Pengertian peta
Klasifikasi peta
Peta dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu jenis peta berdasarkan isi, skala, dan
tujuan.
1. Peta umum adalah peta yang menampilkan ketampakan muka bumi secara umum.
Pada umumnya, peta umum memiliki warna dan symbol-simbol lain yang mewakili
ketampakan alam sebenarnya. Adapun yang tergolong kedalam peta umum antara
lain :
Peta topografi yaitu peta yang menggambarkan bentuk relief permukaan bumi. Dalam
peta topografi digunakan garis kontur yaitu garis yang menghubungkan
tempat-tempat yang mempunyai ketinggian sama. Peta ini berfungsi untuk
menggambarkan bentuk dua dimensi dari bentuk tiga dimensi rupa bumi, memberikan
informasi mengenai keadaan permukaan dan elevasi.
2. Peta khusus adalah peta yang menampilkan suatu ketampakan saja. Melalui peta
khusus akan diketahui persebaran suatu ketampakan secara mendetail.
Peta skala besar adalah peta yang mempunyai skala 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000, peta
ini digunakan untuk menggambarkan wilayah yang relative sempit (misal peta
kelurahan).
Peta skala sedang adalah peta yang mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 :
500.000, peta ini digunakan untuk menggambar daerah yang agak luas (misal peta
provinsi).
Peta skala kecil adalah peta yang mempunyai skla 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000
atau lebih, peta ini digunakan untuk menggambarkan daerah yang relative luas (misal
peta negara).
Fungsi peta
Membantu peneliti sebelum melakukan survey untuk mengetahui kondisi daerah yang
akan diteliti
Komponen peta
Idealnya sebuah peta hendaknya memiliki komponen yang lengkap. Yang meliputi
jarak peta, proyeksi peta, skala peta, sumber dan tahun pembuatan peta, legenda peta,
inset peta, garis tepi, garis lintang, garis bujur dan tanda orientasi.
Symbol peta
Symbol adalah pengganti kenampakan-kenampakan di permukaan bumi yang
digunakan dalam peta. Dalam penggambarnnya symbol ditempatkan sesuai pada
lokasi kenampakan pada peta utama dan penjelasan ditempatkan pada legenda.
Klasifikasi symbol
Berdasarkan bentuknya :
Symbol titik
Symbol garis
Symbol aliran
Symbol batang
Symbol lingkaran
Symbol bola
Berdasarkan sifatnya :
Symbol kuantitatif
Symbol kualitatif
Berdasarkan fungsinya :
Symbol daratan
Symbol perairan
Symbol budaya
Skala peta
Skala merupakan perbandingan jarak, bentuk, dan ukuran yang tergambar di peta
dengan keadaan sesungguhnya di lapangan. Skala dapat dinyatakan dalam bentuk
numeric (angka), skala grafik dan skala verbal.
Notasi Skala angka adalah skala peta yang menggunakan angka atau bilangan
pecahan sebagai pembanding jarak. Artinya setiap 1 cm pada peta sama dengan
1.000.000 cm di lapangan. Skala ini dapat berupa perbandingan cm dengan km,
maupun inchi berbanding mil.
Notasi skala batang adalah skala yang menggunakan bentuk ruas garis bilangan
sebagai pembanding jarak. Artinya setiap 1 cm di peta sama dengan 10 km pada jarak
sebenarnya.
Notasi skala kalimat adalah skala yang dinyatakan dalam bentuk kalimat. Artinya 1
cm berbanding 50 km artinya 1 cm di peta sama dengan 50 km di lapangan.
Rumus menghitung
PENGERTIAN PETA
Di jaman yang semakin maju ini peta menjadi alat bantu yang sangat dibutuhkan
dalam perencanaan pembangunan diberbagai bidang, seperti bidang pertanahan,
pertanian, perkebunan, industri dan perdagangan, pelayaran, penerbangan, pendidikan,
tata ruang wilayah, politik dan keamanan, dan lain-lain. Terlebih untuk peta-peta
tematik yang sifatnya lebih khusus dan spesifik, sudah menjadi kebutuhan hampir
setiap lembaga, lebih-lebih yang bergerak di bidang perencanaan dan pembangunan
suatu wilayah dalam skala lokal, regional, nasional dan internasional.
Pada hakekatnya peta adalah sebuah alat peraga (Sandy, 1986), karena melalui
peta seseorang akan dapat menyampaikan sesuatu ide kepada orang lain. Ide tersebut
dapat berupa gambaran tentang bentuk-bentuk muka bumi, distribusi penduduk,
penggunaan lahan di suatu tempat, kesuburan tanah, kedalaman air laut, penyebaran
iklim, dan lain-lain yang terutama berkaitan dengan aspek keruangan (spasial).
Di bawah ini definisi dari beberapa ahli mengenai pengertian peta, antara lain :
KLASIFIKASI PETA
a. Bedasarkan jenisnya
1. Peta foto : Peta yang dihasilkan dari mozaik foto udara yang dilengkapi garis
kontur, nama dan legenda
2. Peta garis : peta yang mnyajikan detail alam dan buatan manusia dalam
bentuk titik, garis dan tulisan
2. Peta turunan (Derived map) : Peta yang dibuat bedasarkan acuan pada peta
yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survey langsung kelapangan.
c. Peta dunia : peta umum dengan skala kecil dengan cakupan yang sangat luas
KOMPONEN-KOMPONEN PETA
a. Judul Peta
Judul peta mencerminkan isi dan tipe peta. Judul biasanya dicantumkan di bagian
atas peta dengan huruf besar. Fungsi judul adalah menunjukkan daerah yang
digambarkan oleh peta tersebut.
Merupakan gambar penunjuk arah mata angin, pada umumnya peta berorientasi Utara,
diletakkan di sudut kanan atas atau tempat lain yang kosong
c. Skala
Skala adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara jarak di peta dengan jarak
yang sebenarnya di permukaan bumi. Secara umum skala dapat dibedakan menjadi 3
yaitu :
1) Skala angka/numerik
Skala yang berupa angka-angka. Misalnya skala peta 1: 200.000, skala peta 1 :
1.000.000 dan sebagainya
2) Skala Garis/Grafik
Skala yang ditunjukkan dengan membuat garis linier dengan membuat perbandingan
pada setiap ruasnya.
