A08nma PDF
A08nma PDF
NADIYA MAWADDAH
NADIYA MAWADDAH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Gizi serta Tingkat Konsumsi Ibu Hamil di
Kelurahan Krama Jati dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta” dengan
lancar. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Adapun dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis pada
kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan, dan saran selama pelaksanaan
penelitian hingga skripsi ini terselesaikan.
2. Katrin Roosita SP, MSi, sebagai dosen pemandu dalam seminar dan dosen
penguji hasil penelitian ini
3. Papa, Mama, Gaek, Umi, serta adik-adikku (Nadra, Rifa, Bila), yang telah
memberikan dukungan, semangat, dan doanya.
4. Venny, Rizka, Ratna, Any, Ira, Fitri, Angel, Devi P, Dewi K, Mei, Yesa,
Ahma, Handaru, dan Galih, terima kasih atas doa dan semangatnya.
5. Seluruh rekan-rekan GMSK 40, 41, 42 dan 43 yang telah memberikan
dukungan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan selama penulis melakukan
penelitian hingga skripsi ini selesai.
Penulis menyadari skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Semoga hasil skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
LAMPIRAN ............................................................................................. 68
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, serta praktek gizi ibu
hamil serta tingkat konsumsi ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati
dan Kelurahan Ragunan Propinsi DKI Jakarta ............................. 23
2. Cara penarikan contoh ................................................................. 24
3. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai
pengetahuan gizi .......................................................................... 44
4. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai sikap gizi 47
5. Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai praktek
gizi ................................................................................................ 50
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Estimasi angka kecukupan energi dan protein .............................
11
2. Angka kecukupan vitamin dan mineral per hari............................ 12
3. Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan
berdasarkan pada IMT sebelum kehamilan.................................. 20
4. Cara pengumpulan data primer .................................................... 25
5. Cara pengkategorian dan analisis variabel penelitian .................. 30
6. Keadaan wilayah Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan
Ragunan .......................................................................................
33
7. Keadaan tenaga kesehatan di Puskesmas Kramat Jati dan
Ragunan .......................................................................................
34
8. Sarana bidang kesehatan di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan
Ragunan ....................................................................................... 34
9. Sarana bidang pendidikan di Kelurahan Kramat Jati dan
Ragunan……………………………………………………………….. 35
10. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan usia .......................... 36
11. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan pendidikan................ 37
12. Sebaran ibu hamil dan suami berdasarkan pekerjaan ................. 38
13. Sebaran ibu hamil berdasarkan pendapatan per kapita............... 38
14. Sebaran ibu hamil berdasarkan besar keluarga........................... 39
15. Sebaran ibu hamil berdasarkan usia kehamilan........................... 39
16. Sebaran ibu hamil berdasarkan IMT sebelum hamil .................... 40
17. Sebaran ibu hamil berdasarkan tingkat pengetahuan gizi............ 41
18. Sebaran ibu hamil berdasarkan sikap gizi.................................... 45
19. Sebaran ibu hamil berdasarkan praktek gizi ................................ 48
20. Sebaran ibu hamil berdasarkan kategori tingkat konsumsi zat
gizi ............................................................................................. 51
21. Rata-rata konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi ....................... 51
22. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pendidikan dan tingkat
pengetahuan gizi .......................................................................... 54
23. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi 55
24. Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan praktek gizi 56
25. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi gizi ............. 57
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Kuesioner ..................................................................................... 69
2. Rata-rata konsumsi, AKG, dan tingkat konsumsi zat gizi ............... 73
3. Hasil uji t ......................................................................................... 73
4. Hasil uji korelasi Spearman………………………………………….. 74
5. Hasil uji regresi logistik…………………………………………….. .. 75
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan suatu bangsa pada hakekatnya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah
peningkatan kualitas manusia. Indikator pengukur tinggi rendahnya kualitas SDM
antara lain Human Development Index (HDI). Indeks kualitas hidup ini ditentukan
berdasarkan umur harapan hidup (life expectancy), pendidikan (adult literacy),
dan pendapatan per kapita (Anonim 2000). Gizi yang baik merupakan salah satu
faktor yang diperlukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas.
Upaya meningkatkan kualitas SDM seharusnya dimulai sedini mungkin
sejak janin dalam kandungan. Masa kehamilan merupakan periode yang sangat
menentukan kualitas SDM di masa depan, karena tumbuh kembang anak sangat
ditentukan sejak masa janin dalam kandungan. Bila keadaan kesehatan dan
status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang dikandungnya akan
baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin.
Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap
masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama
kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Terhambatnya pertumbuhan janin salah satunya disebabkan oleh gizi ibu yang
buruk, ditandai oleh rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil atau berat
badan ibu sebelum hamil. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang baik
sehingga kualitas bayi yang dilahirkan juga baik (Khomsan 2002). Selain
pertambahan berat badan ibu dan janin yang tidak optimal juga bisa terjadi
perdarahan dan komplikasi obstetrik lain (Hardinsyah & Dodik Briawan 2000).
Masalah gizi yang dialami ibu hamil seperti Kurang Energi Kronis (KEK),
anemia, dan kurang yodium. Menurut Jalal dan Sumali (1998), sekitar 41 persen
ibu hamil mengalami KEK, 51 persen mengalami anemia gizi, dan 25 persen
mengalami kekurangan yodium. Pada tahun 2002 prevalensi KEK pada wanita
usia subur (WUS) sebesar 17.6 persen dan prevalensi anemia gizi besi pada ibu
hamil sebesar 40.1 persen (Azwar 2004). Masalah gizi sebagian besar
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan zat gizi lainnya selama
kehamilan (Krummel & Etherthon 1998 diacu dalam Hardinsyah & Dodik Briawan
2000). Konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
langsung terhadap keadaan gizi seseorang.
Masalah dan keadaan yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu tidak
menyadari adanya peningkatan kebutuhan gizi selama masa kehamilan, perilaku
gizi yang salah sehingga terjadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan
kebutuhan. Selain itu, sebagian ibu hamil takut mengalami kesulitan melahirkan
karena bayi yang dikandung menjadi besar sehingga ibu hamil cenderung
mengurangi konsumsi makanannya. Di beberapa daerah masih terdapat
kebiasaan pantang/tabu makan sesuatu seperti ikan, padahal selama hamil
makanan tersebut merupakan sumber zat gizi yang diperlukan (Depkes 2000).
Konsumsi pangan sebelum dan selama kehamilan berpengaruh terhadap
kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi gizi sebelum hamil pada
umumnya kurang mengalami masalah yang berarti selama kehamilan. Konsumsi
gizi yang mencukupi kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan akan
memberi dampak baik bagi ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992).
Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), makanan sangat penting selama
kehamilan karena makanan dibutuhkan untuk pertumbuhan anak. Kualitas anak
dalam kandungan ditentukan oleh makanan ibunya. Jika makanan ibu kurang,
pertumbuhan anak juga kurang. Jika ibu terlampau banyak makan, anak juga
akan tumbuh terlalu besar dan tidak sehat. Konsumsi ibu selama hamil
sebaiknya lebih banyak dari sebelum hamil, karena bayi yang dikandungnya juga
membutuhkan makanan, namun banyaknya makanan yang dikonsumsi harus
tetap sesuai kebutuhan.
Ibu hamil memerlukan makanan yang bermutu, tidak berlebihan, dan
tidak kekurangan. Makanan yang dikonsumsi ibu hamil sebaiknya tidak hanya
mengikuti selera makan saja, karena selera makan belum tentu sesuai dengan
kebutuhan. Kekurangan gizi bisa terjadi akibat ketidaktahuan. Seseorang yang
mudah akses pangannya memiliki kemungkinan memilih makanan yang kurang
atau tidak bergizi karena faktor ketidaktahuan.
