Anda di halaman 1dari 25

 Chyntia

Afrianita Manullang
 Mely Alamsyah Nainggolan
 Hetti Fransiskan Sibgariang
 Septiani Simamora
 Rezki Ananda

DP : Rosdiana Sinaga
HIPERPITUITARI

KELENJAR HIPOFISIS
Hipofisis merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di
dalam struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak. Sela tursika melindungi hipofisa
tetapi memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang.
Jika hipofisa membesar, akan cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan
daerah otak yang membawa sinyal dari mata dan akan menyebabkan sakit kepala atau
gangguan penglihatan. Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar
endokrin lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang
terletak tepat diatas hipofisa. Hipotalamus dan hipofisis dihubungkan oleh sistem portal
hipotalamo-hipofisis.Melalui sistem tersebut releasing hormon dari hipotalamus
mencapai hipofisis, shg hipofisis mudah melepaskan hormon-hormon.
Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang).Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan
cara melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang
secara langsung menghubungkan keduanya. Pengendalian lobus posterior (neurohipofisa)
dilakukan melalui impuls saraf.
Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada
dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa
menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa
sesuai dengan aktivitas kelenjar target. Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan
hipotalamus) tidak semuanya dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap
1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.

A. Fungsi Lobus Anterior


Lobus anterior merupakan 80% dari berat kelenjar hipofisa. Jika hormon yang
dilepaskan terlalu banyak atau terlalu sedikit, maka kelenjar endokrin lainnya juga
akanmelepaskan hormon yang terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan
produksi dari semua organ endokrin lain.antara lain:
1. GH/growth hormone/ hormon pertumbuhan/somatotropik hormone/STH
Sekresi dirangsang oleh growth hormone releasing hormone/GHRH (dari hipotalamus).
GH diperlukan untuk:
 Pertumbuhan somatik dan mempertahankan ukuran yang telah dicapai.
 mampu meningkatkan metabolisme lemak
 dapat meningkatkan aliran gula ke otot dan lemak,merangsang pembentukan
protein di hati dan otot serta memperlambat pembentukan jaringan lemak,dan
mengaktifkan faktor pertumbuhan yang menyerupai insulin
 Efek jangka panjang dari hormon pertumbuhan adalah menghambat pengambilan
dan pemakaian gula sehingga kadar gula darah meningkat dan meningkatkan
pembentukan lemak dan kadar lemak dalam darah. Kedua efek tersebut sangat
penting karena tubuh harus menyesuaikan diri dengan kekurangan makanan
ketika berpuasa dan dapat digunakan sebagai cadangan sumber energi
2. ACTH ( adenocorticotropic hormone )
Pelepasan ACTH dipengaruhi oleh cortricotropin releasing hormone dari hipotalamus.
Berfungsi:
merangsang pertumbuhan dan fungsi korteks adrenal untuk mengatur produksi kortisol
dan beberapa steroid yang menyerupai testosteron (androgenik)
Tanpa kortikotropin,kelenjar adrenal akan mengkisut (atrofi) dan berhenti menghasilkan
kortisol, sehingga terjadi kegagalan kelenjar adrenal.
Beberapa hormon lainnya dihasilkan secara bersamaan dengan kortikotropin, yaitu beta-
melanocyte stimulating hormone, yang mengendalikan pigmentasi kulit serta enkefalin
dan endorfin, yang mengendalikan persepsi nyeri, suasana hati dan kesiagaan.
3. TSH (thyroid-stimulating hormone) / hormon tirotropin
Pelepasan TSH dipengaruhi oleh thyrotropin releasing hormon (TRH) dari hipotalamus.
Berfungsi:
 Merangsang pertumbuhan
 merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid
Terlalu banyak TSH menyebabkan pembentukan tiroid yang berlebihan
(hipertiroidisme), terlalu sedikit TSH menyebakbn berkurangnya pembentukan hormon
tiroid (hipotiroidisme).
4. LH (luteinizing hormone)/ interstisial cell stimulating hormone ( ICSH )
merupakan gonadotropin,pada laki-laki LH berfungsi merangsang sekresi testosteron oleh
sel leydig (sel interstitial testis)
Pada wanita LH mengendalikan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum
dalam ovarium, merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung telur& untuk
merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium.
5. FSH (follicle-stimulating hormone)
merupakan gonadotropin. Pada wanita,FSH merangsang pembentukan estrogen oleh sel
sel folikel dan progesteron,merangsang pelepasan sel telur setiap bulannya dari indung
telur& untuk merangsang pembentukan folikel de graff dalam ovarium. Pada laki-
laki,FSH berfungsi merangsang tubulus seminiferus untuk meningkatkan pembentukan
sperma
6. hormon prolaktin/ luteotrofin
Pelepasannya dipengaruhi oleh prolactin releasing hormon/PRH.
Berfungsi : mengendalikan sekresi air susu, dan memepertahankan adanya korpus luteum
selama hamil
B. Fungsi Lobus Posterior
Lobus posterior hanya menghasilkan 2 macam hormon, yaitu hormon antidiuretik
dan oksitosin. Sesungguhnya kedua hormon ini dihasilkan oleh sel-sel saraf di dalam
hipotalamus, sel-sel saraf ini memiliki tonjolan-tonjolan (akson) yang mengarah ke
hipofisa posterior, dimana hormon ini dilepaskan.Hormon antidiuretik dan oksitosin tidak
merangsang kelenjar endokrin lainnya, tetapi langsung mempengaruhi organ target
1. Hormon antidiuretik (vasopresin)
Pelepasan ADH dipengaruhi keadaan kurang cairan/dehidrasi. Sel targetnya adalah
tubulus dan arteriol.berfungsi :
 meningkatkan TD
 meningkatkan absorsi di tubulus distal
 menurunkan krja otot saluran GI
 meningkatkan penahanan air oleh ginjal
Hormon ini membantu tubuh menahan jumlah air yang memadai.Jika terjadi dehidrasi,
maka reseptor khusus di jantung, paru-paru. Otak dan aorta, mengirimkan sinyal kepada
kelenjar hipofisa untuk menghasilkan lebih banyak hormon antidiuretik. Kadar elektrolit
(misalnya natrium, klorida dan kalium) dalam darah harus dipertahankan dalam angka
tertentu agar sel-sel berfungsi secara normal. Kadar elektrolit yang tinggi (yang dirasakan
oleh otak) akan merangsang pelepasan hormon antidiuretik.
Pelepasan hormon antidiuretik juga dirangsang oleh nyeri, stress, olah raga, kadar gula
darah yang rendah, angiotensin, prostaglandin dan obat-obat tertentu (misalnya
klorpropamid, obat-obat kolinergik dan beberapa obat yang digunakan untuk mengobati
asma dan emfisema).
Alkohol, steroid tertentu dan beberapa zat lainnya menekan pembentukan hormon
antidiuretik. Kekurangan hormon ini menyebabkan diabetes insipidus, yaitu suatu
keadaan dimana ginjal terlalu banyak membuang air.
2. hormon Oksitosin
Pelepasan oksitosin dipengaruhi oleh hisapan dan persalinan. Sel targetnya adalah uterus
dan payudara.berfungsi :
 menyebabkan kontraksi rahim selama proses persalinan dan segera setelah persalinan
untuk mencegah perdarahan
 merangsang kontraksi sel-sel tertentu di payudara yang mengelilingi kelenjar susu
Pengisapan puting susu merangsang pelepasan oksitosin oleh hipofisa. Sel-sel di dalam
payudara berkontraksi, sehingga air susu mengalir dari dalam payudara ke puting susu.