Contoh
0 1 2 3
3) Skala kalimat/verbal
Skala Yang menggunakan kalimat baku sebagai pentunjuk skala. Jenis skala ini
banyak dipakai di Eropa yang biasanya menggunakan satuan inchi dan mil.
Contoh : One Inch to two miles
d. Legenda/keterangan
Garis ini diperlukan untuk mengetahui letak astronomi suatu tempat. Biasanya terdiri
dari garis bujur dan garis lintang yang dituliskan di tepi peta dengan menujukkan
berapa derajat, berapa menit dan berpa detik.
f. Lattering/tata tulis
Adalah tata tulis tulisan dan angka. Secara umum penulisan suatu obyek pada obyek
daratan ditulis dengan huruf tegak, sedangkan simbol obyek perairan ditulis dengan
huruf miring.
Sumber peta sangat penting, terutama untuk peta thematik. Sedangkan tahun
pembuatan sangat penting mengingat ada tidaknya obyek pada waktu pembuatan
sekarang ataua kemudian ahri akan berubah baik medan yang alami maupun medan
buatan
h. Inset
Inset adalah peta kecil yang berfungsi memberikan tekanan atau penjelasan pada peta
utama. Sehingga akan memperjelas dan mempertajam informasi peta utama.
i. Garis tepi
j. Tata warna
Tata warna sangat penting jika peta yang dibuat adalah peta berwarna. Fungsi
warna adalah sebagai berikut :
3) keindahan ( estetika)
k. simbol
Simbol adalah tanda atau lambang yang mewakili obyek di permukaan bumi yang
terdapa pada peta. Mengingat pentingnya materi ini, maka simbol disajikan pada
bagian tersendiri sebagai berikut.
Peta dianggap baik dan benar (Sandy ,1986:1-2) setidaknya memenuhi persyaratan
sebagai berikut:ü peta tidak boleh ‘membingungkan’ü mudah dipahami atau
dimengerti, sehingga tidak boleh serumit kenampakan aslinyaü menggambarkan
cukup teliti sesuai temanyaü indah dipandangAgar peta tidak membingungkan bagi
para pengguna, maka peta harus dilengkapi dengan: legenda/keterangan, skala peta,
judul peta, inset peta.Agar peta mudah dimengerti/ditanggkap maknanya oleh
pengguna peta, maka peta harus menggunakan: tata warna, simbol, proyeksi
peta. Sedangkan dalam aspek ketelitian peta sangat terkait dengan tujuan peta dan
jenis peta serta skala peta yang akan dibuat.
Fungsi:
Menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya
dengan tempat lain di permukaan bumi).
Memperlihatkan ukuran (dari peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas
permukaan bumi).
Mengumpulkan dan menyeleksi data-data dari suatu daerah dan menyajikan di atas
peta, melalui media simbol.
Untuk membantu dalam suatu desain, misal: desain tata ruang wilayah, jalan, dll.
Untuk analisis data spatial, misal: perhitungan volume, evaluasi lahan, dll.
1. Komponen Peta
Apabila anda cermati atau perhatikan pada setiap peta-peta, di dalamnya kita jumpai
berbagai komponen yang menjadi bagian atau kelengkapan peta, seperti: judul peta,
skala peta, simbol, keterangan/legenda, koordinat geografis, orientasi/arah, inset peta,
dan lain-lain. Komponen peta tersebut merupakan bagian penting dan salah satu
persyaratan dari sebuah peta yang baik. dan benar.
Namun untuk peta khusus atau peta tematik komponen petanya lebih sederhana dan
cukup bervariasi antara satu peta dengan peta yang lain. Tidak ada ketentuan baku
yang mengharuskan sebuah peta tematik satu dengan peta yang lain harus sama
komponennya misalnya dalam hal tata letak atau posisi informasi tepi, tata warna dan
lain-lain.
LANGKAH-LANGKAH PEMETAAN
Apabila kita ingin membuat peta tematik, maka sebelumnya kita perlu menyiapkan
peta dasar. Peta dasar merupakan peta kerangka letak/lokasi yang nanti akan
dilengkapi atau diisi dengan data-data sesuai dengan
isi/tema peta yang akan digambar. Untuk memperoleh peta dasar tersebut dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
( survey terristris).
Dalam era kemajuan teknologi informasi (TI) proses pembuatan peta telah terbantu,
sehingga untuk melakukan pemetaan suatu wilayah dapat dilakukan dengan cepat dan
mudah. Pemanfaatan peta dasar yang dahulu banyak bersumber dari peta rupabumi,
sekarang sudah banyak yang beralih menggunakan citra penginderaan jauh.
Citra penginderaan jauh yang banyak digunakan sebagai sumber peta dasar adalah;
citra foto udara, citra satelit Landsat, citra satelit Spot, citra satelit Ikonos, dan citra
satelit Quickbird. Dengan menggunakan citra penginderaan jauh, gambaran muka
bumi yang akan dipetakan akan dapat memberikan data dan informasi yang terkini.
Kenampakan-kenampakan obyek fisik, sosial dan budaya beserta batas-batas
administratif maupun batas geografis akan tampak. Dengan demikian kerangka
letak (sebagai peta dasar) mudah dilacak atau ditelusuri lewat citra tersebut
(lihat gambar 12. citra penginderaan jauh).
berbeda bisa melalui bantuan pantograf Jika mempunyai sarana komputer yang
dilengkapi software (perangkat lunak) program berbasis peta, maka langsung dapat
dilakukan dijitasi pada obyek di layar monitor (digitasi on screen) atau dengan meja
digitizer.
Perlu kita ketahui bahwa orientasi atau penunjukkan arah pada peta, tidak selamanya
peta berorientasi utara (utara di sebelah atas). Kadang ada pula peta berorientasi
selatan, barat, atau timur, sesuai dengan kepentingannya. Selain itu pula perlu
diperhatikan bahwa utara yang dipakai dalam peta ada tiga arah utara yaitu: utara
geografis, utara magnitis, dan utara meridian. Utara geografis (true north/TN/US)
adalah utara yang melalui kutub utara dan kutub selatan bumi. Utara magnitis
(magnetic north/MN/UM) adalah utara yang melalui kutub magnit bumi. Sedangkan
Utara Meridian (Grid North/Meridian North/GN/UTM) adalah utara yang sejajar
dengan meridian sentral dan tegak lurus standar paralel setempat.
