TINJAUAN PUSTAKA
C. Bradenhead Squeeze
Pada metode ini biasanya digunakan ketika pekerjaan low-pressure squeeze
digunakan, dan juga ketika tidak ada sedikit masalah dengan kapasitas casing untuk
menahan dari pressure yang dihasilkan. Metode ini di gunakan dengan cara
menempatkan cement slurry di depan perforasi dan di sebut “balancing plug“ setelah
slurry dicampur, slurry kemudian di pompa ke dalam tubing dan di ikuti oleh
sejumlah fluida work over yang sudah di hitung sehingga membentuk suatu
keseimbangan (kesamaan tinggi) kolom slurry di dalam tubing dan annulus. Tubing
di angkat di atas cement slurry dan tubing di lakukan sirkulasi balik untuk
membersihkan kelebihan semen. Tekanan squeeze di berikan untuk menekan slurry
ke dalam perforasi, setelah final squeeze pressure didapat, tubing kemudian
diturunkan untuk sirkulasi balik kelebihan semen, sampai cement plug masih tinggal
beberapa meter di atas perforasi.
Gambar 2.4 Proses Metode Bradenhead Squeeze
(Nelson, EB. 1990)
D. Squeeze Tool Technique
Pada metode ini pekerjaan squeeze dibantu oleh beberapa peralatan tambahan.
Teknik ini dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu retrievable squeeze packer
method dan drillable cement retainer method. Tujuan utama menggunakan peralatan
tambahan ini adalah untuk mengisolasi casing dan kepala sumur ketika tekanan
squeeze yang tinggi diberikan kepada sumur.
Gambar 2.5 Bridge Plug Dan Squeeze Packer
(Nelson, EB. 1990)
E. Hesitation Squeeze
Hesitation squeeze adalah satu-satunya prosedur pemompaan yang
menghasilkan nilai fluid loss yang kecil dari semen yang masuk ke dalam lubang
perforasi. Pekerjaan pemompaan ini secara langsung memiliki proses tahapan
pemompaan (dari ¼ sampai ½ bbl/min), dan dipisahkan oleh selang waktu 10 sampai
20 menit untuk tekanan leak off agar hilangnya filtrat ke dalam formasi.
Adalah salah satu bagian dari pekerjaan secondary cementing yang bertujuan
untuk mem-plug suatu zona tertentu dalam sebuah sumur. Dimana biasanya pekerjaan
plug ini dilakukan pada trayek open hole, atau formasi yang lemah yang tidak
dimungkinkan untuk dipasang casing. Dan berdasarkan metode pengerjaannya maka
plug cementing dapat dibedakan menjadi:
Dump boiler method, adalah salah satu metode penempatan plug cementing
menggunakan alat tambahan bernama dump boiler, dimana ketika pengerjaannya
digunakan wireline untuk menurunkan alat ini, dan biasanya dibantu oleh bridge plug
untuk membatasi zona di bawahnya.
F30 = =
Dimana:
F30 = Filtrat pada 30 menit, ml
Ft = Filtrat pada t menit,ml
T = Waktu pengukur, menit
Pada primary cementing, filtration loss yang diijinkan sekitar 150-250 cc
yang diukur selama 30 menit dengan menggunakan saringan berukuran 325 mesh dan
pada tekanan 1.000 psi. Sedangkan pada squeeze cementing, filtration loss diijinkan
sekitar 55 - 65 cc selama 30 menit.
2.6.6 Permeabilitas
Permeabilitas diukur pada semen yang mengeras, dan bermakna sama dengan
permeabilitas pada batuan formasi yang berarti kemampuan untuk mengalirkan
fluida. Semakin besar permeabilitas semen maka semakin banyak fluida yang dapat
melalui semen tersebut, dan begitu pula untuk keadaan yang sebaliknya. Dalam hasil
penyemenan, permeabilitas semen yang diinginkan adalah tidak ada atau sekecil
mungkin. Karena bila permeabilitas semen besar akan menyebabkan terjadinya
kontak fluida antara formasi dengan annulus dan strength semen berkurang, sehingga
fungsi semen tidak akan seperti yang diinginkan, yaitu menyekat casing dengan
fluida formasi yang korosif. (Rubiandini, 2010)
Bertambahnya permeabilitas semen dapat disebabkan karena air pencampur
terlalu banyak, karena kelebihan aditif atau temperatur formasi yang terlalu tinggi.