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa


No Hormon Location Function
1. Hormon pertumbuhan Otot & tulang meningkatkan pertumbuhan dengan
(growth hormone) GH/ mempengaruhi beberapa fungsi
somatotropin metabolisme seluruh tubuh, khususnya
pembentukan protein

2. Prolaktin hormon Kelenjar mengatur sekresi beberapa hormon


adenokortikotropik adrenal korteks adrenal, yang selanjutnya
(ACTH) mempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.

3. Hormon stimulasi Tiroid mengatur kecepatan sekresi tiroksin


tiroid (TSH) oleh kelenjer tiroid, dan tiroksin
selanjutnya mengatur kecepatan
sebagian besar reaksi – reaksi kimia
seluruh tubuh

4. Prolaktin Kelenjar susu meningkatkan perkembangan kelenjar


mammae dan pembentukan susu
5 hormon luteinisasi Indung telur mengatur pertumbuhan gonad serta
(LH) (buah zakar) aktivitas reproduksinya.

6. hormon stimulasi Indung telur mengatur pertumbuhan gonad serta


folikel (FSH) (buah zakar) aktivitas reproduksinya.
7 Oksitosin Rahim & Berperan dalm proses persalinan bayi
kelenjar susu dan laktasi
8. Hormon antidiuretik Ginjal Mengatur kecepatan ekskresi air ke
(vasopresin) dalam urin dan dengan cara ini
membantu mengatur konsentrasi air
dalam cairan tubuh.

Penyakit hipofise adalah penyakit yang tidak umum terjadi, namun dapat timbul sebagai
kondisi hiperfungsi hipofise,hipofungsi hipofise, dan lesi/massa setempat yang
menyebabkan tekanan pada khiasma optikus atau bagian basal o