Pemeriksaan kesehatan dan kehamilan juga perlu dilakukan oleh ibu
hamil ke petugas kesehatan setidaknya empat kali selama hamil. Seorang ibu
mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan bayi dan
perkembangan anak. Gangguan kesehatan yang dialami ibu hamil akan
berpengaruh pada kesehatan janin dalam kandungan.
Cakupan kunjungan ibu hamil propinsi DKI Jakarta pada tahun 2005
dalam Depkes (2007) adalah sebesar 227.316. Sebagian besar (90.12%) ibu
hamil sudah mendapatkan layanan K1. K1 adalah kunjungan pertama ibu hamil
ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan ibu hamil. Lebih
dari separuh (74.63%) ibu hamil mendapatkan pelayanan K4. K4 adalah
pelayanan ibu hamil sesuai dengan standar serta paling sedikit empat kali
kunjungan (satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan
dua kali pada trimester ketiga).
Berdasarkan SKRT 2001, sebagian besar (76%) ibu hamil mendapatkan
pelayanan pemeriksaan kehamilan 5T (menimbang berat badan, mengukur
tekanan darah, menerima tablet besi, menerima imunisasi TT, dan memeriksa
tinggi fundus uteri). Hanya sebagian kecil (2%) ibu hamil yang tidak
mendapatkan pelayanan 5T.
Menurut Riyadi (2006), peningkatan pendidikan ibu di suatu negara
merupakan komponen penting dalam menurunkan prevalensi kurang gizi di
negara tersebut. Tingkat pengetahuan gizi seseorang akan berpengaruh
terhadap sikap dan perilaku dalam pemilihan makanan. Oleh karena itu,
diperlukan pengetahuan ibu yang baik mengenai gizi dan kesehatan agar
kebutuhan gizi dan kesehatan selama hamil dapat terpenuhi. Berdasarkan hal
tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengetahuan, sikap dan praktek gizi serta tingkat konsumsi (energi, protein, zat
besi, dan vitamin A) pada ibu hamil.
Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengetahuan,
sikap, dan praktek gizi, serta tingkat konsumsi (energi, protein, vitamin A, dan zat
besi) pada ibu hamil. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui karakteristik ibu hamil.
2. Mengetahui pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil.
3. Menganalisis hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi ibu
hamil.
4. Menganalisis hubungan pengetahuan gizi dengan sikap dan praktek gizi
ibu hamil.
5. Menganalisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi gizi
ibu hamil.
6. Menganalisis pengaruh pendidikan ibu, pendapatan perkapita, besar
keluarga, serta pengetahuan, sikap, dan praktek gizi ibu hamil terhadap
tingkat konsumsi energi, protein, zat besi, dan vitamin A.
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan antara
pengetahuan, sikap, dan praktek gizi, serta tidak ada pengaruh pendidikan ibu,
pendapatan, besar keluarga, serta pengetahuan, sikap, dan praktek gizi terhadap
tingkat konsumsi (energi, protein, zat besi, dan vitamin A) pada ibu hamil.
Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk program
peningkatan pengetahuan dan perbaikan perilaku gizi ibu hamil. Di samping itu
hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan bermanfaat untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta masukan untuk penelitian
selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Kehamilan
Kehamilan merupakan masa yang penting karena akan menentukan
kualitas seorang anak. Selama masa kehamilan terjadi perubahan pada tubuh
ibu, baik secara anatomis, fisiologis, maupun biokimia. Salah satu perubahan
tersebut adalah terjadinya pembentukan jaringan-jaringan baru melalui beberapa
tahapan. Jaringan-jaringan yang terbentuk meliputi plasenta, amnion, yolksac
dan chorion. Jaringan tersebut berfungsi sebagai pendukung yang mampu
menjaga kelangsungan hidup janin (Hardinsyah & Martianto 1992).
Kehamilan yang normal terjadi selama 38-40 minggu. Jika dihitung
dengan ukuran hari, maka kehamilan terjadi selama 266 hari atau 38 minggu
setelah ovulasi atau kurang lebih 40 minggu dari akhir hari pertama haid terakhir
atau 9.5 bulan dalam hitungan kalender (Arisman 2004).
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992), selama kehamilan terjadi dua
proses anabolik. Pertama adalah proses pertumbuhan serta pematangan
plasenta dan janin. Kedua adalah proses penyesuaian fisiologik dan metabolik
yang dialami ibu hamil. Hal tersebut mengakibatkan pembesaran ukuran uterus,
payudara, volume darah ibu, cairan ketuban, dan massa jaringan lemak.
Selama kehamilan terjadi perubahan pada janin dan ibu hamil. Bagi ibu
perubahan yang terpenting adalah peningkatan berat badan ibu sesuai dengan
peningkatan usia kehamilan. Pada saat hamil seorang wanita memerlukan zat
gizi untuk pertumbuhan organ reproduksi ibu maupun untuk pertumbuhan janin.
Jika kebutuhan gizi terpenuhi selama hamil maka akan terjadi peningkatan berat
badan (Hardinsyah & Martianto 1992).
Hal ini sesuai dengan Duhring (1984) diacu dalam Hardinsyah dan
Martianto (1992), pada kehamilan normal, akan terjadi kenaikan berat badan
antara 11-13 kg selama kehamilan. Sebanyak 62% dari pertambahan tersebut
merupakan pertambahan berat badan ibu dan 38% adalah pertambahan berat
badan janin. Ibu yang berat badannya bertambah 12 kg selama hamil,
pertambahan tersebut terdiri dari 1.5 kg plasenta dan cairan membran, 1.0 kg
pertambahan berat uterus, 0.4 kg pertambahan payudara, 1.2 kg pertambahan
volume darah, 1.5 kg cairan ketuban, 2 kg pertambahan jaringan lemak, dan 3.4
kg adalah berat janin. Sebagian massa pertambahan berat badan merupakan
jaringan lemak.
Menurut WHO (1995) diacu dalam Turhayati (2006). ibu yang sehat dan
berstatus gizi baik pertambahan berat badan yang sarankan yaitu 10-14 kg.
Angka ini berbeda dengan pernyataan Depkes (2000) yang menyatakan bahwa
kenaikan berat badan ibu hamil yang normal selama kehamilan adalah 11-12 kg.
Apabila kenaikan berat badan kurang dari 11-12 kg, maka bayi akan lahir dengan
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Ibu dengan nilai IMT sebelum hamil rendah (kurang dari 19.8) diharapkan
pertambahan berat badan sebesar 12.7-21.8 kg. Sedangkan ibu hamil yang
overweight (IMT 26.1-29.0) diharapkan pertambahan berat badan sebesar 6.8-
11.3 kg. Selain itu, apabila IMT ibu sebelum hamil lebih dari 29.0 (obesitas) maka
dianjurkan pertambahan berat badan hanya 6.8 kg. Namun, secara keseluruhan
pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8.8 kg-13.6 kg. Pada kehamilan
kembar pertambahan berat badan dibatasi sekitar 15.4-20.4 kg. Pertambahan
komponen dalam tubuh ibu terjadi sepanjang trimester kedua sedangkan
pertumbuhan janin dan plasenta serta pertambahan jumlah cairan amnion
berlangsung cepat selama trimester ketiga (Arisman 2004).
Hal ini sejalan dengan Purdyastuti (1995) dalam Notobroto dan Wahyuni
(2003), berat badan bayi dipengaruhi oleh status gizi ibu. Status gizi ibu selama
hamil menjadi salah satu indikator kesehatan ibu hamil dan janin yang
dikandung. Pertambahan berat badan ibu hamil dapat digunakan sebagai alat
untuk memprediksi berat badan lahir bayi. Pertambahan berat badan ibu hamil
merupakan efek dari perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan,
diantaranya perubahan dalam sistem hemodinamika, perkembangan kandungan
dan janin yang dikandung, serta perubahan status gizi ibu. Tidak jarang ibu hamil
dengan pertambahan berat badan yang sedikit melahirkan bayi dengan berat
normal namun ukuran lingkar lengan atas ibu mengalami penurunan.