UM US UG
150
130
Simbol yang baik adalah yang mudah dikenal sekalipun tanpa menggunakan suatu
keterangan/legenda. Selain itu simbol hendaknya kecil, terang, dan mudah digambar.
Dalam pemetaan tematik penggambaran simbolnya tidaklah seketat pada simbol
peta-peta umum atau peta Rupabumi (RBI).
Simbol peta tematik lebih sederhana dan dibolehkan untuk merancang simbol sendiri
sepanjang simbol tersebut memiliki relevansi dengan unsur atau obyek yang
digambarkan. Sedangkan symbol untuk peta umum (RBI atau Topografi) sudah ada
pembakuan secara khusus (seragam berdasarkan konvensi asosiasi kartografi
Internasional).
Telah kita ketahui bersama bahwa peta merupakan citra geospasial yang dapat
mempengaruhi konsepsi orang tentang ruang Pengaruh peta ini sebagian karena
adanya kesepakatan konvensi dan sebagian lain karena adanya karakteristik umum
grafik yang digunakan. Konvensi memegang peranan penting terutama dalam
pemetaan topografis. Sebagian besar symbol yang digunakan dalam peta RBI atau
topografi telah diwariskan kepada kita semenjak abad 18. Di antara konvensi tersebut
adalah bahwa perairan digambarkan dengan warna biru, hutan dengan hijau tua,
daerah permukiman dan perkotaan disimbolkan dengan warna merah, abu-abu, atau
warna merah jambu.
Data yang harus divisualisasikan akan selalu mengacu kepada obyek atau fenomena
nyata. Ia dapat dalam bentuk ketinggian yang diukur sepanjang jaringan lalu lintas,
jumlah penduduk yang tinggal di daerah tersebut, atau volume sebuah bukit dalam
ribuan meter kubik.
Dalam kartografi kita menggunakan simbol titik (dot), symbol garis (dash) dan
simbol bidang (patches) untuk mempresentasikan lokasi dan atribut-atribut data titik,
garis, wilayah dan volume obyek.
Merancang tata letak peta merupakan tahapan kerja yang penting diperhatikan bagi
setiap orang yang akan menggambar peta. Hal itu dimaksudkan agar peta benar-benar
komunikatif, mudah dibaca dan ditafsirkan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan
pengguna peta.
Adapun unsur-unsur peta yang perlu ditata posisinya adalah: judul peta, skala peta,
keterangan/legenda, koodinat lintang dan bujur, inset peta, sumber data, dan
informasi- informasi lain. Unsur-unsur tersebut sedapat mungkin ditempatkan pada
komposisi yang seimbang (balance) dalam tata letak informasi tepi. Selain itu ukuran
huruf (text), tipe huruf (style) perlu dipertimbangkan besar-kecilnya.
Pada umumnya peta tematik meng-gambarkan daerah yang berbentuk pulau, propinsi,
kabupaten, kecama-tan, desa, suatu negara atau dapat pula kawasan hutan, daerah
aliran sungai, dan lain-lain. Daerah atau wilayah tersebut memiliki variasi
bentuk kerangka letak yang berma-cam-macam. Oleh karena itu penyu sunan
tataletak informasi tepi peta harus menyesesuaikan, dengan tetap berpedoman pada
prinsip keseim-bangan.
SKALA PETA
Secara sederhana skala peta merupakan perbandingan jarak horizontal kedua titik
sembarang di peta dengan jarak horizontal kedua titik itu dipermukaan bumi (dengan
satuan ukuran yang sama). Namun ada sesuatu pemahaman terhadap skala yang lebih
dari sekedar perbandingan jarak, yakni bahwa skala peta juga dapat memberikan
makna pada tingkat kedetilan peta. Dalam arti, bahwa semakin besar skala peta, maka
tingkat ketetilan peta akan semakin tinggi, sebaliknya semakin kecil skala peta, maka
tingkat kedetilannya juga semakin rendah.
Batasan antara peta berskala besar, menengah dan kecil tidak dijelaskan secara baku.
Hal itu mengingat bahwa pemahaman seseorang terhadap besaran skala peta sangat
bergantung pada peran dan fungsi peta yang bersangkutan dalam konteks kepentingan
apa. Sebagai contoh, seorang ahli perencanaan tata ruang kota, peta skala 1 : 100.000
dianggap skala kecil, tetapi sebaliknya bagi seseorang ahli ekonomi regional peta
skala tersebut sudah dianggap sangat besar.
Namun, untuk kebutuhan praktis dapat dipakai pengelompokan produk peta rupabumi
BAKOSURTANAL, sebagai berikut.
Skala peta/citra merupakan perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya yang
dinyatakan dengan angka atau garis atau gabungan keduanya. Makin kecil skala suatu
peta, maka semakin banyak generalisasi yang perlu dilakukan terhadap peta tersebut
dan peta/citra skala besar sudah tidak terpakai lagi. Hubungan antara skala peta/citra
dan tingkat kerincian informasi yang diperoleh adalah bahwa semakin besar skalanya
maka semakin rinci informasi yang bisa diperoleh. Skala peta akan mengendalikan
tingkat kerincian ketersediaan informasi dasar. Sebagai contoh, peta geologi dapat
dibagi menjadi empat jenis (modifikasi dari Barnes, 1981 dan Peters, 1986), yaitu:
2. Peta geologi detil: peta geologi berskala besar, umumnya disusun atau mengacu
berdasarkan data peta tinjau atau peta geologi regional dan menggunakan satuan tak
resmi, yaitu satuan batuan. Skala-skala peta ini berkisar antara 1:10.000 hingga
1:5.000. Peta-peta ini biasanya dibuat untuk menyelidiki sesuatu masalah geologi
yang khusus atau tujuan keekonomian seperti penyelidikan bahan galian.
3. Peta khusus: berskala besar yang dibuat secara terperinci pada daerah terbatas
untuk merekam sifat-sifat khusus geologi. Umumnya peta khusus dibuat untuk tujuan
ekonomi, seperti peta daerah peta sebaran lapisan batubara atau bahan galian, peta
geologi bawah permukaan, peta geofisika dan geokimia rinci. Umumnya berskala
1:500 hingga 1:2.000.
