Anda di halaman 1dari 6

Jurnal

Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 6 Nomor 1, April 2015 15

STUDI KELAYAKAN USAHA PENYULINGAN MINYAK SERAI WANGI (CITRONELLA OIL) DI


LEMBANG BANDUNG

VEASIBILITY STUDY ON ESTABLISHMENT LEMONGRASS OIL EXTRACTION IN LEMBANG


BANDUNG
M Mansyur1a, A Ma`ruf2, dan RW Ashadi2
1Alumnus Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor Jl. Tol Ciawi

No. 1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720.


2Dosen Program Studi Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor Jl. Tol Ciawi No.

1, Kotak Pos 35 Ciawi, Bogor 16720.


aKorespondensi: Reki Wicaksono Ashadi, E‐mail: reki.wicaksono.a@unida.ac.id

(Diterima: 20‐01‐2014; Ditelaah: 22‐01‐2015; Disetujui: 26‐01‐2015)


ABSTRACT
Essential oil extraction industry in Indonesia have great propect. One from the essentiall oil which is
potentialy to develop in Indonesia is lemongrasss (Cymbopogon Nardus L.) oil. Lembang has choosen as
the place for developing this industry because of the climate is suitable for growing this plant. By
financial and non financial analysis have showed that establishing lemongrass oil extraction in Lembang
is veasible. From financial analysis, with using Rp 420,815,000 as starting capital, we can obtained NPV
Rp 278,951,863, IRR 22% with B/C ratio 2,62 and payback periode as long as 4,26 years.
Key words: extraction, financial analysis, lemongrass, veasibility study.

ABSTRAK
Industri minyak atsiri memiliki prospek yang sangat baik namun belum digarap secara serius di
Indonesia. Serai wangi (Cymbopogon Nardus L.) adalah salah satu tanaman yang menghasilkan minyak
atsiri yang dimiliki Indonesia dan memiliki prospek yang sangat baik untuk dikembangkan yaitu pada
daerah yang sesuai dengan iklim budi dayanya. Pendirian industri minyak atsiri serai wangi di daerah
Lembang, Bandung, dari hasil penelitian studi kelayakan memiliki kelayakan yang baik. Berdasarkan
hasil analisis non finansial yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek
manajemen dan organisasi, serta aspek lingkungan dan legalitas, usaha penyulingan minyak serai wangi
ini layak untuk dijalankan. Secara finansial, dengan menggunakan modal Rp 420.815.000 usaha
penyulingan minyak serai wangi ini diperoleh NPV sebesar Rp 278.951.863, IRR sebesar 21,99%, Net
B/C sebesar 2,62, dan PBP selama 4,26 tahun.
Kata kunci: analisis finansial, minyak atsiri, penyulingan, serai wangi, studi kelayakan.

Mansyur M, A Ma`ruf, dan RW Ashadi. 2015. Studi kelayakan usaha penyulingan minyak serai wangi
(Citronella oil) di Lembang Bandung. Jurnal Pertanian 6(1): 15‐20.

sitronellal 32‐45%, geraniol 10‐12%, sitronellol
PENDAHULUAN 11‐15%, geranil asetat 3‐8%, sitronellal asetat 2‐
4%, dan sedikit mengandung seskuiterpen serta
Serai wangi (Cymbopogon Nardus L.) merupakan
senyawa lainnya (Masada 1976). Komponen
salah satu jenis tanaman minyak atsiri yang
utama minyak serai wangi adalah sitronellal dan
tergolong sudah berkembang. Dari hasil
geraniol yang masing‐masing mempunyai aroma
penyulingan daunnya diperoleh minyak serai
yang khas dan melebihi keharuman minyak serai
wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal
sendiri.
dengan nama Citronella Oil. Minyak serai wangi
Indonesia di pasaran dunia terkenal dengan Komponen‐komponen tersebut diisolasi lalu
nama “Citronella Oil of Java”. diubah menjadi turunannya. Komponen utama
Minyak serai wangi diperoleh dari tanaman atau turunan minyak serai wangi banyak
serai wangi yang mengandung senyawa digunakan dalam industri kosmetika, parfum,
16 Mansyur et al. Minyak serai wangi dan turunannya

