Anda di halaman 1dari 8

Tugas Individu

Ilmu Reproduksi Ternak

“GAMETOGENESIS”

Oleh :

Nama : Fadhliyah Aminuddin


NIM : I111 16 057
Kelas : A1

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
GAMETOGENESIS

Gametogenesis adalah proses pembentukan sel gamet, baik gamet jantan


maupun betina. Pembelahan sel pada gametogenesis terjadi secara meiosis.
Setelah meiosis, terjadi pematangan sel untuk menjadi sel gamet sesuai spesies
makhluk hidup.
Pada hewan gametogenesis terjadi pada organ reproduksi makhluk hidup
multiseluler. Pada hewan jantan terjadi organ testis yang disebut spermatogenesis.
Pada hewan betina terjadi di organ ovarium yang disebut oogenesis.
Gametogenesis adalah proses pembentukan, pembelahan, dan pematangan
sel- sel gamet sampai menjadi sel gamet yang siap berperan dalam proses
reproduksi. Pada pria spermatogenesis dan pada wanita oogenesis. Sifat kelamin
pria dan wanita ditentukan secara genetik oleh kombinasi kromosom. Pada pria :
46XY (sering disebut juga 44+XY) dan pada wanita : 46XX (sering disebut juga
44+XX). Sel-sel yang berperan pada peristiwa reproduksi menjadi bakal
keturunan selanjutnya. Disebut juga sel benih. Pada pria disebut sel sperma dan
pada wanita disebut sel telur / ovum. Tujuan pembelahan sel-sel adalah proses
regenerasi (mitosis) dan proses pengurangan kromosom (meiosis).

SPERMATOGENESIS

Spermatogenesis dapat didefinisikan sebagai ‘proses yang terjadi pada


gonad organisme hewan jantan yang bereproduksi secara seksual, dimana sel-sel
germinal hewan jantan terdiferensiasi berkembang menjadi spermatosit, yang
kemudian berubah menjadi spermatozoa.
Spermatozoa adalah gamet jantan dewasa yang hadir dalam organisme
yang secara melakukan reproduksi secara seksual, dan itu mirip dengan oogenesis
pada hewan betina. Spermatogenesis biasanya terjadi pada tubulus seminiferus
testis dalam serangkaian tahap, diikuti oleh kematangan dalam epididimis, di
mana mereka menjadi siap untuk disahkan sebagai air mani bersama dengan
sekresi kelenjar lainnya.
Proses ini dimulai pada saat pubertas karena tindakan hipotalamus,
kelenjar pituitari, dan sel-sel Leydig, dan proses hanya berakhir setelah kematian.
Namun, jumlah sperma akan berkurang secara bertahap seiring dengan
bertambahnya usia, akhirnya menyebabkan infertilitas.
Fungsi dari spermatogenesis adalah untuk menciptakan gamet jantan
dewasa, yang secara efektif dapat membuahi gamet betina untuk membentuk
organisme bersel tunggal yang disebut zigot, yang akhirnya mengarah ke
pembelahan dan perbanyakan sel untuk membentuk janin. Juga, untuk memiliki
keturunan yang sehat, jumlah kromosom harus dipertahankan dalam jumlah tetap
pada tubuh, yang, kegagalan dapat menyebabkan kelainan seperti sindrom
Klinefelter, sindrom Down, atau aborsi janin. Spermatogenesis bekerja untuk
menghindari hal ini.

PROSES SPERMATOGENESIS

Tempat pembentukan sperma berada pada Tubulus Seminiferus di dalam


testis. Proses pembentukan sperma ini dinamakan Spermatogenesis. Pada Tubulus
Seminiferus terdapat dinding yang terlapisi oleh sel Germinal Primitif yang
mengalami kekhususan. Sel germinal ini disebut Spermatogonium. Setelah
mengalami pematangan, spermatogonium memperbanyak diri sehingga membelah
secara terus-menerus (Mitosis). Dalam proses pembentukan sperma
(Spermatogenesis) dipengaruhi oleh beberapa hormon, yaitu :
 LH (Luteinizing Hormone) merangsang sel Leydig untuk menghasilkan
hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu
tumbuhnya sifat kelamin sekunder.
 FSH (Folicle Stimulating Hormone) merangsang sel Sertoli untuk
menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu
spermatogonium untuk memulai proses spermatogenesis. Proses
pemasakan spermatosit menjadi spermatozoa disebut spermiogenesis.
Spermiogenesis terjadi di dalam epididimis dan membutuhkan waktu
selama 2 hari.

