Anda di halaman 1dari 5

Air Baku

Defenisi Air Baku

Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam


industri air minum. Air baku atau raw water merupakan awal dari suatu
proses dalam penyediaan dan pengolahan air bersih. Sekarang apa yang
disebut dengan air baku. Berdasar SNI 6773:2008 tentang Spesifikasi unit
paket Instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara
perencanaan unit paket instalasi pengolahan air pada bagian Istilah dan
Definisi yang disebut dengan Air Baku adalah :

“Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air tanah dan
atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air
baku untuk air minum”

Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam,
mata air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air
laut. Evaluasi dan pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari
ketentuan berikut :

1. Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan


2. Kondisi iklim
3. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake
4. Tingkat keselamatan operator
5. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk
IPA
6. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan
datang

7. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang

Dalam jumlah yang kecil, air bawah tanah, termasuk air yang
dikumpulkan dengan cara rembesan, bisa dipertimbangkan sebagai sebuah
sumber air. Kualitas air bawah tanah secara umum sangat baik bagi air
permukaan dan dibeberapa tempat yang memiliki musim dingin bisa
memanfaatkan salju sebagai sumber air. Hal ini bisa menghemat biaya
operasional dan pemeliharaan karena secara umum kualitas air bawah tanah
sangat baik sebagai air baku. Khusus untuk air bawah tanah yang diambil
dengan cara pengeboran tentunya melalui perijinan. Hal ini untuk
mencegah terjadinya eksploitasi secara besar-besaran. Akibat dari ekplotasi
secara besar-besaran bisa mengakibatkan kekosongan air dibawah tanah
karena tidak seimbangnya antara air yang masuk dengan air yang diambil,
sehingga menyebabkan pondasi bangunan yang berada diatasnya bisa turun
atau settlement seperti yang terjadi dibeberapa gedung di Jakarta, juga bisa
mengakibatkan intrusi air laut yang masuk merembes menggantikan air
tanah tersebut, akibatnya air menjadi asin dan tidak layak pakai seperti di
utara Jakarta.

Disebutkan diatas bahwa tidak semua air baku bisa diolah, oleh
karena itu dibuatlah ketentuan sebagai standar kualitas air baku yang bisa
diolah. Dalam SNI 6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku
yang bisa diolah oleh Instalasi Pengolahan Air Minum (IPA) adalah :

1. Kekeruhan, maximum 600 NTU (nephelometric turbidity unit)


atau 400 mg/l SiO2
2. Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100
Pt Co dan warna sementara mengikuti kekeruhan air baku.
3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai PP
No. 82 tahun 2000 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
4. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan
warna, besi dan atau bahan organic melebihi syarat tersebut
diatas tetapi kekeruhan rendah (<50 NTU) maka digunakan IPA
system DAF (Dissolved Air Flotation) atau system lainnya yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Karakteristik Air Baku

Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus


memenuhi standar yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan
praktek umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan karakteristik
dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air).Untuk
memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali
diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter kualitas
air, yang beraneka ragam. Formulasi- formulasi yang dikemukakan dalam
angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam
menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air .

Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan


sifat-sifat fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan
persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi :

Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air
minum atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama
dengan kegunaan tersebut.

Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air
untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk


pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.

Metode Pengolahan Air

Dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih


diperlukan penerapan teknologi pengolahan air yang sesuai dengan kondisi
sumber air baku, kondisi sosial budaya, ekonomi, dan SDM masyarakat
setempat. Metode Oksidasi, Metode Adsorpsi, Metode Koagulasi –
Flokulasi dan Metode Elektrokoagulasi. Berikut ini penjelasan dari metode
– metode tersebut.

a. Metode Oksidasi

Proses menggunakan Ozon ini pertama kali diperkenalkanNies dari


Perancis sebagai metode sterilisasi air minum pada tahun 1906. Aplikasi
sistem ozonisasi sering dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau
hidrogen peroksida. Dengan melakukan kombinasi ini akan didapatkan
dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat dibutuhkan dalam
proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya dapat
menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga
sekaligus menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat
diminimalisasi hingga mendekati 100%.

b. Metode Flokulasi

Flokulasi adalah penggabungan dari partikel – partikel hasil


koagulasi menjadi partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan
mengendap yang lebih besar, dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal
ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi yaitu pengumpulan koloid
terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mudah terendapkan atau
transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar partikel dapat
terjadi.

c. Metode Adsorbsi

Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana


komponen dari suatu fase fluida/cairan berpindah ke permukaan zat padat
yang menjerap (adsorban). Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap
dilepaskan pada adsorpsi kimia, terbentuk ikatan kuat antara penjerap dan
zat yang dijerap sehingga tidak mungkin terjadi proses yang bolak-balik.
Pada adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan adsorban, dimana adsorbat
adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan dipisahkan dari
pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media penjerap
yang dalam hal ini biasanya berbentuk padatan. Pada proses ini adsorbat
menempel dipermukaan adsorban membentuk suatu lapisan tipis (film).
Dalam proses purifikasi air adsorban yang digunakan biasanya berupa
karbon sehingga dikenal istilah proses adsorbsi karbon.

d. Metode Koagulasi

Koagulasi merupakan suatu proses pengolahan air dengan


menggunakan sistem pengadukan cepat sehingga dapat mereaksikan bahan
kimia (koagulan) secara seragam ke seluruh bagian air di dalam suatu
reactor ehingga dapat membentuk flok-flok yang berukuran lebih besar dan
dapat diendapkan diproses sedimentasi. Pada dasarnya proses koagulasi
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika.
Koagulasi cara kimia yaitu proses penjernihan air dilakukan dengan
memberikan penambahan bahan kimia sebagai koagulan berbentuk garam
(aluminium sulfat) untuk mempercepat terjadinya pembentukan flok yang
dapat diendapkan. Sedangkan koagulasi secara fisika yang sering
dinamakan dengan elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air
secara elektrokimia dimana pada anoda terjadi pelepasan koagulan aktif
berupa ion logam (biasanya aluminium atau besi) ke dalam larutan,
sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa pelepasan gas
hidrogen.

Anda mungkin juga menyukai