Anda di halaman 1dari 9

Makna pendidikankewarganegaraan atau civic education bagi generasi muda

A. Pentingnya Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan sebagai dasar negara Republik Indonesia seperti
tercantum dalam alenia ke keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian
dan pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak
ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan bangsa
Indonesia.
Pendidikan Pancasila danKewarganegaraan dapat dimaknai sebagai wahana untuk
mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia
yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik baik
sebagai individu, maupun sebagai anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional
(Sidiknas) Pasal 2 dan Pasal 3 dikatakan bahwa: “Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab”.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) berupaya mengantarkan warganegara
Indonesia menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air;
menjadi warga negara demokratis yang berkeadaban; yang memiliki daya saing: berdisiplin, dan
berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.
PPKn adalah pendidikan demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir
kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada generasi baru bahwa
demokrasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat
(Zamroni, dalam ICCE, 2003)
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah bentuk pengemblengan
individu-individu agar mendukung dan memperkokoh komunitas politik sepanjang komunitas politik
itu adalah hasil kesepakatan. David Kerr,1999 mengindikasikan PPKn Indonesia dan Pendidikan
kewarganegaraan suatu negara akan senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan
sebagai faktor struktural utama. PPKn bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang lembaga dan
prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas bangsa (Kymlicka, 2001).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang tujuan
bernegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. PPKn berkaitan dan berjalan seiring
dengan perjalanan pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia. PPKn merupakan
bagian integral dari ide, instrumentasi, dan praksis kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara Indonesia (Udin Winataputra,2008) Pendidikan nasional pada hakikatnya adalah PPKn
untuk melahirkan warga negara Indonesia yang berkualitas baik dalam disiplin sosial dan nasional,
dalam etos kerja, dalam produktivitas kerja, dalam kemampuan intelektual dan profesional, dalam
tanggung jawab kemasyarakatan, kebangsaan, kemanusiaan serta dalam moral, karakter dan
kepribadian (Soedijarto, 2008).
Kehadiran kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berupaya menanamkan
sikap kepada warga negara Indonesia umumnya dan generasi muda bangsa khususnya agar:
(1)Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai perwujudan warga
negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup bangsa dan negara; (2)Memiliki
wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat Indonesia sehingga mampu
berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat integrasi nasional; (3)Memiliki wawasan, kesadaran dan
kecakapan dalam melaksanakan hak, kewajiban, tanggung jawab dan peran sertanya sebagai warga
negara yang cerdas, trampil dan berkarakter; (4)Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-
hak dasar manusia serta kewajiban dasar manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara
secara adil dan tidak diskriminatif;(5)Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang
demokratis dengan berlandaskan pada nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila;
(6)Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan nasional Indonesia
serta mampu menyesuaikan dirinya dengan tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan bangsa.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mewujudkan warga negara sadar bela negara
berlandaskan pemahaman politik kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral
bangsa dalam perikehidupan bangsa.Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang dimana pada
masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan pendidikan moral
dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh
seiring dengan waktu dan mengalami proses pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya
pemutusan prinsip diri. Negara, masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat
mendukung kokohnya pendirian suatu Negara.
Negara yang akan melangkah maju membutuhkan daya dukung besar dari masyarakat,
membutuhkan tenaga kerja yang lebih berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara
didorong untuk menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa turut
memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada negaranya, bersatu
padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya, kepercayaaan, moral dan lain-lain.
Negara harus menggambarkan image pada masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk
melindungi serta mempertahankan Negara kita.Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana
tepat untuk memberikan gambaran secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan tentang
kewarganegaraan pada mahasiswa.
Pendidikan kewarganegaraan sangat penting. Dalam konteks Indonesia, pendidikan
kewarganegaraan itu berisi antara lain mengenai pruralisme yakni sikap menghargai keragaman,
pembelajaran kolaboratif, dan kreatifitas. Pendidikan itu mengajarkan nilai-nilai kewarganegaraan
dalam kerangka identitas nasional.Seperti yang pernah diungkapkan salah satu rektor sebuah
universitas, “tanpa pendidikan kewarganegaraan yang tepat akan lahir masyarakat egois.Tanpa
penanaman nilai-nilai kewarganegaraan, keragaman yang ada akanmenjadi penjara dan neraka dalam
artian menjadi sumber konflik.Pendidikan, lewat kurikulumnya, berperan penting dan itu terkait
dengan strategi kebudayaan.”