Perhitungan permeabilitas semen di laboratorium dapat dilakukan dengan
menggunakan 'Cement Permeameter'. Dengan menggunakan sampel semen,
permeabilitas diukur dengan mengukur laju alir air yang melalui luas permukaan
sampel yang diberi perbedaan tekanan sepanjang sampel tersebut. Perhitungan
permeabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Darcy berikut :
k=
dimana:
k = Permeabilitas, D
q = Laju alir, ml/s
= Viscositas air, cp
L = Panjang sampel, cm
A = Luas permukaan sampel, cm2
∆P = Perbedaan tekanan, atm
Gambar 2.9 Efek Sodium Klorida pada Thickening Time dan Compressive Strength
B. Retarder
Retarder adalah aditif yang dapat memperlambat proses pengerasan suspensi
semen, sehingga suspensi semen mempunyai waktu yang cukup untuk mencapai
kedalaman target yang diinginkan. Retarder sering digunakan dalam menyemen
casing pada sumur-sumur yang dalam, sumur-sumur yang bertemperatur tinggi atau
untuk kolom penyemenan yang panjang. Aditif yang berlaku sebagai retarder antara
lain lignosulfonat, senyawa-senyawa asam organik dan CMHEC.
C. Extender
Extender adalah aditif yang berfungsi untuk menaikkan volume suspensi
semen, yang berhubungan dengan mengurangi densitas suspensi semen tersebut. Pada
umumnya penambahan extender ke dalam suspensi semen diikuti dengan
penambahan air. Adapun yang termasuk extender antara lain bentonite, attapulgite,
sodium silikat, pozzolan, perlite dan gilsonite.
D. Weighting agents
Weighting agents adalah aditif-aditif yang berfungsi menaikkan densitas
suspensi semen. Umumnya weighting agents digunakan pada sumur-sumur yang
mempunyai tekanan formasi yang tinggi. Aditif-aditif yang termasuk ke dalam
weighting agents adalah hematite, ilmenite, barite dan pasir.
E. Dispersant
Dispersant adalah aditif yang dapat mengurangi viskositas suspensi semen.
Pengurangan vikositas atau friksi terjadi karena dispersant mempunyai kelakuan
sebagai thinner (pengencer). Hal ini menyebabkan suspensi semen menjadi encer,
sehingga dapat mengalir dengan aliran turbulen walaupun dipompa dengan rate yang
rendah. Aditif-aditif yang tergolong dispersant adalah senyawa-senyawa sulfonat.
Polymelamine Sulfonate. Polymelamine sulfonate (PMS) dengan kandungan 0,4%
BWOC sering dicampur dengan suspensi semen sebagai dispersant. Sampai
temperatur 85°C (185°F), PMS tetap efektif karena unsur-unsur kimianya masih
stabil.
Sak Semen =
Yield =
Dimana :
7.481 = konversi satuan dari gallon volume menjadi cuft volume
C. Mixing Water
Mixing Water adalah jumlah air yang dibutuhkan campuran semen dan
additive untuk menjadi cement slurry. Perhitungan mixing Water ditentukan dengan
persamaan:
Mixing Water = total sak semen x mix Water
D. Volume Displacement
Volume displacement merupakan volume fluida pendorong yang dibutuhkan
untuk mendorong suspensi semen dari dalam casing agar keluar ke annulus. Besarnya
displacement volume merupakan volume casing dari permukaan sampai collar.
Volume displacement ditentukan dengan persamaan:
Displacement volume = Ccasing x Hcollar
Dimana :
C = kapasitas casing, bbl
H = kedalaman, ft