Anda di halaman 1dari 6

AIR DAN MACAM-MACAM AIR

Ditinjau dari segi hukumnya, air dibagi menjadi 4 bagian, yaitu :

1. Air suci dan menyucikan.

Yaitu air mutlak artinya air yang masih murni (air yang bersih), tidak tercampur apapun
didalamnya, dapat digunakan untuk bersuci dengan tidak makruh. Contohnya air hujan, air
sumur, air laut, air sungai, air salju, air telaga, dan air embun. Salah satu dalilnya sesuai firman
Allah swt.

Artinya : َ‫اء َماءَ َط ُهور‬


َِ ‫س َم‬ ََ ‫َوأ َ ْن َز ْلنَا ِم‬
َّ ‫ن ال‬
"Dan Kami turunkan dari langit air yang suci lagi mensucikan." (QS. Al-Furqan: 48)

2. Air suci dan menyucikan, tetapi makruh digunakan

a. Air yang musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan
emas.

b. Air yang sangat panas, karena ditakutkan orang yang menggunakannya tidak akan
menyempurnakan wudhu nya.

c. Air yang sangat dingin, karena juga ditakutkan orang yang menggunakannya tidak
menyempurnakan wudhu’nya.

Hadits terkait :

َ ‫ث ا ْل َب َر‬
َ‫ص‬ ِ ُ‫ فَ ِإ ْن َهُ ي‬،‫ش َّم ِس‬
َُ ‫ور‬ َ ‫اء ا ْل ُم‬
َِ ‫سلُوا ِبا ْل َم‬
ِ َ ‫ ََل ت َ ْغت‬:ُ‫ع ْن َه‬
َ ُ‫للا‬
َ ‫ي‬ ُ ‫قَا ََل‬
ََ ‫ع َم َُر َر ِض‬

“ Umar rodhiyallohu 'anhu mengatakan : "Janganlah kalian mandi dengan air musyammas,
karena dapat menyebabkan penyakit barosh (kusta/lepra)" . (HR Baihaqi)

3. Air Suci Tetapi Tidak Dapat Mensucikan.

a. Air musta’mal (telah digunakan untuk bersuci) menghilangkan hadats dan menghilangkan
najis walaupun tidak berubah rupanya, rasanya dan baunya. Hadits yang berhubungan :

Dari seorang sahabat Nabi Saw dia berkata, “Rasulullah Saw melarang wanita (istri) mandi
dengan air bekas mandi laki-laki (suami), atau laki-laki (suami) mandi dengan air bekas
mandi wanita (istri), dan hendaknya mereka berdua menciduk air bersama-sama.” (HR. Abu
Dawud)

b. Air Mutlak Yang Berubah Sifatnya. Misalnya air itu berubah dikarenakan bercampur dengan
sesuatu yang suci, seperti air teh, kopi, sirup dan lain-lain.
4. Air Mutanajis.

Yaitu air yang kena najis (kemasukan najis). Apabila jumlahnya kurang dari dua kullah , maka air
yang semacam ini tidak suci dan tidak dapat mensucikan . Jika lebih dari dua kullah dan tidak
berubah sifatnya , maka sah untuk bersuci .

NB : Dua kullah sama dengan 216 liter, jika berbentuk baik, maka besarnya = panjang 60 cm,
lebar 60 cm, dan tinggi 60 cm

Hadits yang berkaitan :

“ Jika air telah mencapai dua qullah, maka tidak ada sesuatupun yang menajiskannya.” (HR.
Ibnu Majah dan Ad Darimi)

NAJIS, MACAM-MACAM NAJIS, DAN CARA MENGHILANGKANNYA


Najis adalah suatu benda atau segala sesuatu yang kotor menurut syara’, misalnya :

1. Bangkai, kecuali manusia, ikan, dan belalang

2. Darah

3. Nanah

4. Segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur

5. Anjing dan babi

6. Minuman keras seperti arak dan sebagainya

7. Bagian anggota badan binatang yang terpisah karena dipotong dan sebagainya selagi masih hidup

Najis terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Najis mukhaffafah (najis ringan) adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang
belum berumur 2 tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu ibunya. Cara
menghilangkan najis ringan adalah dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis
tersebut. Hadits terkait :

"Basuhlah dari kencing anak perempuan dan dipercikkan air dari kencing anak laki-laki." (HR.
Abu Daud dan An-Nasai).