Beliau menambahkan bahwa ada tiga fenomena pasca perang dunia II,yaitu :
1. Fenomena pertama, saat bangsa-bangsa berfokus kepada nation-building atau pembangunan institusi
negara secara politik.Di Indonesia, itu diprakarsai mantan Presiden Soekarno.Pendidikan arahnya
untuk nasionalisasi.
2. Fenomena kedua, terkait dengan tuntutan memakmurkan bangsa yangkemudian mendorong
pendidikan sebagai bagian dari market-builder atau penguatan pasar dan ini diprakarsai mantan
Presiden Soeharto.
3. Fenomena ketiga, berhubungan dengan pengembangan peradaban dan kebudayaan.Singapura, Korea
Selatan, dan Malaysia sudah menampakkan fenomena tersebut dengan menguatkan pendidikannya
untuk mendorong riset, kajian-kajian, dan pengembangan kebudayaan.
Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa bagi warga negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai
landasan pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela negara, demi kelangsungan kehidupan dan
kejayaan bangsa dan negara.Sehingga dengan mencerdaskan kehidupan bangsa, memberi ilmu
tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa serta moral bangsa, maka
takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan kejayaan Indonesia.
Kompetensi yang diharapkan dari mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan antara lain agar
mahasiswa mampu menjadi warga negara yang memiliki pandangan dan komitmen terhadap nilai-
nilai demokrasi dan HAM, agar mahasiswa mampu berpartisipasi dalam upaya mencegah dan
menghentikan berbagai tindak kekerasan dengan cara cerdas dan damai, agar mahasiswa memilik
kepedulian dan mampu berpartisipasi dalam upaya menyelesaikan konflik di masyarakat dengan
dilandasi nilai-nilai moral, agama, dan nilai-nilai universal, agar mahasiwa mampu berpikir kritis dan
objektif terhadap persoalan kenegaraan, HAM, dan demokrasi, agar mahasiswa mampu memberikan
kontribusi dan solusi terhadap berbagai persoalan kebijakan publik, agar mahasiswa mampu
meletakkan nilai-nilai dasar secara bijak (berkeadaban).
Pendidikan Kewarganegaraan lah yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi warga
negara yang lebih bertanggung jawab.Karena kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja
melainkan harus dipelajari dan di alami oleh masing-masing orang.Apalagi negara kita sedang menuju
menjadi negara yang demokratis, maka secara tidak langsung warga negaranya harus lebih aktif dan
partisipatif.Oleh karena itu kita sebagai mahasiswa harus memepelajarinya, agar kita bisa menjadi
garda terdepan dalam melindungi negara. Garda kokoh yang akan terus dan terus melindungi Negara
walaupun akan banyak aral merintang di depan.
Kita semua tahu bahwa Pendidikan Kewarganegaraan mengajarkan bagaimana warga negara itu tidak
hanya tunduk dan patuh terhadap negara, tetapi juga mengajarkan bagaimana sesungguhnya warga
negara itu harus toleran dan mandiri.Pendidikan ini membuat setiap generasi baru memiliki ilmu
pengetahuan, pengembangan keahlian, dan juga pengembangan karakter publik.Pengembangan
komunikasi dengan lingkungan yang lebih luas juga tecakup dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
Meskipun pengembangan tersebut bisa dipelajari tanpa menempuh Pendidikan Kewarganegaran, akan
lebih baik lagi jika Pendidikan ini di manfaatkan untuk pengambangan diri seluas-luasnya.
