkan daerah yang relative luas (misal
peta negara).

Fungsi peta

Menunjukkan posisi atau lokasi suatu tempat di permukaan bumi

Memperlihatkan ukuran (luas/jarak) dan arah suatu tempat di permukaan bumi

Menggambarkan bentuk-bentuk di permukaan bumi, seperti benua, negara, gunung,


sungai dan bentuk-bentuk lainnya

Membantu peneliti sebelum melakukan survey untuk mengetahui kondisi daerah yang
akan diteliti

Menyajikan data tentang potensi suatu wilayah

Alat analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan

Alat untuk menjelaskan rencana-rencana yang akan diajukan

Alat untuk mempelajari hubungan timbal balik antara fenomena-fenomena (gejala)


geografi di permukaan bumi

Komponen peta

Idealnya sebuah peta hendaknya memiliki komponen yang lengkap. Yang meliputi
jarak peta, proyeksi peta, skala peta, sumber dan tahun pembuatan peta, legenda peta,
inset peta, garis tepi, garis lintang, garis bujur dan tanda orientasi.

Symbol peta
Symbol adalah pengganti kenampakan-kenampakan di permukaan bumi yang
digunakan dalam peta. Dalam penggambarnnya symbol ditempatkan sesuai pada
lokasi kenampakan pada peta utama dan penjelasan ditempatkan pada legenda.

Syarat-syarat membuat symbol dalam peta :

Symbol mudah dikenal walaupun tanpa menggunakan legenda

Mudah digambarkan dan bersifat umum

Mudah dibedakan dengan symbol yang lain

Klasifikasi symbol

Berdasarkan bentuknya :

Symbol titik

Symbol garis

Symbol luasan (area)

Symbol aliran

Symbol batang

Symbol lingkaran

Symbol bola

Berdasarkan sifatnya :

Symbol kuantitatif

Symbol kualitatif

Berdasarkan fungsinya :

Symbol daratan

Symbol perairan

Symbol budaya

Skala peta
Skala merupakan perbandingan jarak, bentuk, dan ukuran yang tergambar di peta
dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Skala dapat dinyatakan dalam bentuk
numeric (angka), skala grafik dan skala verbal.

Skala peta dibedakan menjadi tiga yaitu :

Notasi Skala angka adalah skala peta yang menggunakan angka atau bilangan
pecahan sebagai pembanding jarak. Artinya setiap 1 cm pada peta sama dengan
1.000.000 cm di lapangan. Skala ini dapat berupa perbandingan cm dengan km,
maupun inchi berbanding mil.

Notasi skala batang adalah skala yang menggunakan bentuk ruas garis bilangan
sebagai pembanding jarak. Artinya setiap 1 cm di peta sama dengan 10 km pada jarak
sebenarnya.

Notasi skala kalimat adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat. Artinya 1
cm berbanding 50 km artinya 1 cm di peta sama dengan 50 km di lapangan.

Rumus menghitung

Jarak sesungguhnya = jarak pada peta dikali skala peta (Js = Jp x S)

Jarak di peta = jarak sebenarnya dibagi skala peta (Jp = Js : S)

Skala peta = jarak sebenarnya dibagi jarak pada peta (S = Js : Jp)


PETA

PENGERTIAN PETA
Di jaman yang semakin maju ini peta menjadi alat bantu yang sangat dibutuhkan
dalam perencanaan pembangunan diberbagai bidang, seperti bidang pertanahan,
pertanian, perkebunan, industri dan perdagangan, pelayaran, penerbangan, pendidikan,
tata ruang wilayah, politik dan keamanan, dan lain-lain. Terlebih untuk peta-peta
tematik yang sifatnya lebih khusus dan spesifik, sudah menjadi kebutuhan hampir
setiap lembaga, lebih-lebih yang bergerak di bidang perencanaan dan pembangunan
suatu wilayah dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional.

Pada hakekatnya peta adalah sebuah alat peraga (Sandy, 1986), karena melalui
peta seseorang akan dapat menyampaikan sesuatu ide kepada orang lain. Ide tersebut
dapat berupa gambaran tentang bentuk-bentuk muka bumi, distribusi penduduk,
penggunaan lahan di suatu tempat, kesuburan tanah, kedalaman air laut, penyebaran
iklim, dan lain-lain yang terutama berkaitan dengan aspek keruangan (spasial).

Peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil


dengan menggunakan skala dan digambar di atas bidang datar sebagai kenampakan
jika dilihat dari atas dan ditambah dengan tulisan sebagai identitas.

Untuk mempelajari seluk beluk penggambaran permukaan bumi atau peta


diperlukan pengetahuan khusus yang mempelajari tentang peta yang
dinamakan Kartografi

Di bawah ini definisi dari beberapa ahli mengenai pengertian peta, antara lain :

a. Menurut ICA (International Cartographic Association)


Peta dalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang
dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitanya dengan permukaan bumi atau
benda-benda angkasa, yang pada umumnya digambarkan pada suatau bidang datar
dan diperkecil/diskalakan

b. Menurut Aryono Prihandito (1988)


Peta merupakan gambaran permukaan bumi dengan skala tertentu, pada
bidang datar melalui sistem proyeksi tertentu.

c. Menurut Erwin Raisz (1948)


Peta adalah gambaran konvensional dari ketampakan muka bumi yang
diperkecil seperti ketampakan muka bumi kalau dilihat vertikal dari atas, dibuat pada
bidang datar dan ditambah dengan tulisan-tulisan sebagai penjelas.

d. Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal 2005)


Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi
lingkungan, merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan
keputusan bagi tahapan dan tingkatan pembangunan
Jadi secara umum pengertian peta adalah gambaran konvensional permukaan
bumi pada bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi tertentu.

KLASIFIKASI PETA

a. Bedasarkan jenisnya
1. Peta foto : Peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang dilengkapi garis
kontur, nama dan legenda

2. Peta garis : peta yang mnyajikan detail alam dan buatan manusia dalam
bentuk titik, garis dan tulisan

b. Bedasarkan sumber datanya


1. Peta induk (Basic map) : Peta yang dihasilkan dari survey langsung dilapangan

2. Peta turunan (Derived map) : Peta yang dibuat bedasarkan acuan pada peta
yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survey langsung kelapangan.

c. Bedasarkan isi data yang disajikan


1. Peta umum : Peta yamg menggambarkan semua unsur topografi permukaan
bumi, baik unsur alam atau unsur buatan manusia.

Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut :

a. Peta topografi : peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan


reliefnya. Digambarkan dengan dalam bentuk garis kontur: garis pada peta yang
menghubungkan tempat-tempat dipermukaan bumi yang memiliki ketinggian sama

b. Peta chorografi ; peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan


bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh : Atlas

c. Peta dunia : peta umum dengan skala kecil dengan cakupan yang sangat luas

2. Peta khusus/Tematik : peta menggambarkan informasi dengan tema tertentu.


Misal : peta curah hujan, peta geologi, peta kepadatan penduduk dll.
d. Bedasarkan skalanya
1. Peta kadaster /peta teknik (peta dengan skala 1:100- 1:5.000)

2. Peta skala besar (peta dengan skala 1:5.000-1:250.000)


3. Peta skala sedang (peta dengan skala 1:250.000-1:500.000)
4. Peta skala kecil (peta dengan skala 1:500.000-1:1.000.000)
5. Peta geografis/peta dunia (peta dengan skala lebih dari 1:1.000.000)

KOMPONEN-KOMPONEN PETA

a. Judul Peta

Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian
atas peta dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang
digambarkan oleh peta tersebut.

b. Orientasi Peta/ Penunjuk Arah

Merupakan gambar penunjuk arah mata angin, pada umumnya peta berorientasi Utara,
diletakkan di sudut kanan atas atau tempat lain yang kosong

c. Skala

Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak
yang sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3
yaitu :

1) Skala angka/numerik

Skala yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta 1: 200.000, skala peta 1 :
1.000.000 dan sebagainya

2) Skala Garis/Grafik

Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbandingan
pada setiap ruasnya.

Contoh

0 1 2 3

3) Skala kalimat/verbal

Skala Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini
banyak dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh : One Inch to two miles

d. Legenda/keterangan

Legenda adalah keterangan yang penting yang memberikan keterangan dan


penjelasan tentang simbol-simbol yang terdapat pada peta.

e. Garis koordinat astronomi

Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri
dari garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan menujukkan
berapa derajat, berapa menit dan berpa detik.

f. Lattering/tata tulis

Adalah tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek
daratan ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis dengan
huruf miring.

g. Sumber dan Tahun pembuatan

Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun
pembuatan sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan
sekarang ataua kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan
buatan

h. Inset

Inset adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta
utama. Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.

i. Garis tepi

Berfungsi mempermudah dalam membuat peta. Biasanya dibuat rangkap dua

j. Tata warna

Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi
warna adalah sebagai berikut :

1) membedakan tinggi rendahnya suatu daerah dan kedalaman laut

2) memberikan kualitas dan kuantitas peta

3) keindahan ( estetika)

k. simbol
Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang
terdapa pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada
bagian tersendiri sebagai berikut.

