“Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan
atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum”
Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam,
mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air
laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari
ketentuan berikut :
Dalam jumlah yang kecil, air bawah tanah, termasuk air yang
dikumpulkan dengan cara rembesan, bisa dipertimbangkan sebagai sebuah
sumber air. Kualitas air bawah tanah secara umum sangat baik bagi air
permukaan dan dibeberapa tempat yang memiliki musim dingin bisa
memanfaatkan salju sebagai sumber air. Hal ini bisa menghemat biaya
operasional dan pemeliharaan karena secara umum kualitas air bawah tanah
sangat baik sebagai air baku. Khusus untuk air bawah tanah yang diambil
dengan cara pengeboran tentunya melalui perijinan. Hal ini untuk
mencegah terjadinya eksploitasi secara besar-besaran. Akibat dari ekplotasi
secara besar-besaran bisa mengakibatkan kekosongan air dibawah tanah
karena tidak seimbangnya antara air yang masuk dengan air yang diambil,
sehingga menyebabkan pondasi bangunan yang berada diatasnya bisa turun
atau settlement seperti yang terjadi dibeberapa gedung di Jakarta, juga bisa
mengakibatkan intrusi air laut yang masuk merembes menggantikan air
tanah tersebut, akibatnya air menjadi asin dan tidak layak pakai seperti di
utara Jakarta.
Disebutkan diatas bahwa tidak semua air baku bisa diolah, oleh
karena itu dibuatlah ketentuan sebagai standar kualitas air baku yang bisa
diolah. Dalam SNI 6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku
yang bisa diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) adalah :
Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.
a. Metode Oksidasi
b. Metode Flokulasi
c. Metode Adsorbsi
d. Metode Koagulasi