Rasa kewarganegaraan yang tinggi, akan membuat kita tidak akan mudah goyah dengan
iming-iming kejayaan yang sifatnya hanya sementara. Selain itu kita tidak akan mudah terpengaruh
secara langsung oleh budaya yang bukan berasal dari Indonesia dan juga menghargai segala budaya
serta nilai-nilai yang berlaku di negara kita. Memiliki sikap tersebut tentu tidak bisa kita peroleh
begitu saja tanpa belajar.Oleh karena itu mengapa Pendidikan Kewarganegaraan masih sangat penting
untuk kita pelajari.Oleh karena itu Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting manfaatnya, maka di
masa depan harus segera dilakukan perubahan secara mendasar konsep, orientasi, materi, metode dan
evaluasi pembelajarannya. Tujuannya adalah agar membangun kesadaran para pelajar akan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara dan mampu menggunakan sebaik-baiknya dengan cara
demokratis dan terdidik.
B. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan untuk menambah wawasan para
pembaca, agar memiliki motivasi bahwa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkaitan erat
dengan peran dan kedudukan serta kepentingan warganegara sebagai individu, anggota keluarga,
anggota masyarakat dan sebagai warga negara Indonesia yang terdidik, serta bertekad dan bersedia
untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta mengembangkan potensi individu mereka
sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang memadai dan
memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, memiliki sikap dan perilaku cinta tanah
air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila. Pancasila sebagai filsafat bangsa dan
negara Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan kebangsaan,
kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Secara konstitusional rakyat Indonesia, melalui MPR telah menyatakan bahwa : Pendidikan
Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia diarahkan untuk “meningkatkan
kecerdasan serta harkat dan martabat bangsa, mewujudkan manusia serta masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berkualitas dan mandiri, mampu membangun
dirinya dan masyarakat sekelilingnya serta dapat memenuhi kebutuhan pembangunan nasional dan
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa“. Disamping itu Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur,
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif. Terampil, berdisiplin, beretos kerja,
profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
sumber hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber hukum dasar secara objektif
Pancasila merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang
luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus
1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi lima sila yang
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Unsur-unsur yang merupakan materi pendidikan Pancasila diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann kausa materialis (asal bahan)
Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara Indonesia.
Keanekaragaman suku,bangsa adat istiadat, dan agama yang berada pada ribuan pulau yang
berbeda sumber kekayaan alamnya, memungkinkan untuk terjadi keanekaragaman kehendak dalam
Negara karena tumbuhnya sikap premordalisme sempit, yang akhirnya memungkinkan dapat terjadi
konflik yang negatif, oleh karena itu dalam pendidikan dibutuhkan alat perekat bangsa dengan adanya
kesamaan cara pandang tentang visi dan misi negara melalui wawasan nusantara sekaligus akan
menjadi kemampuan menangkal ancaman pada berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Kompentensi kehadiran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah dimana
masyarakat dan pendidikan suatu negara berupaya untuk menjamin kelangsungan hidup serta
kehidupan generasi penerusnya dan bermakna. Generasi penerus tersebut diharapkan akan mampu
mengantisipasi hari depan bangsa yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks
dinamika budaya, bangsa, Negara, dan hubungan internasional.
Kompetensi lulusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah didapatnya tindakan
cerdas yang penuh tanggung jawab dari seorang warga negara dalam berhubungan dengan negara, dan
memecahkan berbagai masalah hidup bermasyarakat,berbangsa dan bernegara dengan menerapkan
konsepsi falsafah bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional. Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan diharapkan dapat membuahkan sikap mental yang cerdas, penuh rasa tanggung
jawab. Sikap ini disertai dengan perilaku yang : Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menghayati nilai–nilai falsafah bangsa; berbudi pekerti luhur, berdisiplin; rasional, dinamis, dan
sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara; serta bersifat profesional yang dijiwai oleh
kesadaran bela negara.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berupaya memberikan semangat perjuangan


kepada genegarasi muda bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi
yang penuh tantangan. Generasi muda sebagai warga negara Indonesia dan sebagai penerus cita-cita
bangsa perlu memiliki wawasan dan kesadaran bernegara, bersikap dan berperilaku positif, cinta
tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan peribadi dan
golongan dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Keikutsertaan warga negara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui : pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai
prajurit TNI secara sukarela atau wajib dan pengabdian sesuai profesi Pasal 9 ayat (2) UU No.3
Tahun 2002 Tentang Pertahanan Negara:
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki peran penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah bentuk pengemblengan
individu-individu agar mendukung dan memperkokoh komunitas politik sepanjang komunitas politik
itu adalah hasil kesepakatan. PPKn senantiasa dipengaruhi oleh nilai-nilai dan tujuan pendidikan
(educational values and aims) sebagai faktor struktural utama (David Kerr, 1999). Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan bukan semata-mata membelajarkan fakta tentang lembaga dan
prosedur kehidupan politik tetapi juga persoalan jati diri dan identitas bangsa (Kymlicka, 2001).
