Anda di halaman 1dari 5

PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016

GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR

THE DESCRIPTION OF NUTRITIONAL STATUS OF CHILDREN


AT PRIMARY SCHOOL

Tuti Rahmawati1), Dewi Marfuah2)


1)
Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
tutirahmawati97@yahoo.com
2)
Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta
dewi_marfuah@ymail.com

Abstrak

Status gizi baik dapat terjadi apabila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja
mencapai tingkat kesehatan optimal. Status gizi kurang merupakan kondisi tidak sehat yang
ditimbulkan karena tidak tercukupinya kebutuhan makanan yang diperlukan oleh tubuh.
Sedangkan zat gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat gizi yang berlebihan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi pada anak sekolah dasar. Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan desain cross-sectional. Penelitian ini di lakukan di SD Al Firdaus
Surakarta dengan sampel sebanyak 93 anak sekolah dasar. Sampel dipilih dengan menggunakan
cara purposive sampling dengan kriteria anak sekolah dasar kelas IV, V, dan kelas VI yang dapat
berkomunikasi dengan baik dan tidak ada cacat bawaan. Data dianalisis dengan program SPSS
17.0. Hasil penelitian menunjukkan umur responden paling banyak adalah umur 10 - 12 tahun
sebesar 56,04 %, jenis kelamin didominasi laki-laki sebesar 59,34 %, pendidikan ayah dan ibu
paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 66,67 % dan 71,06 %. Terdapat anak yang gemuk
sebesar 21,97 %. Terdapat anak yang status gizi pendek (stunting) sebesar 6,59 %.

Kata kunci: status gizi, anak sekolah dasar

Abstract

Good nutritional status can occur when the body gets enough nutrients are used efficiently, thus
allowing the physical growth, brain development, work ability achieve optimal health levels.
Undernutrition is an unhealthy condition caused due to insufficiency of food needs required by the
body. While overnutrition occurs when the body gets the nutrients excessive. The aim at study is to
reveal the nutritional status of primary school children. This study was descriptive cross-sectional
design. The research was done in SD Al Firdaus Surakarta with a sample of 93 primary school
children. Samples were selected using purposive sampling with criteria for primary school children
classes IV, V and VI class that can communicate well and no congenital defects. Data were
analyzed with SPSS 17.0. The results showed most of the respondent's age is the age of 10-12 years
amounted to 56,04%, the sex of male-dominated at 59,34%, education at most fathers and mothers
are high school graduates 66,67% and 71,06%. There are children who are obese amounted to
21,97%. There is a stunting at 6,59%.

Keywords: nutritional status, primary school children

PENDAHULUAN SDM berkualitas (Depkes RI, 2005). Gizi yang


Kualitas sumber daya manusia (SDM) baik akan menghasilkan SDM yang berkualitas
merupakan faktor utama yang diperlukan untuk yaitu sehat, cerdas dan memiliki fisik yang
melaksanakan pembangunan nasional. Faktor gizi tangguh serta produktif. Perbaikan gizi diperlu-
memegang peranan penting dalam mencapai kan pada seluruh siklus kehidupan, mulai sejak