Peta dianggap baik dan benar (Sandy ,1986:1-2) setidaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:ü peta tidak boleh ‘membingungkan’ü mudah dipahami atau
dimengerti, sehingga tidak boleh serumit kenampakan aslinyaü menggambarkan
cukup teliti sesuai temanyaü indah dipandangAgar peta tidak membingungkan bagi
para pengguna, maka peta harus dilengkapi dengan: legenda/keterangan, skala peta,
judul peta, inset peta.Agar peta mudah dimengerti/ditanggkap maknanya oleh
pengguna peta, maka peta harus menggunakan: tata warna, simbol, proyeksi
peta. Sedangkan dalam aspek ketelitian peta sangat terkait dengan tujuan peta dan
jenis peta serta skala peta yang akan dibuat.

Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta

Fungsi:

Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya
dengan tempat lain di permukaan bumi).

Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas
permukaan bumi).

Memperlihatkan bentuk (benua, negara, provinsi, gunung, lembah, dll).

Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan menyajikan di atas
peta, melalui media simbol.

Tujuan pembuatan peta

Untuk komunikasi informasi ruang

Untuk menyimpan informasi

Untuk membantu pekerjaan: konstruksi jalan, navigasi, perencanaan, media


pembelajaran.

Untuk membantu dalam suatu desain, misal: desain tata ruang wilayah, jalan, dll.

Untuk analisis data spatial, misal: perhitungan volume, evaluasi lahan, dll.

1. Komponen Peta

Apabila anda cermati atau perhatikan pada setiap peta-peta, di dalamnya kita jumpai
berbagai komponen yang menjadi bagian atau kelengkapan peta, seperti: judul peta,
skala peta, simbol, keterangan/legenda, koordinat geografis, orientasi/arah, inset peta,
dan lain-lain. Komponen peta tersebut merupakan bagian penting dan salah satu
persyaratan dari sebuah peta yang baik. dan benar.

Ada beberapa perbedaan antara komponen peta umum (Rupabumi/topografi)


dan peta khusus atau peta tematik. Pada peta umum komponen peta lebih kompleks
dan standar atau baku. Sebagai contoh Peta Rupabumi telah memiliki standar baku
(berdasarkan konvensi), dimana baik jenis informasi tepi, komposisi, desain tata letak,
tata warna maupun simbol-simbol yang digunakan relative sama/seragam.

Namun untuk peta khusus atau peta tematik komponen petanya lebih sederhana dan
cukup bervariasi antara satu peta dengan peta yang lain. Tidak ada ketentuan baku
yang mengharuskan sebuah peta tematik satu dengan peta yang lain harus sama
komponennya misalnya dalam hal tata letak atau posisi informasi tepi, tata warna dan
lain-lain.

Komponen-komponen peta tematik

LANGKAH-LANGKAH PEMETAAN

Pemetaan adalah kegiatan pemrosesan data survai sampai menyajikannya menjadi


geo-informasi. Artinya bahwa pemetaan dapat dibuat di laboratorium/ studio atau di
lapangan. caranya

1. Secara fotogrametri akan menghasilkan peta dasar.

2. Secara inderaja akan menghasilkan peta tematik.

1. 1. Pembuatan Peta Dasar Untuk Peta

Apabila kita ingin membuat peta tematik, maka sebelumnya kita perlu menyiapkan
peta dasar. Peta dasar merupakan peta kerangka letak/lokasi yang nanti akan
dilengkapi atau diisi dengan data-data sesuai dengan

isi/tema peta yang akan digambar. Untuk memperoleh peta dasar tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

ü peta dasar dari pengukuran sendiri

di lapangan/lokasi yang akan dipetakan ‫?ﻟ‬

( survey terristris).

Dalam era kemajuan teknologi informasi (TI) proses pembuatan peta telah terbantu,
sehingga untuk melakukan pemetaan suatu wilayah dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah. Pemanfaatan peta dasar yang dahulu banyak bersumber dari peta rupabumi,
sekarang sudah banyak yang beralih menggunakan citra penginderaan jauh.

Citra penginderaan jauh yang banyak digunakan sebagai sumber peta dasar adalah;
citra foto udara, citra satelit Landsat, citra satelit Spot, citra satelit Ikonos, dan citra
satelit Quickbird. Dengan menggunakan citra penginderaan jauh, gambaran muka
bumi yang akan dipetakan akan dapat memberikan data dan informasi yang terkini.
Kenampakan-kenampakan obyek fisik, sosial dan budaya beserta batas-batas
administratif maupun batas geografis akan tampak. Dengan demikian kerangka
letak (sebagai peta dasar) mudah dilacak atau ditelusuri lewat citra tersebut
(lihat gambar 12. citra penginderaan jauh).

berbeda bisa melalui bantuan pantograf Jika mempunyai sarana komputer yang
dilengkapi software (perangkat lunak) program berbasis peta, maka langsung dapat
dilakukan dijitasi pada obyek di layar monitor (digitasi on screen) atau dengan meja
digitizer.

1. 2. Penetuan Arah / orientasi peta

Perlu kita ketahui bahwa orientasi atau penunjukkan arah pada peta, tidak selamanya
peta berorientasi utara (utara di sebelah atas). Kadang ada pula peta berorientasi
selatan, barat, atau timur, sesuai dengan kepentingannya. Selain itu pula perlu
diperhatikan bahwa utara yang dipakai dalam peta ada tiga arah utara yaitu: utara
geografis, utara magnitis, dan utara meridian. Utara geografis (true north/TN/US)
adalah utara yang melalui kutub utara dan kutub selatan bumi. Utara magnitis
(magnetic north/MN/UM) adalah utara yang melalui kutub magnit bumi. Sedangkan
Utara Meridian (Grid North/Meridian North/GN/UTM) adalah utara yang sejajar
dengan meridian sentral dan tegak lurus standar paralel setempat.

Dalam implementasinya di dalam pembuatan peta kita dapat menggunakan


ketiga-tiganya (Peta RBI), tetapi juga dapat diambil salah satu dari padanya. Sebab
jika suatu tempat satu sudah diketahui arahnya, maka arah yang lain dapat diketahui
pula.

Contoh arah dalam Peta RBI Tegal Lembar 1309-314


US = Utara Sebenarnya
(Geografi)

UG= Utara grid (UTM)

UM= Utara magnetik

UM US UG

150

130

1. 3. Merancang Simbol Peta Tematik

Setelah kerangka letak/lokasi tersedia, maka langkah selanjutnya adalah melakukan


perancangan simbol-simbol yang akan digunakan untuk penggambaran peta
tematik. Perlu diketahui bahwa peta adalah suatu media komunikasi grafis, dengan
demikian informasi yang ditampilkan dalam peta berupa simbol-simbol. Bahkan
untuk peta tematik, simbol merupakan informasi pokok, karena untuk menunjukkan
tema suatu peta. Hal-hal yang penting dalam merancang simbol peta tematik, antara
lain: menentukan jenis simbol, besaran/ukuran simbol, warna simbol, jumlah simbol
dan posisi simbol akan diletakkan.

Simbol yang baik adalah yang mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan suatu
keterangan/legenda. Selain itu simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah digambar.
Dalam pemetaan tematik penggambaran simbolnya tidaklah seketat pada simbol
peta-peta umum atau peta Rupabumi (RBI).

Simbol peta tematik lebih sederhana dan dibolehkan untuk merancang simbol sendiri
sepanjang simbol tersebut memiliki relevansi dengan unsur atau obyek yang
digambarkan. Sedangkan symbol untuk peta umum (RBI atau Topografi) sudah ada
pembakuan secara khusus (seragam berdasarkan konvensi asosiasi kartografi
Internasional).

Telah kita ketahui bersama bahwa peta merupakan citra geospasial yang dapat
mempengaruhi konsepsi orang tentang ruang Pengaruh peta ini sebagian karena
adanya kesepakatan konvensi dan sebagian lain karena adanya karakteristik umum
grafik yang digunakan. Konvensi memegang peranan penting terutama dalam
pemetaan topografis. Sebagian besar symbol yang digunakan dalam peta RBI atau
topografi telah diwariskan kepada kita semenjak abad 18. Di antara konvensi tersebut
adalah bahwa perairan digambarkan dengan warna biru, hutan dengan hijau tua,
daerah permukiman dan perkotaan disimbolkan dengan warna merah, abu-abu, atau
warna merah jambu.
Data yang harus divisualisasikan akan selalu mengacu kepada obyek atau fenomena
nyata. Ia dapat dalam bentuk ketinggian yang diukur sepanjang jaringan lalu lintas,
jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, atau volume sebuah bukit dalam
ribuan meter kubik.

Dalam kartografi kita menggunakan simbol titik (dot), symbol garis (dash) dan
simbol bidang (patches) untuk mempresentasikan lokasi dan atribut-atribut data titik,
garis, wilayah dan volume obyek.