4. Peta geologi regional: secara resmi dikeluarkan oleh P3G berskala 1:100.000 dan
menggunakan satuan resmi, yaitu formasi. Umumnya peta geologi regional dibuat
dibantu oleh fotogeologi secara bersistem, kadang disertai data hasil geokimia,
geofisika dan pemboran.
Secara umum skala peta dapat dinyatakan dalam dua cara, yaitu:
0 1 2 3 4 5 Km
!_____!_____!_____!_____!_____!
0 1 2 3 4 5 Cm
1. Cara verbal :
Mencari Skala dari suatu peta yang skalanya tidak tercantum atau tidak diketahui
Ada beberapa cara untuk mencari skala suatu peta yang tidak diketahui skalanya.
1. Membandingkan dengan peta lain yang daerahnya sama dan tercantum skalanya.
Keterangan:
Contoh:
10 cm
500.000 cm
Contoh:
Contoh:
75
100
125
Peta tersebut di atas memiliki interval kontur 25 m, dengan demikian dapat dihitung
skala petanya adalah:
25 = 1/2000
tetapi terpisah, tetapi kini berkat SIG, berbagai informasi gegrafis dapat disajikan
secara terpadu
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, teknik
pembuatan peta tidak lagi dilakukan secara konvensional, yaitu dikerjakan dengan
tangan dan mengandalkan kejelian mata. Akan tetapi, saat ini sudah dikembangkan
dengan menggunakan komputer sehingga proses pembuatan
peta menjadi lebih mudah dan cepat. Penggunaan Sistem Informasi Geografis
meningkat tajam sejak tahun 1980-an. Peningkatan pemakaian sistem ini terjadi di
kalangan pemerintah, militer, akademis, atau bisnis,terutama di negara-negara maju.
Dari paparan pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa SIG merupakan sistem
(unsur-unsur yang saling mendukung) informasi (fisik dan sosial), dan geografi
(fenomena yang terjadi baik pada lapisan
atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer, dan atmosfer). Inti SIG adalah proses
pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data menjadi informasi yang akurat, mudah
dipahami, dan bermanfaat bagi para pengguna informasi tersebut.
Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, baik manusia sebagai ahli
dan sekaligus operator, perangkat alat (lunak/keras) maupun objek permasalahan. SIG
adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan teknologi digital untuk
melakukan analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan lunak
komputer untuk melakukan pengolahan data-data berikut ini.
2. Kompilasi
3. Penyimpanan
6. Manipulasi
7. Penyajian
8. Analisis
Pemanfaatan SIG secara terpadu dalam sistem pengolahan citra digital adalah untuk
memperbaiki hasil klasifikasi citra. Dengan demikian, peranan teknologi SIG dapat
diterapkan pada operasionalisasi
Tabel 4.1
d. Memakan tempat
penyimpanan d. Kompatibilitas data sulit
e. Susah untuk memperbaharui e. Output hard copy dalam skala peta mahal
kelebihan a. Mudah untuk dibawa a. Sangat efisien untuk lapisan peta yang baik
dengan mudah
1. Perencanaan Pembangunan
faktor-faktor:
· d. Inventarisasi sumber daya hutan, yaitu informasi yang meliputi luas, jenis,
perkembangan, pemanfaatan, dan kerusakan hutan.68 Sistem Informasi Geografi
efektif, efisien, murah, dan cepat. Untuk tujuan tersebut perusahaan harus
ketelitian data yang terkumpul, juga bergantung kepada keterampilan dan ketelitian
orang yang mengolah data tersebut.
2. Cara Modern
c. Jika membutuhkan data yang terdahulu, data yang dimaksud mudah dicari.
d. Data lebih aman karena dapat dikunci dengan kode atau secara fisik.
g. Relatif murah.
Data dalam SIG dibedakan menjadi dua, yaitu data grafis dan data non-grafis. Data
grafis adalah data
yang disimpan dalam bentuk titik, garis, dan area. Data tersebut merupakan
kenampakan yang dapat dilihat dalam bentuk titik koordinat, simbol, dan tata nama.
Data non-grafis adalah data yang menunjukkan karakteristik, kualitas, serta
keterkaitan antar kenampakan dalam peta atau data grafis.
c. Data citra pengindraan jauh, yaitu pengumpulan data berupa foto udara atau
citra satelit. Dapat diintepretasikan terlebih dahulu sebelum dikonversikan kedalam
bentuk digital, sedangkan citra yang diperoleh dari satelit dalam bentuk digital dapat
langsung digunakan setelah iadakan koreksi sebelumnya.
Cara memasukkan data ke dalam SIG dapat dilakukan melalui tigacara, yaitu
penyiaman, digitasi, dan tabulasi. Penyiaman (scanning) adalah proses mengubah data
grafis kontinu menjadi data grafis diskrit yang terdiri atas sel-sel penyusun gambar.
Digitasi merupakan proses pengubahan data grafis analog menjadi data grafis digital
dalam struktur vektor. Tabulasi adalah proses memasukkan data atribut SIG dengan
pembuatan tabel. Pembuatan tabel dalam SIG sangat penting karena tidak semua data
SIG dalam bentuk grafis, tetapi ada juga yang berbentuk non-grafis. Skema proses
kerja Sistem Informasi Geografis, yaitu kombinasi kerja antara hardware, software,
pengumpulan data dan informasi, serta manajemen data atau pengguna.
Transformasi data merupakan proses analisis dan pembaharuan data yang telah diolah
sebelum data ini digunakan oleh pengguna. Kegiatan ini berlangsung terus menerus,
artinya hasil SIG suatu ketika akan mengalami pembaharuan sesuai dengan situasi
dinamis obyek.
· Analisis tiga dimensi, yaitu analisis yang menampilkan tiga dimensiuntuk lebih
memudahkan pengguna dalam memanfaatkan hasil SIG.
5. Kegi
Interaksi merupakan proses akhir dalam tahapan-tahapan SIG, di mana data yang
telah dikumpulkan dan diolah hasilnya akan digunakan dalam bidang tertentu.