sabun, dan farmasi. Kandungan sitronellal dan wangi, sedangkan metode kuantitatif digunakan
geraniol yang tinggi merupakan persyaratan untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha
ekspor. penyulingan secara finansial berdasarkan analisis
Daerah sentra produksi serai wangi di kelayakan usaha. Data yang bersifat kualitatif
Indonesia adalah Aceh, Jawa Barat, Jawa Tengah, seperti analisis aspek pasar dan pemasaran,
dan Sulawesi Selatan (Ditjen Perkebunan 2011). aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen
Pada tahun 2011, perbandingan luas areal dan dan organisasi, aspek lingkungan dan organisasi,
produksi serai wangi menurut status dan analisis finansial akan disajikan dalam
pengusahaan 100% milik perkebunan rakyat bentuk analisis deskriptif.
(Ditjen Perkebunan 2011). Pada tahun 2008 (1) Analisis pasar dan pemasaran. Aspek‐aspek
hingga 2011, luas areal perkebunan serai wangi yang dikaji pada analisis ini meliputi analisis
perkebunan rakyat mengalami penurunan, potensi pasar dan strategi pemasaran untuk
sedangkan produksi minyak mengalami mencapai pangsa pasar tersebut. Semua
kenaikan. Hal itu disebabkan oleh para petani aspek tersebut diukur dengan teknik yang
yang memakai varietas unggulan. Tahun 2013 sesuai dengan kebutuhan penelitian dan
luas areal perkebunan serai wangi diestimasikan sumber data yang diperoleh.
naik. (2) Analisis teknis dan teknologis. Analisis teknik
Permasalahan yang dihadapi Indonesia dalam dan teknologi meliputi ketersediaan bahan
pengembangan serai wangi mencakup pengadaan baku, penentuan kapasitas produksi dan
bahan baku, respons petani, penanganan pasca lokasi, pemilihan teknologi proses, mesin dan
panen, proses produksi, tata niaga, teknologi peralatan, neraca massa energi, perencanaan
pengolahan, dan peralatan penyulingan. tata letak, kebutuhan luas ruang produksi,
Hambatan ini dapat mengakibatkan minyak serai dan site plant dari pabrik tersebut.
wangi yang dihasilkan tidak optimal dan Ketersediaan bahan baku harus diperhatikan
menyebabkan rendemen serta mutu yang tidak agar tidak terjadi kekurangan bahan baku yang
konsisten. Memperhatikan hal tersebut, maka memengaruhi produksi. Pemilihan jenis teknologi
perlu dikaji kelayakan usaha produksi serai dan proses produksi didasarkan pada
wangi agar menghasilkan analisis usaha yang kemudahan proses produksi dan perkiraan biaya
berkelanjutan. produksi. Pemilihan mesin dan peralatan
ditentukan berdasarkan teknologi dan proses
produksi yang dipilih. Neraca masa disusun
MATERI DAN METODE untuk melihat laju alir, jumlah input, dan jumlah
output masing‐masing komponen bahan pada
Pengumpulan Data setiap proses.
Penentuan tata letak pabrik dilakukan dengan
Data yang diperoleh merupakan data sekunder
menganalisis keterkaitan antaraktivitas,
yang berasal dari Badan Pusat Statistik (2011),
kemudahan menentukan kebutuhan luas
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
ruangan, dan alokasi area. Untuk menganalisis
(2010 dan 2006), internet, pustaka, dan literatur‐
keterkaitan antaraktivitas perlu ditentukan
literatur lainnya yang berhubungan dengan
derajat hubungan aktivitas. Derajat hubungan
minyak serai wangi dan juga studi kelayakan
aktivitas dapat diberi tanda sandi sebagai
usaha. Sementara itu, data primer dikumpulkan
berikut.
pada saat turun lapang ke lokasi penelitian
(Kebun Percobaan Manoko Balai Penelitian (1) A (absolutely necessary) menunjukkan bahwa
Tanaman Rempah dan Obat (BALITTRO) pada letak antara dua kegiatan harus saling
bulan Juli sampai dengan September 2013. berdekatan dan bersebelahan.
Metode yang digunakan untuk pengumpulan data (2) E (especially important) menunjukkan bahwa
primer adalah wawancara dan observasi lapang. letak antara dua kegiatan harus
bersebelahan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data (3) I (important) menunjukkan bahwa letak
Metode yang digunakan dalam mengolah dan antara dua kegiatan cukup berdekatan.
menganalisis data pada penelitian ini adalah (4) O (ordinary) menunjukkan bahwa letek
metode kualitatif dan kuantitatif. Metode antara dua kegiatan tidak harus saling
kualitatif digunakan untuk mengetahui berdekatan.
keragaman usaha penyulingan minyak serai
Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 6 Nomor 1, April 2015 17