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur
kehamilan. Pertambahan berat badan yang normal akan menghasilkan anak
yang normal. Menurut Nadesul (2005), jika kenaikan berat badan ibu hamil
kurang dari normal, kemungkinan ibu berisiko keguguran, anak lahir prematur,
berat bayi lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak,
perdarahan setelah persalinan. Selain itu, anak yang dilahirkan juga berukuran
lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.
Perubahan berat badan ibu pada waktu hamil berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anak. Bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram
memiliki risiko kematian lima sampai sembilan kali lebih tinggi dibanding dengan
bayi yang berat lahirnya 2500 sampai 2999 gram dan 7.13 kali lebih tinggi
dibanding bayi dengan berat lahir 3000 sampai 3999 gram (Puffer 1983 dalam
Notobroto & Wahyuni 2003).
Masalah Gizi dan Kesehatan Ibu Hamil
Peningkatan kebutuhan gizi ibu hamil tidak hanya pada energi dan protein
saja tetapi juga zat gizi lainnya seperti vitamin dan mineral. Kurang gizi selama
hamil dan waktu sebelum hamil berisiko melahirkan bayi dengan berat rendah
(BBLR). Selain itu, kurang gizi dapat menyebabkan kematian bagi ibu maupun
bayi serta gizi kurang pada balita. Proporsi bayi BBLR sekitar 7-14 persen pada
tahun 1990-2000, dari 5 juta bayi lahir pertahun kira-kira 355.000-710.000 bayi
dengan berat lahir rendah (Azwar 2004).
Berdasarkan SDKI (2002-2003) dalam Depkes (2007), telah terjadi
penurunan angka kematian bayi (AKB) yaitu dari 52 per 1000 kelahiran hidup
menjadi 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2002. Penyebab kematian bayi
yang terbanyak adalah pertumbuhan janin yang lambat, kekurangan gizi pada
janin, kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir yang rendah, yaitu sebesar
38.85%. Angka kematian ibu (AKI) juga mengalami penurunan menjadi 307 per
1000 kelahiran hidup tahun 2002-2003.
Masalah Kurang Energi Kronis (KEK) pada Wanita Usia Subur (WUS)
sekitar 17.6 persen pada tahun 2002 atau sekitar 11.7 juta WUS berisiko KEK
(Azwar 2004). WUS dikatakan menderita KEK jika ukuran LILA <23.5 dan akan
berisiko melahirkan bayi BBLR. Menurut Depkes (2000), WUS yang menderita
KEK pada saat hamil akan menghambat pertumbuhan janin sehingga akan
menimbulkan risiko BBLR.
Masalah gizi lain yang cukup serius adalah kurang vitamin A dan Anemia
Gizi Besi (AGB). Kebutuhan vitamin A pada saat hamil meningkat sebesar 60
persen. Menurut Almatsier (2003), vitamin A berperan dalam berbagai fungsi faali
tubuh seperti penglihatan, differensiasi sel, fungsi kekebalan, pertumbuhan dan
perkembangan, reproduksi serta pencegah kanker. Vitamin A dibutuhkan semua
ibu hamil, namun tidak boleh berlebihan. Kelebihan vitamin A dapat menimbulkan
cacat bawaan, seperti cacat pada tulang muka dan kepala, otak, jantung, serta
kelenjar leher (Nadesul 2005).
Berdasarkan SKRT 1995 dalam Wirakusumah (1999), prevalensi AGB
pada ibu hamil 50.9 persen. Kemudian prevalensi tersebut menurun menjadi 40.1
persen atau sekitar 2.5 juta ibu hamil (Azwar 2004). Kekurangan zat besi pada
ibu hamil mengakibatkan kerawanan saat melahirkan, perdarahan, berat bayi
rendah, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan anak. Anemia gizi
besi dapat menyebabkan lesu, cepat lelah, dan tenaga berkurang (Wirakusumah
1999). Hal ini sejalan dengan Suharno, et al (1992), anemia berat selama hamil
dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan janin,
anemia ringan juga meningkatkan risiko kelahiran prematur maupun berat bayi
lahir rendah.
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang diprioritaskan dalam
program suplementasi. Tablet tambah darah diperlukan bagi ibu hamil untuk
memenuhi kebutuhan tubuh akan zat besi. Pada saat hamil terjadi peningkatan
kebutuhan zat besi. Dosis suplemen yang dianjurkan dalam satu hari adalah dua
tablet (satu tablet mengandung 60 mg Fe dan 200μg asam folat). Program
suplementasi ini tidak efektif pada awal kehamilan karena adanya ”morning
sickness”. Selama hamil seharusnya ibu hamil mendapatkan tablet tambah darah
90 butir (Arisman 2004).
Konsumsi tablet tambah darah dapat menimbulkan efek samping yang
mengganggu seperti rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, diare (terkadang
juga konstipasi), sehingga ibu hamil cenderung menolak tablet yang diberikan.
Selain itu, kurangnya kesadaran akan pentingnya tablet tambah darah untuk
mengatasi masalah anemia gizi besi juga menjadi kendala dalam suplementasi
tablet tambah darah (Wirakusumah 1999).
Imunisasi TT (Tetanus Toksoid) diperlukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi akibat tetanus neonatorum. Berdasarkan hasil
penelitian, kasus tetanus neonatorum sebagian besar terjadi pada ibu yang tidak
mendapatkan imunisasi TT. Penyakit tetanus neonatorum disebabkan oleh
Clostridium tetani pada luka puntung tali pusat bayi. Pemberian imunisasi TT dua
kali dengan interval waktu 1-2 bulan pada ibu hamil dapat memberikan
perlindungan pada bayi sewaktu dilahirkan (Syahrul F, Catur A, Zulkarnain E,
Garianto E 2002).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syahrul F, et al. (2002),
pengetahuan ibu berhubungan dengan status imunisasi TT ibu hamil. Sebagian
responden (50%) dalam penelitian tersebut sudah mengetahui manfaat dari
imunisasi TT yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tetanus pada bayi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keadaan Ibu Hamil
Usia Ibu
Usia seorang ibu berkaitan dengan perkembangan alat-alat
reproduksinya. Usia reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35 tahun.
Kehamilan di usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun dapat
menyebabkan anemia. Kehamilan pada usia kurang dari 20 tahun secara
biologis belum optimal, emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya.
Sedangkan kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun terkait dengan kemunduran
dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai penyakit (Wibowo & Basuki
2006).
Hasil penelitian Turhayati (2006) menunjukkan bahwa ibu hamil dengan
usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun cenderung melahirkan bayi
dengan berat yang lebih rendah dibandingkan ibu yang berusia 20-35 tahun. Ibu
hamil dengan usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun memiliki risiko
1.4 dan 1.8 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR daripada ibu hamil dengan
usia 20-34 tahun (Nguyen 2003 diacu dalam Turhayati 2006).
Paritas dan Jarak Kelahiran
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik
lahir hidup ataupun lahir mati. Seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai
risiko mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak
memperhatikan kebutuhan gizi karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi
untuk ibu dan untuk janin yang dikandungnya (Wibowo & Basuki 2006).
Jarak kelahiran adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran
berikutnya. Jarak kelahiran yang terlalu dekat bisa menyebabkan anemia. Hal ini
disebabkan belum pulihnya kondisi ibu dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi
belum optimal sudah harus memenuhi kebutuhan gizi janin yang dikandung.
Jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko lebih besar untuk menderita anemia
(Wibowo & Basuki 2006).
Menurut Suharno et al. (1992), jarak kelahiran yang dekat dan sering
melahirkan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi cadangan zat besi
pada ibu hamil selain konsumsi dan absorpsi zat besi yang rendah. Apabila
konsumsi gizi ibu hamil kurang dari yang dibutuhkan, maka cadangan zat gizi di
dalam tubuh ibu akan digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Jika
kehamilan berikutnya berdekatan dengan kehamilan sebelumnya, maka ibu tidak
mempunyai cukup waktu untuk mengembalikan cadangannya dan akan
berpotensi menyebabkan terjadinya gizi kurang.