72
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016

masa kehamilan, bayi dan anak balita, pra tentukan dengan menggunakan rumus estimasi
sekolah, anak SD dan MI, remaja dan dewasa proporsi (Notoatmodjo, 2010). Setelah dilakukan
sampai usia lanjut (Terati, et al., 2011). perhitungan sampel dengan rumus di atas, maka
Anak sebagai aset SDM dan generasi dari kedua populasi diperoleh sampel sebanyak
penerus perlu diperhatikan kehidupannya. 93 anak sekolah dasar.Sampel dipilih dengan
Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah menggunakan cara purposive sampling dengan
satu faktor terpenting dalam pengembangan kriteria anak sekolah dasar kelas IV, V, dan kelas
kualitas Sumber Daya Manusia. Kecukupan gizi VI yang dapat berkomunikasi dengan baik dan
sangat mempengaruhi terhadap kesehatan dan tidak ada cacat bawaan. Pengumpulan data status
produktivitas kerja manusia. Banyak aspek yang gizi anak sekolah dilakukan dengan cara
berpengaruh terhadap status gizi antara lain aspek pengukuran berat badan dengan menggunakan
pola pangan, sosial budaya dan pengaruh alat timbangan injak dan tinggi badan dengan
konsumsi pangan (Maryani, 2008). menggunakan alat microtoise pada anak sekolah
Usia antara 6 sampai 12 tahun adalah usia dasar dari kelas IV sampai dengan kelas VI.
anak yang duduk dibangku SD. Pada masa ini
anak mulai masuk kedalam dunia baru, anak HASIL DAN PEMBAHASAAN
mulai banyak berhubungan dengan orang-orang Karakteristik Responden
diluar keluarganya dan berkenalan dengan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
suasana dan lingkungan baru dalam kehidupan- di SD Al Firdaus Kota Surakarta, distribusi
nya (Moehji, 2003). responden dapat disajikan yang dalam tabel
Pada umur ini anak lebih banyak aktivi- berikut:
tasnya, baik di sekolah maupun diluar sekolah,
sehingga anak perlu energi lebih banyak. Tabel 1 Distribusi Karakteristik Responden
Pertumbuhan anak lambat tetapi pasti, sesuai Berdasarkan Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan
dengan banyaknya makanan yang dikonsumsi Orang Tua dan Pekerjaan Orang Tua
anak. Sebaiknya anak diberikan makanan pagi Prosentase
sebelum ke sekolah, agar anak dapat berkon- Karakteristik Frekuensi
(%)
sentrasi pada pelajaran dengan baik dan Umur
berprestasi (Soetjiningsih, 2012). 7 - 9 tahun 120 43,96
Indonesia mengalami masalah gizi ganda, 10 - 12 tahun 153 56,04
yaitu masalah gizi kurang dan masalah gizi lebih. Jenis kelamin
Laki-laki 162 59,34
Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh
Perempuan 111 40,66
kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, ku-
Pendidikan ayah
rang baiknya kualitas lingkungan, kurangnya SMA 182 66,67
pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu PT 91 33,33
seimbang dan kesehatan. Masalah gizi lebih Pendidikan ibu
disebabkan oleh kemajuan ekonomi pada lapisan SMA 194 71,06
masyarakat tertentu disertai dengan kurangnya PT 79 28,94
pengetahuan tentang gizi, menu seimbang dan Jumlah 273 100,00
kesehatan (Almatsier, 2010).
Berdasarkan Riskesdas (2010), secara nasio- Berdasarkan tabel 1 karakteristik responden
nal prevalensi status gizi pada anak usia 6-12 diatas, menunjukkan bahwa umur responden yang
tahun terdiri dari, 4,6% sangat kurus, 7,6% kurus, paling banyak adalah umur 10 - 12 tahun sebesar
78,6% normal dan 19,2% gemuk. Sedangkan 56,04 %, jenis kelamin yang paling banyak adalah
prevalensi status gizi anak usia 6-12 di Jawa laki-laki sebesar 59,34 %, pendidikan ayah yang
Tengah terdiri dari 5,3% sangat kurus, 8% paling banyak adalah lulusan SMA sebesar 66,67
kurus, 75,8% normal dan 10,9% gemuk. %, dan pendidikan ibu yang paling banyak adalah
lulusan SMA sebesar 71,06 %.
METODE PENELITIAN Status Gizi yang baik dipengaruhi oleh
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi. Secara
desain cross-sectional. Penelitian ini di lakukan tidak langsung asupan zat gizi dipengaruhi oleh
di SD Al Firdaus. Populasi penelitian ini adalah beberapa faktor. Diantaranya adalah karakteristik
semua anak sekolah dasar. Besar sampel di keluarga. Karakteristik keluarga khususnya ibu

