Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena tugas mata
kuliah Manajemen tentang Pengarahan / Kepemimpinan (2) telah selesai dan dalam bentuk
makalah yang sederhana ini sebagai bahan sumber belajar yang diharapkan dapat mengantar
pembaca khususnya mahasiswa dan masyarakat pada umumnya ke arah pemahaman tentang
sejarah dan teori yang ada.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah Manajemen, serta semua pihak yang telah membantu menyusun
makalah ini. Namun demikian kami menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari
sempurna, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan sebagai bahan masukan
dan penyempurnaan penulisan makalah dimasa mendatang.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah suatu subjek yang telah lama diminati oleh para ilmuwan
maupun untuk orang awam. Istilah tersebut berisi konotasi mengenai citra individu-individu
yang berkuasa dan dinamis yang telah berhasil memimpin armada yang menang perang, yang
dapat mengendalikan kerajaan-kerajaan korporasi dari atas gedung-gedung pencakar langit
yang sangat berkilauan, atau yang mengarahkan kemana tujuan bangsa-bangsa.
Kepemimpinan merupakan proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin
kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari
kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada
seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan
sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
a) Fungsi Kepemimpinan
Menurut Hadari Nawawi (1995), fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi
sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap
pemimpin berada didalam, bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar
menjadi bagian didalam situasi sosial keiompok atau organisasinya. Fungsi kepemimpinan
menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:
1) Fungsi Instruktif.
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah), bagaimana
(cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan dan melaporkan
hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar keputusan dapat diwujudkan
secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin hanyalah melaksanakan perintah.
2) Fungsi konsultatif.
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah. Hal tersebut
digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang memerlukan bahan
pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya.
3) Fungsi Partisipasi.
Dalam menjaiankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang
dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Setiap
anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam
melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari tugas-tugas pokok, sesuai dengan posisi masing-
masing.
4) Fungsi Delegasi
Dalam menjalankan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang
membuay atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah kepercayaan
ssorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk pelimpahan wewenang
dengan melaksanakannya secara bertanggungjawab. Fungsi pendelegasian ini, harus
diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok tidak mungkin diwujudkan oleh
seorang pemimpin seorang diri.
5) Fungsi Pengendalian.
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur
aktifitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Dalam melaksanakan fungsi
pengendalian, pemimpin dapat mewujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan,
koordinasi, dan pengawasan.
b) Gaya Kepemimpinan
Menurut Psikolog Terkenal yang bernama Kurt Lewin, terdapat tiga gaya kepemimpinan
utama dalam menangani permasalahan dan pengambilan keputusan, Ketiga gaya
kepemimpinan utama tersebut diantaranya adalah Gaya Kepemimpinan Otokratis, Gaya
kepemimpinan Demokratis dan Gaya Kepemimpinan Laissez-faire.Berikut ini adalah
penjelasan singkat mengenai ketiga gaya kepemimpinan tersebut.
Dalam Gaya Kepemimpinan Otokratis, seorang Pemimpin atau Manajer Otokratis tidak
memberikan wewenang pengambilan keputusan kepada bawahan. Pengambilan Keputusan
dengan gaya kepemimpinan Otokratis ini biasanya tidak melakukan konsultasi atau
mendengarkan gagasan dari bawahan terlebih dahulu. Gaya kepemimpinan ini sangat
berguna pada saat keputusan harus diambil secepatnya atau ketika keputusan tersebut tidak
memerlukan masukan maupun kesepakatan dengan tim atau bawahannya. Manajer atau
Pemimpin yang menggunakan gaya otokratis ini harus memiliki keahlian pada bidang dimana
dia harus mengambil keputusan dan kemampuan dalam mempengaruhi anggota Tim ataupun
bawahannya untuk bekerjasama agar tercapainya tujuan yang dikehendakinya.
Dalam Gaya Kepemimpinan Demokratis, Seorang Pemimpin atau Manajer biasanya meminta
pendapat atau nasehat dari anggota Tim atau bawahannya sebelum mengambil keputusan.
Anggota Tim ataupun bawahannya didorong untuk lebih kreatif dan diberi kesempatan untuk
menyampaikan saran atau gagasan mereka meskipun keputusan terakhir masih berada di
tangan Manajernya. Keputusan terakhir yang diambil pada dasarnya merupakan kesepakatan
dari anggota tim dengan pemimpinnya atau bawahan dengan manajernya.