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkontiribusi penting menunjang tujuan
bernegara Indonesia. Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan secara sistematik adalah untuk
mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berkaitan dan berjalan seiring dengan perjalanan
pembangunan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
Generasi penerus melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraandiharapkanakan mampu
mengantisipasi hari depan yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks dinamika
budaya, bangsa, negara, dalam hubungan internasional serta memiliki wawasan kesadaran bernegara
untuk bela negara dan memiliki pola pikir, pola sikap dan perilaku yang cinta tanah air berdasarkan
Pancasila. Semua itu diperlakukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik
Indonesia.Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraanadalah untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air, wawasan nusantara, serta
ketahanan nasional dalam diri warga negara Republik Indonesia. Selain itu bertujuan untuk
meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Pengembangan nilai, sikap, dan kepribadian diperlukan pembekalan kepada peserta didik di
Indonesia yang diantaranya dilakukan melalui Pendidikan Pancasila, Pendidikan Agama, Ilmu Sosial
Dasar, Ilmu Budaya Dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar (sebagai aplikasi nilai dalam kehidupan) yang
disebut kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MKPK) dalam komponen kurikulum
perguruan tinggi.
Hak dan kewajiban warga negara, terutama kesadaran bela negaraakan terwujud dalam sikap dan
perilakunya bila ia dapat merasakan bahwa konsepsi demokrasi dan hak asasi manusia sungguh–
sungguh merupakan sesuatu yang paling sesuai dengan kehidupannya sehari–hari.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraanyang berhasil akan membuahkan sikap mental
yang cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai dengan perilaku yang :
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta menghayati nilai–nilai falsafah bangsa
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Rasional, dinamis, dan sadar akanhak dan kewajiban sebagai warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa
dan negara.
Melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, warga negara Republik Indonesia
diharapkan mampu “memahami, menganalisa, dan menjawab masalah–masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dengan cita–cita dan
tujuan nasional seperti yang digariskan dalam Pembukaan UUD 1945 “.
Dalam perjuangan non fisik, harus tetap memegang teguh nilai–nilai ini disemua aspek
kehidupan, khususnya untuk memerangi keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, korupsi,
kolusi, dan nepotisme; menguasai IPTEK, meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki
daya saing; memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa; dan berpikir obyektif rasional
serta mandiri.
C. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi
Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi berupaya
menanamkan sikap kepada mahasiswa sebagai calon intelektual dan penerus cita-cita bangsa
agar;
1. Memiliki wawasan dan kesadaran kebangsaan dan rasa cinta tanah air sebagai perwujudan warga
negara Indonesia yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup bangsa dan negara
2. Memiliki wawasan dan penghargaan terhadap keanekaragaman masyarakat Indonesia sehingga
mampu berkomunikasi baik dalam rangka meperkuat integrasi nasional
3. Memiliki wawasan, kesadaran dan kecakapan dalam melaksanakan hak, kewajiban, tanggung jawab
dan peran sertanya sebagai warga negara yang cerdas, trampil dan berkarakter
4. Memiliki kesadaran dan penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia serta kewajiban dasar
manusia sehingga mampu memperlakukan warga negara secara adil dan tidak diskriminatif
5. Berpartisipasi aktif membangun masyarakat Indonesia yang demokratis dengan berlandaskan pada
nilai dan budaya demokrasi yang bersumber pada Pancasila
6. Memiliki pola sikap, pola pikir dan pola perilaku yang mendukung ketahanan nasional Indonesia
serta mampu menyesuaikan dirinya dengan tuntutan perkembangan zaman demi kemajuan bangsa
Penjelasan Pasal 37 Ayat (1) UU RI No.20 Tahun 2003: " Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kebangsaan dan cinta tanah air”. Tujuan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di perguruan
tinggi (Menurut SKep Dirjen Dikti No. 38/DIKTI/Kep./2002. Agar mahasiswa:
1. Memiliki motivasi menguasai materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2. Mampu mengkaitkan dan mengimplementasikan dalam peranan dan kedudukan serta
kepentingannya, sebagai individu, anggota keluarga/masyarakat dan warganegara yang terdidik.