(5) U (unimportant) menunjukkan bahwa letak terbukti dari banyaknya industri‐industri yang
antara dua kegiatan bebas dan tidak saling menggunakan bahan baku minyak serai wangi,
mengikat. baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Di
(6) X (undesirable) menunjukkan bahwa letak dalam negeri, minyak serai wangi digunakan
antara dua kegiatan harus saling berjauhan sebagai bahan baku industri kosmetik, industri
atau tidak boleh saling berdekatan. obat‐obatan, industri bioaditif, bahan baku
pestisida nabati, minyak urut, dan spa. Volume
Alasan keterkaitan produksi meliputi uraian
eksport minyak serai wangi pada tahun 2008
aliran kerja, penggunaan peralatan, catatan dan
sampai 2010 sangat berfluktuatif, tetapi pada
ruang yang sama, kebisingan, kotor, debu,
tahun 2011 terjadi peningkatan permintaan
getaran, serta kemudahan pemindahan barang.
ekspor minyak serai wangi yang sangat tinggi
Alasan keterkaitan pekerja meliputi penggunaan
yang mencapai 37.382 ton dengan nilai US$
karyawan yang sama, pentingnya berhubungan,
992.000 (Tabel 1).
jalur perjalanan, kemudahan pengawasan,
pelaksanaan pekerjaan serupa, perpindahan Tabel 1. Volume dan nilai ekspor impor serai
pekerja, dan gangguan pekerja. Alasan informasi wangi tahun 2008‐2011
meliputi penggunaan catatan yang sama,
hubungan kertas kerja, dan penggunaan alat Expor Impor
komunikasi yang sama (Apple 1990). Tahun Volume Nilai Volume Nilai
(Ton) (000$) (Ton) (000$)
Analisis manajemen dan organisasi 2008 1.235 26.226 61 376
2009 1.079 18.608 75 647
Kajian manajemen dan organisasi meliputi 2010 1.041 28.461 98 1.106
pemilihan bentuk perusahaan dan struktur 2011 37.382 992 48 108
organisasi yang sesuai, kebutuhan tenaga kerja, Sumber: Badan Pusat Statistik 2008‐2011
serta deskripsi dan spesifikasi kerja. Analisis
lingkungan meliputi sejauh mana keadaan Tingginya permintaan minyak serai wangi ini
lingkungan dapat menunjang perwujudan diindikasikan akibat semakin meningkatnya
pendirian industri, terutama sumber daya yang jumlah populasi dunia dan makin
diperlukan, seperti air, energi, manusia, dan berkembangnya industri‐industri yang
ancaman alam sekitar, serta analisis mengenai memanfaatkan minyak serai wangi. Semakin
dampak lingkungan yang ditumbuhkan oleh banyaknya jumlah penduduk dunia diindikasikan
pendirian industri ini. Analisis legalitas meliputi pula terhadap peningkatan kebutuhan akan
mekanisme perizinan dan peraturan‐peraturan kosmetik dan obat‐obatan, salah satunya minyak
yang berlaku. serai wangi. Tingginya volume ekspor minyak
serai wangi membuka peluang bagi pengusaha
Analisis finansial penyulingan minyak serai wangi. Dengan
demikian, pasar akan dapat menyerap seluruh
Analisis finansial akan dilakukan untuk jumlah minyak serai wangi yang diproduksi oleh
menganalisis berbagai kebutuhan biaya produksi, perusahaan. Kualitas minyak serai wangi yang di
biaya tenaga kerja, dan biaya‐biaya kemungkinan produksi oleh suatu tempat berbeda‐beda.
yang diperlukan untuk analisis usaha produksi Apabila kualitas mutu minyak serai wangi
serai wangi. Dalam analisis finansial dikaji rendah, biasanya para eksportir mencampurkan
kelayakan investasi yang meliputi nilai Net dengan kualitas tinggi sehingga dihasilkan
Persent Value (NPV), Internal Rate of Return produk standar ekspor.
(IRR), Benafit‐Cost Ratio (Net B/C), dan Pay Back
Harga minyak serai wangi sangat stabil yaitu
Period (PBP).
Rp 145.000 per kg sampai Rp 160.000 per kg.