Pemeriksaan Kehamilan
Pemeriksaan kehamilan diperlukan untuk mengetahui faktor risiko selama
kehamilan. Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan bagi ibu hamil
dan janinnya oleh tenaga kesehatan profesional, meliputi pemeriksaan kehamilan
sesuai dengan standar pelayanan yaitu minimal empat kali pemeriksaan selama
kehamilan, satu kali pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan
dua kali pada trimester ketiga (Amirudin & Wahyudin 2004). Pelayanan
kesehatan pada ibu hamil meliputi penimbangan berat badan, pengukuran tinggi
badan, pengukuran tekanan darah, pengukuran tinggi fundus, imunisasi Tetanus
Toksoid (TT), dan pemberian tablet besi.
Menurut Forste (1994) dalam Wibowo dan Basuki (2006), perawatan
kehamilan menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun pertama.
Perawatan kehamilan oleh dokter akan menurunkan 1.2 kali risiko kematian bayi
dibanding dengan yang tidak pernah perawatan antenatal.
Kebutuhan Gizi Ibu Hamil serta Pangan Sumber Zat Gizi
Peningkatan kebutuhan gizi terjadi selama kehamilan. Hal ini merupakan
akibat dari proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini
digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk
memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitas bagi ibu maupun energi
pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).
Menurut Harper, Deaton, dan Driskel (1986), makanan yang mencukupi
zat gizi adalah makanan yang mencukupi kebutuhan semua zat gizi yang
diperlukan tubuh. Walaupun semua zat gizi dibutuhkan oleh tubuh, jumlah yang
diperlukan berbeda-beda tergantung pada tahap perkembangannya.
Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi
menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak
hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu
hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu,
dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan
saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.
Menurut Khomsan dan Sulaeman (1996) Angka Kecukupan Gizi rata-rata
yang dianjurkan (AKG) adalah suatu kecukupan rata-rata zat gizi setiap hari bagi
hampir semua orang menurut golongan umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, dan
jenis aktivitas yang dilakukan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Hal ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Muhilal dan Hardinsyah (2004)
bahwa AKG adalah nilai yang menyatakan jumlah zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh untuk dapat hidup sehat dan dapat diterapkan bagi hampir semua populasi
yang dibedakan berdasarkan kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisilogis
tertentu seperti kehamilan dan menyusui.
Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang
dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 Kal/hari sedangkan
pada trimester 2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah
sebesar 300 Kal/hari. Angka kecupan energi (AKE) adalah sebesar 2000 Kal/hari
dan angka kecukupan protein sebesar 52 g/hari. Tabel 1 merupakan estimasi
angka kecukupan energi dan protein ibu hamil.
Tabel 1 Estimasi angka kecukupan energi dan protein
Umur Berat (kg) Tinggi (cm) AKE (Kal/hari) AKP (g/hari)
Wanita 19-29 th 52 156 1900 50
30-49 th 55 156 1800 50
Hamil Trimester 1 +180 +17
Trimester 2 +300 +17
Trimester 3 +300 +17
Sumber : Widyakarya Pangan dan Gizi VIII (2004)
Tabel 3 Rekomendasi kenaikan berat badan selama kehamilan berdasarkan pada IMT
sebelum kehamilan
Rekomendasi kenaikan BB
Rekomendasi kenaikan BB
Kategori BB terhadap TB setiap minggu selama
total dalam kg
trimester 2 dan 3 dalam kg
Rendah (IMT <19.8) 12.5-18.0 0.5
Normal (IMT 19.8-26) 11.5-16.0 0.4
Tinggi (IMT >26- 29) 7.0-11.5 0.3
Ditentukan pada setiap
Obesitas (IMT >29) >6.8
individu
Sumber: Institute of Medicine (1990)
KERANGKA PEMIKIRAN
Ibu hamil adalah salah satu kelompok yang paling rawan terhadap
masalah gizi. Masalah gizi yang dialami ibu hamil sebelum atau selama
kehamilan dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Terhambatnya pertumbuhan janin salah satunya disebabkan oleh gizi ibu yang
buruk. Hal ini ditandai dengan rendahnya pertambahan berat badan ibu hamil
atau berat badan ibu sebelum hamil. Oleh karena itu, diperlukan persiapan yang
baik sehingga kualitas bayi yang dilahirkan juga baik (Khomsan 2002).
Status gizi ibu selama hamil menjadi salah satu indikator kesehatan ibu
hamil dan janin yang dikandung. Secara tidak langsung pengetahuan gizi
mempengaruhi status gizi. Kesehatan tubuh belum terjamin hanya dengan
mengkonsumsi makanan yang berkualitas baik.
Terjadi peningkatan kebutuhan zat-zat gizi pada saat hamil. Menurut
Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi menu seimbang yaitu menu yang
lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak hanya cukup energi dan protein saja
tetapi juga zat gizi lainnya. Menu makanan ibu hamil sebaiknya terdiri dari nasi,
lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu, dengan meningkatnya kebutuhan
gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan saat hamil lebih banyak
dibandingkan dengan sebelum hamil.
Kesehatan tubuh belum terjamin hanya dengan mengkonsumsi makanan
yang berkualitas baik. Tanpa mengetahui jumlah dan jenis bahan makanan yang
baik dikonsumsi untuk kesehatan tidak mungkin kesehatan tubuh dapat terjaga
dengan baik. Untuk mengetahui hal itu dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengetahuan gizi. Tingkat pendidikan ibu dapat menentukan pengetahuan, sikap,
dan praktek dalam menentukan makanan yang dikonsumsi keluarga dan secara
langsung mempengaruhi konsumsi gizi ibu hamil.
Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari
pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan
mengembangkan sikap gizi yang baik. Pembentukan sikap gizi akan lebih
banyak dipengaruhi oleh kebiasaan/sosial budaya yang ada di masyarakat.
Praktek atau perilaku merupakan suatu respon seseorang terhadap
stimulus atau objek tertentu. Perilaku gizi dicerminkan oleh tindakan-tindakan
berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi, pemenuhan kebutuhan gizi.
Karakteristik ibu hamil secara tidak langsung mempengaruhi konsumsi
gizi yang akan berpengaruh pada tingkat konsumsi gizi ibu hamil yang ditentukan
berdasarkan perbandingan antara konsumsi gizi dengan angka kecukupan gizi
yang dianjurkan (AKG). Pendidikan yang rendah berpengaruh pada pekerjaan
dan pendapatan keluarga, sedangkan pendapatan keluarga terkait dengan daya
beli keluarga terhadap pangan yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas
makanan yang suatu keluarga. Peningkatan pendapatan diharapkan
berpengaruh pada perbaikan konsumsi gizi keluarga dan selanjutnya
berhubungan dengan konsumsi gizi ibu hamil. Besar keluarga merupakan salah
satu faktor yang mempengaruhi konsumsi gizi keluarga. Jika anggota keluarga
bertambah maka pangan untuk ibu hamil akan berkurang dan akan berdampak
pada konsumsi gizinya. Selain itu, karakteristik ibu hamil seperti usia kehamilan,
usia ibu hamil, dan IMT ibu sebelum hamil akan mempengaruhi AKG.