Karyawan atau anggota Tim yang bekerja dibawah gaya kepemimpinan manajemen
Demokratis ini cenderung lebih bersemangat dan memiliki kepuasan kerja dan produktivitas
yang tinggi. Namun disis negatifnya, gaya kepemimpinan Demokratis ini akan kurang efektif
jika dihadapi dengan permasalahan atau situasi yang mengharuskan pemimpin atau
manajernya mengambil keputusan yang cepat.
Gaya Kepemimpinan Laissez-faire ini menghasilkan motivasi dan kepuasan kerja karyawan
yang tinggi. Namun akan berdampak negatif bagi bawahan yang tidak dapat mengatur
waktunya dengan baik dan bagi mereka yang tidak memiliki keahlian serta pengetahuan yang
cukup dalam mengerjakan tugasnya.
2. 3 Komunikasi dan Negosiasi dalam Organisasi
Komunikasi adalah Suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari suatu
pihak ke pihak yang lain dengan tujuan tercapai persepsi atau pengertian yang
sama.Komunikasi dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka
seseorang bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari. Maka
untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan perlu adanya
komunikasi.
Dalam menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun tidak diambil
seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah solusi yang terbaik yang akan
diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta
visi, misi suatu organisasi.
Negosiasi adalah sebuah bentuk interaksi sosial saat pihak - pihak yang terlibat
berusaha untuk saling menyelesaikan tujuan yang berbeda dan bertentangan. Menurut kamus
Oxford, negosiasi adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi
formal.
Negosiasi merupakan suatu proses saat dua pihak mencapai perjanjian yang dapat
memenuhi kepuasan semua pihak yang berkepentingan dengan elemen-elemen kerjasama dan
kompetisi. Termasuk di dalamnya, tindakan yang dilakukan ketika berkomunikasi, kerjasama
atau memengaruhi orang lain dengan tujuan tertentu. Contoh kasus mengenai negosiasi,
seperti Christopher Columbus meyakinkan Ratu Elizabeth untuk membiayai ekspedisinya
saat Inggris dalam perang besar yang memakan banyak biaya atau sengketa Pulau Sipadan-
Ligitan - pulau yang berada di perbatasan Indonesia dengan Malaysia - antara Indonesia
dengan Malaysia.
Komunikasi yang efektif sangat penting bagi suatu organisasi, karena melalui
komunikasi fungsi-fungsi manajemen dapat dicapai. Komunikasi dalam manajemen
merupakan peralatan (tools) manajemen yang dirancang untuk mencapai tujuan. Atau dengan
kata lain, komunikasi adalah proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau
informasi dari seseorang ke orang lain.
Dewasa ini segala hal berhubungan dengan komunikasi, baik dalam kehidupan sehari-hari,
dalam dunia pendidikan formal maupun dalam ruang lingkup bisnis. Komunikasi merupakan
elemen terpenting yang diberikan Tuhan kepada manusia, karena dengan komunikasi kita
menjadi mahluk hidup bukan benda lagi, komunikasi bisa menghidupkan nyawa sosial yang
menjadi harapan kita untuk tetap berperan sebagai manusia. Kemajuan di bidang transformasi
informasi (TI komunikasi) juga berlangsung sangat pesat, sehingga informasi tentang
keadaan tertentu dapat disampaikan tanpa tergantung jarak geografis.
1. Memberi Informasi
Tujuan pertama dalam komunikasi efektif adalah memberikan informasi yang berkaitan
dengan organisasi kepada pihak lain, Contoh seorang pemimpin perusahaan ingin
mendapatkan pegawai yang diharapkan, maka ia memasang iklan melalui media massa,
memasang websitus/situs di jalur internet,dsb yang dalam hal ini setiap media mempunyai
kelebihan dan kekurangan dilihat dari jangkauan dan biayanya, untuk itu harus memilih
media mana yang akan dipilih.
2. Memberi Persuasi
Tujuan kedua komunikasi yang efektif adalah memberikan persuasi kepada pihak lain agar
apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan benar, hal ini sering dilakukan
terutama yang berkaitan dengan penegasan konfirrmasi pesanan pelanggan atau negoisasi
dengan pelanggan, agar kedua pihak memperoleh manfaat secara bersama-sama tanpa ada
yang merasa dirugikan.