3. Memiliki tekad dan kesediaan dalam mewujudkan kaidah-kaidah nilai berbangsa dan bernegara untuk
menciptakan masyarakat madani.

D. Visi Misi, Materi dan Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


1. Visi Misi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Visi; Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan di perguruan tinggi adalah merupakan sumber
nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyeleng-garaan program studi, guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya mejadi manusia Indonesia seutuhnya.
Misi; Pendidikan Pancasilan dan Kewarganegaraan adalah membantu mahasiswa memantapkan
kepribadiannya sebagai warga negara Indonesia yang baik dan bertanggungjawab, tahu akan hak dan
kewajibannya, agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar Pancasila, rasa kebangsaan
dan cinta tanah air dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni dengan rasa tanggung jawab dan bermoral.
2. Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan meliputi hubungan antara warganegara dan
negara, serta pendidikan pendahuluan bela negara yang semua ini berpijak pada nilai-nilai budaya
serta dasar filosofi bangsa. Tujuan utama Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah untuk
menumbuhkan wawasan dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, memiliki sikap dan
perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan dan filsafat bangsa Pancasila. Pancasila sebagai
filsafat bangsa dan negara Indonesia, mengandung makna bahwa dalam setiap aspek kehidupan
kebangsaan, kemasyarakatan dan kenegaraan harus berdasarkan nilai-nilai Ke-Tuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan sosial.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
sumber hukum dasar dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber hukum dasar secara objektif
Pancasila merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang
luhur yang meliputi suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus
1945 telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara ini menjadi lima sila yang
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat negara Republik Indonesia.
Unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak lain adalah diangkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakann kausa materialis
(asal bahan) Pancasila. Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para
pendiri negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara, ideologi bangsa dan negara
Indonesia.
Tulisan ini berupaya memberikan semangat perjuangan kepada bangsa Indonesia dalam
mengisi kemerdekaan dan menghadapi globalisasi yang mendunia. Generasi muda sebagai warga
negara Indonesia dan sebagai penerus cita-cita bangsa perlu memiliki wawasan dan kesadaran
bernegara, bersikap dan berperilaku positif, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan
kesatuan bangsa di atas kepentingan peribadi dan golongan dalam rangka bela negara demi utuh dan
tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3. Pengertian dan Urgensi Pendidikan Kewarganegaraan
Istilah Kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan atau ikatan
antara negara dan warga negara. Kewarganegaraan diartikan segala jenis hubungan dengan suatu
negara yang mengakibatkan adanya kewajiban negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan.
Adapun menurut Undang-Undang Kewarganegaraan Republik Indonesia, Kewarganegaraan adalah
segala hal-ikhwal yang berhubungan dengan negara.
Kewarganegaraan dapat dibedakan dalam dua artian yaitu Kewarganegaraan dalam arti
“Yuridis Sosiologis” dan Kewarganegaraan dalam artian “Formil Materil” sebagai berikut:
a. Kewarganegaraan dalam artian “Yuridis - Sosiologis”
1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan hukum anatara orang-orang
dengan negara.
2. Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan ikatan hukum, tetapi dalam ikatan
emosionaL, seperti ikartan perasaan, ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah
air.
b. Kewarganegaraan dalam arti “Formil-Materil”.
1. Kewarganegaraan dalam arti “formil” menunjukkan pada tempat kewarganegaraan itu berdomisili.
Dalam sistematika hukum, masalah kewarganegaraan berada pada hukum publik.
2. Kewarganegaraan dalam arti “materil” menunjukkan pada akibat hukum dari status kewarganegaraan,
yaitu adanya hak dan kewajiban warga negara.