2. Najis mutawassitah (najis sedang) adalah najis yang berasal dari segala sesuatu yang keluar dari
kubul dan dubur manusia dan binatang, barang cair yang memabukkan, bangkai juga tulang dan
bulunya, kecuali bangkai manusia, ikan dan belalang. Dalil terkait QS Al Maidah ayat (3) :

َِ ‫علَ ْي ُك َُم ا ْل َم ْيتَ َةُ َوال َّد َُم َولَ ْح َُم ا ْل ِخ ْن ِز‬
....‫ير‬ َ َْ‫ُح ِر َمت‬
Najis mutawasitah dibagi menjadi 2 bagian yakni :

a. Najis 'ainiyah : Najis yang berwujud (dapat dilihat). Cara membersihkannya dengan
menghilangkan najis tersebut dan membasuhnya dengan air sampai hilang warna, bau dan
rasanya.

b. Najis hukmiyah : Najis yang tidak kelihatan bendanya contohnya seperti bekas kencing, atau
arak yang sudah mengering dan sebagainya. Cara membersihkannya cukup dengan menyirami
air mutlaq pada tempat yang terkena najis hukmiyah tersebut.

3. Najis mughallazah adalah najis yang berat contohnya seperti najis dari anjing, babi dan
keturunannya. Cara menghilangkan najis mughallazah adalah dengan menghilangkan benda
najisnya terlebih dahulu lalu membasuhnya dengan air 7 kali basuhan dan salah satu basuhannya
harus dicampur dengan tanah yang suci. Hadits yang berkaitan :

"Sucinya tempat dan peralatan salah seorang kamu, apabila dijilat anjing hendaklah dicuci
tujuh kali, salah satunya dengan debu (tanah)." (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

ANGGOTA BADAN YANG FITRAH DIPOTONG (KUKU, BULU KETIAK,


KUMIS, BULU KEMALUAN)
Hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َِ َ‫ب َوت َ ْق ِلي َُم ْاْل َ ْظف‬


َُ ْ‫ار َونَت‬
ِ ‫ف ْاْل َب‬
َ‫اط‬ َِ ‫س ِت ْحدَا َُد َوقَصَ الش َِّار‬
ْ ‫ا ْل ِف ْط َر َةُ َخ ْمسَ ا ْل ِختَانَُ َو ِال‬
“Ada lima macam fitrah, yaitu: khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong
kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

1. Memotong Kuku.

Memotong kuku merupakan sunnah bagi kaum laki-laki dan perempuan, baik kuku tangan
ataupun kaki. Hikmahnya untuk menjaga kebersihan dan untuk menjauhi kemiripan (tasyabbuh)
dengan binatang buas yang memiliki kuku yang panjang . Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memotong kuku :

 Makruh memotong dengan menggunakan gigi.

 Memotong kuku hendaknya dimulai dengan bagian kanan, lalu kiri.

 Sunnah memotongnya setiap hari jum’at. Jika tidak, maka tiap 15 hari, jika tidak bisa, maka
tidak diboleh dibiarkan lebih dari 40 hari.

 Kuku setelah dipotong sunnahnya dikubur. Tetapi kalau dibuang juga tidak mengapa.

2. Mencabut Bulu Ketiak

Yaitu, menghilangkan bulu-bulu yang tumbuh di lipatan ketiak. Baik dilakukan dengan cara
dicabut, digunting, dan lain-lain. Dengan melakukan hal ini tubuh akan menjadi bersih dan akan
menghilangkan bau yang tidak enak yang disebabkan oleh keberadaan kotoran-kotoran yang
melekat pada ketiak. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

 Disunnahkan memulainya dengan anggota badan yang kanan, dan tidak membiarkannya lebih
dari 40 hari.

 Diperbolehkan mencabut sendiri atau meminta tolong orang lain, laki-laki dengan laki-laki,
suami dengan istrinya, perempuan dengan perempuan.