1. Tata letak /layout Peta Tematik

Merancang tata letak peta merupakan tahapan kerja yang penting diperhatikan bagi
setiap orang yang akan menggambar peta. Hal itu dimaksudkan agar peta benar-benar
komunikatif, mudah dibaca dan ditafsirkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pengguna peta.

Adapun unsur-unsur peta yang perlu ditata posisinya adalah: judul peta, skala peta,
keterangan/legenda, koodinat lintang dan bujur, inset peta, sumber data, dan
informasi- informasi lain. Unsur-unsur tersebut sedapat mungkin ditempatkan pada
komposisi yang seimbang (balance) dalam tata letak informasi tepi. Selain itu ukuran
huruf (text), tipe huruf (style) perlu dipertimbangkan besar-kecilnya.

Pada umumnya peta tematik meng-gambarkan daerah yang berbentuk pulau, propinsi,
kabupaten, kecama-tan, desa, suatu negara atau dapat pula kawasan hutan, daerah
aliran sungai, dan lain-lain. Daerah atau wilayah tersebut memiliki variasi
bentuk kerangka letak yang berma-cam-macam. Oleh karena itu penyu sunan
tataletak informasi tepi peta harus menyesesuaikan, dengan tetap berpedoman pada
prinsip keseim-bangan.

SKALA PETA

Secara sederhana skala peta merupakan perbandingan jarak horizontal kedua titik
sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu dipermukaan bumi (dengan
satuan ukuran yang sama). Namun ada sesuatu pemahaman terhadap skala yang lebih
dari sekedar perbandingan jarak, yakni bahwa skala peta juga dapat memberikan
makna pada tingkat kedetilan peta. Dalam arti, bahwa semakin besar skala peta, maka
tingkat ketetilan peta akan semakin tinggi, sebaliknya semakin kecil skala peta, maka
tingkat kedetilannya juga semakin rendah.

Batasan antara peta berskala besar, menengah dan kecil tidak dijelaskan secara baku.
Hal itu mengingat bahwa pemahaman seseorang terhadap besaran skala peta sangat
bergantung pada peran dan fungsi peta yang bersangkutan dalam konteks kepentingan
apa. Sebagai contoh, seorang ahli perencanaan tata ruang kota, peta skala 1 : 100.000
dianggap skala kecil, tetapi sebaliknya bagi seseorang ahli ekonomi regional peta
skala tersebut sudah dianggap sangat besar.

Namun, untuk kebutuhan praktis dapat dipakai pengelompokan produk peta rupabumi
BAKOSURTANAL, sebagai berikut.

Tabel 01. Macam Skala Peta Rupabumi

Jarak 1 cm di peta mewakili jarak horizontal di


SKALA PETA
lapangan

1 : 10.000 100 meter

1 : 25.000 250 meter = ¼ km

1 : 50.000 500 meter = ½ km

1 : 100.000 1000 meter = 1 km

1 : 250.000 2.500 meter = 2,5 km

1 : 500.000 5.000 meter = 5 km

1 : 1.000.000 10.000 meter = 10 km

Skala peta/citra merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang
dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya. Makin kecil skala suatu
peta, maka semakin banyak generalisasi yang perlu dilakukan terhadap peta tersebut
dan peta/citra skala besar sudah tidak terpakai lagi. Hubungan antara skala peta/citra
dan tingkat kerincian informasi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar skalanya
maka semakin rinci informasi yang bisa diperoleh. Skala peta akan mengendalikan
tingkat kerincian ketersediaan informasi dasar. Sebagai contoh, peta geologi dapat
dibagi menjadi empat jenis (modifikasi dari Barnes, 1981 dan Peters, 1986), yaitu:

1. Peta tinjau (reconnaissance): dibuat untuk mengetahui sebanyak mungkin geologi


sesuatu daerah yang belum dikenali dengan waktu cepat. Peta tersebut biasanya dibuat
berskala 1:25.000–1:50.000 kadang lebih kecil lagi.

2. Peta geologi detil: peta geologi berskala besar, umumnya disusun atau mengacu
berdasarkan data peta tinjau atau peta geologi regional dan menggunakan satuan tak
resmi, yaitu satuan batuan. Skala-skala peta ini berkisar antara 1:10.000 hingga
1:5.000. Peta-peta ini biasanya dibuat untuk menyelidiki sesuatu masalah geologi
yang khusus atau tujuan keekonomian seperti penyelidikan bahan galian.

3. Peta khusus: berskala besar yang dibuat secara terperinci pada daerah terbatas
untuk merekam sifat-sifat khusus geologi. Umumnya peta khusus dibuat untuk tujuan
ekonomi, seperti peta daerah peta sebaran lapisan batubara atau bahan galian, peta
geologi bawah permukaan, peta geofisika dan geokimia rinci. Umumnya berskala
1:500 hingga 1:2.000.

4. Peta geologi regional: secara resmi dikeluarkan oleh P3G berskala 1:100.000 dan
menggunakan satuan resmi, yaitu formasi. Umumnya peta geologi regional dibuat
dibantu oleh fotogeologi secara bersistem, kadang disertai data hasil geokimia,
geofisika dan pemboran.

Beberapa Cara Menyatakan Skala Peta

Secara umum skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu:

1. Cara numerik atau angka, misalnya: 1 : 5000; 1 : 10.000; 1 : 1000.000; dan


lain-lain.

2. Cara grafis, seperti gambar di bawah ini

0 1 2 3 4 5 Km

!_____!_____!_____!_____!_____!

0 1 2 3 4 5 Cm

1. Cara verbal :

1 cm per 10 km; 1 inch to seven miles

Mencari Skala dari suatu peta yang skalanya tidak tercantum atau tidak diketahui

Ada beberapa cara untuk mencari skala suatu peta yang tidak diketahui skalanya.

1. Membandingkan dengan peta lain yang daerahnya sama dan tercantum skalanya.

Untuk memudahkan perhitungan dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

P2 = Penyebut skala yang akan dicari

P1 = Penyebut skala yang


diketahui skalanya
d1
d1 = Jarak pada peta yang
P2 = ———– x
sudah diketahui skalanya
P1
d2 = jarak pada peta yang dicari
d2
skalanya
1. Membandingkan suatu jarak horizontal di lapangan dan jarak yang mewakilinya
pada peta.

Contoh:

Jarak Titik A – B dalam peta = 10 cm

Jarak titik A – B diukur di lapangan = 5 km (500000 cm)

Jadi skala petanya adalah:

10 cm

Skala peta = —————

500.000 cm

= 1/50.000 atau skala 1 : 50.000

1. Dengan cara menghitung jarak dua buah garis lintang (paralel)

Contoh:

Jarak lengkung 1º paralel di permukaan bumi 110,56 km (111 km)

Jarak 1º di peta diukur dengan penggaris 1,5 cm

Jadi skala peta tersebut adalah: 1,5 cm : 111 km (11.100.000 cm)

Atau skala 1 : 7.400.000

1. Dengan cara menghitung kontur interval khususnya pada peta rupabumi


Indonesia

Contoh:

75

100

125

Peta tersebut di atas memiliki interval kontur 25 m, dengan demikian dapat dihitung
skala petanya adalah:

Ci = 1/2000 x Penyebut skala

25 = 1/2000

= 25 x 2000 = 50.000 atau 1 : 50.000


SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

A. Definisi Sistem Informasi Geografis

Munculnya Sistem Informasi Geografis (SIG) tidak terlepas dari kebutuhan


manusia terhadap informasi geografis seperti persebaran penduduk, tingkat
perkembangan ekonomi masyarakat, distribusi sumber

daya makanan, dan informasi geografis lainnya yang semakin besar.Kebutuhan


tersebut harus cepat disajikan dan dapat langsung dimanfaatkan oleh yang
bersangkutan. Dahulu, kebutuhan akan informasi geografis biasanya disajikan dalam
bentuk peta manual dengan informasi bermacammacam

tetapi terpisah, tetapi kini berkat SIG, berbagai informasi gegrafis dapat disajikan
secara terpadu
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknik
pembuatan peta tidak lagi dilakukan secara konvensional, yaitu dikerjakan dengan
tangan dan mengandalkan kejelian mata. Akan tetapi, saat ini sudah dikembangkan
dengan menggunakan komputer sehingga proses pembuatan

peta menjadi lebih mudah dan cepat. Penggunaan Sistem Informasi Geografis
meningkat tajam sejak tahun 1980-an. Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi di
kalangan pemerintah, militer, akademis, atau bisnis,terutama di negara-negara maju.

BAKORSURTANAL (Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional)


menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer,
perangkat lunak, data geografi, dan personal yang didesain untuk memperoleh,
menyimpan, memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan

menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografi. Menurut Burrough


P.A (1986), SIG adalah alat yang bermanfaat untuk mengumpulkan, penimbunan,
pengambilan kembali data yang diinginkan, serta pengubahan dan penayangan data
keruangan yang berasal dari kenyataan dunia.