Contohnya ketika seorang pengembang perumahan membutuhkan data akhir tentang
kesesuaian lahan untuk permukiman. Data kesesuaian lahan merupakan proses akhir
SIG yang mengkombinasikan informasi-informasi ketersediaan air tanah, kemiringan
lereng,dan gerakan tanah.
C.RINGKASAN MATERI
A. Penginderaan jauh
1. Pengertian
Penginderaan adalah upaya untuk mengetahui suatu objek dengan menggunakan sensor, baik alamiah
maupun buatan. Sensor adalah berupa mata, telinga, hidung, lidah dan kulit. Sensor buatan antara lain
kamera, sonar, magnetometer, radiometer, dan scanner.
Penginderan jauh (remote sensing) adalah ilmu untuk memperoleh informasi terhadap objek, daerah
atau fenomena melalui analisis dan interpretasi tanpa menyentuh langsung objek.
Definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah sebagai berikut :
a. Linden
Penginderaan jauh adalah berbagai teknik yang dikembangkan untuk dan menganilisis tentang bumi
b. Welson dan Bufon
Penginderaan jauh didefinisikan sebagai suatu ilmu, seni, dan teknik untuk memperoleh objek, area, dan
gejala dengan menggunakan alat dan tanpa kontak langsung dengan objek area dan gejala tersebut.
c. Lillesand dan Keifer.
Penginderaan jauh adalah ilmu atau teknik dan seni untuk mendapatkan informasi tentang objek,
wilayah, atau gejala dengan cara menganalisis data-data yang diperoleh dengan suatu alat, tanpa
berhubungan langsung dengan objek, wilayah atau gejala yang sedang dikaji.
d. Sensor
Sensor adalah alat yang digunakan untuk merekam objek-objek di permukaan bumi. Berdasarkan
proses perekamannya sensor dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Sensor fotografik, yaitu, sensor berupa kamera yang bekerja pada spectrum tampak mata dan
menghasilkan foto atau citra. Keuntungan sensor fotografi adalah caranya sederhana, biaya murah,
resolusi spasial baik, integritas geometric baik.
2) sensor Elektormagnetik, yaitu sensor bertenaga elektrik dalam bentuk sinyal elektrik yang beroperasi
pada spectrum yang uas, yaitu sinar X sampai gelombang radio dan gelombang elektromagnetik lebih
besar, perbedaan karakteristik objek yang diamati jelas, dan analisis serta interpretasi lebih cepat.
e. Wahana
Dalam penginderaan jauh wahana yang sering digunakan adalah pesawat terbang atau balon udara.
Pada masa sekarang karena teknologi yang sudah canggih, maka wahana yang digunakan adalah satelit.
f. Citra/keluaran
Citra adalah gambaran objek yang tampak pada cermin melalui lensa kamera atau tampak langsung
pada hasil cetakan. Benda yang bergambar pada citra dapat dikenali dari cirri yang terekam pada sensor
yaitu cirri spasial, temporal, dan spectral.
1) Ciri spasial; berkaitan dengan ruang, meliputi bentuk, ukuran,bayangan, pola, tekstur, situs, dan
asosiasi.
2) Ciri tempral: cirri yang terkait dengan umur benda atau waktu saat perekaman
3) Ciri spectral : cirri yang dihasilkan oleh tenaga elektromagnetik dengan benda yang dinyatakan
dengan rona dan warna.
Citra dibedakan menjadi dua, yaitu : (a) citra foto, (b) citra nonfoto
3. Citra Foto
Citra foto yaitu citra yang dibuat dari foto udara, dibuat denan pesawat udara dengan kamera sebagai
alat dan menggunakan spectrum tampak mata dan perluasannya.
Citra foto dibedakan berdasarkan :
a. Sistem wahanam ;
1) Foto satelit, dibuat dari satelit
2) Foto udara dibuat dari pesawat udara atau balon udara
b. Sumbu kamera
1) Foto vertical (ortho photograph), yaitu foto yang dibuat tegak lurus terhadap permukaan bumi.
2) Foto condong (oblique photograph), adalah foto yang dibuat dengan kamera menyudut terhadap garis
tegak lurus di permukaan bumi
3) Foto sangat condong adalah foto yang dibuat dengan kamera menyudut sangat besar, sehingga
daerah yang terpotret memperlihatkan cakrawala
c. Berdasarkan sudut pandang kamera;
1) Sudut normal, jika besar sudut pandangnya 600, dengan panjang focus 17-21 cm.
2) Sudut besar, jika besar sudutnya 950 dengan focus 10-15 cm
3) Sudut sangat besar, sudut pandang sebesar 1200 , dan focus 17-88 cm.
d. Berdasarkan jenis kamera
1) Foto tunggal, dibuat dengan kamera tunggal
2) Foto jamak, dibuat dengan beberapa kamera pada saat yang sama
Berdasarkan warna :
1) Foto warna semu (false color)
2) Foto warna asli (true color)
4. Citra Nonfoto
Citra nonfoto yaitu citra yang diperoleh dari pemotretan kamera tunggal dengan berdasarkan atas
penyinaran denan scanner untuk menghasilkan gambarnya.
Macam citra nonfoto.
a. Berdasarkan wahana :
1. Citra dirgantara (dari udara), missal ; citra infra merah thermal, citra radar, citra MSS.
2. Citra satelit (dari angkasa luar), missal citra untuk penginderaan planet, cuaca, sumber daya alam
maupun laut.
b. Berdasarkan spectrum elektromagnetik :
1) Citra radar; dibuat dengan spectrum gelombang mikro
2) Citra inframerah: dibuat dengan spectrum infra merah thermal
3) Citra gelombang.
c. Berdasarkan sensor
1) Citra tunggal
2) Citra jamak
Pemanfaatan penginderaan Jauh ;
a. Sebagai alat bantu dalam menyusun teori
b. alat bantu menemukan fakta
c. alat penelitian
d. sebagai dasar penjelasan
e. alat dalam prediksi dan pengendalian
B. Interpretasi Pola dan Ciri Kenampakan Alam dari Hasil Pemetaan dan Citra
1. Keunggulan citra penginderaan jauh antara lain
a. Menggambarkan objek secara lengkap seperti wujud sebenarnya di muka bumi
b. Tiap lembar citra dapat meliputi daerah yang luas
c. Dari citra jenis tertentu dapat dimunculkan gambaran tiga dimensi
d. Merupakan satu, cara untuk menetapkan daerah bencana
e. Citra dapat dibuat pada periode ulang yang pendek
f. Karakteristik yang tak tampak dapat diwujudkan dalam bentuk citra sehingga dimungkinkan
pengenalannya
2. Keterbatasan citra antara lain sebagai berikut :
a. Tidak semua data daapt disadap, misalnya migrasi, susunan penduduk, produksi padi dan sebagainya.
b. Ketelitian hasil interpretasi sangat tergantung pada kejelasan objek atau gejala pada citra dan
karakteristik yang digunakan dalam menyidiknya.