3. Melakukan Kolaborasi
Tujuan ketiga dalam komunikasi efektif adalah melakukan kolaborasi atau kerja sama bisnis
antara seseorang dengan orang lain. Melalui jalinan komunikasi bisnis tersebut seseorang
dapat dengan mudah melakukan kerja sama bisnis, saat sekarang seiring dengan pesatnya
kemajuan teknologi komunikasi maka seseorang dapat menggunakan berbagai media
telekomunikasi seperti telpon, faksimile, telpon seluler, internet surat elektronik,
teleconference. Teknologi komunikasi tersebut sangat penting artinya dalam pererat kerja
sama bisnis.
b. Proses Komunikasi
Dalam organisasi, segala bentuk informasi harus disampaikan atau dikomunikasikan agar
mempunyai dasar perencanaan dan rencana-rencana tersebut harus dikomunikasikan kepada
kepada pihak lain agar dilaksanakan. Pengorganisasian memerlukan komunikasi dengan
bawahan tentang penugasan sesuai dengan jabatan mereka. Komunikasi lisan dan tertulis
adalah bagian esensi pengawasan.
Langkah kedua ini mengubah berita kedalam berbagai bentu simbol-simbol verbal ataupun
non verbal yang mampu memindahkan pengertian, seperti kata-kata percakapan atau tulisan,
angka, gerakan ataupun kegiatan. Dan pengirim menyeleksi salah satu yang akan dapat
memenuhi kebutuhan khusus. Berita harus dikirimkan sesuai dengan tingkat pemahaman,
kepentingan dan kebutuhan penerima untuk mencapai konsekuensi-konsekuensi yang
diinginkan. Kesamaan pengertian ini penting, karena ketidaksamaan pengertian akan
menimbulkan salah komunikasi (miss Comunication).
• Disampaikan atau dikirimkan sebagai berita kepada penerima (transmitting the message)
Langkah ketiga mencerminkan pilihan komunikator terhadap media atau ‘saluran distribusi’.
Salah satu keputusan penting yang harus dibuat pengirim adalah dalam penentuan saluran
yang tepat atau sesuai bagi pengiriman berita tertentu. Komunikasi lisan memungkinkan
komunikasi non verbal, disampaikannya berita secara cepat dan juga memungkinkan umpan
balik diperoleh segera. Komunikasi tertulis mempunyai manfaat dalam hal penyediaan
laporan atau dokumen unutuk kepentingan di waktu mendatang.
Langkah kelima proses komunikasi adalah decoding. Hal ini menyangkut pengartian
simbol-simbol oleh penerima. Proses ini dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan,
pendidikan, lingkungan, praduga dan sumber. Selalu ada kemungkinan ketika
penerimaan berita terjadi hasil pengertian yang jauh berbeda dengan maksud
oleh pengirim berita. Penerima mempunyai tanggung jawab besar
untuk efektivitas komunikasi, dalam hal komunikasi dua arah. Manajer dan bawahan dapat
berperan baik sebagai sumber maupun sebagai penerima dalam sutau interaksi. Berbagai
macam interaksi dapat dilakukan dengan ruang lingkup, tingkat kepentingan dan periode
waktu yang berbeda-beda.
Ada dua jenis gangguan terhadap jalannya komunikasi yang menurut sifatnya dapat
diklasifikasikan sebagai gangguan mekanik dan gangguan sematik.
a. Gangguan Mekanik adalah gangguan yang disebabkan saluran komunikasi atau kegaduhan
yang bersifat fisik. Misalnya bunyi kendaraan yang lewat ketika pemimpin sedang berbicara
dalam suatu pertemuan.
b. Gangguan Sematik adalah gangguan yang bersangkutan dengan pesan komunikasi yang
pengertiannya menjadi rusak. Gangguan sematik tersaring ke dalam pesan melalui
penggunaan bahasa. Lebih banyak kekacauan mengenai pengertian suatu istilah atau konsep
yang disampaikan komunikator yang diartikan lain oleh komunikan sehingga menimbulkan
salah pengertian.
2. Kepentingan
Interest atau kepentingan akan membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau
menghayati suatu pesan. Orang hanya akan memperhatikan prasangka yang ada hubungannya
dengan kepentingannya, karena kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian, tetapi
juga menentukan daya tanggap, perasaan, pikiran dan tingkah laku kita akan merupakan sikap
reaktif terhadap segala perangsang yang tidak bersesuaian atau bertentangan dengan suatu
kepentingan.
3. Motivasi
Motivasi akan mendorong seseorang untuk berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan
keinginan, kebutuhan dan kekurangannya. Semakin sesuai komunikasi dengan motivasi
seseorang, maka semakin besar kemungkinan komunikasi itu dapat diterima dengan baik oleh
pihak yang bersangkutan, begitu juga sebaliknya.
4. Prasangka
Prasangka atau prejudice merupakan salah satu hambatan bagi suatu kegiatan komunikasi.