Jika dikaitkan dengan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (SNP)
maka Standar isi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah berkontelasi pada
pengembangan nilai-nilai keluhuran sebagai berikut:
1. Nilai-nilai cinta tanah air;
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara;
3. Keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup;
5. Kerelaan berkorban untuk masyarakat, bangsa, dan negara, serta
6. Kemampuan awal bela negara.
Setiap warganegara hakekatnya dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi negara
dan bangsanya. Untuk itu diperlukan bekal ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) yang
berlandaskan pada nilai-nilai agama, moral dan budaya bangsa. Fungsinya adalah sebagai panduan
dan pegangan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan nilai budaya bangsa menjadi pijakan utama, karena tujuan pembelajaran ialah
untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran bernegara, juga sikap dan perilaku cinta tanah air yang
bersendikan budaya bangsa.
Pendidikan Kewargaan (civic education) sesungguhnya bukanlah agenda baru di muka bumi
burung garuda ini. Hanya saja, proses globalisasi yang melanda dunia pada dekade akhir abad ke-20
telah mendorong munculnya pemikiran baru tentang Pendidikan Kewarganegaraan di berbagai
negara. Di Eropa, Dewan Eropa telah memprakarsai proyek demokratisasi untuk menopang
pengembangan kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan. Hal yang sama juga terjadi di Australia,
Canada, Jepang dan negara Asia lainnya.
Di Amerika Serikat pendidikan kewarganegaraan diatur dalam kurikulum sosial selama satu
tahun, yang pelaksanaannya diserahkan kepada negara-negara bagian. Materi yang diajarkan
diarahkan pada :
1. Bagaimana menjadi warga yang produktif dan sadar akan haknya sebagai warga Amerika dan warga
dunia.
2. Nilai-nilai dan prinsip demokrasi konstitusional.
3. Kemampuan mengambil keputusan selaku warga masyarakat demokratis dan multikultural di tengah
dunia yang saling tergantung.
Di Australia, Pendidikan Kewarganegaraan ditekankan pada konteksdiscoveringdemocracy,
yaitu:
1). Prinsip, proses dan nilai demokrasi
2). Proses pemerintahan dan
3). Keahlian dan nilai partisipasi aktif di masyarakat.
Sedangkan di Negara-negara Asia sperti Jepang misalnya, materi Pendidikan
Kewarganegaraan ditekankan pada Japanese history, ethics dan philosophy. Di Filipina materi
difokuskan pada :Philipino, family planning,taxation and landreform, Philiphine New Constitution
dan study of humanity (Kaelan, 2003:2). Hongkong menekankan pada nilai-nilai Cina, keluarga,
harmoni sosial, tanggung jawab moral, mesin politik Cina dan lain-lain. Taiwan menitikberatkan pada
pengetahuan kewarganegaraan(disusun berdasarkan psikologi, ilmu sosial, ekonomi, sosiologi, hukum
dan budaya); perilaku moral (kohesi sosial, identitas nasional dan demokrasi); dan menghargai budaya
lain. Thailand, berusaha :
1. Menyiapkan pemuda menjadi warga bangsa dan warga dunia yang baik.
2. Menghormati orang lain dan ajaran Budha.
3. Menanamkan nilai-nilai demokrasi dengan raja sebagai kepala negara.
Beberapa negara yang lain juga mengembangkan studi sejenis, yang dikenal dengan nama
Civic Education. Dari sini terlihat bahwa secara umum pendidikan kewarganegaraan di negara-negara
Asia lebih menekankan pada aspek moral (karakter individu), kepentingan komunal, identitas
nasional dan perspektif internasional, sedangkan Amerika dan Australia lebih difokuskan pada
pentingnya hak dan tanggung jawab individu, sistim dan proses demokrasi, HAM dan ekonomi pasar
(Sobirin, 2003:11-12).