3. Tahap-tahap interpretasi citra :
a. Deteksi
b. Identifikasi
c. Interpretasi citra
Untuk melakukan interpretasi citra perlu memperhatikan unsure-unsur berikut ini
1. Rona/warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Rona dapat diukur secara relative,
menggunakan mata biasa dan cara kuantitatif, menggunakan alat ukur. Warna adalah wujud yang
tampak oleh mata dengan menggunakan spectrum sempit. Cara mengukur warna yaitu dengan cara
integral (penggabungan) dan cara analitik (pengukuran tiap lapis)
2. Ukuran
Hal yang dapat diukur adalah jarak, luas, tinggi, dan volume
3. Bentuk
Bentuk merupakan konfigurasi suatu objek
Contoh, gedung sekolah dapat dikenali dari bentuk huruf I,L,U dan persegi panjang, gunung berapi
berbentuk kerucut, dan sebagainya.
4. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra, biasanya dinyatakan denan kasar, sedang, atau
halus.
5. Pola
Pola adalah hubungan susunan keruangan suatu objek.
Contoh ; pola aliran sungai menandai struktur geologi, litogi, dan jenis tanah
6. Bayangan
Bayangan citra bersifat menyembunyikan objek yang berada di daerah gelap. Objek yang berada di
daerah bayangan bisa tidak tampak sama sekali atau hanya samar-samar.
7. Situs
Situs adalah tempat kedudukan atau letak suatu objek yang dipotret dalam hubungannya denan tempat
lain
8. Asosiasi
Asosiasi diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dan yang lain. Contoh ; stasiun kereta api
berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih dari satu.
9. Konvergensi Bukit
Konvergensi bukit adalah penggunaan beberapa unsure interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi
semakin sempit kea rah satu kesimpulan.
Contoh : tumbuhan dengan tajuk berbentuk bintang, jelas berupa palma. Namun untuk memberikan
satu kesimpulan yang jelas, perlu dilengkapi unsure lain.
2. Proses
Proses SIG meliputi memanggil, memanipulasi, dan menganalisis data yang telah tersimpan dalam
computer.
Macam-macam analisis data :
a. Analisis lebar
Analisis lebar mengolah data dalam computer yang menghasilkan daerah tepian sungai dengan lebar
tertentu
b. Analisis penjumlahan aritmatik (arithmethic addition)
Analisis ini menghasilkan penjumlahan. Dapat digunakan untuk peta berklasifikasi yang akan
menghasilkan klasifikasi baru.
c. Analisis garis bidang
Analisis ini digunakan untuk menentukan wilayah atau region dalam radius tertentu. Misalnya untuk
menentukan daerah rawan gempa, rawan banjir, dan sebagainya.
3. Keluaran
Adalah penyajian semua atau sebagian data dalam bentuk table, peta file elektronik, atau grafik. Dalam
SIG ada dua jenis perangkat yang digunakan yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat
keras meliputi satu unit computer yang terdiri atas digitizer, printer, plotter, CPU, VDU, Disk Drive, dan
Tape Drive.
Pemanfaatan dan penggunaan lahan merupakan bagian kajian geografi yang perlu dilakukan
dengan penuh pertimbangan dari berbagai segi. Tujuannya adalah untuk menentukan
zonafikasi lahan yang sesuai dengan karakteristik lahan yang ada. Misalnya, wilayah
pemanfaatan lahan di kota biasanya dibagi menjadi daerah pemukiman, industri, perdagangan,
perkantoran, fasilitas umum,dan jalur hijau. SIG dapat membantu pembuatan perencanaan
masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan untuk
pembangunan utilitas-utilitas yang diperlukan. Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun
di daerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar efektif dan tidak melanggar
kriteria-kriteria tertentu yang bisa menyebabkan ketidak selarasan. Contohnya, pembangunan
tempat sampah. Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain: di luar area
pemukiman, berada dalam radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya,
dan sebagainya. Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada di luar dan di
dalam suatu area, kriteria-kriteria ini nanti digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah
yang tidak sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria.
Di daerah pedesaan (rural) manajemen tata guna lahan lebih banyak mengarah ke sektor
pertanian. Dengan terpetakannya curah hujan, iklim, kondisi tanah, ketinggian, dan keadaan
alam, akan membantu penentuan lokasi tanaman, pupuk yang dipakai, dan bagaimana proses
pengolahan lahannya. Pembangunan saluran irigasi agar dapat merata dan minimal biayanya
dapat dibantu dengan peta sawah ladang, peta pemukiman penduduk, ketinggian
masing-masing tempat dan peta kondisi tanah. Penentuan lokasi gudang dan pemasaran hasil
pertanian dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi pangan, penyebaran konsumen,
dan peta jaringan transportasi. Selain untuk manajemen pemanfaatan lahan, SIG juga dapat
membantu dalam hal penataan ruang. Tujuannya adalah agar penentuan pola pemanfaatan
ruang disesuaikan dengan kondisi fisik dan sosial yang ada, sehingga lebih efektif dan efisien.
Misalnya penataan ruang perkotaan, pedesaan, permukiman,kawasan industri, dan lainnya.
Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alamiah sebagai berikut:
· Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batu
bara, emas, besi dan barang tambang lainnya.
Untuk bidang sumber daya, seperti kesesuaian lahan pemukiman, pertanian, perkebunan, tata
guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana.
· Untuk bidang perencanaan ruang, seperti perencanaan tata ruang wilayah, perencanaan
kawasan industri, pasar, kawasan permukiman, penataan sistem dan status pertahanan.