HIPERPITUITARY
1) Definisi Hiperpituitary
Hiperpituitary adalah suatu kondisi patologis yang terjadi akibat tumor atau
hiperplasi hipofisisme sehingga menyebabkan peningkatkan sekresi salah satu hormone
hipofise atau lebih yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitari . Hormon – hormon hipofisis
lainnya sering dikeluarkan dalam kadar yang lebih rendah. (Asuhan Keperawatan Klien
Dengan Gangguan Kelenjar Hipofise, Hotma Rumahardo, 2000 : 36)
2) Etiologi
Hiperpituitari dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar hipofisis atau hipotalamus,
penyebab mencakup :
 Adenoma primer salah satu jenis sel penghasil hormone, biasanya sel penghasil
GH,ACTH atau prolakter.
 Tidak ada umpan balik kelenjar sasaran, misalnya peningkatan kadar TSH terjadi apabila
sekresi kelenjar tiroid menurun atau tidak ada. (Buku Saku Patofisiologis, Elisabeth,
Endah P. 2000. Jakarta : EGC)
3) Manifestasi klinis
 Perubahan bentuk dan ukuran tubuh serta organ – organ dalam (seperti tangan, kaki, jari
– jari tangan, lidah, rahang, kardiomegali)
 Impotensi
 Visus berkurang
 Nyeri kepala dan somnolent
 Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita), infertilitas
 Libido seksual menurun
 Kelemahan otot, kelelahan dan letargi (Hotman Rumahardo, 2000 : 39)
 tumor yang besar dan mengenai hipotalamus: suhu tubuh, nafsu makan dan tidur bisa
terganggu, serta tampak keseimbangan emosi
 gangguan penglihatan sampai kebutaan total

4) Patofisiologi

Hiperfungsi hipofise dapat terjadi dalam beberapa bentuk bergantung pada sel mana
dari kelima sel-sel hipofise yang mengalami hiperfungsi. Kelenjar biasanya mengalami
pembesaran disebut adenoma makroskopik bila diameternya lebih dari 10 mm atau
adenoma mikroskopik bila diameternya kurang dari 10 mm, yang terdiri atas 1 jenis sel
atau beberapa jenis sel. Adenoma hipofisis merupakan penyebab utama
hiperpituitarisme.penyebab adenoma hipofisis belum diketahui. Adenoma ini hampir
selalu menyekresi hormon sehingga sering disebut functioning tumor.

Kebanyakan adalah tumor yang terdiri atas sel-sel penyekresi GH,ACTH dan prolaktin.
Tumor yang terdiri atas sel-sel pensekresi TSH-,LH- atau FSH- sangat jarang terjadi.
Functioning tumor yang sering di temukan pada hipofisis anterior adalah:

1. prolactin-secreting tumors ( tumor penyekresi prolaktin ) atau prolaktinoma.


Prolaktinoma (adenoma laktotropin) biasanya adalah tumor kecil, jinak, yang terdiri
atas sel-sel pensekresi prolaktin. Gejala khas pada kondisi ini sangat jelas pada wanita
usia reproduktif dan dimana terjadi tidak menstruasi, yang bersifat primer dan sekunder,
galaktorea (sekresi ASI spontan yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan), dan
infertilitas.

2. somatotroph tumors ( hipersekresi pertumbuhan )


Adenoma somatotropik terdiri atas sel-sel yang mengsekresi hormon pertumbuhan.
Gejalah klinik hipersekresi hormon pertumbuhan bergantung pada usia klien saat terjadi
kondisi ini.
Misalnya saja pada klien prepubertas,dimana lempeng epifise tulang panjang belum
menutup, mengakibatkan pertumbuhan tulang-tulang memanjang sehingga
mengakibatkan gigantisme. Pada klien postpubertas, adenoma somatotropik
mengakibatkan akromegali, yang ditandai dengan perbesaran ektremitas ( jari, tangan,
kaki ), lidah, rahang, dan hidung. Organ-organ dalam juga turut membesar ( misal;
kardiomegali).
Kelebihan hormon pertumbuhan menyebabkan gangguan metabolik, seperti
hiperglikemia dan hiperkalsemia.Pengangkatan tumor dengan pembedahan merupakan
pengobatan pilihan.Gejala metabolik dengan tindakan ini dapat mengalami perbaikan,
namun perubahan tulang tidak mengalami reproduksi.

3. corticotroph tumors ( menyekresi ardenokortikotrofik /ACTH )


Adenoma kortikotropik terdiri atas sel-sel pensekresi ACTH.Kebanyakan tumor ini
adalah mikroadonema dan secara klinis dikenal dengan tanda khas penyakit Cushing’s.

ada dua perubahan fisiologis karena tumor hipofisis:


1. perubahan yang timbul karena adanya space-occupying mass dalam kranium.
2. perubahan yang di akibatkan oleh hipersekresi hormone dari tumornya itu sendiri.
Adenoma hipofisis adalah adenoma intraselular (tumor didalam sella tursika ), dengan
besar diameter kurang dari 1cm dengan tanda-tanda hipersekresi hormone.
Klasifikasi hipofisis/ adenoma hipofisis.
1. encapsulated (tidak ada metastasis dalam sella tursika )
2. invasive ( sella tursika rusak karena metastasis )
3. mikroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter kurang dari 10 mm )
4. makroadenoma ( encapsulate tumor dengan diameter lebih dari 10mm).
Tumor ini bisa sampai ke suprasellar.
Perubahan neorologis bisa terjadi akibat tekanan jaringan tumor yang semakin
membesar.tekanan ini bisa terjadi saraf optic, saraf karnial III (okulomotor ), saraf karnial
IV ( troklear ), dan saraf karnial V (trigeminal).tumor yang sangat besar bisa
menginfiltrasi hipotalamus.

