Anda di halaman 1dari 4

Prospek Sektor Jasa di Asia

Sebagian besar negara-negara di Asia, telah berkembang menjadi negara-negara


Ekomomi Industri. Pertumbuhan berkelanjutan yang cepat membuat Asia yang awalnya
tidak dipandang dalam ekonomi dunia, sekarang ini telah diletakkan sebagai wilayah
pertumbuhan ekonominya di depan dalam ekonomi dunia. Peningkatan perekonomian
yang semakin matang, berdampak pula pada hal-hal lainnya yang akan turut berkelanjutan.
Pertumbuhan ekonomi merupakan hasil akumulasi faktor produksi seperti modal, tenaga
kerja, serta peningkatan produktivitas. Peningkatan produktivitas pada beberapa negara di
Asia, berkontribusi besar dalam pengembangan pertumbuhan ekonomi di Asia pada masa
lalu. Hal ini ditunjukkan adanya perubahan tenaga kerja di perdesaan dari sektor pertanian
dengan produktivitas rendah menuju sektor industri yang produktivitasnya lebih tinggi.

Pertimbangan sumber pertumbuhan ekonomi lainnya untuk negara-negara Asia


adalah sektor jasa. Sektor jasa atau services merupakan salah satu sektor prioritas dalam
perekonomian di beberapa negara, dimana setiap tahunnya kontribusi sektor jasa terhadap
PDB selalu mengalami peningkatan. Sektor ini berkontribusi besar terhadap GDP dan juga
tenaga kerja serta GDP perkapita. Share sektor jasa bernilai tinggi di negara maju
dibandingkan negara berkembang. Seiring berjalannya waktu, sektor jasa berperan penting
dalam perekonomian serta pertumbuhan ekonomi, namun masih tergantung pada
kebijakan-kebijakan di tiap negara yang merupakan penghalang internal (hambatan).
Menghilangkan hambatan mampu memaksimalkan potensi secara penuh dari sektor
jasa/layanan. Potensi penuh ini bertujuan untuk menghasilkan pekerjaan dan pertumbuhan
salah satunya dengan mulai memanfaatkan potensi dengan mengekspors layanan seperti di
India dan Filipina. Eksport pangsa output sektor jasa cenderung meningkat dari waktu ke
waktu di sebagian besar negara Asia.

Sektor jasa telah berevolusi sejak lama di negara-negara Asia, antara lain yaitu
RRC, Hongkong, China, India, Indonesia, Republik Korea, Malaysia, Pakistan, Filipina,
Singapura, Taipei China, Thailand, dan Vietnam. Beberapa negara seperti Hongkong,
China, Republik Korea, Malaysia, Singapura, dan Taipei China memiliki pola komposisi
pekerjaan sektoral seperti negara maju, dengan komposisi sebagai berikut: pangsa sektor
jasa lebih besar dari pada sektor pertanian dalam pekerjaan. Peningkatan pangsa lapangan
kerja dari industry dan jasa di iringi dengan meningkatnya industrialisasi. Sebagai negara
yang mengalami industrialisasi, pangsa sektor industri dan jasa di GDP dan lapangan kerja
meningkat, sementara pangsa pertanian mengalami penrurunan. Ketika ekonomi telah
bergerak pada fase pasca industrialisasi, maka kondisi yang terjadi yaitu pangsa industry
sudah stagnan sementara pangsa jasa terus menerus meningkat.
Secara keseluruhan, perkembangan sektor jasa dalam PDB dan penyerapan tenaga
kerja mencerminkan pengalaman sejarah internasional. Sektor jasa sudah jelas mampu
memainkan peran besar dalam PDB dan pekerjaan di seluruh wilayah. Dilihat dari
pengalaman negara mengungkapkan banyak heterogenitas dalam kepentingan relatif sektor
jasa di antara negara-negara Asia. Sampai tingkat tertentu, heterogenitas semacam itu
berakar dari berbagai pendapatan dan tingkat pembangunan di Asia.
Sektor jasa dalam PDB dan pekerjaan cenderung meningkat dengan pendapatan
per kapita. Namun, tingkat pendapatan dan pengembangan hanya dapat menjelaskan
bagian dari heterogenitas intra-Asia. Misalnya, sektor layanan India lebih besar dari yang
lain negara di tingkat pendapatan yang sama sedangkan sebaliknya berlaku untuk RRC.
Masih banyak heterogenitas sehubungan dengan tingkat pertumbuhan sektor jasa di PDB
Indonesia dan distribusi pekerjaan. Sebagai contoh, pada tahun 1980 sektor jasa dalam
distribusi lapangan usaha serupa dengan Indonesia di tahun 2005 dan Filipina, tetapi pada
tahun 2010 itu terasa lebih tinggi di Filipina.
Tingkat pertumbuhan PDB harga konstan berdasarkan sektor pekerjaan utama dan
pertumbuhan produktivitas tenaga kerja dalam tiga periode mengalami perubahan
signifikan. Pada periode 1 (1960-1980) memiliki nilai rata-rata tingkat pertumbuhan PDB
riil dari sektor pertanian (3.53%), industry (8.64%), jasa (6.24%), periode 2 (1980-2000)
rata-rata tingkat pertumbuhan PDB riil sektor pertanian (2.12%), industry (6.74%), dan
jasa (6.59%). Sedangkan pada periode 3 rata-rata tingkat pertumbuhan PDB riil sektor
pertanian (1.47%), industry (5.22%), dan jasa (5.85%). Pergerakan sektoral dalam tenaga
kerja dan PDB di negara-begara Asia dari tahun ke tahun mengalami perbedaan. Nilai
tersebut menunjukkan informasi bahwa rata-rata tingkat pertumbuhan PDB riil dari sektor
jasa lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri selama dua periode pertama. Namun
di periode kedua, jeda antara keduanya menyempit tajam dan memiliki persentase cukup
sebanding. Bahkan, pada periode ketiga, sektor jasa melampaui sektor industri. Untuk
sektor pertanian dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Sementara itu, secara
umum pertumbuhan produktivitas dalam sektor jasa pada dasarnya sulit untuk dicapai.
Pertumbuhan sektor jasa, khususnya pada periode 2000-2010 di masing-masing
negara memilik persentase cukup tinggi dengan rata-rata 2.85%. Persentase tersebut lebih
tinggi dibandingkan periode tahun sebelumnya (1980-2000) sebesar 1.51%. Negara Hong
Kong dan Cina, sektor utama yang mendorong pertumbuhan ekonomi adalah sektor jasa,
sedangkan sektor-sektor lainnya berkontribusi kecil untuk mendorong perkonomian,
bahkan sektor-sektor lainnya memiliki tingkat pertumbuhan bernilai negative. India
berkembang pesat, terutama pada periode terakhir. Tingkat pertumbuhan PDB dari sektor
jasa lebih tinggi daripada sektor industri. Tenaga kerja tingkat pertumbuhan produktivitas
sektor jasa jauh lebih tinggi daripada sektor industri. Beberapa negara sebenarnya telah
mampu meraih keuntungan substansial. Selanjutnya, kesenjangan antara produktivitas
kerja rata-rata laju pertumbuhan sektor jasa dan industri menurun tajam dalam periode 3.