Karakteristik ibu hamil:
• Usia
• Pendidikan
• Besar keluarga
• Pekerjaan
• Pendapatan per kapita
• Usia kehamilan
IMT sebelum hamil
Pengetahuan gizi
Media
informasi
Sikap gizi
Akses
Praktek gizi pelayanan
kesehatan
Keterangan :
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti
= hubungan yang diteliti
= hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1. Kerangka pemikiran pengetahuan, sikap, dan praktek gizi serta
tingkat konsumsi ibu hamil di Kelurahan Kramat Jati dan Kelurahan
Ragunan Propinsi DKI Jakarta
METODE
Kriteria :
Bukan kehamilan pertama,
n=34 n=31
Usia kehamilan 12-24 minggu
Kriteria :
Bukan kehamilan pertama,
Usia kehamilan 8-28 minggu n=50
n=50
Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor penting bagi kuantitas dan kualitas
makanan. Diharapkan dengan pendapatan yang tinggi dapat memberikan
peluang yang besar dalam pemilihan makanan yang baik dalam jumlah dan
jenisnya. Separuh (51%) pendapatan keluarga berkisar antara Rp 500.001,00
sampai Rp 1.000.000,00. Hanya sebagian kecil (13%) yang memiliki pendapatan
keluarga di bawah Rp 500.000. Pendapatan perkapita per bulan berkisar antara
Rp 50.000,00 sampai Rp 1.666.667,00 dengan rata-rata Rp 385.925,00.
Berdasarkan batas kemiskinan yang ditetapkan BPS DKI Jakarta tahun
2004 yang sudah dikonversi dengan laju inflasi tahun 2004-2007, lebih dari
separuh (68%) ibu hamil tergolong tidak miskin dengan pendapatan perkapita
lebih dari Rp 214.817,00. Oleh karena itu dengan tingginya tingkat pendapatan
diharapkan dapat memilih dan membeli pangan yang bermutu dan beragam
dalam jumlah yang cukup. Sebaran ibu hamil berdasarkan kategori pendapatan
perkapita keluarga disajikan pada Tabel 13.
Tabel 13 Sebaran ibu hamil berdasarkan pendapatan perkapita
Pendapatan Kramat Jati Ragunan Total
perkapita n % n % n %
(Rp)
Miskin (< 214.817) 19 38.0 13 26.0 32 32.0
Tidak miskin 31 62.0 37 74.0 68 68.0
(>214.817)
Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0
Rata-rata±sd 339433.33 ± 255067.43 432416.67 ± 333995.78 385925.00 ± 299328.60
Besar keluarga
Besarnya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh terhadap
pemenuhan kebutuhan pangan ibu hamil, idealnya keluarga mempunyai anggota
maksimal empat orang. Menurut Hardinsyah (2007), besar keluarga mempunyai
hubungan yang berkebalikan dengan keragaman konsumsi pangan, diduga
besar keluarga merupakan determinan keragaman konsumsi pangan di
Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar (82%) jumlah anggota
keluarga sebanyak kurang dari atau sama dengan 4 orang. Di wilayah Kramat
Jati dan Ragunan, lebih dari separuh ibu hamil mempunyai besar keluarga
kurang dari atau sama dengan 4 orang dengan persentase masing-masing
sebanyak 76 persen dan 88 persen. Besar keluarga ibu hamil di wilayah Kramat
Jati berkisar antara 3-8 orang, sedangkan di wilayah Ragunan berkisar antara 2-
10 orang. Rata-rata besar keluarga ibu hamil di kedua wilayah adalah 3.7±1.28
orang.
Tabel 14 Sebaran ibu hamil berdasarkan besar keluarga
Besar keluarga Kramat Jati Ragunan Total
n % n % n %
Kecil (≤4orang) 38 76.0 44 88.0 82 82.0
Besar (> 4 orang) 12 24.0 6 12.0 18 18.0
Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0
Usia Kehamilan
Usia kehamilan dikelompokkan menjadi tiga, yaitu trimester satu pada
usia kehamilan 0-12 minggu, trimester dua pada usia kehamilan 13-24 minggu,
dan trimester tiga pada usia kehamilan 25-37 minggu. Usia kehamilan ibu hamil
pada penelitian ini adalah 8-28 minggu. Secara keseluruhan, separuh (55%) ibu
hamil berada pada kelompok trimester dua baik di wilayah Kramat Jati maupun
Ragunan, yaitu masing-masing sebesar 56 persen dan 54 persen. Umur
kehamilan ibu hamil yang paling sedikit di wilayah Kramat Jati berada pada
kisaran 25-37 minggu yaitu sebanyak 16 persen, sedangkan di wilayah Ragunan
sebanyak 22 persen umur kehamilan ibu hamil berada pada kisaran 0-12
minggu.
Tabel 15 Sebaran ibu hamil berdasarkan usia kehamilan
Usia Kramat Jati Ragunan Total
kehamilan n % n % n %
Trimester 1 14 28.0 11 22.0 25 25.0
Trimester 2 28 56.0 27 54.0 55 55.0
Trimester 3 8 16.0 12 24.0 20 20.0
Total 50 100.0 50 100.0 100 100.0
Hampir seluruh (91%) ibu hamil menyatakan sikap tidak setuju terhadap
pernyataan mengenai makanan sehat tidak perlu bersih. Berdasarkan hasil
wawancara, ibu hamil setuju apabila makanan yang dikonsumsi harus
mengandung zat gizi yang dibutuhkan, namun juga harus bersih karena apabila
makanan terkontaminasi akan membahayakan kesehatan bagi yang
mengkonsumsinya.
Ibu hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi beraneka ragam makanan.
Makanan yang beraneka ragam terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan
buah. Zat gizi yang dibutuhkan antara lain karbohidrat, protein, lemak, vitamin
(A,C,K,D), dan mineral seperti besi, yodium, kalsium, dan asam folat. Selain itu,
ibu hamil perlu makan lebih banyak dan lebih sering untuk memenuhi kebutuhan
gizi bagi ibu hamil dan janin (Depkes 2000).
Hal ini sejalan dengan Nadesul (2005), ibu hamil perlu mengkonsumsi
menu seimbang yaitu menu yang lengkap dan sesuai kebutuhan tubuh. Tidak
hanya cukup energi dan protein saja tetapi juga zat gizi lainnya. Makanan ibu
hamil sebaiknya terdiri dari nasi, lauk-pauk, sayur, buah, dan susu. Selain itu,
dengan meningkatnya kebutuhan gizi selama hamil maka sebaiknya porsi makan
saat hamil lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil.
Hanya sebagian kecil (7%) ibu hamil yang memiliki sikap bahwa makanan
sehat terdiri dari pangan karbohidrat, lauk, sayur, dan buah. Hampir seluruh
(93%) setuju makanan sehat bagi ibu hamil terdiri dari pangan karbohidrat, sayur,
dan buah. Hampir seluruh (94%) ibu hamil yakin bahwa susu dibutuhkan.
Sebagian besar (88%) ibu hamil setuju bahwa makanan ketika hamil selalu lebih
banyak dibanding sebelum hamil. Sebagian besar (76%) ibu hamil setuju bahwa
mual dapat dikurangi bila ibu hamil memenuhi kebutuhan gizi sejak awal
kehamilan.
Kenaikan berat badan yang normal selama hamil adalah 11-12 kg
(Depkes 2000), sedangkan menurut Arisman (2004), secara keseluruhan
pertambahan berat badan ibu hamil sekitar 8,8 kg-13,6 kg.
Hampir seluruh (96%) ibu hamil setuju bahwa selama kehamilan pertambahan
berat badan perlu diketahui namun hanya kurang dari separuh (37%) yang
mengetahui pertambahan berat badan yang normal selama hamil. Sebagian
besar (92%) ibu hamil setuju bahwa bayi lahir cukup umur bila lahir pada umur
kehamilan lebih dari 37 minggu.
Berat badan ibu hamil harus memadai, bertambah sesuai dengan umur
kehamilan. Pertambahan berat badan yang normal akan menghasilkan anak
yang normal. Menurut Nadesul (2005), jika kenaikan berat badan ibu hamil
kurang dari normal, kemungkinan ibu berisiko keguguran, anak lahir prematur,
berat bayi lahir rendah, gangguan kekuatan rahim mengeluarkan anak,
perdarahan setelah persalinan. Selain itu, anak yang dilahirkan juga berukuran
lebih kecil dari rata-rata bayi seusianya.
Terjadi peningkatan kebutuhan gizi pada saat hamil sehingga diperlukan
suplemen gizi agar kebutuhan gizi ibu hamil tercukupi. Kurang dari separuh
(29%) ibu hamil setuju bahwa tidak semua suplemen gizi dibutuhkan ibu hamil.