Syndrome hyperpituitary :

1) SIADH (Syndrome of inappropriate Antidiuretic Hormone)


 Definisi
Kumpulan gejala akibat gangguan hormon antidiuretik. Gangguan produksi hormon
antidiuretik ini menyebabkan retensi garam atau hiponatremia, osmolaritas serum,
peningkatan gravitas urin, edema atau dehidrasi,dan peningkatan hormon plasma
vasopresin.
Biasanya fungsi adrenal, tyroid dan ginjal dalam batas normal. Hal lain kadang gejala
SIADH berhubungan dengan trauma kepala atau tumor, dimana patologi akan mengambil
biopsi untuk memastikannya
 Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau dengan gangguan hipotalamus
(bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofise dalam
memproduksi hormone).Pada kasus lainnya, missal: beberapa keganasan (ditempat lain
dari tubuh) bisa merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru
dan kasus lainnya seperti dibawah ini:
 Meningitis – peradangan pada meningens, selaput pelindung otak dan saraf spinalis
 Encephalitis – peradangan dijaringan otak
 Tumor otak
 Penyakit paru
 Trauma kepala
 Guillain-Barré syndrome (GBS) – keadaan reversible yang menyerang jaringan syaraf,
menyebabkan lemah otot, nyeri dan paralisa temporer di wajah dan otot kaki dan paralisa
di bagian dada bisa menganggu proses bernafas
 Penggunaan obat tertentu
 Kerusakan hipotalamus atau kelenjar hipofise saat pembedahan
 Manifestasi klinis :
Pada kasus SIADH berat, gejalanya meliputi:
 Nausea
 Muntah
 Irritability
 Perubahan prilaku seperti meracau, bingung dan halusinasi
 Stupor
 Koma

 Patofisiologi
Salah satu rangsangan yang menyebabkan sekresi ( vasopresin) menjadi kuat adalah
penurunan volume darah. Keadaan ini terjadi secara hebat terutama saat volume darah
turun 15 – 25 persen, dengan kecepatan sekresi meningkat sering sampai 50 kali dari
normal. Penyebab peningkatan ini adalah atrium, terutama atrium kanan, mempunyai
reseptor regang yang di bangkitkan, reseptor akan mengirimkan sinyal ke otak untuk
menghambat sekresi ADH. Sebaliknya, bila tidak dibangkitkan akibat tidak penuhnya
pengisian, terjadi proses yang berlawanan, dengan peningkatan sekresi ADH yang sangat
besar. Lebih lanjut, di samping reseptor regangan atrium, penurunan regangan
baroreseptor pada daerah karotid, aortik dan pulmonari dalam peningkatan sekresi ADH.
Sekresi darah yang terlalu banyak ke dalam atrium dapat terjadi pada jantung yang
kardiomegali. Atrium yang mebesar tanpa di ikutioleh katup – katupnya membuat darah
menumpuk pada atrium – atrium dan akhirnya terjadilah gagal jantung

2) Galaktore
 Definisi
Galaktore adalah pembentukan air susu pada pria atau wanita yang tidak sedang dalam
masa menyusui
 Etiologi
Penyebabnya adalah prolaktinoma (tumor yang menghasilkan prolaktin) pada
kelenjar hipofisa. Pada saat terdiagnosis biasanya prolaktinoma ini ukurannya kecil,
tetapi pada pria tumor ini cenderung membesar.Pembentukan prolaktin yang berlebihan
dan terjadinya galaktore juga bisa dirangsang oleh obat-obatan seperti fenotiazin, obat
tertentu untuk tekanan darah tinggi (terutama metildopa) dan narkotik. Penyebab lainnya
yang mungkin adalah hipotiroidisme.gagal ginjal dan efek samping obat bisa menjadi
faktor penyebab
 Manifestasi klinis
 Gangguan siklus menstruasi atau siklusnya berhenti
 Wajah tampak merah
 vagina kering sehingga terjadi gangguan dalam melakukan hubungan seksual
 Penderita pria mengalami sakit kepala atau kehilangan lapang pandang perifernya
 Sekitar 2/3 penderita pria kehilangan gairah seksualnya dan menjadi impoten
 Patofisiologi
Kelebihan prolaktin hampir selalu di sebabkan oleh adenoma hipofise, biasanya
berupa mikrokardenoma (diameter tumor kurang dari 1 cm). Atau disfungsi hipotalamus.
Dopamin merupakan inhibitor hipotalamik primer untuk pelepasan prolaktin terputusnya
trasnmisi dopamin kehipofise dapat menyebabkan prolaktin berlebihan

