Anda di halaman 1dari 2

Pencairan tanah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jump to navigationJump to search

Dampak pencairan tanah setelah gempa bumi Niigata tahun 1964

Pencairan memungkinkan selokan ini mengapung ke atas – gempa bumi Chūetsu tahun 2004

Efek pencairan di Christchurch, Selandia Baru, saat gempa Christchurch Februari 2011

Pencairan tanah atau likuifaksi tanah (bahasa Inggris: soil liquefaction) adalah fenomena yang
terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat
adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara
mendadak, sehingga tanah yang padat berubah wujud menjadi cairan atau air berat.
Dalam mekanika tanah, istilah "mencair" pertama kali digunakan oleh Allen Hazen[1] mengacu
pada kegagalan Bendungan Calaveras di California tahun 1918. Ia menjelaskan mekanisme
aliran pencairan tanggul sebagai berikut:
Jika tekanan air dalam pori-pori cukup besar untuk membawa semua beban, tekanan itu akan
berefek membawa partikel-partikel menjauh dan menghasilkan suatu kondisi yang secara praktis
seperti pasir hisap... pergerakan awal beberapa bagian material dapat menghasilkan tekanan
yang terus bertambah, mulanya pada satu titik, kemudian pada titik lainnya, secara berurutan,
menjadi titik-titik konsentrasi awal yang mencair.
Fenomena ini paling sering diamati pada tanah berpasir yang jenuh dan longgar
(kepadatan rendah atau tidak padat). Ini karena pasir yang longgar memiliki kecenderungan
untuk memampat ketika diberikan beban; sebaliknya pasir padat cenderung meluas dalam
volume atau melebar. Jika tanah jenuh dengan air, suatu kondisi yang sering terjadi ketika tanah
berada di bawah permukaan air tanah atau permukaan laut, maka air mengisi kesenjangan di
antara butir-butir tanah ("ruang pori"). Sebagai respon terhadap tanah yang memampat, air ini
meningkatkan tekanan dan mencoba untuk mengalir keluar dari tanah ke zona bertekanan
rendah (biasanya ke atas menuju permukaan tanah). Tapi, jika pembebanan berlangsung cepat
dan cukup besar, atau diulangi berkali-kali (contoh getaran gempa bumi dan gelombang badai),
air tidak mengalir keluar sesuai waktunya sebelum siklus pembebanan berikutnya terjadi,
tekanan air dapat bertambah melebihi tekanan kontak antara butir-butir tanah yang menjaga
mereka tetap saling bersentuhan satu sama lain. Kontak antara butir-butir ini merupakan media
pemindahan berat bangunan dan lapisan tanah di atas dari permukaan tanah ke lapisan tanah
atau batuan pada lapisan yang lebih dalam. Hilangnya struktur tanah menyebabkan tanah
kehilangan semua kekuatannya (kemampuan untuk memindahkan tegangan geser) dan
fenomena ini terlihat seperti mengalir menyerupai cairan (maka disebut 'pencairan').
Meskipun efek pencairan telah lama dipahami, fenomena ini lebih menarik perhatian
para insinyur setelah gempa bumi Niigata tahun 1964 dan Alaska juga tahun 1964. Pencairan
juga faktor utama kerusakan di Distrik Marina San Francisco setelah gempa bumi Loma Prieta
tahun 1989 dan di Pelabuhan Kobe akibat gempa bumi besar Hanshin tahun 1995. Pencairan
terakhir yang mengakibatkan kerusakan besar menimpa perumahan di timur pinggiran kota dan
kota satelit Christchurch, Selandia Baru setelah gempa bumi Canterbury tahun 2010[2] dan lebih
luas lagi setelah gempa Christchurch susulan pada awal dan pertengahan 2011.[3]

Anda mungkin juga menyukai