Dari paparan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa SIG merupakan sistem
(unsur-unsur yang saling mendukung) informasi (fisik dan sosial), dan geografi
(fenomena yang terjadi baik pada lapisan

atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan atmosfer). Inti SIG adalah proses
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data menjadi informasi yang akurat, mudah
dipahami, dan bermanfaat bagi para pengguna informasi tersebut.

B. Komponen Sistem Informasi Geografis

SIG merupakan sistem, sehingga terdapat komponen-komponen yang saling berkaitan


dan mendukung. Pada dasarnya komponen-komponen tersebut dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak, tetapi peran manusia sebagai
pengelola sangat penting, sehingga komponen SIG secara lengkap terdiri atas
perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan manusia.

1. Perangkat keras (hardware), yaitu komponen SIG yang berupa perlengkapan


yang mendukung kerja SIG. Perangkat keras ini terdiri dari seperangkat komputer
seperti CPU, monitor, printer, digitizer,scanner, plotter, CD Room, floopy, dan
flashdisk. Perangkat keras lain yang digunakan adalah plastik transparan dan ballpoin
warna transparan.

2. Perangkat lunak (software), yaitu komponen SIG yang berupa programprogram


yang mendukung kerja SIG, seperti input data, proses data, dan output data, di
samping program kerja seperti Mapinfo, Arcview,dan sebagainya.

3. Komponen manusia sebagai pengguna, yaitu pelaksana yang bertanggungjawab


dalam proses pengumpulan, proses, analisis, dan publikasidata geografis.

Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai ahli
dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/keras) maupun objek permasalahan. SIG
adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk
melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak
komputer untuk melakukan pengolahan data-data berikut ini.

1. Perolehan dan verifikasi

2. Kompilasi

3. Penyimpanan

4. Pembaruan dan perubahan

5. Manajemen dan pertukaran

6. Manipulasi

7. Penyajian

8. Analisis

Pemanfaatan SIG secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital adalah untuk
memperbaiki hasil klasifikasi citra. Dengan demikian, peranan teknologi SIG dapat
diterapkan pada operasionalisasi

pengembangan teknologi pengindraan jauh.Bagian Vegetasi Bagian Jalan Bagian


Ketinggian Bagian Bangunan Layers, prinsip kerja SIG yang paling mendasar adalah
memadukan berbagai informasi dalam bentuk layers untuk membentuk informasi baru.
66 Sistem Informasi Geografi Hasil analisis SIG pada akhirnya berupa peta komposit
yaitu peta akhir yang menyajikan informasi secara lengkap . Meskipun samasama peta,
tetapi antara SIG dengan peta mempunyai perbedaan yang ditandai dengan
kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kekurangan dan
kelebihan antara SIG dan pemetaan manual disajikan dalam tabel 4.1

Tabel 4.1

Perbandingan Kelebihan dan Kekurangan antara Peta dan SIG

unsur peta sistem informasi geografis

a. Biaya tinggi serta pemeliharaan terus


kekurangan a. Bahan tidak stabil menerus.

b. Biaya tinggi waktu updating b. Biaya tinggi untuk data awal.

c. Format ruwet c. Perlu keahlian khusus

d. Memakan tempat
penyimpanan d. Kompatibilitas data sulit

e. Susah untuk memperbaharui e. Output hard copy dalam skala peta mahal

kelebihan a. Mudah untuk dibawa a. Sangat efisien untuk lapisan peta yang baik

b. Mudah untuk dipakai b. Cepat untuk cek update

c. Bentuk standar c. Pemeliharaan data per unit murah

d. Umum d. Data atribut dan peta mudah dimanipulasi

dengan mudah

e.teknologi biasa e. Interaktif antara peta dan komputer

C. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis

1. Perencanaan Pembangunan

Sebagai negara berkembang, negara kita terus mengalami proses pembangunan.


Pembangunan merupakan konsekuensi tanggung jawab negara dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Agar pembangunan tersebut bisa berlangsung
dengan baik, lancar, dan tepat sasaran maka dibutuhkan data informasi yang akurat.
Data-data yang disediakan oleh SIG dapat dijadikan acuan agar proses pembangunan
dapat berlangsung sesuai yang diharapkan. Berikut ini dua contoh manfaat SIG dalam
perencanaan pembangunan.

a. Perencanaan pembangunan bendungan dengan memperhitungkan

faktor-faktor:

1) luas genangan air dan volume air;

2) luas desa yang tergusur;

3) luas lahan pertanian yang tergenang air;

4) volume urukan untuk membendung;

5) debit masuk dan keluarnya volume air;

6) luas lahan pertanian yang akan dialiri;

7) rencana pembuatan pembangkit listrik;

8) rencana pembangunan jalan di sekitarnya;

9) dampak pembangunan bendungan di masa yang akan datang.

b. Permukiman transmigrasi, yaitu:

1) penentuan lokasi berdasarkan lokasi pemukiman yang telah ada;

2) penentuan lokasi berdasarkan kesuburan lahan pertanian;

3) lokasi rumah-rumah untuk pemukiman transmigran;

4) rencana jaringan jalan dan pembuatan jembatan;

5) rencana jaringan irigasi;

2. Inventarisasi Sumber Daya Alam

Proses pembangunan membutuhkan ketersediaan sumber daya alam. Informasi


tentang sumber daya alam secara cepat dan akurat sangat dubutuhkan untuk
mendukung proses pembangunan. Dengan bantuan perkembangan teknologi SIG
dapat mendukung menyediakan informasi tentang sumber daya alam. Adapun
manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam adalah sebagai berikut.
· Inventarisasi sumber daya air, terutama jumlah distribusi dan kualitasair, baik
air permukaan maupun air tanah.

· Inventarisasi sumber daya lahan yang terdapat di suatu daerahterutama


mengenai ketersediaan, kesesuaian, dan kemampuan lahandalam mendukung proses
pembangunan.

· c. Inventarisasi sumber daya mineral, yaitu informasi tentang jenis, kualitas,


cadangan, dan persebaran mineral sebagai salah satu faktorpenting dalam proses
pembangunan.

· d. Inventarisasi sumber daya hutan, yaitu informasi yang meliputi luas, jenis,
perkembangan, pemanfaatan, dan kerusakan hutan.68 Sistem Informasi Geografi

· e. Inventarisasi sumber daya laut, yaitu informasi tentang kandungan,


permasalahan, dan pemanfaatan laut sebagai basis sumber daya pembangunan.

3. Pemasaran Produk Industri

Perkembangan teknologi informasi semakin cepat dan terbuka sehingga

mendorong ketatnya persaingan dalam bidang pemasaran produk. Dalam

situasi seperti ini perusahaan harus mampu mengemas pemasaran secara

efektif, efisien, murah, dan cepat. Untuk tujuan tersebut perusahaan harus

mempunyai data lengkap dan akurat mengenai hal-hal berikut ini.

a. Data jumlah penduduk.

b. Data persebaran penduduk.

c. Data kondisi ekonomi penduduk.

d. Data tren konsumsi masyarakat.

e. Data pusat-pusat kerumunan masyarakat, dan sebagainya.

Dengan analisis yang baik SIG akan mampu membantu perusahaan

untuk memasarkan produknya secara baik.

D. Proses dalam Sistem Informasi Geografis


1. Cara Manual (Konvensional)

Cara ini dilakukan dengan pengolahan data melalui perhitunganperhitungan dengan


menggunakan alat bantu sederhana. Ketepatan dan ketelitian hasil yang diperoleh
selain bergantung kepada ketepatan dan

ketelitian data yang terkumpul, juga bergantung kepada keterampilan dan ketelitian
orang yang mengolah data tersebut.

2. Cara Modern

Cara modern dilakukan melalui pengolahan data melalui komputer sehingga


pengolahan data dapat diselesaikan lebih cepat dan ketelitian hasilnya juga lebih
tinggi. Komputerisasi dalam SIG dipastikan dapat memberikan berbagai keunggulan.

a. Pengolahan data lebih mudah dan cepat.

b. Jika terjadi kesalahan dalam memasukkan, data mudah di update.

c. Jika membutuhkan data yang terdahulu, data yang dimaksud mudah dicari.

d. Data lebih aman karena dapat dikunci dengan kode atau secara fisik.

e. Penyimpanan data lebih hemat dan ringkas.

f. Mudah dibawa atau dipindahkan.

g. Relatif murah.

1. Kegiatan Input Data SIG

Data dalam SIG dibedakan menjadi dua, yaitu data grafis dan data non-grafis. Data
grafis adalah data

yang disimpan dalam bentuk titik, garis, dan area. Data tersebut merupakan
kenampakan yang dapat dilihat dalam bentuk titik koordinat, simbol, dan tata nama.
Data non-grafis adalah data yang menunjukkan karakteristik, kualitas, serta
keterkaitan antar kenampakan dalam peta atau data grafis.