Tablet tambah darah diperlukan bagi ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan tubuh
akan zat besi. Pada saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi. Hampir
seluruh ibu hamil setuju bahwa suplemen tablet besi dibutuhkan ibu hamil (94%)
dan tablet besi berguna untuk mengatasi masalah anemia pada ibu hamil (95%).
Menurut Depkes (1991), ibu hamil harus memeriksakan kesehatan dan
kehamilan ke posyandu atau puskesmas paling sedikit empat kali dan
mendapatkan imunisasi Tetanus Toksoid (TT). Kurang dari separuh (39%) ibu
hamil yang setuju bahwa pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal empat kali
selama hamil dan sebagian besar (89%) setuju bahwa imunisasi TT diperlukan
ibu hamil.
Perawatan kehamilan menurunkan risiko kematian bayi dalam dua tahun
pertama. Perawatan kehamilan oleh dokter akan menurunkan 1.2 kali risiko
kematian bayi dibanding dengan yang tidak pernah perawatan antenatal, tetapi
perawatan antenatal oleh bidan risiko kematian bayi lebih besar bila
dibandingkan dengan yang tidak melakukan perawatan antenatal (Forste 1994
dalam Wibowo & Basuki 2006)
Gambar 4 Persentase ibu hamil yang menjawab benar mengenai sikap gizi
Energi
Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)
antara konsumsi energi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-rata
konsumsi energi ibu hamil di wilayah Kramat Jati lebih rendah dibandingkan
dengan ibu hamil di wilayah Ragunan. Konsumsi energi ibu hamil di wilayah
Kramat Jati rata-rata 1828 Kal dan di wilayah Ragunan rata-rata konsumsi 2250
Kal. Tingkat konsumsi ibu hamil di wilayah Kramat Jati masih belum cukup
sedangkan tingkat konsumsi energi ibu hamil di wilayah Ragunan sudah cukup.
Jumlah ibu hamil yang konsumsi energinya tidak cukup di wilayah Kramat Jati
lebih besar dibandingkan di wilayah Ragunan dengan persentase berturut-turut
48 persen dan 32 persen. Rendahnya konsumsi ibu hamil diduga karena pada
saat hamil terjadi peningkatan kebutuhan gizi.
Menurut Hardinsyah dan Tambunan (2004), tambahan energi yang
dianjurkan untuk ibu hamil trimester 1 adalah sebesar 180 Kal/hari sedangkan
pada trimester 2 dan 3 tambahan kalori yang dianjurkan untuk ibu hamil adalah
sebesar 300Kal/hari. Ketidakcukupan energi diduga karena kurangnya konsumsi
pangan sumber energi. Selain itu, ketidakcukupan energi dapat juga disebabkan
oleh aktivitas fisik sehari-hari yang dilakukan oleh ibu hamil. Jika ibu kekurangan
gizi pada waktu hamil kemungkinan besar bayi akan dilahirkan mempunyai berat
ringan (BBLR) dan bisa juga lahir prematur.
Pangan sumber energi yang tinggi karbohidrat antara lain beras, oat,
jagung, serealia lainnya, umbi-umbian, tepung, gula, madu, buah dengan kadar
air rendah (pisang, kurma, dan lain-lain), dan aneka produk turunannya. Pangan
sumber energi yang tinggi protein antara lain daging, ikan, telur, susu, dan aneka
produk turunannya (Hardinsyah & Tambunan 2004). Makanan sumber energi
yang banyak dikonsumsi oleh ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan
adalah makanan sumber energi yang tinggi karbohidrat seperti nasi, mie, roti,
dan umbi-umbian.
Protein
Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)
antara konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat jati dan Ragunan. Rata-rata
konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat Jati lebih rendah dibandingkan ibu
hamil di wilayah Ragunan. Jumlah ibu hamil di wilayah Kramat Jati yang tingkat
konsumsinya cukup lebih kecil dibandingkan dengan ibu hamil di wilayah
Ragunan. Rata-rata konsumsi protein ibu hamil di wilayah Kramat Jati sebesar
46.72 gram per hari, sedangkan di wilayah Ragunan sebesar 60.43 gram per
hari. Persentase ibu hamil yang tingkat konsumsi proteinnya cukup di wilayah
Kramat Jati dan Ragunan berturut-turut 26 persen dan 52 persen.
Rendahnya tingkat konsumsi protein diduga karena terjadi peningkatan
kebutuhan protein pada saat hamil namun nafsu makan ibu hamil berkurang
karena terjadi perubahan dalam tubuh ibu hamil. Selain itu, makanan sumber
protein hewani memiliki harga yang cukup tinggi sehingga daya beli untuk
pangan ini menjadi terbatas. Konsumsi protein yang rendah selama kehamilan
atau pada akhir kehamilan akan menghambat pertumbuhan janin dan
meningkatkan kematian prenatal. Dianjurkan penambahan konsumsi protein per
hari sebanyak 17 gram.
Bahan makanan hewani merupakan sumber protein yang baik dalam
jumlah maupun mutu. Sumber protein hewani adalah telur, susu, daging,
unggas, ikan, dan kerang. Sedangkan sumber protein nabati adalah kacang
kedelai dan hasilnya, seperti tempe dan tahu, serta kacang-kacangan lain
(Almatsier 2003). Makanan sumber protein nabati yang banyak dikonsumsi oleh
ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan adalah tempe dan tahu.
Sedangkan makanan sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi adalah
susu, telur, daging sapi, daging ayam, ikan basah, dan ikan asin.
Zat Besi
Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata (p<0.05)
antara konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-
rata konsumsi besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati umumnya lebih rendah
dibandingkan dengan ibu hamil di wilayah Ragunan. Sebagian besar (90% dan
82%) ibu hamil tingkat konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan
Ragunan tergolong tidak cukup. Rata-rata konsumsi zat besi ibu hamil di wilayah
Kramat Jati adalah 17.52 mg per hari, sedangkan di wilayah Ragunan sebesar
22.87 mg per hari. Rendahnya tingkat konsumsi ibu hamil diduga karena pada
penelitian ini suplemen besi tidak dimasukkan dalam perhitungan konsumsi. Ibu
hamil mendapatkan tablet tambah darah yang diharapkan dapat meningkatkan
konsumsi zat besi ibu hamil. Selain itu, diduga ibu hamil kurang mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi dan tinggi bioavailibilitasnya seperti daging
ayam, daging sapi, susu, telur, dan ikan.
Kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat pada kehamilan trimester 2 dan
trimester 3. Pada masa tersebut dibutuhkan tambahan tablet besi meskipun
makanan yang dikonsumsi sudah banyak mengandung zat besi dan tinggi
bioavailibilitasnya (Nadesul 2005). Hal senada juga diungkapkan oleh Arisman
(2004) semakin bertambah usia kehamilan maka zat besi yang dibutuhkan
semakin banyak.
Konsumsi zat besi yang cukup sangat penting untuk pembentukan dan
mempertahankan kesehatan sel darah merah. Jika kekurangan zat besi terus
terjadi dan tidak ditanggulangi, maka ibu hamil dapat menderita anemia. Oleh
karena itu zat besi sangat penting untuk menjaga agar seorang wanita tidak
menderita anemia, bahkan sebelum terjadi kehamilan. Dianjurkan penambahan
konsumsi zat besi pada ibu hamil trimester 2 dan 3 sebanyak 9 mg/hari dan 13
mg/hari.