Orang yang mempunyai prasangka bersikap curiga dan menentang komunikator yang hendak
melancarkan komunikasi sehingga sulit bagi komunikator untuk mempengaruhi komunikan.
Prasangka mengakibatkan komunikan menjadi berfikir tidak rasional dan berpandangan
negatif terhadap komunikasi yang sedang terjadi.
Para atasan umumnya segan terlibat dengan persolan bawahan yang bersifat pribadi. Di lain
pihak, bawahan sering sulit memisahkan antara persoalan pribadi dengan persolan pekerjaan
sehingga mereka sukar membicarakan hal tersebut.
c. Prasangka.
d. Sikap bertahan.
e. Kurang waktu
Mendengarkan itu memakan waktu. Banyak atasan yang tenggelam dengan kesibukan
kerjanya. Hal demikian membuat pemimpin sukar sekali menyediakan waktu untuk diskusi.
Kesulitan ini lebih terasa bagi atasan yang berjalan sendiri, memecahkan sendiri persoalan-
persoalan di unit kerjanya, dan tidak kenal sistem diskusi dengan bawahan.
a. Keterbatasan pengetahuan.
Hambatan pengetahuan sering mempersulit komunikasi dari bawahan ke atasan. Bagi atasan,
menyampaikan gagasan dan pesan buat bawahannya tidak sukar karena ia tentu memahami
wawasan dan cara berfikir serta persoalan-persoalan pada level bawahan yang lebih banyak
menghadapi kesulitan untuk berkomunikasi dengan atasannya, yang tidak ia ketahui
bagaimana lingkungan lingkup kerja, cara berfikir dan persoalan-persoalnnya.
b. Prasangka emosional.
Kebanyakan bawahan punya sikap emosional dan prasangka. Perasaan-perasan mereka sering
bercampur aduk dengan pengamatannya terhadap persoalan-persoalan. Sering kali dalam
mengemukakan pendapatnya, jauh-jauh hari mereka sudah siap bahwa pendapat tersebut
pasti ditolak. Akibatnaya mereka sering ragu-ragu berbicara. Kalau pendapatnya ditolak,
prasangka makin tebal. Tetapi jika pendapatnya diterima mereka pun terkejut.
c. Perbedaan wewenang
Komunikasi dari atasan ke bawahan lebih mudah dibandingkan sebaliknya. Para atasan lebih
bebas untuk memanggil dan berbicara dengan bawahannya kapan saja ia mau. Bawahan
umumnya tidak punya keberanian psikologis sebesar itu. (Anoraga).
Dalam mengatasi konflik dalam Organisasi, diperlukan strategi negosiasi yang efektif
yaitu :
Salah satu cara yang terbaik pada waktu kita berada pada tahap persiapan untuk
melakukan negosiasi. Dimana pada tahap persiapan kita harus mengetahui tujuan-tujuan
negosiasi, batasan-batasan negosiasi.
Sebuah kerangka adalah bagian utama dari sebuah pandangan yang dapat memberikan
sebuah interaksi pada suatu negosiasi. Dengan fokus kepada suatu prioritas yang
diinginkan melalui data dan dasar pemikiran.
3. Managing
Setiap negosiasi dalah suatu kesepakatan untuk mengatur diri sendiri, harapan, waktu,
cara yang mana melalui pendekatan situasi. Mengatur emosi dengan mendengar dan
menjelaskan (kemampuan berkomunikasi) dapat membantu untuk fokus terhadap
permasalahan, tidak dengan bagaimana merespon emosi itu sendiri.
Selain itu ada beberapa tips untuk mendapatkan Negosiasi yang efektif yaitu :
Sebelum memulai negosiasi, kita harus menetapkan apa yang paling kita butuhkan dari
negosiasi tersebut dengan cara memilih satu dari beberapa masalah yang ada yang penting
untuk dinegosiasikan.
Dalam melakukan negosiasi usahakan jangan melihat masa lalu (backward), karena
negosiasi akan menghasilkan suatu keputusan sekarang dan yang akan datang.
c. Memisahkan orang dari masalah yang dibahas
Dalam suatu negosiasi dibutuhkan orang yang obyektif (tidak terpengaruh suatu masalah
yang dibahas) untuk mendapatkan keputusan yang terbaik.
Apabila keputusan negosiasi tidak berjalan sesuai yang ditetapkan, maka akan diambil
langkah alternative yang sudah disiapkan.
h. Merespon
Pihak ketiga yang dipakai harus obyektif, karena sebagai rujukan/masukan pendapat
apabila sulit mencapai kata sepakat.
BAB III
PENUTUP
Simpulan :