Berdasarkan sumbernya, data SIG dapat dibedakan menjadi tiga bagian.

a. Data lapangan/terristris, yaitu pengumpulan data yang diperolehlangsung dari


pengukuran lapangan. Misalnya pengukuran pH tanah, salinitas air, curah hujan suatu
wilayah, sensus penduduk,dan sebagainya.
b. Data peta, yaitu informasi yang terekam pada peta kertas atau film, kemudian
dikonversikan kedalam bentuk digital. Misalnya peta geologi, peta tanah, peta
kemiringan lereng, peta kependudukan, dan sebagainya. Apabila data sudah terekam
dalam bentuk peta, kita tidak lagimemerlukan data lapangan, kecuali untuk
pengecekan kebenarannya.

c. Data citra pengindraan jauh, yaitu pengumpulan data berupa foto udara atau
citra satelit. Dapat diintepretasikan terlebih dahulu sebelum dikonversikan kedalam
bentuk digital, sedangkan citra yang diperoleh dari satelit dalam bentuk digital dapat
langsung digunakan setelah iadakan koreksi sebelumnya.

Cara memasukkan data ke dalam SIG dapat dilakukan melalui tigacara, yaitu
penyiaman, digitasi, dan tabulasi. Penyiaman (scanning) adalah proses mengubah data
grafis kontinu menjadi data grafis diskrit yang terdiri atas sel-sel penyusun gambar.
Digitasi merupakan proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital
dalam struktur vektor. Tabulasi adalah proses memasukkan data atribut SIG dengan
pembuatan tabel. Pembuatan tabel dalam SIG sangat penting karena tidak semua data
SIG dalam bentuk grafis, tetapi ada juga yang berbentuk non-grafis. Skema proses
kerja Sistem Informasi Geografis, yaitu kombinasi kerja antara hardware, software,
pengumpulan data dan informasi, serta manajemen data atau pengguna.

2. Kegiatan Penyimpanan dan Pemrosesan Data

Kegiatan penyimpanan merupakan proses pengaturan dan penyimpanan data input


yang ditempatkan pada posisi-posisi tertentu agar data tersebut sewaktu-waktu dapat
diproses tanpa mengalami kesulitan. Data tersebut kemudian diproses sesuai dengan
tujuan yang direncanakan untuk menghasilkan data baru hasil pengolahan SIG.
Pengolahan data secara manual dilaksanakan dengan menggunakan cara overlay
(tumpangsusun). Pengolahan dengan komputer dilakukan dengan menggunakan
programprogram yang sesuai kebutuhan.

3. Kegiatan Pelaporan Data

Kegiatan pelaporan data merupakan proses menampilkan hasil pengolahan data


setelah sebelumnya dianalisis. Data yang ditampilkan dapat berupa peta, tabel, grafik,
atau video.
4. Kegiatan Transformasi Data

Transformasi data merupakan proses analisis dan pembaharuan data yang telah diolah
sebelum data ini digunakan oleh pengguna. Kegiatan ini berlangsung terus menerus,
artinya hasil SIG suatu ketika akan mengalami pembaharuan sesuai dengan situasi
dinamis obyek.

SIG mempunyai beberapa kemampuan analisis spasial yang utama, di antaranya


adalah sebagai berikut.

· Analisis tumpang susun (overlay) untuk mengetahui daerah yang diliputioleh


dua karakteristik dari tema yang berbeda.

· b. Analisis overlay untuk mengetahui perubahan batas dari waktu kewaktu.

· Analisis sebaran/distribusi dari suatu objek untuk mengetahui variasipola dan


jumlah atribut terhadap ruang.

· Analisis aliran (flow) di dalam suatu jaringan untuk menganalisis polaaliran.


Misalnya jalan raya dan sungai.

· Analisis tiga dimensi, yaitu analisis yang menampilkan tiga dimensiuntuk lebih
memudahkan pengguna dalam memanfaatkan hasil SIG.

5. Kegi

atan Interaksi dengan Pengguna Data (User)

Interaksi merupakan proses akhir dalam tahapan-tahapan SIG, di mana data yang
telah dikumpulkan dan diolah hasilnya akan digunakan dalam bidang tertentu.
Contohnya ketika seorang pengembang perumahan membutuhkan data akhir tentang
kesesuaian lahan untuk permukiman. Data kesesuaian lahan merupakan proses akhir
SIG yang mengkombinasikan informasi-informasi ketersediaan air tanah, kemiringan
lereng,dan gerakan tanah.
C.RINGKASAN MATERI

A. Penginderaan jauh
1. Pengertian
Penginderaan adalah upaya untuk mengetahui suatu objek dengan menggunakan sensor, baik alamiah
maupun buatan. Sensor adalah berupa mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Sensor buatan antara lain
kamera, sonar, magnetometer, radiometer, dan scanner.
Penginderan jauh (remote sensing) adalah ilmu untuk memperoleh informasi terhadap objek, daerah
atau fenomena melalui analisis dan interpretasi tanpa menyentuh langsung objek.
Definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a. Linden
Penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk dan menganilisis tentang bumi
b. Welson dan Bufon
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh objek, area, dan
gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek area dan gejala tersebut.
c. Lillesand dan Keifer.
Penginderaan jauh adalah ilmu atau teknik dan seni untuk mendapatkan informasi tentang objek,
wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data-data yang diperoleh dengan suatu alat, tanpa
berhubungan langsung dengan objek, wilayah atau gejala yang sedang dikaji.

2. Komponen-komponen penginderaan jauh


a. Tenaga
Tenaga yang digunakan dalam penginderaan jauh dibedakan menjadi 2 yaitu tenaga alamiah (sinar
matahari dan sinar bulan) dan sinar buatan. Namun yang biasanya dipakai adalah sinar matahari.
Penginderaan jauh yang menggunakan sinar matahari disebut system pasif, sedangkan yang
menggunakan tenaga buatan disebut system aktif. Fungsi dari sumber energi ini adalah untuk menyinari
objek permukaan bumi dan memantulkan pada alat pengamat (sensor)
b. Atmosfer
Merupakan lapisan udara yang menyelimuti bumi. Atmosfer akan mempengaruhi penginderaan jauh
dalam hal penyerapan. Pemantulan, penghamburan dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Bagian
jendela atmosferlah yang nantinya akan melanjutkan energi yang ditangkap oleh mata. Jendela
atmosfer adalah bagian spectrum tampak mata yang sering digunakan. Proses penghambatan di
atmosfer dapat berbentuk serapan, pantulan dan hamburan. Hamburan adalah pantulan kea rah serba
benda yang disebabkan oleh benda yang permukaannya kasar dan bentuknya tak menentu. Hamburan
terdiri atas :
1) Hamburan Rayleigh yaitu hamburan yang terjadi pada atmosfer Rayleigh. Ciri-ciri dar hamburan ini
adalah butir atmosfer diameternya > 0,1 panjang gelombang terjadi pada ketinggian 4.500-9.000 m,
dan terjadi gelombang pendek serta cuaca cerah.
2) Hamburan Mie
Ciri-cirinya adalah terjadi pada ketinggian kurang dari 45.000 m, terjadi gelombang panjang, dan cuaca
berwarna.
3) Hamburan nonselektif
Penyebab hamburan ini adalah butir-butir alam atmosfer yang diameternya jauh lebih besar dari
panjang gelombang spectrum tampak. Ciri-cirinya adalah tidak tergantung besar dari panjang
gelombang, tidak terjadi pada spectrum tampak dan spectrum infra-merah.
c. Objek
Objek adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran dalam penginderaan jauh antara lain atmosfer,
biosfer, hidrosfer, dan litosfer.

d. Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk merekam objek-objek di permukaan bumi. Berdasarkan
proses perekamannya sensor dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Sensor fotografik, yaitu, sensor berupa kamera yang bekerja pada spectrum tampak mata dan
menghasilkan foto atau citra. Keuntungan sensor fotografi adalah caranya sederhana, biaya murah,
resolusi spasial baik, integritas geometric baik.
2) sensor Elektormagnetik, yaitu sensor bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi
pada spectrum yang uas, yaitu sinar X sampai gelombang radio dan gelombang elektromagnetik lebih
besar, perbedaan karakteristik objek yang diamati jelas, dan analisis serta interpretasi lebih cepat.
e. Wahana
Dalam penginderaan jauh wahana yang sering digunakan adalah pesawat terbang atau balon udara.
Pada masa sekarang karena teknologi yang sudah canggih, maka wahana yang digunakan adalah satelit.
f. Citra/keluaran
Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau tampak langsung
pada hasil cetakan. Benda yang bergambar pada citra dapat dikenali dari cirri yang terekam pada sensor
yaitu cirri spasial, temporal, dan spectral.
1) Ciri spasial; berkaitan dengan ruang, meliputi bentuk, ukuran,bayangan, pola, tekstur, situs, dan
asosiasi.
2) Ciri tempral: cirri yang terkait dengan umur benda atau waktu saat perekaman
3) Ciri spectral : cirri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan
dengan rona dan warna.
Citra dibedakan menjadi dua, yaitu : (a) citra foto, (b) citra nonfoto
3. Citra Foto
Citra foto yaitu citra yang dibuat dari foto udara, dibuat denan pesawat udara dengan kamera sebagai
alat dan menggunakan spectrum tampak mata dan perluasannya.
Citra foto dibedakan berdasarkan :
a. Sistem wahanam ;
1) Foto satelit, dibuat dari satelit
2) Foto udara dibuat dari pesawat udara atau balon udara
b. Sumbu kamera
1) Foto vertical (ortho photograph), yaitu foto yang dibuat tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2) Foto condong (oblique photograph), adalah foto yang dibuat dengan kamera menyudut terhadap garis
tegak lurus di permukaan bumi
3) Foto sangat condong adalah foto yang dibuat dengan kamera menyudut sangat besar, sehingga
daerah yang terpotret memperlihatkan cakrawala
c. Berdasarkan sudut pandang kamera;
1) Sudut normal, jika besar sudut pandangnya 600, dengan panjang focus 17-21 cm.
2) Sudut besar, jika besar sudutnya 950 dengan focus 10-15 cm
3) Sudut sangat besar, sudut pandang sebesar 1200 , dan focus 17-88 cm.
d. Berdasarkan jenis kamera
1) Foto tunggal, dibuat dengan kamera tunggal
2) Foto jamak, dibuat dengan beberapa kamera pada saat yang sama
Berdasarkan warna :
1) Foto warna semu (false color)
2) Foto warna asli (true color)

4. Citra Nonfoto
Citra nonfoto yaitu citra yang diperoleh dari pemotretan kamera tunggal dengan berdasarkan atas
penyinaran denan scanner untuk menghasilkan gambarnya.
Macam citra nonfoto.
a. Berdasarkan wahana :
1. Citra dirgantara (dari udara), missal ; citra infra merah thermal, citra radar, citra MSS.
2. Citra satelit (dari angkasa luar), missal citra untuk penginderaan planet, cuaca, sumber daya alam
maupun laut.
b. Berdasarkan spectrum elektromagnetik :
1) Citra radar; dibuat dengan spectrum gelombang mikro
2) Citra inframerah: dibuat dengan spectrum infra merah thermal
3) Citra gelombang.
c. Berdasarkan sensor
1) Citra tunggal
2) Citra jamak
Pemanfaatan penginderaan Jauh ;
a. Sebagai alat bantu dalam menyusun teori
b. alat bantu menemukan fakta
c. alat penelitian
d. sebagai dasar penjelasan
e. alat dalam prediksi dan pengendalian

B. Interpretasi Pola dan Ciri Kenampakan Alam dari Hasil Pemetaan dan Citra
1. Keunggulan citra penginderaan jauh antara lain
a. Menggambarkan objek secara lengkap seperti wujud sebenarnya di muka bumi
b. Tiap lembar citra dapat meliputi daerah yang luas
c. Dari citra jenis tertentu dapat dimunculkan gambaran tiga dimensi
d. Merupakan satu, cara untuk menetapkan daerah bencana
e. Citra dapat dibuat pada periode ulang yang pendek
f. Karakteristik yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan
pengenalannya
2. Keterbatasan citra antara lain sebagai berikut :
a. Tidak semua data daapt disadap, misalnya migrasi, susunan penduduk, produksi padi dan sebagainya.
b. Ketelitian hasil interpretasi sangat tergantung pada kejelasan objek atau gejala pada citra dan
karakteristik yang digunakan dalam menyidiknya.
3. Tahap-tahap interpretasi citra :
a. Deteksi
b. Identifikasi
c. Interpretasi citra
Untuk melakukan interpretasi citra perlu memperhatikan unsure-unsur berikut ini
1. Rona/warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Rona dapat diukur secara relative,
menggunakan mata biasa dan cara kuantitatif, menggunakan alat ukur. Warna adalah wujud yang
tampak oleh mata dengan menggunakan spectrum sempit. Cara mengukur warna yaitu dengan cara
integral (penggabungan) dan cara analitik (pengukuran tiap lapis)
2. Ukuran
Hal yang dapat diukur adalah jarak, luas, tinggi, dan volume
3. Bentuk
Bentuk merupakan konfigurasi suatu objek
Contoh, gedung sekolah dapat dikenali dari bentuk huruf I,L,U dan persegi panjang, gunung berapi
berbentuk kerucut, dan sebagainya.
4. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra, biasanya dinyatakan denan kasar, sedang, atau
halus.

5. Pola
Pola adalah hubungan susunan keruangan suatu objek.
Contoh ; pola aliran sungai menandai struktur geologi, litogi, dan jenis tanah
6. Bayangan
Bayangan citra bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap. Objek yang berada di
daerah bayangan bisa tidak tampak sama sekali atau hanya samar-samar.
7. Situs
Situs adalah tempat kedudukan atau letak suatu objek yang dipotret dalam hubungannya denan tempat
lain
8. Asosiasi
Asosiasi diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dan yang lain. Contoh ; stasiun kereta api
berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu.
9. Konvergensi Bukit
Konvergensi bukit adalah penggunaan beberapa unsure interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi
semakin sempit kea rah satu kesimpulan.
Contoh : tumbuhan dengan tajuk berbentuk bintang, jelas berupa palma. Namun untuk memberikan
satu kesimpulan yang jelas, perlu dilengkapi unsure lain.

C. Sistem Informasi Geografi


1. Pengertian SIG
SIG adalah system berbasis computer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan
menganalisis data atau informasi geografi. Pada system itu disajikan data permukaan bumi secara
lengkap misalnya keadaan geologi, topografi, jenis tanah, hidrologi, iklim, dan budaya. Data ini
diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari BPS, hasil penelitian, atau citra foto.
Beberapa definisi SIG antara lain :
a. SIG merupakan system komputerisasi data yang penting
b. SIG merupakan alat yang bermanfaat untuk pengumpulan data
c. SIG merupakan system penanganan data keruangan
d. SIG merupakan system informasi otomatis data keruangan
e. SIG merupakan alat pengumpulan dan pengambilan kembali data kerungan
f. SIG merupakan system analisis data yang terkait dengan muka bumi.
Pengertian SIG menurut beberap ahli
1. Paryono
Sistem informasi Geografis adalah system berbasis computer yang digunakan untuk menyimpan,
memanipulasi dan menganalisis informasi geografi.
2. Burrough P.A
Sistem informasi Geografi adalah suatu system perangkat yang dapat melakukan pengumpulan,
penyimpanan, pengambilan kembali pengubahan (transformasi), dan penayangan (visualisasai) dari
data keruangan (spatial) untuk kebutuhan tertentu.
3. Menurut Stan Aronaff
Sistem informasi Geografi (SIG) adalah system informasi yang berdasarkan kerja computer yang
mampu menerima masukan, mengelola (memberi, mengambil, memanipulasi, dan menganalisis data),
kemudian memberikan uraian.
Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa system informasi geografi merupakan
pengelolaan data geografi yang didasarkan pada kerja computer.
Tahapan Kerja SIG
Tahapan kerja SIG meliputi tiga hal yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output). Secara
sederhana dapat digambarkan sebagai berikut :
Masukan ———-> Proses ——- Keluaran
1. Masukn input
Masukan akan membentuk database di dalam computer yang digunakan untuk pengolahan selanjutnya.
Ada dua macam data yang dimasukan yaitu :
a. Data atribut adalah data yang terdapat pada ruang atau tempat.
b. Data keruangan adalah data yang menunujukan ruang lokasi atau tempat-tempat di permukaan
bumi,

2. Proses
Proses SIG meliputi memanggil, memanipulasi, dan menganalisis data yang telah tersimpan dalam
computer.
Macam-macam analisis data :
a. Analisis lebar
Analisis lebar mengolah data dalam computer yang menghasilkan daerah tepian sungai dengan lebar
tertentu
b. Analisis penjumlahan aritmatik (arithmethic addition)
Analisis ini menghasilkan penjumlahan. Dapat digunakan untuk peta berklasifikasi yang akan
menghasilkan klasifikasi baru.
c. Analisis garis bidang
Analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah atau region dalam radius tertentu. Misalnya untuk
menentukan daerah rawan gempa, rawan banjir, dan sebagainya.
3. Keluaran
Adalah penyajian semua atau sebagian data dalam bentuk table, peta file elektronik, atau grafik. Dalam
SIG ada dua jenis perangkat yang digunakan yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat
keras meliputi satu unit computer yang terdiri atas digitizer, printer, plotter, CPU, VDU, Disk Drive, dan
Tape Drive.