Tinggi rendahnya harga minyak serai wangi
dipengaruhi oleh nilai tukar mata uang, jika mata
HASIL DAN PEMBAHASAN
uang rupiah rendah maka harga mahal. Untuk
mendapatkan harga yang relatif tinggi dapat
Analisis Kelayakan Usaha Penyulingan
dilakukan dengan pengecekan harga ke berbagai
Minyak Serai wangi eksportir, mengikuti perkembangan teknologi,
informasi dan harga terkini melalui forum Dewan
Potensi Pasar Atsiri Indonesia, dan meminta pendampingan
Potensi pasar minyak serai wangi sangat tinggi. dari dinas terkait baik pemerintah daerah,
Tingginya potensi pasar minyak serai wangi ini
18 Mansyur et al. Minyak serai wangi dan turunannya

kementrian pertanian, serta dinas perindustrian dekat pemukiman warga sehingga untuk
dan perdagangan. ketersediaan listrik tidak ada masalah.
Titik kritis usaha penyulingan ini adalah Kebutuhan air selain menggunakan sumur,
rendahnya kadar sironellal atau geraniol yang terdapat juga aliran air dari gunung melalui
dihasilkan. Penyebabnya adalah penanaman pipa dan selokan sepanjang ± 2.000 meter
varietas benih yang tidak jelas asal usulnya, dengan debit air ± 2–3 liter per detik.
kondisi lahan yang kurang subur, dan (2) Suplai tenaga kerja. Perusahaan tidak
berbedanya area tanam. Selain itu, rendemen pengalami kesulitan dalam memenuhi tenaga
minyak yang dihasilkan karena kondisi tanaman kerja. Suplai tenaga kerja dapat diperoleh
yang ditanam secara poli culture sehingga dari masyarakat sekitar lokasi usaha. Tenaga
tanaman kurang mendapatkan sinar matahari kerja sangat dibutuhkan terutama saat
yang menyebabkan kadar minyak atsiri menjadi persiapan lahan, penanaman, dan
rendah. Kondisi suhu kondensor perlu pemeliharaan. Sementara itu, tenaga kerja
diperhatikan sebab apabila api terlalu panas akan dalam proses penyulingan dan manajemen
menyebabkan minyak yang terdapat di harus mempunyai keahlian dan melalui
penampungan menguap, suhu optimum seleksi.
kondensor adalah 45oC. (3) Fasilitas transportasi. Lokasi usaha
penyulingan di Lembang terletak di antara
Aspek Teknis dan Teknologis daerah pemukiman warga yang dibatasi oleh
kawat berduri dengan kondisi jalan yang
Perencanaan Kapasitas Produksi baik. Alat transportasi yang digunakan dalam
Potensi pasar minyak serai wangi masih cukup pengambilan bahan baku dalam proses
besar. Kebutuhan industri‐industri di dalam penyulingan adalah motor tossa karena
negeri maupun luar negeri yang memakai bahan berdekatannya antara kebun dan
baku minyak serai wangi sangat besar. Oleh penyulingan. Saat ini belum ada kesulitan
karena itu, penentuan kapasitas produksi dalam yang berarti untuk menuju lokasi usaha,
usaha penyulingan ini sangat diperlukan. karena fasilitas jalan yang memadai sehingga
Berdasarkan ketersediaan bahan baku maka dapat diakses dengan menggunakan
kapasitas produksi yang dipilih adalah dua kali kendaraan beroda dua maupun empat.
penyulingan dengan kapasitas 1,4 kwintal daun (4) Hukum dan peraturan yang berlaku. Sejauh
basah. Dengan kapasitas sebesar itu, ini, tidak ada hambatan hukum dan peraturan
diperkirakan kebutuhan bahan baku masih lokal yang melarang kegiatan usaha ini.
terpenuhi oleh perusahaan tersebut. Mesin dan Kondisi sosial budaya masyarakat setempat
peralatan yang dibutuhkan dengan kapasitas pun tidak ada yang menentang kegiatan ini.
seperti ini juga mudah diperoleh di pasaran. (5) Iklim dan keadaan tanah. Iklim di Lembang
Siklus penanaman perlu di perhatikan agar tempat usaha penyulingan ini akan didirikan
kebutuhan bahan baku daun serai wangi beriklim tropis dengan suhu minimum antara
terpenuhi selama produksi. 15–20oC dan suhu maximum antara 22–27oC
dengan keadaan kelembapan cukup tinggi
Penentuan Lokasi Pabrik yakni antara 70–100% atau rata‐rata 90%.
Penentuan lokasi pabrik merupakan suatu hal Tanah kebun ini terdiri dari andosol yang
yang penting. Pemilihan lokasi yang tepat akan berwarna hitam kecokelat‐cokelatan, PH
berpengaruh terhadap kelangsungan dan tanah antara 5–6,5 dan terbentuk sebagian
efisiensi perusahaan. Beberapa hal yang harus banyak adalah 66,8% liat, 24,2% pasir, dan
dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi pabrik 9% debu (laporan tahunan KP. Manoko tahun
adalah ketersediaan bahan mentah, letak pasar 1981/1982), dengan keadaan tanah pada
yang dituju, tenaga listrik dan air, suplai tenaga musim kemarau/kering sangat gembur dan
kerja, dan fasilitas transportasi (Husnan dan berdebu pada musim penghujan
Muhamad 2005). kemarau/basah sangat lengket dan padat.
Beberapa pertimbangan dalam pemilihan (6) Sikap masyarakat. Sikap masyarakat sangat
lokasi produksi (penyulingan) adalah sebagai terbuka dan mendukung adanya penyulingan
berikut. minyak serai wangi ini karena usaha ini
(1) Tenaga listrik dan air. Di daerah lembang mampu menyerap tenaga kerja dari
kebutuhan akan tenaga listrik telah masyarakat lingkungan sekitar.
terpenuhi. Lokasi penyulingan ini berada di
Jurnal Pertanian ISSN 2087‐4936 Volume 6 Nomor 1, April 2015 19