· Untuk bidang sosial dan budaya, seperti untuk mengetahui luas dan persebaran
penduduk suatu wilayah, mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta
kemungkinan pola drainasenya, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan
dan pembangunan pada suatu kawasan, pendataan dan pengembangan pemukiman
penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, sarana hiburan dan perkantoran.
E.Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, yang sangat pesat khususnya di
bidang internet bisa di bilang juga perkembangan di bidang informasi. Tetapi masih banyak orang
yang mengubah cara menyebarkan informasi dari cara tradisional menjadi cara modern dengan
menggunakan suatu situs sebagai media penyebaran informasi yang lebih praktis, ekonomis dan
dapat diakses di manapun secara luas. Pemanfaatan internet selain pemakai dapat melihat
perkembangan teknologi dengan mengunjungi situs - situs yang ada, pemakai juga dapat
memperoleh berbagai informasi didalamnya baik informasi dalam negeri maupun luar negeri. Setiap
pengguna internet dapat berpartisipasi dalam segala waktu dan manfaatnya dapat dirasakan oleh
berbagai kalangan dan bidang. seperti dalam bidang perbankan, geografis, perindustrian,
perdagangan, pariwisata, pendidikan maupun bidang lainnya.
Pemanfaatan internet juga terasa di bidang geografis, pada pemanfaatannya juga digunakan
sebagai penyeberan inormasi untuk mengetahui letak wilayah suatu Negara, kota maupun daerah.
Penyebaran informasi geografis ini dapat berupa data spasial (wilayah) maupun data non spasial
berupa informasi yang berhubungan dengan keberadaan wilayah. Indonesia merupakan daerah
yang sangat rawan terhadap bencana terutama gempa bumi dan banjir. Hal ini tidak dapat dihindari
lagi oleh kita. Oleh karena itu kita harus menyiapkan baik-baik untuk menghadapinya. Salah
satunya dengan menggunakan GIS.
Istilah ini digunakan karena GIS dibangun berdasarkan pada ‘geografi’ atau ‘spasial’. Object ini
mengarah pada spesifikasi lokasi dalam suatu space. Objek bisa berupa fisik, budaya atau ekonomi
alamiah. Penampakan tersebut ditampilkan pada suatu peta untuk memberikan gambaran yang
representatif dari spasial suatu objek sesuai dengan kenyataannya di bumi. Simbol, warna dan gaya
garis digunakan untuk mewakili setiap spasial yang berbeda pada peta dua dimensi. Dan berikut
definisi tentang GIS dari para ahli :
Purwadhi, 1994
SIG merupakan suatu sistem yang mengorganisir perangkat keras (hardware), perangkat lunak
(software), dan data, serta dapat mendayagunakan sistem penyimpanan, pengolahan, maupun
analisis data secara simultan, sehingga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan aspek
keruangan.
SIG merupakan manajemen data spasial dan non-spasial yang berbasis komputer dengan tiga
karakteristik dasar, yaitu:
(i) mempunyai fenomena aktual (variabel data non-lokasi) yang berhubungan dengan topik
permasalahan di lokasi bersangkutan;
Aronaff, 1989
SIG adalah sistem informasi yang didasarkan pada kerja komputer yang memasukkan, mengelola,
memanipulasi dan menganalisa data serta memberi uraian.
Berry, 1988
SIG merupakan sistem informasi, referensi internal, serta otomatisasi data keruangan.
Sumber – sumber data geospasial adalah peta digital, foto udara, citrala satelit, table statistic dan
dokumen lain yang berhubungan. Data geospasisal menjadi data grafis dan data atribut (data
tematik). Data grafis mempunyai tiga elemen : titik (node), garis (arc) dan luasan (polygon) dalam
bentuk vector ataupun raster yang mewakili geo matris topologi, ukuran, bentuk, posisi dan arah.
Fungsi pengguna adalah untuk memilih informasi yang diperlukan, membuat standar, membuat
jadwal pemutakhiran (updating) yang efisien, menganalisis hasil yang dikeluarkan untuk kegunaan
yang diinginkan dan merencanakan aplikasi. Data sapsial sendiri didapat dari hasil peta, foto udara,
citra satelit, data statistic dan lain – lain. Data non spasial (atribut) adalah data yang memuat
karakteristik atau keterangan dari suatu objek ang terdapat dalam peta yang sama sekali tidak
berkaitan dengan posisi geografi objek tersebut. Sebagai contoh, data atribut dari sebuah kota
adalah luas wilayah, jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkat kriminalitas dan sebagainya.
Sumber data untuk keperluan SIG dapat berasal dari data citra, data lapangan, survey kelautan,
peta, sosial ekonomi, dan GPS. Selanjutnya diolah di laboratorium atau studio SIG dengan software
tertentu sesuai dengan kebutuhannya untuk menghasilkan produk berupa informasi yang berguna,
bisa berupa peta konvensional, maupun peta digital sesuai keperluan user, maka harus ada input
kebutuhan yang diinginkan user. Komponen utama Sistem Informasi Geografis dapat dibagi
kedalam lima komponen utama yaitu :
Pemakai (User)
Data
Metode
Dalam Penelitian dan Analisis, SIG dapat dimanfaatkan untuk mengetahui daerah rawan bencana
Sig dapat membantu menentukan wilayahnya. Misalkan untuk wilayah Jawa, sangat berpotensi
Gempa karena dilalui oleh lempeng samudra dan benua. Jawa juga merupakan daerah busur dalam
vulkanik atau darah yang memiliki banyak gunungapi yang aktif. Wilayah selatan Jawa berpotensi
gempa dan tsunami. Oleh karena itu dengan memanfaatkan Sig dapat mengurangi dan bersiaga
tehadap ancaman bencana tersebut. Peta Bencana Berbasis SIG, Sistem Informasi Geografi
adalah suatu sistem yang diaplikasikan untuk memperoleh, menyimpan, menganalisa dan
mengelola data yang terkait dengan atribut, secara spasial. Pada kondisi yang lebih umum, SIG
adalah cara yang memudahkan pengguna untuk membuat query interaktif, menganalisa informasi
spasial dan mengedit data. Ilmu informasi geografis adalah ilmu yang mengkombinasikan antara
penerapan dengan sistem.