3) Gigantisme
 Definisi
Gigantisme adalah pertumbuhan abnormal dari seluruh tubuh karena kelenjar
hypophysis memproduksi hormon berlebihan. Hipofisis adalah kelenjar seukuran biji
kacang tanah dan menggantung dari otak, terbaring di sebelah dalam tulang pelipis dekat
bola mata. Penyakit ini ditandai oleh pembesaran dan penebalan tulang dahi, rahang,
kaki, dan tangan secara berangsur. Penyakit ini berlangsung lambat dan baru diketahui
setelah penderita memasuki usia menengah. kelainan yang disebabkan oleh karena
sekresi Growth Hormone (GH) yang berlebihan dan terjadi sebelum dewasa atau sebelum
proses penutupan epifisis
 Etiologi
Gigantisme Primer atau Hipofisis, di mana penyebabnya adalah adenoma hipofisis.
Gigantisme Sekunder atau hipothalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi GHRH dari
Hipothalamus. Gigantisme yang disebabkan oleh tumor ektopik (paru, pankreas, dll) yang
mensekresi GH. Gigantisme disebabkan oleh sekresi GH yang berlebihan. Keadaan ini
dapat diakibatkan tumor hipofisis yang menyekresi GH atau karena kelainan hipotalamus
yang mengarah pada pelepasan GH secara berlebihan. Gigantisme dapat terjadi bila
keadaan kelebihan hormone pertumbuhan terjadi sebelum lempeng epifisis tulang
menutup atau masih dalam masa pertumbuhan. Penyebab kelebihan produksi hormone
pertumbuhan terutama adalah tumor pada sel-sel somatrotop yang menghasilkan hormone
pertumbuhan
 Patofisiologi
Sel asidofilik, sel pembentuk hormone pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior
menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis tersebut. Hal ini
mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi. Akibatnya, seluruh
jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada Gigantisme, hal ini
terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang
tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat (seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi terjadi
karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan hormone
pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh sehingga banyak
glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau Langerhans pancreas
menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel tersebut berdegenerasi.
Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita
panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya
disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak
kelenjar itu sendiri.
 Manifestasi klinis :
 Pertumbuhan linier yang cepat
 Tanda – tanda wajah kasar
 pembesaran kaki dan tangan
 Pada anak muda, pertumbuhan cepat kepala dapat mendahului pertumbuhan linier
 Beberapa penderita memiliki masalah penglihatan dan perilaku
 Pertumbuhan abnormal menjadi nyata pada masa pubertas
 Jangkung dapat tumbuh sampai ketinggian 8 kaki atau lebih
4) Akromegali
 Definisi
Akromegali adalah pertumbuhan berlebihan akibat pelepasan hormon pertumbuhan
yang berlebihan dan terjadi pada usia 30-50 tahun
 Etiologi
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh tumor
hipofisa jinak (adenoma)
 Manifestasi klinis
 Tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang. Gambaran tulang wajah menjadi
kasar, tangan dan kakinya membengkak
 Penderita memerlukan cincin, sarung tangan, sepatu dan topi yang lebih besar
 Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya kulit
 Kelenjar sebasea dan kelenjar keringat di dalam kulit membesar, menyebabkan keringat
berlebihan dan bau badan yang menyengat
 Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan rahang
menonjol (prognatisme)
 Tulang rawan pada pita suara bisa menebal sehingga suara menjadi dalam dan serak.
Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut. Tulang rusuk menebal menyebabkan dada
berbentuk seperti tong. Sering ditemukan nyeri sendi; setelah beberapa tahun bisa terjadi
artritis degeneratif yang melumpuhkan. Jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat
terganggu sehingga terjadi gagal jantung
 Kadang penderita merasakan gangguan dan kelemahan di tungkai dn lengannya karena
jaringan yang membesar menekan persarafan. Saraf yang membawa sinyal dari mata ke
otak juga bisa tertekan, sehingga terjadi gangguan penglihatan, terutama pada lapang
pandang sebelah luar
 sakit kepala hebat
 Patofisiologi
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa dewasa muda-yakni, sesudah epifisis
tulang panjang bersatu dengan batang tulang maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih
tinggi lagi, namun jaringan ikat longgarnya masih terus tumbuh dan tebal tulangnya msih
terus tumbuh. Perbesaran tadi terutama dapat di lihat pada tulang – tulang kecil tangan
dan kaki serta pada tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan
tulang dahi , tepi supraorbital, bagian bawah rahang, dan bagian tulang vertebra, sebab
pada masa dewasa muda pertumbuhan tulang – tulang ini tidak berhenti. Akibatnya,
tulang rahang tampak menonjol ke depan, kadang kala sampai setengah inci ke depan,
dahi menyempit ke depan sebab pertumbuhan tepi supraorbitalnya sangat besar, hidung
membesar sampai dua kali ukuran normal, kakinya membutuhkan sepatu berukuran 14
atau lebih besar, dan jari – jarinya menjadi sangat tebal

5) Penatalaksanaan
a) Terapi

Dikenal 2 macam terapi, yaitu:

1. Terapi pembedahan (Hipofisektomi melalui nasal atau jalur transkranial )


Tindakan pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal dua macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu : bedah makro dengan melakukan
pembedahan pada batok kepala (TC atau trans kranial) dan bedah mikro (TESH atau trans
ethmoid sphenoid hypophysectomy). Cara terakhir ini (TESH) dilakukan dengan cara
pembedahan melalui sudut antara celah infra orbita dan jembatan hidung antara kedua
mata, untuk mencapai tumor hipofisis. Hasil yang didapat cukup memuaskan dengan
keberhasilan mencapai kadar HP yang diinginkan tercapai pada 70 – 90% kasus.
Keberhasilan tersebut juga sangat ditentukan oleh besarnya tumor.
Pembedahan transphenoidal
Pendekatan transphenoidal sering digunakan dalam melakukan reseksi suatu
adenoma. Sela tursika dicapai melalui sinus sphenoid, dan tumor diangkat dengan
bantuan suatu mikroskop bedah. Insisi dibuat antara gusi dan bibir atas. Pendekatan ini
pun digunakan untuk memasang implant. Suatu lubang dibuat pada durameter pada jalan
masuk sela tursika. Biasanya dirurup dengan lapisan fascia yang diambil dari tungkai,
sehingga pasien harus disiapkan untuk insisi tungkai. Penampilan ini dilakukan untuk
mencegah bocornya cairan serebrospinal (CSF). Kebocoran CSF dapat terjadi beberapa
hari postoperatif tapi harus ditutup. Hidung mungkin mempet dan suatu sling perban
ditempatkan dibawahnya untuk mengabsorpsi drainage.
Monitoring terhadap adanya kebocoran CSF perlu dilakukan.
Data-data berikut harus diperhatikan :
1. Keluhan postnasal drip
2. Menelan yang konstan
3. Adanya halo ring pada nasal sling atau balutan (tanda berupa cairan CSF yang jernih
disekeliling cairan serosa yang lebih gelap ditengahnya)
4. Memeriksa ada tidaknya glukosa pada drainase nasal.
Cairan serebrospinal mengandung glukosa, sedangkan cairan nasal tidak. Jika tes
glukosa positif, bahan pemeriksaan harus dikirim ke laboratorium untuk konfirmasi lebih
lanjut.
Jika terdapat kebocoran yang menetap, pasien dianjurkan untuk tirah baring dengan
kepala terangkat untuk menggantikan tekanan pada tambalan yang sudah ditentukan.
Seringkali kebocoran CSF sembuh dengan sendirinya, tetapi kadang-kadang diperlukan
perbaikan dengan tindakan operasi. Aktivitas yang meningkatkan tekanan intrakranial
harus dihindari.
Nyeri kepala dapat timbul dan dapat diobati dengan analgetik nonnarkotik tau
cordein. Nyeri kepala persisten atau rigiditas nuchal (kaku kuduk) dapat memberikan
petunjuk akan adanya meningitis dan hal ini harus segera dilaporkan. Karena
kemungkinan terjadinya risiko infeksi, maka antibiotik profilaktif dapat diberikan saat
preoperatif atau postoperatif.
Intervensi keperawatan lainnya bagi pasien dengan operasi transphenoidal meliputi
hal berikut :
1. Memberikan cairan peroral dan diet cairan jernih segera setelah pasien sadar dan tak lagi
merasa mual setelah tinadakan anastesia.
2. Meningkatkan diet yang sesuai (anorexia dapat timbul karena menurutnya sensasi
penciuman).
3. Meyakinkan pasien bahwa kehilangan sensasi penciuman hanya sementara dan akan
membaik segera setelah penutup hidung nasal sling diangkat.
4. Memberikan O2 dengan kelembaban tertentu untuk menjaga kelembaban mukosa nasal
dan oral.
5. Melakukan perawatan mulut
a. Jangan menggosok gigi (untuk mencegah distrupsi benangjahitan).
b. Menggunakan kapas halus dan lembab pada saat membersihkan gigi.
c. Sering melakukan bilas mulut.
b. Pembedahan transfontal
Jika tumor hipofise dibawah tulang-tulang dari sella tursika (ekstra sellar),
kraniotoomi dilakukan untuk mendapatkan suatu lapang operasi yang cukup. Tumor-
tumor intraserebral lain, penyakit-penyakit atau trauma terhadap struktur-struktur yang
berdekatan dengan hipofise atau dapat menyebabkan disfungsi hipofise sementara
maupun permanen.