Teknologi Proses Produksi memengaruhi rendemen minyak yang di


hasilkan.
Teknologi proses produksi yang dilakukan
perusahaan terdiri dari budi daya serai wangi
Disain Tata Letak dan Kebutuhan Ruang
dan penyulingan serai wangi. Budi daya serai
wangi terdiri dari persiapan bibit, penyiapan
Pabrik
tanah, cara penanaman, penyulaman, penyiangan, Desain tata letak berhubungan erat dengan
pembumbunan, pemupukan, pengendalian penyusunan letak mesin, peralatan produksi, dan
organisme pengganggu tanaman, dan panen. ruangan dalam pabrik. Penyusunan tata letak
(1) Budi Daya Serai Wangi. Tanaman serai wangi akan berpengaruh dalam efisiensi produksi. Tata
sangat cocok ditanam di tempat terbuka letak yang baik akan membuat proses produksi
(tidak terlindung) dengan kisaran intensitas dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
cahaya antara 75‐100%. Curah hujan yang Usaha penyulingan ini hanya memproduksi
turun secara teratur selama pertumbuhan satu jenis produk saja, yaitu minyak serai wangi.
merupakan keharusan dalam pertumbuhan Oleh karena itu, tipe tata letak yang digunakan
tanaman serai wangi. Curah hujan rata‐rata adalah berdasarkan produk (product layout).
yang diperlukan antara 2.500‐4.000 mm/th Pada tipe tata letak berdasarkan produk,
dengan penyebaran 100‐200 mm/bln, bulan pengorganisasian pekerjaan didasarkan pada
basah lebih dari 6 bulan dan bulan kering urutan proses produksi suatu produk atau
kurang dari 3 bulan, dengan suhu optimum sekumpulan produk. Mesin‐mesin produksi
antara 24‐28o C, serta kelembapan di atas diletakkan pada satu jalur menurut urutan proses
75%. produksinya. Keterkaitan antaraktivitas
(2) Penyulingan Minyak Serai Wangi. Proses digunakan sebagai pedoman dalam merancang
penyulingan minyak serai wangi terdiri dari tata letak ruang pabrik secara menyeluruh.
tiga cara, yaitu penyulingan dengan air, Bagan keterkaitan antaraktivitas tersebut
penyulingan dengan air dan uap, dan kemudian digunakan untuk merencanakan dan
penyulingan dengan uap langsung. Pada menganalisis keterkaitan antaraktivitas.
usaha penyulingan minyak serai wangi ini, Informasi yang dihasilkan dari bagan keterkaitan
direncanakan proses penyulingan yang antaraktivitas dan kemudian diwujudkan dalam
digunakan adalah penyulingan dengan air bentuk diagram yang disebut diagram
dan uap. Proses produksi minyak serai wangi keterkaitan antaraktivitas. Langkah selanjutnya
ini melalui beberapa tahap produksi, mulai adalah menentukan kebutuhan luas ruang dan
dari persiapan bahan baku hingga proses menyusun site plan. Luas ruang dihitung
pengemasan. Agar dihasilkan minyak serai berdasarkan perkiraan kebutuhan luas ruangan
wangi yang memenuhi standar ekspor, yang yang dibutuhkan oleh tiap‐tiap mesin dan
terpenting adalah pemilihan varietas yang peralatan produksi, kebutuhan luas ruang
jelas asal usulnya. Pada proses penyulingan operator, kelonggaran, kebutuhan luas gudang,
ini, perusahaan mengalami kendala berupa kantor, dan ruangan‐ruangan yang lain.
tutup ketel suling yang kurang rapat sehingga Kebutuhan luas ruang pada usaha penyulingan
uap yang keluar tidak semuanya masuk ke minyak serai wangi dapat dilihat pada Tabel 2.
kondensor di karenakan bocor sehingga Penyusunan site plan didasarkan pada diagram
keterkaitan antaraktivitas dan kebutuhan ruang.
Tabel 2. Kebutuhan luas ruang usaha penyulingan minyak serai wangi
Panjang Lebar Luas 150% Kelonggaran Jumlah Luas Total
Nama Ruang
(m) (m) (m2) Luas (m2) Mesin (m2)
Stasiun penerimaan/ 3 1,5 4,5 4,5
pengeluaran
Gudang bahan baku 3 3 9 9
Gudang produk (minyak) 1 0,5 0,5 0,5
Ruang bahan bakar 2 1,5 3 3
Ruang ketel suling 1,5 1,5 2,25 3.375 1 3.375
Ruang kondensor 3 0,6 1,8 2,7 1 2,7
Ruang wadah minyak 0,5 0,5 0,25 0,375 1 0,375
Ruang timbangan 0,5 1 0,5 0,75 1 0,75
Ruang pengemasan 2 2 4 4 4
Ruang genset 1 0,5 0,5 0,75 1 0,75
20 Mansyur et al. Minyak serai wangi dan turunannya