3. Memotong Kumis

Yaitu dengan memotongnya sependek mungkin. Dengan melakukan hal ini, akan terlihat indah,
rapi, dan bersih. Dan ini juga dilakukan sebagai pembeda dengan orang kafir. Ada dua pendapat
berbeda mengenai memotong kumis :

 Imam Nawawi berkata : memotong dan menipiskan lebih afdhol dari pada mencukur habis.

 Abu Hanifah : menipiskan hingga hampir habis, seperti dicukur lebih afdhol dari pada
memotong.

Namun, Imam Thobari merajihkan dua-duanya. Jadi kaum laki-laki mempunyai 2 pilihan,
dibolehkan memotongnya atau mencukurnya

Hadits terkait:

“…. Biarlah jenggot, dan cukurlah kumis..” (HR. Bukhori )

4. Mencukur Bulu Kemaluan (Istihdaad)

Yang dimaksud dengan bulu kemaluan di sini adalah bulu yang tumbuh di sekitar kemaluan.
Dinamakan istihdad (asal katanya dari hadiid yaitu besi) karena hal ini dilakukan dengan sesuatu
yang tajam seperti pisau cukur. Dengan melakukan hal ini, tubuh akan menjadi bersih dan indah.
Dan boleh mencukurnya dengan alat apa saja, baik berupa alat cukur atau sejenisnya. Bisa pula
dilakukan dengan memotong/menggunting, mencukur habis, atau dengan mencabutnya, tetapi
lebih disunnahkan untuk mencukurnya dengan alat cukur.

Keempat sunah fitrah ini, tidak dibatasi dengan waktu tertentu, tetapi batasan waktunya adalah
sesuai kebutuhan. Kapan saja dibutuhkan, itulah waktu untuk membersihkan/memotongnya. Tetapi
sebaiknya hal ini tidak dibiarkan lebih dari 40 hari, karena terdapat hadits dari Anas bin Malik
radhiallahu ‘anhu:

َ‫ن ََل نَتْ ُركََ أ َ ْكث َ َر‬


َْ َ ‫ق ا ْلعَانَ َِة أ‬
َِ ‫ط َو َح ْل‬ َِ َ‫يم ْاْل َ ْظف‬
َِ ْ‫ار َونَت‬
ِْ ‫ف‬
َِ ِ‫اْلب‬ َِ ‫ب َوت َ ْق ِل‬ َ ِ َ‫ُوقِتََ لَنَا فِي ق‬
َِ ‫ص الش َِّار‬
ََ ‫ن أ َ ْربَ ِع‬
َ‫ين لَ ْيلَة‬ َْ ‫ِم‬
“Kami diberi batasan waktu oleh Rasulullah untuk mencukur kumis, memotong kuku, mencabut
bulu ketiak, dan mencukur bulu kemaluan, tidak dibiarkan lebih dari 40 hari.” (HR. Muslim)
HIKMAH DALAM KESEHATAN TENTANG PENGENALAN JENIS AIR YANG SUCI
DAN NAJIS

Dalam syari’at Islam, pengenalan jenis air dan najis mempunyai beberapa hikmah antara lain sebagai
berikut :

1. Kita semua tahu bahwa benda-benda najis baik didalam maupun luar tubuh manusia adalah
benda-benda kotor yang banyak mengandung bibit penyakit dan dapat membawa mudharat bagi
kesehatan tubuh manusia. Karena itu, mengenal jenis air dan najis berarti kita telah melakukan
usaha untuk menjaga kesehatan.

2. Kebersihan dan kesehatan jasmani yang dicapai akan menambah kepercayaan diri sendiri. Karena
itu, dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu mengutamakan kesehatan dan kebersihan.
PENGENALAN JENIS AIR YANG SUCI
DAN NAJIS

MAKALAH / TUGAS-1

DISUSUN OLEH:

1. DESSI SAFMITA DURI


NIM: 1801011004

2. DIANA SAPUTRI
NIM: 1801011386

3. RAHMAYANA
NIM: 1801011022

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
2018

Anda mungkin juga menyukai