OLEH:
RIZKA RAHMAHARYANTI
NG1D010007
A. Latar Belakang
Anemia yang merupakan gejala dari kondisi yang mendasari seperti
kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurang nutrisi yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, sehingga mengakibatkan penurunan
kapasitas pengangkut oksigen darah, merupakan salah satu kondisi yang harus
segera ditangani. Kedaan tersebut bisa diakibatkan dan mengakibatkan penyakit
yang lain pula. Darah yang merupakan komponen penting tubuh menjadi dasar
seluruh aktivitas sel dalam tubuh berjalan secara normal.
Ketidaknormalan pada anemia, dapat menyebabkan beberapa aktivitas, baik
itu sel, jaringan dan organ dalam tubuh ikut terganggu. salah satunya berkaitan
dengan fungsi pengikatan oksigen oleh hemoglobin yang apabila terganggu dapat
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan oksigen dalam tubuh [ CITATION
Doe99 \l 1033 ].
Banyak gangguan lainnya akibat anemia da perjalanan penyakitnya yang akan
dibahas lebih lanjut dalam laporan pendahuluan ini.
B. Definisi
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah
dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia bukan
merupakan penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit
atau gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis, anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut okesigen ke jaringan
(Smeltzer & Bare, 2002).
Anemia adalah berkurangnya kadar Hb dalam darah sehingga terjadi
gangguan perfusi O2 ke jaringan tubuh. Disebut gravis yang artinya berat dan
nilai Hb di bawah 7 g/dl sehingga memerlukan tambahan umumnya melalui
transfusi. Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah
merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per
100 ml darah (Price, 2006).
C. Etiologi
Penyebab anemia pada dewasa terbagi menjadi dua, yakni :
1. Kehilangan sel darah merah
a. Perdarahan
Perdarahan dapat diakibatkan berbagai penyebab diantaranya adalah
trauma, ulkus, keganasan, hemoroid, perdarahan pervaginam, dan lain-lain.
b. Hemolisis yang berlebihan
Penghancuran sel darah merah dalam sirkulasi dikenal sebagai hemolisis,
terjadi jika gangguan pada sel darah merah itu sendiri memperpendek
siklus hidupnya (kelainan intrinsik) atau perubahan lingkungan yang
menyebabkan penghancuran sel darah merah (kelainan ekstrinsik). Sel
darah merah mengalami kelainan pada keadaan :
- Hemoglobinopati atau hemoglobin abnormal yang diwariskan,
contohnya adalah pada penderita penyakit sel sabit (sickle cell anemia)
- Gangguan sintesis globin, contohnya pada penderita thalasemia
- Kelainan membrane sel darah merah, contohnya pada sferositosis
herediter dan eliptositosis
- Difisiensi enzim, seperti defisiensi glukosa 6-fosfat dehidrogenase
(G6PD) dan defisiensi piruvat kinase (Price, 2006).
2. Kekurangan zat gizi seperti Fe, asam folat, dan vitamin B12.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan sel
darah merah normal atau akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang
menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam sistem retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan meningkatkan bilirubin plasma (konsentrasi normalnya 1
mg/dl atau kurang kadar 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera.
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, seperti
yang terjadi pada berbagai kelainan hemolitik, maka hemoglobin akan muncul
dalam plasma (hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi
kapasitas haptoglobin plasma (protein pengikat hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya (mis., apabila jumlahnya lebih dari sekitar 100 mg/dL),
hemoglobin akan terdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam urin
(hemoglobinuria). Jadi ada atau tidak adanya hemoglobinemia dan
hemoglobinuria dapat memberikan informasi mengenai lokasi penghancuran sel
darah merah abnormal pada pasien dengan hemolisis dan dapat merupakan
petunjuk untuk mengetahui sifat hemolitik tersebut.
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien tertentu disebabkan
oleh penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak
mencukupi, biasanya dapat diperoleh dengan dasar (1) hitung retikulosit dalam
sirkulasi darah, (2) derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang
dan cara pematangannya, seperti yang terlihat dengan biopsy; dan (3) ada atau
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemian.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai rendahnya kadar
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh organ tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja organ-organ
penting. Salah satunya otak, otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan seperti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Guillermo dan Arguelles (Riswan, 2003) pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk memperkuat penegakkan diagnosa anemia antara lain:
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Hemoglobin
Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan suatu ukuran
kuantitatif tentang beratnya kekurangan zat besi setelah anemia
berkembang. Pada pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan
dengan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli.
b. Penentuan Indeks Eritrosit Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung
dengan flowcytometri atau menggunakan rumus:
- Mean Corpusculer Volume (MCV)
MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila
kekurangan zat besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai
berkembang. MCV merupakan indikator kekurangan zat besi yang
spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit kronis disingkirkan.
Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.
- Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)
MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah.
Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah.
Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik >
31 pg.
G. Pathway
H. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada penderita anemia meliputi (Doenges, 1999) :
1. Aktivitas/istirahat
Gejala : - Keletihan, kelemahan, malaise umum.
- Kehilangan produktivitas ; penurunan semangat bekerja
- Toleransi terhadap latihan rendah
- kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda : - Takikardi/takipnea; dispneu pada bekerja atau istirahat
- Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada
sekitarnya.
- Kelemahan otot dan penurunan kekuatan
- .Ataksia, tubuh tidak tegak
- Bahu turun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda-tanda lainnya
yang menunjukkan keletihan
2. Sirkulasi
Gejala :- Riwayat kehilangan darah kronis, mis., perdarahan GI kronis,
menstruasi berat; angina, CHF (akibat kerja jantung berlebih)
- Riwayat endo karditis infeksi kronik
- Palpitasi
Tanda :- TD : Peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postural
- Disritmia : Abnormalitas EKG, mis., depresi segmen ST dan
pendataran arau depresi gelombang T; takikardia
- Ekstremitas (warna) : Pucat pada kulit daan membran mukosa
(konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku; kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik, AP) atau kuning lemon terang (PA)
- Sklera (Biru atau utih)
- Pengisian kapiler melambat
- kuku mudah patah
- Rambut kering, mudah putus, menipis, tumbuh uban secara
premature.
3. Eliminasi
Gejala : - Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
- Flatulen, sindrom malabsorpsi
- Hematemesis, melena
- Diare atau konstipasi
- Penurunanhaluaran urin
Tanda : Distensi Abdomen
4. Makanan/cairan
Gejala : Penurunan masukan diet, mual/muntah, dyspepsia, adanya penurunn
berat badan.
Tanda : Lidah tampak merah (AP ; defisiensi as. folat dan vit. B12)
- Membran mukosa kering, pucat
- Turgor kulit : buruk, kering, tampakkisut/hilang elastisitas
- Stomatitis dan glositis
5. Neurosensori
Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, ketidakmampuan
berkonsentrasi, insomnia, keseimbangan buruk, sensasi menjadi
dingin.
Tanda : gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, epitaksis (aplastik)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyeri abdomen samar ; sakit kepala
Tanda : Perilaku distraksi, gelisah
7. Pernapasan
Gejala : Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Tanda : Takipnea, ortopnea, dispnea
8. Seksualitas
Gejala : Perubahan aliran menstruasi, mis., menoragia atau amenore, hilang
libido (pria dan wanita), impoten
Tanda : Serviks dan dinding vagina pucat
I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang biasa muncul pada pasien dengan sindrom nefrotik menurut
Nurarif & Kusuma (2013), meliputi :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
3. Keletihan
J. Fokus Intervensi
1. Peningkatan perfusi jaringan
2. Memberikan kebutuhan nutrisi/cairan
3. Mencegah komplikasi
K. Perencanaan keperawatan
Diagnosa Tujuan Intervensi
Ketidakefekti Setelah dilakukan tindakan - Kaji warna kulit, suhu dan
keperawatan diharapkan perfusi kelembaban, apakah
f-an perfusi
jaringan perifer pasien efektif seluruh tubuh atau
jaringan dengan kriteria hasil : terlokalisir
- Ukur CRT
perifer
Indikator - Palpasi nadi perifer
Tissue perfusion: cellular - Kaji fungus motorik dan
Tekanan darah sistol sensorik
Tekanan darah diastol - Kolaborasi dengan dokter
Saturasi oksigen untuk pemberian tablet
Capillary refill penambah darah atau agen
Mual yang sesuai dengan
Penurunan kesadaran kondisi anemia klien
- Berikan cairan, elektrolit
Keterangan : dan okesigen sesuai
1. Keluhan ekstrim indikasi
2. Keluhan berat
3. Keluhan sedang
4. Keluhan ringan
5. Tidak ada keluhan
Nutritional Monitoring
- Monitor albumin, total
protein, hemoglobin dan
hematokrit
- Monitor mual/ muntah
Monitor kalori dan intake
makanan
Keletihan Setelah dilakukan tindakan - Kaji tingkat keletihan
keperawatan diharapkantingkat klien dan tanyakan
keletihan pasien berkurang perasaan klien dengan
dengan kriteria hasil : adanya keletihan yang
dialami klien
Indikator - Review kemampuan dan
Fatigue level kebutuhan bantuan dalam
Kelelahan melakukan aktivitas sehari
Kelesuan -hari
Sakit kepala - Berikan terapi oksigen
Aktivitas sehari-hari sesuai kebutuhan
- Sarankan untuk beristi-
Keterangan : rahat & tidak terlalu lelah
1. Tidak pernah menunjukkan dalam melakukan aktivitas
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang-kadang
menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
DAFTAR PUSTAKA