Pengoperasian SIG secara Konvensional


Pengolahan data dalam SIG dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ; cara manuak (konvensional) dan
dengan menggunakan computer.
a. Pengolahan secara manual (konvensional)
Yaitu pengolahan data melalui perhitungan-perhitungan dengan menggunakan alat yang konvensional.
Ketepatan dan ketelitian hasil yang diperoleh tergantung pada ketepatan dan ketelitian data yang
terkumkpul, keterampilan dan ketelitian orang yang mengolah data. Informasi yang disajikan pada peta
konvensional merupakan informasi yang murah, namun data yang digunakan pada peta tersebut telah
digeneralisir sehingga tidak menunjukan kenampakan aslinya. Contoh ; lebar jalan atau sungai, luas
suatu kota disajikan tidak sesuai dengan ukuran aslinya. Suatu wilayah akan mengalami
perkembanganl,sehingga informasi yang disajikan harus terus diperbaharui. Bila menggunakan cara
konvensional memerlukan banyak waktu, sehingga informasi yang disajikan terkadang sudah
mengalami perubahan sehingga sudah tidak sesuai dengan kenyataan.
b. Pengolahan dengan computer
Dengan menggunakan computer pengolahan data dapat diselesaikan lebih cepat dengan hasil ketelitian
yang tinggi. Keunggulannya adalah :
1) pengolahan data lebih mudah dan cepat
2) jika terjadi kesalahan pada saat input data, mudah diperbaharui
3) Jika membutuhkan data yang terdahulu, mudah dicari
4) data lebih aman karena dikunci dengan kode
5) Penyimpanan data lebih hemat dan ringkas
6) mudah dibawa atau dipindahkan
7) relative murah
Penerapan SIG dalam Kajian Geografi
a. Inventarisasi sumber daya alam
Penerapan SIG dengan teknik penginderaan jauh mampu menghasilkan data potensi sumber daya alam
di berbagai daerah, serta dapat menyajikannya dengan cepat dan tepat. SIG dapat dimanfaatkan untuk
inventarisasi sumber daya alam di antaranya.
1) Sumber daya air
Inventarisasi sumber daya air menjelaskan tentang banyaknya distribusi air, kualitas air, baik
permukaan maupun air tanah
2) Sumber daya lahan
Inventarisasinya meliputi kesediaan, kesesuaian, dan kemampuan lahan
3) Sumber daya mineral
Yang dapat dinventasisasi misalnya jenis, kualitas, cadangan dan persebarannya.
4) Sumber daya hutan
Misalnya tentang luas, jenis dan kerusakan hutan,.
5) Sumber daya laut
Inventarisasinya meliputi potensi sumber daya laut, baik sumber daya mineral maupun sumber daya
hayati laut, jenis, potensi, dan persebarannya,.
b. Analisis Keruangan
Untuk keperluan analisis keruangan SIG memiliki beberapa analisis, diantaranya :
1) Analisis overlay (tumpang tindih). Analisis ini untuk mencari dan mendata daerah yang diliputi oleh
dua tema yang berlainan. Analisis ini juga untuk mengetahu perbedaan batas atau perubahan dari masa
ke masa.
2) Analisis sebaran (distribusi). Analisis ini untuk memahami pola dan jumlah atribut terhadap peluang
atau objeknya.
3) Analisis aliran (flow). Untuk menganalisis pola aliran lalu lintas
4) Analisis tiga dimensi
Perencanaan Pembangunan wilayah
Untuk penyusunan rencana pembangunan yang tepat dibutuhkan informasi yang lengkap dan akurat
tentang berbagai masalah dan potensi sumber daya alam yang terkandung dalam wilayah yang
bersangkutan. SIG dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dengan tepat dan cepat. Sehingga SIG
daapt dimanfaatkan untuk merencanakan pola pembangunan suatu wilayah.
Kegunaan SIG :
a. Merencanakan pembangunan bendungan
SIG digunakan untuk mengetahui daerah genangan air dan volume air, daerah yang harus digusur,
daerah lahan pertanian yang akan tergenang, volume urukan untuk bendungan, besar masukan dan
keluarnya volume air, daerah lahan pertanian yang diairi, rencana pembuatan pembangkit tenaga listrik,
rencana pembangunan jalan, dan dampak dari pembangunan tersebut.
b. Pemetaan sumber daya
Sistem informasi geogarfi dalam pemetaan sumber daya digunakan untuk pemetaan penggunaan lahan,
pemetaan lahan hijau yang diperlukan bagi keberadaan lahan pertanian, pemetaan daerah pasang surut,
pemetaan geologi untuk kepentingan eksplorasi dan penanggulanagan bencana
c. Pertanian dan kehutanan
SIG digunakan untuk menginventarisasi tanaman pangan, pemantauan perubahan penggunaan lahan,
inventarisasi tanaman perkebungan, inventarisasi dan pemantauan hutan untuk reboisasi, perluasan
hutan dan pencegahan kerusakan hutan, inventarisasi lahan kritis, dan inventarisasi tanaman sagu.
d. Transmigrasi
Untuk keperluan transmigrasi SIG bermanfaat untuk pemilihan lokasi transmigrasi, perencanaan waktu
pemindahan penduduk dengan keadaan daerah yang sesuai, perencanaan pembuatan jalan, dan irigasi
e. Lingkungan Hidup
SIG digunakan untuk perencanaan kota yang berkaitan dengan tata ruang, pemantauan terhadap
pencemaran lingkungan hidup.,
f. Pemantauan bencana alam
Dengan bantuan penginderaan jauh yang multitemporal dan multi spectral SIG dapat digunakan untuk
menginventarisasi, mengevaluasi, dan memantau bencana alam, sepert gunung meletus, gempa bumi,
kebaran hutan, dan serangan hama.
g. Perencanaan dan pemantauan daerah pantai dan laut
Dalam hal ini SIG digunakan untuk pencarian lokasi ikan laut, pemantauan perubahan garis pantai dan
daerah abrasi,pantauan proses-proses yang terjadi di laut, seperti pengangkatan arus dan instrusi air
laut.
h. Pemantuan program IDT
SIG digunakan untuk mendapatkan :
1) Informasi potensi desa yang berkaitan dengan LKMD, sarana jalan dan angkutan, mata pencaharian
penduduk, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan ,pasar, sarana komunikasi dan jarak untuk
berhubungan.
2) Informasi penduduk yang berkaitan dengan kepadatan, persebaran, pertambahan, susunan, atau
komposisi penduduk.
3) Informasi lingkungan yang berkaitan dengan sumber air, penerangan, tempat ibadah, tempat
pembuangan sampah, jamban atau MCK.
i. Pembangunan jalan raya atau jalan tol baru
SIG digunakan untk mengetahui pembebasan lahan pemukiman dan lahan pertanian, arah dan
penempatan jalan yang efisien, volume pemotongan tanah untuk tanjakan, volume urukan tanah untuk
penimbunan, pembuatan jealan penyebrangan yang efektif, dan dampak dari pembangunan tersebut.
j. Pajak Bumi dan Bangunan
SIG digunakan untuk mengetahui besarnya pemasukan berdasarkan luas lahan, jenis lahan, dan jenis
usaha di kota atau desa, target pemasukan pajak di setiap desa, kecamatan, kabupaten, dan provinsi.

D.PEMANFAATAN SIG UNTUK INVENTARISASI


SUMBER DAYA ALAM DAN PERENCANAAN
January 28, 2016
Manajemen tata guna lahan

Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan
dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan
zonafikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Misalnya, wilayah
pemanfaatan lahan di kota biasanya dibagi menjadi daerah pemukiman, industri, perdagangan,
perkantoran, fasilitas umum,dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan
masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
pembangunan utilitas-utilitas yang diperlukan. Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun
di daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar
kriteria-kriteria tertentu yang bisa menyebabkan ketidak selarasan. Contohnya, pembangunan
tempat sampah. Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain: di luar area
pemukiman, berada dalam radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya,
dan sebagainya. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di
dalam suatu area, kriteria-kriteria ini nanti digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah
yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria.

Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor
pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim, kondisi tanah, ketinggian, dan keadaan
alam, akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk yang dipakai, dan bagaimana proses
pengolahan lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat merata dan minimal biayanya
dapat dibantu dengan peta sawah ladang, peta pemukiman penduduk, ketinggian
masing-masing tempat dan peta kondisi tanah. Penentuan lokasi gudang dan pemasaran hasil
pertanian dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi pangan, penyebaran konsumen,
dan peta jaringan transportasi. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan, SIG juga dapat
membantu dalam hal penataan ruang. Tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan
ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif dan efisien.
Misalnya penataan ruang perkotaan, pedesaan, permukiman,kawasan industri, dan lainnya.

Inventarisasi sumber daya alam

Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alamiah sebagai berikut:

· Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batu
bara, emas, besi dan barang tambang lainnya.

· Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:

1. Kawasan lahan potensial dan lahan kritis;


2. Kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak;

3. Kawasan lahan pertanian dan perkebunan;

4. Pemanfaatan perubahan penggunaan lahan;

5. Rehabilitasi dan konservasi lahan.

Untuk pengawasan daerah bencana alam

Kemampuan SIG untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:

· Memantau luas wilayah bencana alam;

· Pencegahan terjadinya bencana alam pada masa datang;

· Menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana;

· Penentuan tingkat bahaya erosi;

· Prediksi ketinggian banjir;

· Prediksi tingkat kekeringan.

Bagi perencanaan Wilayah dan Kota

Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, tata
guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana.

· Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan
kawasan industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan.

· Untuk bidang manajemen atau sarana-prasarana suatu wilayah, seperti manajemen


sistem informasi jaringan air bersih, perencanaan dan perluasan jaringan listrik.
· Untuk bidang pariwisata, seperti inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata
suatu daerah.

· Untuk bidang transportasi, seperti inventarisasi jaringan transportasi publik, kesesuaian


rute alternatif, perencanaan perluasan sistem jaringan jalan, analisis kawasan rawan
kemacetan dan kecelakaan.

· Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran
penduduk suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta
kemungkinan pola drainasenya, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
dan pembangunan pada suatu kawasan, pendataan dan pengembangan pemukiman
penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan perkantoran.
E.Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang sangat pesat khususnya di
bidang internet bisa di bilang juga perkembangan di bidang informasi. Tetapi masih banyak orang
yang mengubah cara menyebarkan informasi dari cara tradisional menjadi cara modern dengan
menggunakan suatu situs sebagai media penyebaran informasi yang lebih praktis, ekonomis dan
dapat diakses di manapun secara luas. Pemanfaatan internet selain pemakai dapat melihat
perkembangan teknologi dengan mengunjungi situs - situs yang ada, pemakai juga dapat
memperoleh berbagai informasi didalamnya baik informasi dalam negeri maupun luar negeri. Setiap
pengguna internet dapat berpartisipasi dalam segala waktu dan manfaatnya dapat dirasakan oleh
berbagai kalangan dan bidang. seperti dalam bidang perbankan, geografis, perindustrian,
perdagangan, pariwisata, pendidikan maupun bidang lainnya.

Pemanfaatan internet juga terasa di bidang geografis, pada pemanfaatannya juga digunakan
sebagai penyeberan inormasi untuk mengetahui letak wilayah suatu Negara, kota maupun daerah.
Penyebaran informasi geografis ini dapat berupa data spasial (wilayah) maupun data non spasial
berupa informasi yang berhubungan dengan keberadaan wilayah. Indonesia merupakan daerah
yang sangat rawan terhadap bencana terutama gempa bumi dan banjir. Hal ini tidak dapat dihindari
lagi oleh kita. Oleh karena itu kita harus menyiapkan baik-baik untuk menghadapinya. Salah
satunya dengan menggunakan GIS.

Istilah ini digunakan karena GIS dibangun berdasarkan pada ‘geografi’ atau ‘spasial’. Object ini
mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Objek bisa berupa fisik, budaya atau ekonomi
alamiah. Penampakan tersebut ditampilkan pada suatu peta untuk memberikan gambaran yang
representatif dari spasial suatu objek sesuai dengan kenyataannya di bumi. Simbol, warna dan gaya
garis digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berbeda pada peta dua dimensi. Dan berikut
definisi tentang GIS dari para ahli :

Purwadhi, 1994

SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun
analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek
keruangan.

SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga
karakteristik dasar, yaitu:
(i) mempunyai fenomena aktual (variabel data non-lokasi) yang berhubungan dengan topik
permasalahan di lokasi bersangkutan;

(ii) merupakan suatu kejadian di suatu lokasi; dan

(iii) mempunyai dimensi waktu.

Aronaff, 1989

SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola,
memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.

Berry, 1988

SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.

Sumber – sumber data geospasial adalah peta digital, foto udara, citrala satelit, table statistic dan
dokumen lain yang berhubungan. Data geospasisal menjadi data grafis dan data atribut (data
tematik). Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (polygon) dalam
bentuk vector ataupun raster yang mewakili geo matris topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.
Fungsi pengguna adalah untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat
jadwal pemutakhiran (updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan
yang diinginkan dan merencanakan aplikasi. Data sapsial sendiri didapat dari hasil peta, foto udara,
citra satelit, data statistic dan lain – lain. Data non spasial (atribut) adalah data yang memuat
karakteristik atau keterangan dari suatu objek ang terdapat dalam peta yang sama sekali tidak
berkaitan dengan posisi geografi objek tersebut. Sebagai contoh, data atribut dari sebuah kota
adalah luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat kriminalitas dan sebagainya.

Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan,
peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software
tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna,
bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input
kebutuhan yang diinginkan user. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi
kedalam lima komponen utama yaitu :

Perangkat keras (Hardware)

Perangkat Lunak (Software)

Pemakai (User)

Data

Metode

Penggunaan SIG untuk Peta Bencana

Dalam Penelitian dan Analisis, SIG dapat dimanfaatkan untuk mengetahui daerah rawan bencana
Sig dapat membantu menentukan wilayahnya. Misalkan untuk wilayah Jawa, sangat berpotensi
Gempa karena dilalui oleh lempeng samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah busur dalam
vulkanik atau darah yang memiliki banyak gunungapi yang aktif. Wilayah selatan Jawa berpotensi
gempa dan tsunami. Oleh karena itu dengan memanfaatkan Sig dapat mengurangi dan bersiaga
tehadap ancaman bencana tersebut. Peta Bencana Berbasis SIG, Sistem Informasi Geografi
adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan
mengelola data yang terkait dengan atribut, secara spasial. Pada kondisi yang lebih umum, SIG
adalah cara yang memudahkan pengguna untuk membuat query interaktif, menganalisa informasi
spasial dan mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang mengkombinasikan antara
penerapan dengan sistem.

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat yang dapat mendukung penetapan keputusan
dalam semua fase siklus bencana. Dengan kata lain adalah suatu kata yang menjelaskan tentang
semua jenis item dari data yang hendaknya mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi terhadap
suatu lokasi atau dapat diukur dalam hal koordinat geografis. Pada awalnya focus dari SIG adalah
terutama pada respon bencana. Dengan perubahan paradigma aturan manajemen bencana telah
berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi suatu kejadian yang mengalir dari
penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga prediksi dan kedaruratan hingga perbaikan.
Tiap-tiap aktivitas diarahkan menghasilkan keberhasilan penanganan bencana. Aturan yang
dikembangkan termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan
sejumlah keahlian tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. SIG dapat bertindak sebagai
antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana.

SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur yang kritis terhadap
bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam,
rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan
bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana
dan kajian keutuhan komunitas korban bencana. Karena SIG adalah teknologi yang tepat guna
yang secara kuat merubah cara pandang seseorang secara nyata dalam melakukan analisis
keruangan. SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analsis
spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia bagi berbagi bidang
organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis.

Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu
area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan dan asset
terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya
berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari
suatu area kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar
belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah, apakah dan yang mana
lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan
informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial yang
mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses
pembuatan keputusan.

Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari pembuatan Basis data, inventori,
overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi,
proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi,
auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang
komplek lainnya. Sekali lagi dapat dikenali bahwa area dimana resiko dengan potensi bahayanya,
proses mitigasi dapat dimulai. SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi
prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai,
untuk mengidentifikasi struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan
terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana, pelatihan dan
kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang dijumpai dan untuk
mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat yang aman. Daerah yang
paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi.
Semua langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan,
langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap menghadapi situasi jika bencana menyerang.
Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan yang ideal
tentang segala sesuatu yang diharapkan. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai
sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana,
mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario bencana yang
berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit
dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, [obat/ kedokteran] dan
lain lain misalnya untuk penyimpanan barang atau logistik.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat sangat membantu manusia dalam membantu
menjalankan hidupnya. SIG dalam geografi sangat membantu menganalisis data-data geografi.
Data yang dimaksudkan adalah data spasial. SIG membantu dalam memperoleh, menyimpan,
menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut, yang mana secara spasial.

Berdasarkan kegunaan dari SIG yang begitu besar maka SIG dapat dimanfaatkan untuk hal-hal
yang berguna. Tetapi sangat disayangkan bahwa di Indonesia orang yang paham mengenai hal
tersebut masih sangat sedikit. Oleh karena itu pemerintah harus membantu agar warga negaranya
banyak yang mengetahui tentang SIG. hal ini dimaksudkan agar Mereka dapat mengetahui dan
membantu menganilsis terjadinya bencana dan membantu mitigasi bencana. Dengan ini dapat
meminimalisir adanya korban bencana. Kesadaran akan datangnya bencana seharusnya telah
terpikirkan dan diantisipasi oleh orang Indonesia sejak dulu, karena memang Negara Indonesia
termasuk rawan bencana Besar. Mari mulai saat ini sadar akan adanya bencana yang selalu
mengancam kita. (ums/vd)

 FACEBOOK

Anda mungkin juga menyukai