2. Terapi radiasi
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan
operasi tidak memungkinkan, dan menyertai tindakan pembedahan kalau masih terdapat
gejala akut setelah terapi pembedahan dilaksanakan.Radiasi memberikan manfaat
pengecilan tumor, menurunkan kadar GH , tetapi dapat pula mempengaruhi fungsi
hipofisis. Penurunan kadar GH umumnya mempunyai korelasi dengan lamanya radiasi
dilaksanakan. Eastment dkk menyebutkan bahwa, terjadi penurunan GH 50% dari kadar
sebelum disinar (base line level), setelah penyinaran dalam kurun waktu 2 tahun, dan
75% setelah 5 tahun penyinaran.
Radiasi hipofisis dilakukan pada pasien dengan adenoma hipofisis yang besar
yang tidak seluruh tumor bisa di angkat.80% dari pasien dengan akromegali dapat
disembuhkan dengan radiasi.Selain mual dan muntah, efek samping radiasi yang paling
sering ditemukan adalah hipopituitarisme.
b) pemberian obat
Bromocriptine ( parloden ) : suatu dopamine. Merupakan obat pilihan pada kelebihan
prolaktin.Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali. Juga diberikan pada klien
dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.Observasi efek samping pemberian
bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi lambung, mual, kram abdomen,
konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi dengan dokter, berikan obat-obatan
setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu makan).

6) Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan fungsi target organ
 Pemeriksaan ACTH, TSH, FSH dan LH serta hormone nontropik
 Tes provokasi dengan menggunakan stimulan atau supresan hormone dan dengan
melakukan efeknya terhadap kadar hormone sarum
 Foto rongen kepala dan tulang kerang tubuh dengan CT scan
 Pengukuran lapang pandang
 Tes toleransi glukosa
 Tes supresi dengan dexamethason (Hotman Rumahardo, 2000 : 39).

7) Penyuluhan kesehatan pasien dan keluarga


Pasien bersama keluarganya memerlukan penyuluhan kesehatan dan dukungan
tentang perubahan pada citra tubuh, kecemasan, disfungsi seksual, intoleransi aktifitas
dan obat yang diteruskan dirumah. Pasien pascareseksi transfenoidal perlu di beritahu
untuk menghindari kegiatan yang bisa mengakibatkan peningkatan tekanan intracranial,
misalnya : membungkuk, bersin, batuk dan maneuver valsalva ketika defekasi. Pasien
perlu menghindari konstipasi. Pasien memerlukan bantuan ketika melakukan aktifitas
hidup sehari-hari karena ia cepat merasa lelah.
8) Pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan.Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari
aktivitas yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk dll.Juga jelaskan
agar klien mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti makan
makanan tinggi serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.
Klien tidak menyikat gigi 1-2 minggu sampai penyembuhan sempurna, cukup
berkumur setiap kali setelah makan.Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa pada daerah insisi
adalah biasa, dapat berlangsung 3- 4 bulan. Oleh karena itu anjurkan klien memeriksakan
gusinya untuk mengetahui adanya lesi dan perdarahan dengan menggunakan cermin
setiap hari.Setelah operasi, pemberian hormon
untuk memepertahankan keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat-obatan dan
jelaskan pula perlunya tindak lanjut secara teratur.

9) ASUHAN KEPERAWATAN TEORI


1. Pengkajian
a. Pengkajian perawatan secara umum
 Pemantauan akan potensial komlikasi kelainan endokrin dan pengelolaannya
 Pemantauan akan tanda – tanda dan gejala klinik yang menunjukkan adanya
ketidakseimbangan hormonal
 Mengetahui persepsi pasien dan keluarga pasien mengenai masalah kesehatan,
pengelolaan dan bantuan yang diperlukan
 Menentukan narasumber yang diperlukan pasien dan keluarganyauntuk dapat mengatasi
penyakitnya dan untuk pengelolaannya di rumah sakit dan setelah pulang dari rumah
sakit
 pengkajian psikologis dan sosial
b. Pengkajian keperawatan secara khusus
1. Riwayat penyakit
2. Kaji usia, jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3. Kaji riwayat penyakit, Tanyakan manifestasi klinis dari peningkatan prolaktin, GH dan
ACTH mulai dirasakan
4. Keluhan utama, melipuse :
 Perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ-organ tubuh seperti jari-jari, tangan, dll.
 Dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia
 Nyeri kepala
 Libido seksual menurun
 Perubahan tingkat energi, kelelahan, dan letargi.
 Nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman.
 Nyeri kepala, kaji P, Q, R, S, T.
 Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan ganda, dsb.
 Kesulitan dalam hubungan seksual.
 Perubahan siklus menstruasi ( pada klien wanita ) mencakup keteraturan, kesulitan hamil
5. Pemeriksaan fisik dan masalah klinik yang sering di jumpai, meliputi :
 Amati bentuk wajah, khas apabila ada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar,
dagu menjorok ke depan
 Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik
 Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai
penurunan visus
 Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak
 Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
 Suara membesar karena hipertropi laring
 Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenomegali
 Hipertensi
 Disfagia akibat lidah membesar
 Pada perkusi dada dijumpai jantung membesar
 Kelemahan
 Perubahan nutrisi
 Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
 Perubahan karakteristik tubuh
 Intoleransi terhadap stress
 Ketidakstabilan emosional
c. Data Subjektif
1. Kelemahan dan pola tidur
2. Pola makan ( fekuensi dan asupan makanan)
3. Higiene khusus dan kebutuhan untuk bercukur
4. Riwayat kardiovaskular
5. Polaintake dan output cairan
6. Rasa tidak nyaman
7. Penggunaan obat – obatan
8. Riwayat reproduksi
9. Penggunaan medikasi
10. Kelainan endokrin dan pengelolaannya
d. Data Objektif
1. Tinggi dan berat badan
2. Proporsi tubuh
3. Jumlah dan distribusi masa obat
4. Distribusi lemak
5. Pigmentasi kulit
6. Distribusi rambut