Vitamin A
Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara
konsumsi vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan. Rata-rata
konsumsi vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan lebih tinggi
dibandingkan dengan angka kecukupan gizi. Rata-rata konsumsi vitamin A ibu
hamil di wilayah Kramat Jati adalah 1358,43 RE dengan tingkat konsumsi 169,8
persen, sedangkan di wilayah Ragunan lebih tinggi yaitu 1782,51 RE dengan
tingkat konsumsi vitamin A sebesar 222,81 persen. Tingginya konsumsi vitamin
A karena banyak ibu hamil yang mengkonsumsi mangga dalam jumlah besar
dimana kandungan vitamin A dalam mangga per 100 gram sebesar 447 RE. Ibu
hamil di wilayah Kramat Jati dengan tingkat konsumsi vitamin A cukup sebesar
74 persen dan di wilayah Ragunan yaitu 86 persen.
Menurut Almatsier (2003), sumber vitamin A adalah hati, kuning telur,
susu, mentega dan margarin yang diperkaya vitamin A. Sumber karoten adalah
sayuran berwarna hijau tua serta sayuran dan buah yang berwarna kuning jingga
seperti daun singkong, daun kacang, kangkung, bayam, kacang panjang, buncis,
wortel, tomat, jagung kuning, pepaya, mangga, nangka masak, jeruk, dan minyak
kelapa sawit. Vitamin A berperan penting dalam penglihatan, differensiasi sel,
pertumbuhan dan perkembangan, kekebalan tubuh, reproduksi serta
pembentukan sel darah merah (Almatsier 2003). Dianjurkan penambahan
konsumsi vitamin A sebanyak 300 RE/hari pada saat hamil.
Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Gizi
Tingkat pendidikan formal merupakan cerminan dari kemampuan
seseorang untuk memahami berbagai aspek pengetahuan, termasuk
pengetahuan gizi (Hardinsyah 2007). Hanya sebagian kecil (7.7%) ibu hamil
dengan tingkat pengetahuan gizi kurang namun memiliki pendidikan yang tinggi.
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan gizi kurang perlu mendapat perhatian
khusus karena diduga akan mempengaruhi makanan yang dikonsumsinya. Lebih
dari separuh (71.2%) ibu hamil dengan pengetahuan gizi cukup memiliki tingkat
pendidikan menengah. Ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang tinggi memiliki
tingkat pendidikan tinggi (22.7%) dan tingkat pendidikan menengah (72.7%).
Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan gizi dapat dilihat pada
Tabel22.
Tabel 22 Distribusi ibu hamil menurut tigkat pendidikan dan tingkat pengetahuan gizi
Tingkat Tingkat pengetahuan gizi Jumlah
pendidikan Kurang Cukup Tinggi
n % n % n % n %
Dasar 12 46.2 6 11.5 1 4.5 19 19.0
Menengah 12 46.2 37 71.2 16 72.7 65 65.0
Tinggi 2 7.7 9 17.3 5 22.7 16 16.0
Total 26 100.0 52 100.0 22 100.0 100 100.0
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata
(r=0.345, p<0.05) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi.
Artinya ibu hamil yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki
pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula. Hal ini sesuai dengan Sediaoetama
(1991), tingkat pendidikan yang tinggi bekaitan dengan pengetahuan gizi yang
tinggi. Tinggi rendahnya pendidikan ibu berkaitan dengan tingkat perawatan
kesehatan, pendapatan, pekerjaan, dan makanan. Semakin tinggi tingkat
pendidikan seseorang maka semakin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi termasuk informasi mengenai gizi.
Berdasarkan hasil penelitian Soper et al. (1992) diacu dalam Hardinsyah
(2007) terdapat hubungan yang positif antara tingkat pendidikan formal dengan
tingkat pengetahuan gizi para instruktur aerobic di Texas. Sejalan dengan itu,
semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan memiliki akses yang lebih
mudah dalam memperoleh informasi mengenai gizi sehingga akan memiliki
pengetahuan gizi yang lebih tinggi pula (Hardinsyah 2007).
Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Sikap dan Praktek Gizi
Menurut Khomsan (1997), sikap gizi merupakan tahapan lebih lanjut dari
pengetahuan gizi. Seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan
mengembangkan sikap gizi yang baik. Pembentukan sikap gizi akan lebih
banyak dipengaruhi oleh kebiasaan/sosial budaya yang ada di masyarakat. Pada
penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar (75%) ibu hamil dengan
sikap gizi yang kurang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang kurang pula,
sedangkan lebih dari separuh (54.9%) ibu hamil memiliki tingkat pengetahuan
gizi yang cukup. Ibu hamil dengan sikap gizi yang baik memiliki tingkat
pengetahuan gizi yang tinggi (38.1%) dan cukup (52.4%).
Tabel 23 Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan sikap gizi
Tingkat Sikap gizi Jumlah
pengetahuan Kurang Sedang Baik
gizi n % n % n % n %
Kurang 6 75.0 18 25.4 2 9.5 26 26.0
Cukup 2 25.0 39 54.9 11 52.4 52 52.0
Tinggi 0 0.0 14 19.7 8 38.1 22 22.0
Total 8 100.0 71 100.0 21 100.0 100 100.0
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata
(r=0.341, p<0.05) antara pengetahuan gizi ibu hamil dengan sikap gizi ibu hamil.
Artinya ibu hamil yang memiliki skor pengetahuan gizi semakin baik maka akan
memiliki skor sikap dengan kategori baik pula. Hal ini sesuai dengan Khomsan
(1997), seseorang yang berpengetahuan gizi baik akan mengembangkan sikap
gizi yang baik.
Tingkat pengetahuan gizi yang baik dapat membentuk praktek gizi yang
baik pula (Hardinsyah 2007). Pada penelitian ini ibu hamil dengan tingkat
pengetahuan gizi tinggi memiliki praktek gizi yang lebih baik dibandingkan
dengan ibu hamil dengan tingkat pengetahuan gizi kurang. Dari 22 orang yang
berpengetahuan gizi tinggi, ada 14 orang yang memiliki praktek gizi baik dan
hanya 3 orang dengan praktek gizi kurang.
Tabel 24 Distribusi ibu hamil menurut tingkat pengetahuan gizi dan praktek gizi
Tingkat Praktek gizi Jumlah
pengetahuan Kurang Sedang Baik
gizi n % n % n % n %
Kurang 6 37.2 14 41.2 6 12.0 26 26.0
Cukup 7 43.8 15 44.1 30 60.0 52 52.0
Tinggi 3 18.8 5 14.7 14 28.0 22 22.0
Total 16 100.0 34 100.0 50 100.0 100 100.0
Kesimpulan
Usia ibu hamil antara 20 tahun hingga 40 tahun. Sebagian besar ibu
hamil (91%) antara usia 20-35 tahun. Tingkat pendidikan ibu hamil antara tidak
tamat SD hingga S2, sedangkan tingkat pendidikan suami antara SD hingga S1.
Lebih dari separuh ibu hamil di Kramat Jati (68%) dan Ragunan (62%) memiliki
jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA. Sedangkan lebih dari separuh (75%)
suami di kedua wilayah memiliki jenjang pendidikan hingga SMP dan SMA.
Sebagian besar (90%) ibu hamil bekerja sebagai ibu rumah tangga. Sebagian
besar (87%) suami berprofesi sebagai pegawai swasta dan wiraswasta.
Pendapatan per kapita per bulan antara Rp 50.000,00 - Rp 1.666.667,00 dengan
rata-rata Rp 385.925. Lebih dari separuh (68%) ibu hamil tergolong tidak miskin.
Lebih dari separuh (55%) usia kehamilan ibu termasuk trimester dua.
Umur kehamilan contoh yang paling sedikit di Kramat Jati berada pada kisaran
25-37 minggu (16%), sedangkan di Ragunan (22%) umur kehamilan contoh
berada pada kisaran 0-12 minggu. Lebih dari separuh (58%) ibu hamil memiliki
IMT sebelum hamil yang normal dengan rata-rata 21.67±4.39. Di Kramat Jati
(18%) dan Ragunan (32%) terdapat ibu hamil dengan IMT sebelum hamil yang
termasuk kategori kurang.