Dalam Proses Pembentukan Sperma (Spermatogenesis) secara singkat


sebagai berikut : Spermatogonium mempunyai jumlah kromosom diploid (2n).
Spermatogoium ini menempati membran basah atau bagian terluar dari Tubulus
Seminiferus yang akan mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang
menjadi Spermatosit Primer. Spermatosit Primer mengandung kromosom diploid
(2n) pada intinya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan
dua anak, yaitu Spermatosit Sekunder. Proses pembentukan Spermatosit
Sekunder, dimulai saat Spermatosit Primer menjauhi dari lamina basalis,
sitoplasma makin banyak, dan terjadilah meiosis pertama yang membentuk dua
spermatosit sekunder yang masing-masing memiliki kromosom haploid (1n).
Proses meiosis pertama ini langsung diikuti dengan pembelahan meiosis kedua
yang membentuk empat spermatid, masing-masing dengan kromosom haploid.
Akhirnya spermatid akan bertranformasi membentuk spermatozoa. Proses
spermatogenesis ini terjadi pada suhu normal tetapi lebih rendah dari pada suhu
tubuh, dan proses ini juga dipengaruhi oleh sel sertoli.

TAHAP-TAHAP SPERMATOGENESIS

Pada fase awal spermatogenesis, spermatogonium bersifat diploid (2n).


Secara mitosis, spermatogonium akan berubah menjadi spermatosit primer (2n).
Berikutnya, spermatosit primer membelah menjadi spermatosid sekunder secara
meiosis (Meiosis I). Jumlah spermatosit sekunder ada dua, sama besar dan bersifat
haploid (n). Melalui fase Meiosis II, spermatosit sekunder membelah menjadi
empat spermatid yang sama bentuk dan ukurannya. Selanjutnya, spermatid
berkembang menjadi sperma matang yang bersifat haploid (n).
Jika dilihat dari tahapannya, proses spermatogenesis dibagi menjadi tiga
tahapan :
1) Tahapan Spermatocytogenesis
Yaitu tahapan spermatogonium yang bermiosis menjadi spermatid primer,
proses ini dipengaruhi oleh sel sertoli, dengan sel sertoli yang memberi nutrisi-
nutrisi kepada spermatogonium, sehingga dapat berkembang menjadi spermatotid.
2) Tahapan Meiosis
Merupakan tahapan spermatosit primer bermitosis I membentuk
spermatosit sekunder dan langsung terjadi meiosis II yaitu pembentukan
spermatid, dari spermatosit sekunder.
3) Tahapan Spermiogenesis
Merupakan tahapan terakhir pembentukan spermatozoa, dimana terjadi
transformasi dari spermatid menjadi spermatozoa. Setelah terbentuk spermatozoa,
Sperma ini terdiri dari tiga bagian yaitu kepala sperma, leher sperma dan ekor
sperma.

STRUKTUR SPERMA MATANG

Struktur sperma matang terdiri dari:


 Kepala
Pada bagian ini sperma mengandung suau lapisan tipis sitoplasma dan
sebuah inti berbentuk lonjong dan dan hampi mengisi seluruh bagian dari kepala
sperma. Bagian depan disebut acrosom( memiliki enzim hydrolytic yang terdiri
dariacrosin dan hyaluronidase yang dibutuhkan saat fertilisasi ) dan bagian
belakang dinamakan sentriol. Serta bagian ini juga mempuyai inti sel yang
mempuyai arati pentin dalam masalah reproduksi
 Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan
dan bagian depan filament poros.
 Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan
sentriol belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini
sebagai tenaga pusat sperma karena mitokondria memiliki enzim yang
menggerakkan asam trikakboksilat dan transport electron serta fosfolirasi
oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
 Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor
ini mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit
mengandung sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-
fibril yang seperti cilia tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri
dari 9 pasangan fibril perifer. Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor
sperma.
OOGENESIS