Pendidikan Kewarganegaraan sudah ada sejak zaman Presiden Soekarno. Di era Soekarno,
pendidikan kewarganegaraan dikenal dengan Pendidikan Civic. Demikian pula masa Presiden
Soeharto, pendidikan kewarganegaraan sangat intensif dilakukan dengan bermacam nama dan
tingkatan. Sayangnya, pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan semasa Orde Baru, seperti
Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(P4), ternyata tidak selamanya sejalan dengan impian luhur kemanusiaan yang terkandung dalam
dasar negara Pancasila. Budaya dan praktik penyalahgunaan kekuasaan serta meningkatnya korupsi di
kalangan elite politik dan pelaku bisnis sejak masa Orde Baru hingga kini bisa menjadi fakta nyata
gagalnya pendidikan kewarganegaraan masa lalu. Hal itu menimbulkan suatu pertanyaan besar, apa
ada yang salah dengan Pendidikan Kewarganegaraan di Indoesia? Apakah pendidikan
kewarganegaraan hanya sekedar menjadi formalitas belaka yang tidak memiliki nilai apapun di
dalamnya? Mengapa nilai urgensitas pendidikan kewarganegaraan menjadi begitu rendah? dan
banyak lagi pertanyaan lainnya.
E. Manfaat Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Sebagai warga negara yang baikperlu mengetahui apa urgensi dan manfaat dari pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Sesungguhnya banyak manfaat yang bisa diambil dari pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Pertama adalah untuk mengetahui hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang akhirnya dapat menempat diri pada posisi yang tepat sebagai warga negara. Setelah
mengetahui dan mengerti kewajiban yang harus dilakukan dan hak yang mesti didapatkan, maka
sebagai warganegara yang baik dapat menjalankan perannya dengan penuh rasa tanggung jawab
sesuai peraturan dan perundang-undangan yang berlaku serta menuntut hak – hak yang mungkin
belum terpenuhi sebagai warga negara. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama
satu sama lainnya tanpa terkecuali. Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk
menghindari berbagai kecemburuan sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan kehidupan.
Manfaat yang kedua adalah dengan mempelajari pelajaran kewarganegaraan dapat dijadikan
motivasi untuk memiliki sifat nasionalisme dan patriotisme yang tinggi. Artinya setelah mengerti
peran dan keadaan negara, seharusnya menjadi warga negara yang lebih cinta pada tanah air dan
baangsa serta rela berkorban demi bangsa dan negara. Dengan mempelajari Pendidikan
kewarganegaraan dapat memperkuat keyakinan kita terhadap Pancasila sebagai ideologi negara dan
mengamalkan semua nilai – nilai yang terkandung di dalamnya. Disadari atau tidak, dasar negara
Pancasila mempunyai nilai – nilai luhur termasuk nilai moral kehidupan. Nilai moral tersebut
seharusnya menjadi pedoman dalam berpikir, bersikap dan bertingkah laku. Nilai – nilai tersebut
berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas SDM yang rendah merupakan salah
satu indikasi juga gagalnya pendidikan kewarganegaraan. Manfaat selanjutnya adalah suatu hal yang
masih berhubungan dengan nasionalisme dan patriotisme yaitu sebagai warga negara diharapkan
memiliki kesadaran dan kemampuan dalam usaha bela negara. Berdasarkan Undang-Undang Dasar
1945 pada pasal 30 tertulis bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara. Syarat-syarat tentang pembelaan negara diatur dengan undang-undang.” Sebagai
warga negara yang baik kita wajib ikut serta dalam usaha bela negara dari segala macam ancaman,
gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam.
Membela negara bisa berarti luas dan dapat dilakukan dalam berbagai bidang. Dengan hak
dan kewajiban yang sama, setiap orang Indonesia tanpa harus dikomando dapat berperan aktif dalam
melaksanakan bela negara. Membela negara tidak harus dalam wujud perang tetapi bisa diwujudkan
dengan cara lain misalnya ikut serta dalam mengamankan lingkungan sekitar (seperti siskamling), ikut
serta membantu korban bencana di dalam negeri, belajar dengan tekun mempelajari mata kuliah
Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan atau mengikuti kegiatan ekstra klurikuler seperti Paskibra,
PMR dan Pramuka dan sebagainya. Itu semua merupakan manfaat yang didapatkan setelah
mempelajari Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Tidak lupa semua hal yang sudah
disebutkan tadi juga harus disesuaikan dengan dinamika kehidupan bermasyarakat dan diharapkan
dapat menjadi sarana pembentukan kepribadian bangsa dalam rangka mempertahankan keutuhan dan
kelangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Secara materi seperti yang dibahas di atas, tentu pendidikan kewarganegaraan menjadi begitu
penting dengan berbagai macam nilai di dalamnya. Akan begitu besar manfaatnya ketika kita
mengerti dan memahami semua materi yang diajarkan. Tetapi hal itu akan sia – sia belaka ketika kita
hanya sekedar mengerti atau memahami saja tanpa adanya penindaklanjutan. Dalam hal ini yang perlu
tekankan adalah adanya suatu pengamalan dari suatu ilmu, khususnya dalam hal ini ilmu yang
dimaksud adalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan itu sendiri.
