Anda di halaman 1dari 2

Nama : R Firman Purnama P

NIM : 41116110131
Resume Journal TM3

BARRIERS AND BENEFITS OF TOTAL QUALITY MANAGEMENT IN THE


CONSTRUCTION INDUSTRY : EVIDENCE FROM TURKISH CONTRACTORS

Total Quality Management (TQM) pada industri konstruksi pada dasarnya banyak
menghasilkan keuntungan / manfaat, seperti peningkatan kinerja anggaran, peningkatan kinerja
jadwal, peluang yang lebih baik di proses penawaran /tender dengan prakualifikasi, peningkatan
pelanggan setia, pengerjaan ulang yang berkurang, kepuasan kerja karyawan yang lebih baik,
dan peningkatan pangsa pasar. Namun hal ini tidak luput dari masalah dan hambatan. Seperti,
rendahnya produktifitas, jeleknya HSE (Health and Safety Environment), mutu dibawa standard,
dsb.
Banyak waktu, uang, dan tenaga kerja yang terbuang setiap tahun dikarenakan tidak
efisiennya quality management procedures yang diterapkan suatu perusahaan. Permasalahan
yang sama juga terjadi pada industri manufaktur, namun dalam decade terakhir telah mengalami
perkembangan yang baik karena suksesnya TQM program dalam perusahaan mereka. TQM
merupakan Costumers Oriented yang memfokuskan pada kualitas produk maupun segala hal
penunjangnya. Dalam kata lain, TQM mencakup segala aspek bisnis, membuat tujuan yang lebih
berkualitas, dan campur tangan semua karyawan di berbagai level untuk menjaga kualitas dan
meningkatkan performa perusahaan.
Proses dalam mencapai produk yang berkualitas perlu dimulai dengan kepemimpinan,
komitmen, dan peran dari Top Management, dalam hal ini berperan bertanggung jawab untuk
membbangkitkan semangat etos kerja, menetapkan visi misi organisasi, menyediakan tenaga
kerja dan fasilitas yang memadai untuk menyukseskan Quality Management System yang baik.
Kepuasan pelanggan merupakan kunci terpenting dalam terlaksananya TQM. Semua barang dan
jasa harus memenuhi kebutuhan pelanggan. Untuk tujuan ini, alur komunikasi juga kritik dan
saran harus dibangun secara baik dan efektif sehingga menghasilkan kolaborasi positif dari
semua pihak. Baik dari karyawan operasional, managerial, pelanggan, suppliers dan pihak lain
yang terlibat. Tujuan akhir dari TQM adalah mencapai perbaikan berkelanjutan dari proses teknis
dan managerial dalam suatu organisasi untuk memenuhi harapan dari pelanggan dan dengan
demikian menciptakan keunggulan kompetitif
Dilemanya, banyak perusahaan konstruksi masih mempertimbangkan TQM sebagai
extra cost. Padahal, fakta bahwa mereka tidak menyadari bahwa biaya ketidaksesuaian kualitas,
seperti biaya pengerjaan ulang (rework), waste, kesalahan pekerjaan, keluhan pelanggan,
ketidaksesuaian anggaran, dan lambatnya progress , jauh lebih tinggi daripada penerapan TQM.
Seperti halnya di industry konstruksi Turki, TQM belum terlaksana secara menyeluruh padahal di
belahan dunia lain seperti Jepang dan Amerika telah mulai mengimplementasikan program TQM
sejak tahun 1970 (Jepang) dan 1990 (Amerika). Hasil yang didapatkan , bahwa manfaat
penarapan TQM pada bidang konstruksi .
Dalam penelitian ini 80 perusahaankonstruksi yang tergabung dalam Turkish Contractors
Association (TCA) merupakan responden yang telah mengisi kuisioner dengan 8 pertanyaan
seputar perusahaan dan TQM. Responden merupakan perusahaan kontraktor dan juga melayani
bidang perencanaan dan engineering services lainnya. Terlihat dari table 1, 95% dari responden
telah memiliki QMS sertifikat ISO 9001:2008 dan 75% responden memiliki sertifikat QMS lainnya.
Dari table 2 dapat disimpulkan. Pada dasarnya kontraktor (responden) telah sadar akan
pentingnya implementasi TQM di industri konstruksi. Namun, hasil studi dari Turk (2006)
menemukan bahwa implementasi TQM di industri konstruksi Turki belum sepenuhnya berhasil.
Lalu dari table 3 bertujuan untuk mengetahui hambatan dalam keberlanjutan dari implementasi
TQM di dunia konstruksi Turki, dan dari table 3 didapatkan bahwa Top Management tidak cukup
meyakini pentingnya implementasi TQM, oleh karena itu, mereka tidak menyediakan sumber
daya yang diperlukan untuk mengembangkan dan memanfaatkan QMS, mengawal seluruh
proses, dan memotivasi karyawan dalam implementasi TQM. Ketidakyakinan Top Management
terhadap implementasi TQM didasarkan kepada kepercayaan mereka terhadap penerapan TQM
dalam proses konstruksi sangat sulit karena operasi konstruksi bersifat unik dan tidak berulang
dan proses konstruksi tidak dapat distandardisasi. Hambatan lainnya juga dikarenakan banyak
pekerja konstruksi yang tidak memiliki skill khusus dan tidak mempunyai pengalaman di Turki
dan di banyak negara berkembang lainnya. Sehingga penerapan TQM belum cukup berhasil
diterapkan di Turki.

Anda mungkin juga menyukai