Skor rata-rata pengetahuan gizi ibu hamil adalah 24.3. Skor pengetahuan
gizi ibu hamil di Kramat Jati (48%) dan Ragunan (56%) berada dalam kategori
cukup. Skor rata-rata sikap gizi ibu hamil adalah 23.5. Lebih dari separuh (71%)
ibu hamil memiliki skor sikap dengan kategori sedang. Skor rata-rata praktek gizi
ibu hamil adalah 24.6. Separuh (50%) ibu hamil memiliki skor praktek dengan
kategori baik, sedangkan sebagian (16%) ibu hamil memiliki skor praktek dengan
kategori kurang.
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata
(r=0.35, p<0.05) antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan gizi,
terdapat hubungan yang nyata (r=0.34, p<0.05) antara pengetahuan gizi ibu
hamil dengan sikap gizi ibu hamil, terdapat hubungan yang nyata (r=0.27,
p<0.05) antara pengetahuan gizi dan praktek gizi.
Tingkat konsumsi protein dan zat besi belum mencukupi kebutuhan ibu
hamil. Sebagian ibu hamil yang sudah dapat mencukupi kebutuhan energi (60%)
dan protein (39%). Sebagian besar (86%) ibu hamil kebutuhan zat besinya belum
tercukupi.
Rata-rata konsumsi energi, protein, dan zat besi ibu hamil di Kramat Jati
umumnya lebih rendah dibandingkan dengan Ragunan. Rata-rata konsumsi
vitamin A ibu hamil di wilayah Kramat Jati dan Ragunan lebih tinggi dibandingkan
dengan angka kecukupan gizi.
Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata
(p>0.05) antara tingkat pengetahuan gizi ibu hamil dengan tingkat konsumsi
energi, protein, dan zat besi. Namun terdapat hubungan yang nyata (p<0.05)
positif antara tingkat pengetahuan gizi dengan tingkat konsumsi vitamin A ibu
hamil.
Hasil uji regresi logistik menunjukkan bahwa praktek gizi memberikan
pengaruh terhadap tingkat konsumsi energi. Ibu hamil dengan praktek gizi baik
mempunyai peluang 16.7 kali lebih tinggi tingkat konsumsi energinya
dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki praktek gizi kurang. Sedangkan
pendapatan per kapita dan besar keluarga tidak ada pengaruh terhadap tingkat
konsumsi energi ibu hamil.
Tingkat konsumsi protein ibu hamil pada penelitian ini dipengaruhi oleh
besar keluarga dan praktek gizi. Ibu hamil dengan besar keluarga kurang dari
atau sama dengan empat orang memiliki peluang 4.36 kali lebih tinggi tingkat
konsumsinya dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki besar keluarga lebih
dari empat orang. Ibu hamil praktek gizi baik mempunyai peluang hampir 11 kali
lebih tinggi tingkat konsumsi protein dibandingkan dengan ibu hamil dengan
praktek gizi kurang.
Pendapatan per kapita, besar keluarga, dan praktek gizi tidak
mempengaruhi tingkat konsumsi zat besi ibu hamil. Praktek gizi memberikan
pengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin A. Ibu hamil dengan praktek gizi
baik mempunyai peluang 12.72 kali lebih tinggi tingkat konsumsi vitamin A
daripada ibu hamil dengan praktek gizi kurang. Sedangkan pendapatan per
kapita dan besar keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkat konsumsi vitamin
A.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini diusulkan beberapa saran untuk
mencegah terjadinya masalah gizi pada ibu hamil:
1. Peningkatan pengetahuan gizi ibu hamil melalui pendidikan gizi secara
nonformal ataupun penyuluhan terutama mengenai berat badan minimal
bayi lahir yang dikatakan sehat, pertambahan berat badan selama hamil,
serta makanan sumber zat gizi.
2. Pemberian makanan tambahan dan suplemen agar kebutuhan gizi ibu
hamil bisa terpenuhi karena sebagian besar (86%) ibu hamil pada
penelitian ini tidak bisa memenuhi kecukupan konsumsi zat besi dari
makanan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Amirudin R & Wahyudin. 2004. Studi kasus kontrol faktor biomedis terhadap
kejadian anemia ibu hamil di puskesmas bantimurung. [terhubung
berkala]. http://ridwanamirudin.wordpress.com. [19 Desember 2007].
Atmarita, Fallah TS. 2004. Analisis situasi gizi dan kesehatan masyarakat. Di
dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era
Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. hlm 129-161.
Azwar A. 2004. Aspek kesehatan dan gizi dalam ketahanan pangan. Di dalam:
Soekirman et al., editor. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi
Daerah dan Globalisasi. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII;
Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
hlm 101-109.
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2004. Beberapa indikator utama sosial ekonomi
indonesia. [terhubung berkala]. http://www.bps.go.id. html [6 Nov 2007].
[BPS] Biro Pusat Statistik. 2007. Indikator Ekonomi Desember 2007. Jakarta:
BPS
Hardinsyah & Tambunan V. 2004. Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi
Daerah dan Globalisasi. Di dalam: Soekirman et al., editor. Ketahanan
Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi VIII; Jakarta, 17-19 Mei 2004. Jakarta:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Hardinsyah, Wulandari & Retnaningsih. 2000. Kecukupan gizi, berat dan tinggi
badan anak sekolah penerima PMT-AS di daerah pantai dan pegunungan
NTT. Media Gizi dan Keluarga 24(1):177-189.
Harper, Deaton, & Driskel. 1986. Pangan, Gizi, dan Pertanian. Suhardjo,
penerjemah. Jakarta: UI Pr. Terjemahan dari: Food, Nutriton, and
Agriculture.
Hunt et al. 1976. Effect of nutrition education on the nutritional status of low
income pregnant women of mexican descent. Am J Clin Nutr 29:675-684.
Jalal F, Sumali. 1998. Gizi dan Kualitas Hidup: Agenda Perumusan Program Gizi
REPELITA VII untuk Mendukung Pengembangan Sumber Daya Manusia
yang Berkualitas. Di dalam: Winarno et al., editor. Pangan dan Gizi Masa
Depan: Meningkatkan Produktivitas dan Daya Saing Bangsa. Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi VI; Serpong, 17-20 Februari 1998. Jakarta:
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 221-254.
Khomsan. 2000. Teknik Pengukuran Gizi. Diktat Jurusan Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga. Fakultas Pertanian. Bogor: IPB.
Muhilal, Husaini F, Jalal, & Tarwotjo. 1993. AKG yang dianjurkan. Di dalam: M.A
Rifai et al., editor. Riset dan Teknologi Unggulan Mengenai Pangan dan
Gizi dalam Menghadapi Masalah Gizi Ganda Pembangunan Jangka
Panjang II. Widyakarya Pangan dan Gizi V; Jakarta, 20-22 April 1993.
Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. hlm 421-450
Nadesul H. 2005. Makanan Sehat untuk Ibu Hamil. Jakarta: Puspa swara.
Notoatmojo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Riyadi H, Hardinsyah, & Anwar. 1997. Faktor-faktor Resiko Anemia pada Ibu
Hamil. Media Gizi Keluarga 21(2): 35-40
Sediaoetama AD. 1991. Ilmu Gizi untuk Profesi dan Mahasiswa. Jakarta: Dian
Rakyat.
Supariasa IDN, Bakri B, Fajar I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
Suharno et al. 1992. Cross-sectional study on the iron and vitamin a status of
pregnant women in west java, indonesia. Am J Clin Nutr 56:988-993.
Wibowo A, Basuki H. 2006. Pola perawatan kesehatan ibu dan anak pada
masyarakat pendatang. The Journal of Public Health Indonesian 3(1):15-
18.
Widayani S. 2004. Iron Deficiency Anemia (IDA) dan Perbaikan Gizi Besi.
Departemen Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga. Sekolah Pasca
Sarjana Institut Pertanian Bogor.
William SR. 1973. Nutrition and Diet Therapy. Saint Louis: Mosby.
Wirakusumah E.S. 1999. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Pustaka
Pembangunan Swadaya Nusantara.