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat yang dapat mendukung penetapan keputusan
dalam semua fase siklus bencana. Dengan kata lain adalah suatu kata yang menjelaskan tentang
semua jenis item dari data yang hendaknya mempunyai tingkat keakuratan yang tinggi terhadap
suatu lokasi atau dapat diukur dalam hal koordinat geografis. Pada awalnya focus dari SIG adalah
terutama pada respon bencana. Dengan perubahan paradigma aturan manajemen bencana telah
berkembang secara cepat. Proses harus berjalan menjadi suatu kejadian yang mengalir dari
penyiapan hingga mitigasi, perencanaan hingga prediksi dan kedaruratan hingga perbaikan.
Tiap-tiap aktivitas diarahkan menghasilkan keberhasilan penanganan bencana. Aturan yang
dikembangkan termasuk cara yang diambil dalam mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dan
sejumlah keahlian tergambarkan dari berbagai area yang berbeda. SIG dapat bertindak sebagai
antar muka antara semua ini dan dapat mendukung semua fase siklus manajemen bencana.
SIG dapat diterapkan untuk melindungi kehidupan, kepemilikan dan infrastuktur yang kritis terhadap
bencana yang ditimbulkan oleh alam; melakukan analisis kerentanan, kajian multi bencana alam,
rencana evakuasi dan`perencanaan tempat pengungsian, mengerjakan skenario penanganan
bencana yang tepat sasaran, pemodelan dan simulasi, melakukan kajian kerusakan akibat bencana
dan kajian keutuhan komunitas korban bencana. Karena SIG adalah teknologi yang tepat guna
yang secara kuat merubah cara pandang seseorang secara nyata dalam melakukan analisis
keruangan. SIG menyediakan dukungan bagi pemegang keputusan tentang analsis
spasial/keruangan dan dalam rangka untuk mengefektifkan biaya. SIG tersedia bagi berbagi bidang
organisasi dan dapat menjadi suatu alat yang berdaya guna untuk pemetaan dan analisis.
Penghindaran bencana dapat dimulai dengan mengidentifikasi resiko yang ditimbulkan dalam suatu
area yang diikuti oleh identifikasi kerentanan orang-orang, hewan, struktur bangunan dan asset
terhadap bencana. Pengetahuan tentang kondisi fisik, manusia dan kepemilikan lainnya
berhadapan dengan resiko adalah sangat mendesak. SIG berdasarkan pemetaan tematik dari
suatu area kemudian di tumpangkan dengan kepadatan penduduk, struktur yang rentan, latar
belakang bencana, informasi cuaca dan lain lain akan menetukan siapakah, apakah dan yang mana
lokasi yang paling beresiko terhadap bencana. Kapabilitas SIG dalam pemetaan bencana dengan
informasi tentang daerah sekelilingnya membuka trend gerografi yang unik dan pola spasial yang
mana mempunyai kejelasan visual, adalah lebih dapat dipahami dan membantu mendukung proses
pembuatan keputusan.
Penggunaan SIG dalam rentang manajemen resiko bencana dari pembuatan Basis data, inventori,
overlay SIG yang paling sederhana hingga tingkat lanjut, analisis resiko , analisis untung rugi,
proses geologi, statistik spasial, matriks keputusan, analisis sensitivitas, proses geologi, korelasi,
auto korelasi dan banyak peralatan dan algoritma untuk pembuatan keputusan spasial yang
komplek lainnya. Sekali lagi dapat dikenali bahwa area dimana resiko dengan potensi bahayanya,
proses mitigasi dapat dimulai. SIG dapat digunakan dalam penentuan wilayah yang menjadi
prioritas utama untuk penanggulangan bencana berikut penerapan standar bangunan yang sesuai,
untuk mengidentifikasi struktur untuk retrofitting, untuk menentukan besarnya jaminan keselamatan
terhadap masyarakat dan bangunan sipil, untuk mengidentifikasi sumber bencana, pelatihan dan
kemampuan yang dimiliki secara spesifik terhadap bahaya yang dijumpai dan untuk
mengidentifikasi area yang terkena banjir serta relokasi korban ke tempat yang aman. Daerah yang
paling rentan terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam melakukan tindakan mitigasi.
Semua langkah-langkah yang diambil bertujuan untuk menghindari bencana ketika diterapkan,
langkah yang berikutnya adalah untuk bersiap-siap menghadapi situasi jika bencana menyerang.
Akibatnya bagaimana jika atau pemodelan kapabilitas SIG telah memberi suatu gagasan yang ideal
tentang segala sesuatu yang diharapkan. SIG untuk kesiapsiagaan bencana adalah efektif sebagai
sarana untuk menentukan lokasi sebagai tempat perlindungan di luar zone bencana,
mengidentifikasi rute pengungsian alternatif yang mendasarkan pada scenario bencana yang
berbeda, rute terbaik ke rumah sakit di luar zona bencana itu, spesialisasi dan kapasitas rumah sakit
dan lain lain. SIG dapat memberikan suatu perkiraan jumlah makanan, air, [obat/ kedokteran] dan
lain lain misalnya untuk penyimpanan barang atau logistik.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat sangat membantu manusia dalam membantu
menjalankan hidupnya. SIG dalam geografi sangat membantu menganalisis data-data geografi.
Data yang dimaksudkan adalah data spasial. SIG membantu dalam memperoleh, menyimpan,
menganalisa dan mengelola data yang terkait dengan atribut, yang mana secara spasial.
Berdasarkan kegunaan dari SIG yang begitu besar maka SIG dapat dimanfaatkan untuk hal-hal
yang berguna. Tetapi sangat disayangkan bahwa di Indonesia orang yang paham mengenai hal
tersebut masih sangat sedikit. Oleh karena itu pemerintah harus membantu agar warga negaranya
banyak yang mengetahui tentang SIG. hal ini dimaksudkan agar Mereka dapat mengetahui dan
membantu menganilsis terjadinya bencana dan membantu mitigasi bencana. Dengan ini dapat
meminimalisir adanya korban bencana. Kesadaran akan datangnya bencana seharusnya telah
terpikirkan dan diantisipasi oleh orang Indonesia sejak dulu, karena memang Negara Indonesia
termasuk rawan bencana Besar. Mari mulai saat ini sadar akan adanya bencana yang selalu
mengancam kita. (ums/vd)