73
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016

yang berhubungan dengan tumbuh kembang anak. status gizi anak SD dapat disajikan yang dalam
Ibu sebagai orang yang dekat dengan lingkungan tabel berikut:
asuhan anak ikut berperan dalam proses tumbuh
kembang anak melalui makanan zat gizi makanan Tabel 2 Distribusi Status Gizi Anak SD
yang diberikan. Karakteristik ibu ikut menentukan Berdasarkan IMT Menurut Umur
keadaan gizi anak (Almatsier, 2010).
Pendidikan ibu merupakan modal utama Prosentase
Status Gizi Frekuensi
dalam menunjang ekonomi keluarga juga (%)
berperan dalam penyusunan makanan keluarga, Sangat Gemuk 15 5,49
serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi
Gemuk 60 21,97
keluarga dengan tingkat pendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima informasi kesehatan Normal 186 68,14
khususnya bidang gizi, sehingga dapat menambah Kurus 6 2,20
pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam
Sangat Kurus 6 2, 20
kehidupan sehari- hari (Terati, et al,. 2011).
Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa Jumlah 273 100,00
faktor, disamping pendidikan yang pernah
dijalaani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan
kontak dengan media massa juga mempengaruhi bahwa status gizi berdasarkan Indeks Massa
pengetahuan gizi. Salah satu sebab gangguan gizi Tubuh (IMT) menurut umur, responden yang
adalah kurangnya pengetahuan gizi atau ke- paling banyak mempunyai status gizi normal
mauan untuk menerapkan informasi tentang gizi sebesar 68,14%, namun status gizi responden
dalam kehidupan sehari-hari (Terati, et al,. 2011). yang mengalami gemuk sebesar 21,97%.
Menurut Notoatmodjo (2007) salah satu fak- Obesitas pada masa anak dapat mening-
tor yang berhubungan dengan status gizi sese- katkan kejadian diabetes mellitus (DM) tipe 2
orang adalah tingkat pendidikan ibu balita. Orang (Bluher et al. 2004). Selain itu, juga berisiko
tua atau keluarga dalam mendidik anak dipenga- untuk menjadi obesitas pada saat dewasa dan
ruhi oleh pendidikan yang ditempuh orang tua, berpotensi mengakibatkan gangguan metabolisme
semakin tinggi pendidikan maka pola asuh yang glukosa dan penyakit degeneratif seperti penyakit
diterapkan berbeda apabila dibandingkan dengan jantung, penyumbatan pembuluh darah dan lain-
yang berpendidikan rendah bahkan tidak menge- lain. Selain itu, obesitas pada anak usia 6-7 tahun
nyam pendidikan formal (Fatmalina, dkk, 2005). juga dapat menurunkan tingkat kecerdasan
Menurut Proverawati dan Asfuah (2009), karena aktivitas dan kreativitas anak menjadi
tingkat pendidikan formal merupakan faktor menurun dan cenderung malas akibat kelebihan
yang ikut menentukan mudah tidaknya seseorang berat badan (Freedman, 2004).
menyerap dan menekuni pengetahuan yang diper- Beberapa faktor penyebab obesitas pada
oleh. Masukan gizi anak sangat tergantung pada anak antara lain asupan makanan berlebih yang
sumber-sumber yang ada di lingkungan sosial- berasal dari jenis makanan olahan serba instan,
nya, salah satu yang menentukan adalah ibu. minuman soft drink, makanan jajanan seperti
Peranan orang tua, khususnya ibu, dalam menye- makanan cepat saji (burger, pizza, hot dog) dan
diakan dan menyajikan makanan bergizi bagi makanan siap saji lainnya yang tersedia di gerai
keluarga, khususnya anak menjadi penting. Kua- makanan. Selain itu, obesitas dapat terjadi pada
litas pelayanan ibu dalam keluarga ditentukan anak yang ketika masih bayi tidak dibiasakan
oleh penguasaan informasi dan faktor keterse- mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi meng-
diaan waktu yang memadai. Kedua faktor gunakan susu formula dengan jumlah asupan
tersebut antara lain faktor determinan yang dapat yang melebihi porsi yang dibutuhkan bayi/anak.
ditentukan dengan tingkat pendidikan, interaksi Akibatnya, anak akan mengalami kelebihan berat
sosial dan pekerjaan. badan saat berusia 4-5 tahun. Hal ini diperparah
dengan kebiasaan mengkonsumsi makanan
1. Status Gizi Anak SD Berdasarkan IMT jajanan yang kurang sehat dengan kandungan
Menurut Umur kalori tinggi tanpa disertai konsumsi sayur dan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di buah yang cukup sebagai sumber serat. Anak
SD Al Firdaus Kota Surakarta, distribusi yang berusia 5-7 tahun merupakan kelompok