Gametogenesis pada hewan betina disebut oogenesis. Oogenesis


merupakan proses pembentukan sel kelamin (gamet) betina atau oosit. Proses ini
bersamaan dengan proses pembentukan folikel yang dikenal dengan
folikulogenesis. Oogenesis terjadi dalam gonad betina (ovarium) pada bagian
korteks. Umumnya tahap-tahap oogenesis serupa dengan spermatogenesis. Sel
induk telur (oogonium) menjad besar sebelum membelah secara meiosis. Sel
yang menjadi besar ini disebut oosit primer. Akan tetapi, dibandingkan
spermatogenesis, ada dua perbedaan utama pada oogenesis. Pertama, sel oosit
primer jauh lebih besar karena mengandung komponen sitoplasmik lebih banyak.
Kedua, dua oosit sekunder (hasil pembelahan meiosis I) berbeda ukuran dan
fungsi. Salah satu sel oosit sekunder memiliki ukuran lebih besar.
Sel oosit sekunder yang berukuran lebih besar ini akan melakukan meiosis
II yang hanya akan menghasilkan satu uvum (sel telur) yang sehat dan fungsional
dan satu badan kutub yang akan mengalami degenerasi. Sedangkan sel oosit
sekunder yang berukuran lebih kecil (badan kutub pertama) juga mengalami
degenerasi (mati). Dengan demikian, dari total empat sel haploid hanya satu sel
haploid saja yang fungsional menjadi sel ovum, sedangkan tiga sel lainnya
mengalami degenerasi.
Jumlah chromosom didalam ovum (keadaan haploid); pada sapi 30;
domba 27; babi 19. Diameter folikel de Graaf sebelum ovulasi (mm); pada sapi
12-19; pada domba 5-8; pada babi 8-12. Diameter ovum yang matang tanpa zona
pellucida (mikron); pada sapi 120-160; domba 140-185; babi 120-170. Jumlah
folikel yang pecah pada setiap estrus (ovulation red) pada sapi 1-2; domba 1-4;
babi 10-25. Umur kesuburan ovum (jam) pada sapi 18-20; domba 12-24; babi 12-
24.

TAHAP-TAHAP OOGENESIS

Tahap Pertama Proliferasi yaitu di dalam ovari fetus. Pada akhir bulan
ketiga usia fetus, semua oogonium yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan
siap memasuki tahap pembelahan. Semula oogonia membelah secara mitosis
menghasilkan oosit primer.
Pada perkembangan fetus selanjutnya, semua oosit primer membelah pada
tahap meiosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan meiosis tersebut
berhenti hingga bayi perempuan dilahirkan, ovariumnya mampu menghasilkan
sekitar 2 juta oosit primer, tetapi mengalami kematian setiap hari sampai masa
pubertas
Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan meiosis I. Hasil
pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit
sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer (polosit
primer).
Pada tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan
mengalami pembelahan meiosis II. Pada saat itu, oosit sekunder akan membelah
menjadi dua sel, yaitu satu sel berukuran normal disebut ootid dan satu lagi
berukuran lebih kecil disebut badan polosit sekunder. Badan kutub tersebut
bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari
pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder.
Kemudian tahap terakhir Transformasi atau pematangan dimanaOotid
mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga
badan kutub mengalami degenerasi (hancur). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pada oogenesis hanya menghasilkan satu ovum.

HORMON-HORMON YANG BERPERAN DALAM PROSES OOGENESIS

Proses pembentukan oogenesis dipengaruhi oleh kerja beberapa hormone.


Pada wanita usia reproduksi terjadi siklus menstruasi oleh aktifnya aksis
hipothalamus-hipofisis-ovarium. Hipothalamus menghasilkan hormon GnRH
(gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi
hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (luteinizing hormone). FSH
dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi
hormon estrogen dan progesteron.
LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron
dan merangsang ovulasi. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya
sifat kelamin sekunder.FSH merangsang ovulasi dan merangsang folikel untuk
membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel. Sertahormon prolaktin
merangsang produksi susu.
Mekanisme umpan balik positif dan negatif aksis hipothalamus-hipofisis-
ovarium yaitu tingginya kadar FSH dan LH akan menghambat sekresi hormon
GnRH oleh hipothalamus. Sedangkan peningkatan kadar estrogen dan progesteron
dapat menstimulasi (positif feedback, pada fase folikuler) maupun menghambat
(inhibitor atau negatif feedback, pada saat fase luteal) sekresi FSH dan LH di
hipofisis atau GnRH di hypothalamus.

Anda mungkin juga menyukai