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas impotent
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan
transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus

Diagnosa keperawatan tambahan yang juga dijumpai adalah


1. Nyeri(kepala,punggung) yang berhubungan dengan tekanan jaringan oleh tumor; hormon
pertumbuhan yang berlebihan
2. Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
3. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4. Koping individu takefektif yang berhuhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap
tubuh
5. Intoleransi aktifitas yang berhubungan dengan kelemahan,latergi
6. Perubahan sensori-persepsual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan
tranmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervu optikus

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
Tujuan: Dalam waktu 2 sampai 3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang
positif
Intervensi keperawatan
a. Non pembedahan
 Klien dengan kelebihan GH
1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap perubahan
penampilan tubuhnya
Rasional : Agar perawat dapat mengetahui apa yang dirasakan oleh klien sehubungan
perubahan tubuhnya
2. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi-segi positif yang dapat
dikembangkan oleh klien
Rasional : Agar klien mampu mengembangkan dirinya kembali
 Klien dengan kelebihan prolaktin
1. Yakinlah klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan
( ginekomastia, galaktorea )
Rasional : agar klien tetap optimis dan berfikir positif selama pengobatan.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaanya
b. Pemberian obat-obatan
1. Kolaborasi pemberian obat-obat seperti: bromokriptin (parloden). Merupakan obat
pilihan pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma, prolaktin dapat normal kembali.
Juga diberikan pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi ukuran tumor.
2. Observasi efek samping pemberian bromokriptin seperti: hipotensi ortostatik, iritasi
lambung, mual, kram abdomen, konstipasi, bila ada efek samping di atas kolaborasi
dengan dokter, berikan obat-obatan setelah klien makan (tidak diberikan di antara waktu
makan
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada
hiperpituitarisme akut.partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi lebih efektif
tetapi responnya lambat
4. Awasi efek samping terapi radiasi seperti: hipopituitarisme, kerusaka nervus optikus,
disfungsi okulomotorius, perubahan lapang pandang
2) Disfungsi seksual yang berhubungan dengan penurunan libido ; infertilitas
impotent.
Tujuan: Klien akan mencapai tingkat kepuasan pribadi dari fungsi seksual
 Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman pada klien terhadap
fungsi seksualnya.
Rasional : agar perawat dapat mengetahui masalah seksual klien dan lebih terbuka kepada
perawat.
 Dorong klien agar mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya.
Rasional : agar klien mendapat hasil mufakat bersama pasangannya.
 Kolaborasi pemberian obat – obatan bromokriptin
 Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin
3) Nyeri kepala yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor
 Dorong klien agar mau mengungkapkan apa yang dirasakan. Rasional : agar perawat
mengetahui apa yang dirasakan klien
 Kaji skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui intensitas dari nyeri dan untuk menentukan intervensi
selanjutnya
 Berikan tehnik relaksasi dan distraksi
Rasional : pengalihan perhatian dapat mengurangi rasa nyeri.
 Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi rasa nyeri.
Rasional : pemberian obat analgetik untuk mengurangi nyeri

4) Perubahan sensori perseptual (penglihatan) yang berhubungan dengan gangguan


transmisi impuls akibat kompresi tumor pada nervus optikus.
 Dorong klien agar mau melakukan pemeriksaan lapang pandang.
Rasional : agar perawat mengetahui jarak lapang klien

Perawatan Preoperasi
 Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan
 Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pasca operasi. Anjurkan klien
bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon
 Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung, menggosok
gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan luka
 Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan operasi
seperti pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk
pemeriksaan kultur dan sensitivitas
 Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan dilaksanakan. Setelah
tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien menghindari
aktifitas yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk, dll.Juga
jelaskan agar klien mengindahkan faktor-faktor yang dapat mencegah obstipasi seperti
makan makanan tinggi serat, minum air yang cukup, pelunak feses bila diperlukan.

Perawatan Pascaoperasi
 Amati respon neurologik klien dan catat perubahan penglihatan, disorientasi dan
perubahan kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstrimitas
 Amati pula komplikasi pascaoperasi yang lazim terjadi seperti transient insipidus (diabetes
insipidus sesaat)
 Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret dari hidung
 Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat
 Kaji drainase nasal baik kualitas maupun kuantitas
 Hindari batuk, ajarkan klien bernafas dalam, lakukan hygiene oral secara teratur
 Kaji tanda-tanda infeksi
 Kolaborasi pemberian gonadotropin, kortisol ; sebagai dampak hipofisektomi.

Anda mungkin juga menyukai