Seperti kata pepatah “Amal tanpa ilmu buta” Ilmu tanpa amal, pincang…” Amal tanpa ilmu
akan membutakan karena ilmu merupakan petunjuk dan pemberi arah amal yang akan dilakukan.
Bagaimana mungkin kita tahu kalau amal yang kita lakukan benar atau salah jika kita tidak tahu
ilmunya. Hal itu sama saja dengan kita berjalan tanpa tahu arah dan tujuan yang jelas. Dengan
menghubungkannya dengan topik yang kita bahas, pepatah itu tentunya memberikan kesadaran bahwa
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang merupakan suatu ilmu begitu penting sebagai
petunjuk dan pemberi arah untuk setiap tindakan. Begitu banyak orang yang tidak memahami ilmu ini
bisa jadi tidak sadar bahwa hal yang mereka lakukan itu salah dan pada akhirnya yang terjadi adalah
kekacauan di masyarakat.
Sebaliknya juga berlaku bahwa ilmu tanpa amal itu sesuatu yang sia – sia. Dengan
memegang prinsip itu dan menghubungkan dengan kenyataan yang ada saat ini bahwa masih banyak
orang yang hanya sekedar tahu dan mengerti saja tanpa pengamalan. Dalam pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan kita jadi tahu banyak hal dalam kehidupan bernegara, tapi mengapa
dalam praktiknya nol. Karena banyak warga negara yang hanya menganggap ilmu itu sebagai angin
lalu yang tidak bermanfaat. Kita cenderung menganggap pendidikan kewarganegaraan patut
disepelekan karena kurang begitu penting dibandingkan dengan ilmu yang lain. Itu akibat yang terjadi
ketika kita tidak tahu manfaat apa yang didapat setelah mempelajarinya. Memang semenjak SD sudah
diajarkan apa yang harus dilakukan untuk menjawab soal – soal kewarganegaraan yang intinya harus
dipilih atau ditulis segala bentuk perbuatan yang baik – baik dan kenyataannya semua itu cuma
bertujuan untuk mendapatkan nilai yang tinggi tanpa ada penerapan dalam kehidupan. Bisa
dibayangkan berapa banyak biaya dan waktu yang terbuang percuma ketika semuanya itu akan
menguap begitu saja tanpa meninggalkan manfaat apapun bagi diri kita. Tentunya itu akan merugikan
diri kita sendiri. Sebagai contoh adalah demonstrasi yang tidak bertanggung jawab yang dilakukan
oleh mahasiswa. Tidak ada yang melarang siapapun untuk berdemonstrasi, tapi tentu saja semua itu
ada aturannya. Kekacauan yang terjadi selama ini adalah mereka tidak mengetahui secara jelas aturan
– aturan yang berlaku ( tidak tahu ilmunya ) sehingga mereka cenderung seenaknya sendiri dalam
mengungkapkan aspirasinya atau mungkin saja mereka tahu tapi tidak mau tahu (pengamalan yang
salah). Pada akhirnya hal tersebut bukannya memperbaiki keadaan malah menjadikan keadaan
semakin terpuruk.
Karena itu pada intinya perlu adanya keseimbangan antara ilmu dan amal. Ketika semua
warga negara sudah mengerti betul apa yang harus dilakukan, memiliki kesadaran tinggi untuk
mengetrapkannya dan akhirnya benar – benar melaksanakannya sesuai aturan yang berlaku, bahwa
negara ini akan menjadi negara yang aman, tentram, damai seperti apa yang sudah diidam – idamkan
oleh para pendiri negara ini.
Diposkan oleh hamid darmadi

Anda mungkin juga menyukai