Anda di halaman 1dari 2

Bencana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Jump to navigationJump to search
Bencana sering diidentikkan dengan sesuatu yang buruk. Paralel dengan
istilah disaster dalam bahasa Inggris. Secara etimologis berasal dari kata DIS yang berarti
sesuatu yang tidak enak (unfavorable) dan ASTRO yang berarti bintang (star). Dis-
astro berarti an event precipitated by stars (peristiwa jatuhnya bintang-bintang ke bumi).

Daftar isi

 1Asal mula
 2Konsep
 3Respon terhadap bencana
 4Lihat pula

Asal mula[sunting | sunting sumber]


Bencana adalah sesuatu yang tak terpisahkan dalam sejarah manusia. Manusia bergumul dan
terus bergumul agar bebas dari bencana (free from disaster). Dalam pergumulan itu, lahirlah
praktik mitigasi, seperti mitigasi banjir, mitigasi kekeringan (drought mitigation), dan lain-lain.
Di Mesir, praktik mitigasi kekeringan sudah berusia lebih dari 4000 tahun. Konsep tentang sistem
peringatan dini untuk kelaparan (famine) dan kesiap-siagaan (preparedness) dengan lumbung
raksasa yang disiapkan selama tujuh tahun pertama kelimpahan dan digunakan selama tujuh
tahun kekeringan sudah lahir pada tahun 2000 BC, sesuai keterangan QS Yusuf, kitab Kejadian,
dan tulisan-tulisan Yahudi Kuno.

Konsep[sunting | sunting sumber]


Konsep manajemen bencana mengenai pencegahan (prevention) atas bencana atau kutukan
penyakit (plague), pada abad-abad non-peradababan selalu diceritakan ulang dalam ‘simbol-
simbol’ seperti kurban, penyangkalan diri dan pengakuan dosa. Early warning kebanyakan
didasarkan pada Astrologi atau ilmu Bintang.

Respon terhadap bencana[sunting | sunting sumber]


Respon kemanusiaan dalam krisis emergency juga sudah berusia lama walau catatan sejarah
sangat sedikit, tetapi peristiwa Tsunami di Lisbon, Portugal pada tanggal 1 November 1755,
mencatat bahwa ada respon bantuan dari negara secara ‘ala kadar’. Jumlah korban meninggal
pasca emergency sedikitnya 20,000 orang. Total meninggal diperkirakan 70,000 orang dari
275,000 penduduk.
Hingga dekade yang lalu, cita-cita para ahli bencana masih terus mengumandangkan slogan
‘bebas dari bencana’ (free from disaster) yang berdasarkan pada ketiadaan ancaman alam
(natural hazard). Publikasi mutakhir tentang manajemen bencana, telah terjadi
perubahan paradigma. Sebagai misal di Bangladesh dan Vietnam, khususnya yang hidup di
DAS Mekong, yang semulanya bermimpi untuk bebas dari banjir (free from flood), akhirnya
memutuskan untuk hidup bersama banjir (living with flood).
Tentunya komitmen hidup bersama banjir, tetap dilandasi oleh semangat bahwa banjir atau
ancaman alam lainnya seperti gempa, siklon, dan kekeringan boleh terjadi tetapi bencana tidak
harus terjadi. Di Timor, khususnya masyarakat Besikama, sudah sangat lama hidup bersama
banjir. Masyarakat tradisional Besikama sebenarnya sudah mengenal tentang praktik mitigasi
banjir berdasarkan konstruksi rumah tradisional mereka sejak lama, yakni rumah panggung,
yang sudah sangat tidak popular karena ‘pembangunan’ mengajarkan segala segala sesuatu
yang ‘modern’.

Anda mungkin juga menyukai