Laboratorium 5 2 10 10
Kantor 5 2 10 10
Gudang kayu bakar 11 1 11 11
Ruang mesin pompa air 1 0,5 0,5 0,75 1 0,75
Kolam 7 7 49 49
Jalan 48
Parkir 24
Total 3.543

Berdasarkan hasil analisis non finansial yaitu


aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan Implikasi
teknologis, aspek manajemen dan organisasi, dan
Implikasi yang diharapkan dari penelitian ini
aspek lingkungan dan legalitas, usaha
adalah berkembangnya industri penyulingan
penyulingan minyak serai wangi ini layak untuk
minyak atsiri di Indonesia yang hasilnya dapat
dijalankan. Secara finansial, usaha penyulingan
menjadi sumber devisa mengingat produk
minyak serai wangi ini diperoleh NPV sebesar Rp
minyak atsiri kebanyakan sebagai komoditi
278.951.863, IRR sebesar 21,99%, Net B/C
ekspor.
sebesar 2,62, dan PBP selam sebesar 4,26.
Berdasarkan keempat kriteria kelayakan
DAFTAR PUSTAKA
finansial, usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Berdasarkan analisis sensitivitas yang meliputi Apple J. 1990. Tata letak pabrik dan pemindahan
harga produksi turun 10%, harga jual turun 20% bahan. (Penerjemah: Mardiono N). ITB,
atau suku bunga naik menjadi 17%, masih layak Bandung.
untuk dijalankan. Badan Pusat Statistik. 2011. Statistika
perdagangan luar negeri. BPS Pusat, Jakarta.
Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 2006. Varietas dan Nomor Harapan Unggul
Tanaman Obat dan Aromatik. Balai Penelitian
Kesimpulan Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor. pp. 33‐
39.
Industri minyak atsiri di Indonesia masih belum Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik.
berkembang dengan baik, padahal dari segi 2010. Penggunaan minyak serai wangi sebagai
keuntungannya menjanjikan. Industri bahan bio‐aditif bahan bakar minyak. Sinar
penyulingan minyak serai wangi di Lembang dari Tani. Edisi 24 – 30 November 2010.
hasil studi kelayakan ternyata layak untuk Ditjen Perkebunan. 2011. Serai wangi. Statistik
didirikan selain karena layak secara finansial Perkebunan Indonesia.
tetapi juga dari segi iklim mendukung untuk Husnan S dan S Muhammad. 2000. Studi
penanaman serai wangi sebagai sumber bahan kelayakan proyek. UPP AMP YKPN,
baku. Yogyakarta.
Masada. 1976. Analysis of essential oils by gas
chromatography and mass spectrometry. John
Wiley and Sons Inc., New York.

Anda mungkin juga menyukai