74
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016

yang rentan terhadap gizi lebih. Oleh karena itu, waktu lama pada masa janin hingga 2 tahun
anak dalam rentang usia ini perlu mendapat pertama kehidupan seorang anak (Black et al.,
perhatian dari sudut perubahan pola makan 2008). Anak dengan stunting memiliki IQ 5-10
sehari-hari karena makanan yang biasa poin lebih rendah dibanding dengan anak yang
dikonsumsi sejak masa anak akan membentuk normal (Grantham-McGregor et al., 2007).
pola kebiasaan makan selanjutnya (Aprilia, 2015; Seorang anak dikatagorikan sangat pendek jika
Sartika, 2011). panjang badan menurut umur atau tinggi badan
Faktor penyebab obesitas lainnya adalah menurut umur <-3 SD, dan dikatakan pendek jika
kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian berada antara-3SD sampai dengan < -2 SD.
maupun latihan fisik terstruktur. Aktivitas fisik Prevalensi stunting meningkat dengan bertambah-
yang dilakukan sejak masa anak sampai lansia nya usia, peningkatan terjadi dalam dua tahun
akan mempengaruhi kesehatan seumur hidup. pertama kehidupan (Hayuningtyas, 2013).
Obesitas pada usia anak akan meningkatkan Stunting merupakan masalah utama di
risiko obesitas pada saat dewasa. Penyebab negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
obesitas dinilai sebagai ‗multikausal‘ dan sangat Stunting merupakan gangguan pertumbuhan
multidimensional karena tidak hanya terjadi pada linear akibat kekurangan gizi kronis, kondisi ini
golongan sosio-ekonomi tinggi, tetapi juga sering ditandai dengan tinggi badan kurang dari normal
terdapat pada sosio-ekonomi menengah hingga berdasarkan usia dan jenis kelamin (Hayuning-
menengah ke bawah. Obesitas dipengaruhi oleh tyas, 2013). Hasil Riskesdas (2010) menunjukkan
faktor lingkungan dibandingkan dengan faktor bahwa di Jawa Tengah terdapat 14,9% kategori
genetik. Jika obesitas terjadi pada anak sebelum sangat pendek dan 19,2% kategori pendek untuk
usia 5-7 tahun, maka risiko obesitas dapat terjadi anak usia 6-12 tahun menurut tinggai badan
pada saat tumbuh dewasa. Anak obesitas biasanya berdasarkan umur (TB/U).
berasal dari keluarga yang juga obesitas (Aprilia,
2015; Sartika, 2011). SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
2. Status Gizi Anak SD Berdasarkan Tinggi dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai
Badan Menurut Umur berikut:
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan 1. Karakteristik umur responden yang paling
di SD Al Firdaus Kota Surakarta, distribusi status banyak adalah umur 10 - 12 tahun sebesar
gizi anak SD dapat disajikan yang dalam tabel 56,04 %, karakteristik jenis kelamin yang
berikut: paling banyak adalah laki-laki sebesar
59,34%, pendidikan ayah yang paling banyak
Tabel 2 Distribusi Status Gizi Anak SD adalah lulusan SMA sebesar 66,67 %, dan
Berdasarkan Tinggi Badan Menurut Umur pendidikan ibu yang paling banyak adalah
lulusan SMA sebesar 71,06 %.
Prosentase
Status Gizi Frekuensi 2. Status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh
(%)
(IMT) menurut umur, responden yang paling
Normal 254 93,04
banyak mempunyai status gizi normal sebesar
Pendek 18 6,59
68,14 %, namun status gizi responden yang
Sangat Pendek 1 0,37
mengalami gemuk sebesar 21,97 %.
Jumlah 273 100,00
3. Status gizi berdasarkan tinggi badan menurut
umur, responden yang paling banyak
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan mempunyai status gizi dengan kategori
bahwa status gizi berdasarkan tinggi badan normal sebesar 93,04 %, namun terdapat
menurut umur, responden yang paling banyak responden yang mengalami status gizi
mempunyai status gizi dengan kategori normal kategori pendek (stunting) sebesar 6,59 %.
sebesar 93,04 %, namun terdapat responden yang 4. Dengan hasil penelitian ini, sekolah bekerja
mengalami status gizi kategori pendek (stunting) sama dengan tenaga kesehatan untuk lebih
sebesar 6,59 %. memperhatikan dan memantau status gizi
Stunting merupakan keadaan tubuh yang anak sekolah dasar.
pendek atau sangat pendek. Stunting terjadi akibat
kekurangan gizi dan penyakit berulang dalam