Secara keseluruhan, sektor jasa berkontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB


dan cenderung lebih besar untuk ekonomi yang lebih maju. Ketika ekonomi tumbuh, maka
sektor jasa menjadi lebih besar karena keseluruhan pertumbuhan lebih bergantung pada
kinerja sektor jasa. Tahun 1980an sektor jasa memberikan kontribusi terbesar bagi
pertumbuhan di sebagian Negara Asia (Filipina, Singapura, China, Republik Korea,
Pakistan, dan Thailand) diatas 50%. Pada 1990an terjadi peningkatan pertumbuhan di
Negara Taipei, China dan Republik Korea sedangkan dibeberapa negara lainnya
mengalami penurunan meskipun nilainya tetap diatas 50%. Tahun 2000an sector jasa
memiliki kontribusi tertinggi di Hongkong, China dengan persentasi lebih dari 100%,
kemudian beberapa negara lain mengalami peningkatan (Singapura, Malaysia, India,
Filiphina, Indonesia, dan Pakistan).

Salah satu hal yang menarik dari sektor jasa adalah semakin banyaknya layanan
yang ditawarkan semakin dapat diperdagangkan sebagai hasil kemajuan teknologi,
terutama dalam informasi dan teknologi komunikasi. Sebagian besar negara-negara di
Asia, ada kecenderungan peningkatan kegiatan eksport sektor jasa seiring berjalannya
waktu, kecuali negara RRC (2000–2009), Indonesia (2000– 2009), Malaysia (2000–2009),
Pakistan (1990-2000), Filipina (1990-2000), Singapura (1990–2000), dan Vietnam (2000–
2009). Secara umum, negara-negara berteknologi canggih seperti Singapura dan Hong
Kong, Cina, mengekspor sebagian besar output layanan mereka. Negara-negara besar
seperti RRC, India, Indonesia, dan Pakistan memiliki pangsa lebih rendah. India memiliki
porsi yang cukup besar dibandingkan dengan negara besar lainnya. Republik Korea
memiliki nilai rendah berbagi dibandingkan dengan negara menengah lainnya. Sedikit
mengherankan, negara-negara Asia memiliki andil besar dibandingkan dengan negara-
negara Amerika Selatan dan negara-negara maju. Negara-negara Eropa Timur memiliki
bagian yang relatif besar juga.

Sektor pertanian, industri, dan jasa memilki besar kontribusi yang berbeda-beda
terhadap pertumbuhan PDB. Salah satu temuan yang sangat signifikan adalah bahwa
semakin rendah PDB per kapita, semakin besar ruang lingkup untuk pertumbuhan
produktivitas tenaga kerja di sektor jasa. Kondisi ini disebabkan tingkat pendapatan di
sebagian besar wilayah Asia masih relatif rendah terlepas dari pertumbuhan cepat di
kawasan itu. Hal tersebut menyiratkan bahwa masih ada banyak ruang untuk pertumbuhan
produktivitas layanan. Kawasan yang tumbuh dengan cepat menjadi lebih kaya dan
layanan cenderung menjadi lebih penting ketika tingkat pendapatan naik, layanan
ditetapkan untuk memainkan peran yang lebih besar di masa depan.

Industrialisasi di tandai dengan penurunan sektor pertanian dan peningkatan di


sektor industri dan jasa dalam GDP. Sebagai negara deindustrialisasi dan bergerak ke fase
postindustrial, pangsa jasa meningkat sementara saham industri dan pertanian jatuh. Dari
hasil analisis menunjukkan bahwa sejumlah negara di Asia telah mampu mencapai
peningkatan produktivitas tenaga kerja yang subtansial di sektor jasa. Hal ini bertentangan
dengan kebijakan konvensional pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang merupakan
hambatan pencapaian sektor jasa seperti peraturan berlebihan, monopoli negara dan
hambatan eksternal.

Sumber:

Anda mungkin juga menyukai