75
PROFESI, Volume 14, Nomor 1, September 2016

REFERENSI
Hayuningtyas, Kinanthi Mestuti. 2013. Faktor
Almatsier, S.2010. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Risiko Kejadian Overweight pada Anak
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Stunting Usia Sekolah Dasar Di
Semarang Timur. Skripsi. Universitas
Aprilia, Ayu. 2015. Obesitas Pada Anak Sekolah Diponegoro Semarang.
Dasar. Majority. Volume 4 Nomor 7 Juni
2015. Maryani. 2008. Hubungan Antara Pendidikan
Dan Pekerjaan Masyarakat Dengan
Black RE, et al. 2008. Maternal and Child Pengetahuan Tentang Sistem Pemerin-
Undernutrition: global and regional tahan Kemendapoan Kerinci. Tesis.
exposures and health consequences. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik.
Pubmed.
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi (2), Jakarta: Penerbit
Bluher, S., et al. 2004. Type 2 Diabetes Mellitus Papas Sinar Sinanti.
in Children and Adolescents: The
European Perspective, Kiess W., Marcus Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kese-
C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Karger AG. hatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta:
170-180. Rineka Cipta.

Depkes. 2005. Riset Kesehatan Dasar 2006. ______ 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta. Edisi Revisi Cetakan Pertama. Jakarta:
Rineka Cipta.
Depkes. 2011. Riset Kesehatan Dasar 2010.
Jakarta. Proverawati & Asfuah S. 2009. Buku Ajar Gizi
untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha
Fatmalina, dkk. 2005. Manajemen Program Gizi Medika.
dalam Penanganan Masalah Gizi
Kurang pada Anak Balita di Posyandu Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2011. Faktor Risiko
Melati V. Semarang: Program Studi Obesitas pada Anak 5 - 15 Tahun Di
Magister Gizi Masyarakat Program Indonesia. Makara Kesehatan. Vol 15 No
Pasca SarJana Universitas Diponegoro. I Juni 2011: 37-43.

Freedman,D.,S. 2004. Childhood Obesity and Soetjiningsih., 2012. Tumbuh Kembang Anak.
Coronary Heart Disease. Dalam Obesity Jakarta: EGC.
in Childhood and Adolescence, Kiess W.,
Marcus C., Wabitsch M.,(Eds). Basel: Terati; Nilawati, N.S ; Fatonah, R.D. 2011.
Karger AG. 160-9. Faktor - Faktor Yang Berhubungan
Dengan Status Gizi Balita Usia 06-60
Grantham-McGregor, et al. 2007. Developmental Bulan Di Kelurahan Kuto batu
potential in the first 5 years for children Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang
in developing countries. Lancet. 2007 Jan Th 2011.
6; 369 (9555): 60-70.

76

Anda mungkin juga menyukai