Anda di halaman 1dari 3

DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN

Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadikan masyarakat semakin
mudah mendapatkan layanan kesehatan. Hal ini tentu menjadi tantangan bagi pihak pemberi
layanan kesehatan untuk memberikan fasilitas terbaik dan dapat menjamin kualitas pelayanan
kesehatan agar tingkat kesehatan masyarakat juga meningkat. Pelayanan kesehatan terutama
bidang keperawatan menjadi hal yang paling dirasakan bagi pasien karena pemberian asuhan
keperawatan dapat diberikan selama 24 jam. Menurut Potter & Perry (2005) salah satu
indikator kualitas pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah pelayanan keperawatan yang
berkualitas, keberhasilan pelayanan tergantung dari partisitasi perawat dalam memberikan
pelayanan yang berkualitas bagi pasien.

Namun, pada kenyataannya risiko yang diakibatkan dalam pemberian pelayanan


kesehatan masih terus terjadi. Misalnya selama perawatan di rumah sakit pasien mengalami
infeksi nosokomial, luka dekubitus, atau infeksi yang disebabkan karena tindakan medik
yang lainnya. Hal ini tentu berdampak pada biaya perawatan yang bertambah akibat semakin
lama dirawat dan di rumah sakit dan mungkin dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat
atau pasien terhadap pemberi layanan kesehatan. Perkembangan teknologi dan
penggunaannya dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan merupakan suatu inovasi yang
sedang terjadi dewasa ini termasuk di Indonesia. Teknologi informasi dimungkinkan dapat
berperan untuk meningkatkan kewaspadaan, mengelola masalah klinis yang terjadi, dan
meningkatkan kepatuhan dalam memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar operasional
prosedur. Teknologi dapat secara efektif digunakan dalam pelayanan kesehatan untuk
meningkatkan proses, standar, dan protokol untuk menghasilkan hasil yang lebih baik dan
meningkatkan keselamatan pasien (Mason, Leavitt, & Chaffee, 2007 dikutip oleh Krummen,
2010).

Perawatan pasien berbasis teknologi menjadi semakin kompleks, mengubah cara


pelayanan keperawatan. Sebelum aplikasi teknologi meluas , perawat sangat bergantung
pada kemampuan indra mereka seperti penglihatan, sentuhan, penciuman, dan pendengaran
untuk memantau dan mendeteksi perubahan status pasien. Seiring dengan berjalannya waktu,
kemampuan indra perawat digantikan dengan teknologi yang dirancang untuk mendeteksi
perubahan kondisi fisik pasien.
Secara optimal, teknologi dirancang untuk meminimalkan kesalahan dan memberi
penangananan yang cepat bila kesalahan terjadi dengan cara (1) menghilangkan kesalahan
dan kejadian buruk, (2) mengurangi terjadinya kesalahan / kejadian buruk, (3) mendeteksi
kesalahan awal, sebelum kecelakaan terjadi, dan (4) mengurangi dampak dari kesalahan
setelah mereka muncul untuk meminimalkan injury. Penggunaan alarm dan sistem peringatan
dalam pemberian asuhan keperawatan untuk mendeteksi kesalahan sebelum cedera perlu
dipertimbangkan. Beberapa contoh penggunaan alarm antara lain : alarm pada pompa IV,
alarm monitor jantung, dan alarm ventilator. Semua sistem peringatan tergantung pada
kemampuan perawat untuk melihat peringatan itu, proses alarm dan memahami apa yang
terjadi, dan akhirnya mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi risiko pada patient
(Cope, Nelson, Paterson, 2008).

Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Pemberian Pelayanan Keperawatan

1. Electronic Medical Record (EMR)


Sebagai contoh perkembangan teknologi informasi dalam pelayanan kesehatan adalah
Electronic Medical Record (EMR). Catatan – catatan medis (Medical Record) sangatlah
diperlukan untuk pelayanan bagi pasien karena dengan data yang lengkap dapat
memberikan informasi dalam menentukan keputusan baik pengobatan, penanganan,
tindakan medis dan lainnya. Electronic Medical Record (EMR) adalah rekam medis
seumur hidup pasien dalam format elektronik, dan bisa diakses dengan komputer dari
suatu jaringan dengan tujuan utama menyediakan atau meningkatkan perawatan serta
pelayanan kesehatan yang efisien dan terpadu. EMR dapat mencakup banyak informasi
seperti demografis, kontak darurat, asuransi, afiliasi rohani, obat dan alergi, hasil
laboratorium dan riwayat medis pasien saat rawat inap, sehingga hal itu dapat lebih
banyak memungkinkan perawat melakukan tindakan perawatan langsung daripada
banyak mencari informasi.
Pengggunaan EMR harus mencakup keamanan computer atau computer security yang
terdiri dari empat aspek, yaitu privacy atau Confidentiality, integrity, autentikasi, dan
availability ketersediaan. Selain itu juga aspek control yaitu aspek yang menekankan
pada cara pengaturan akses terhadap informasi. Access control dapat mengatur siapa-
siapa saja yang berhak untuk mengakses informasi atau siapa-siapa saja yang tidak
berhak untuk mengakses informasi. Sistem EMR yang telah memasukkan ketentuan
kenyamanan untuk menandai error yang mungkin terjadi dan secara cepat
memperbaikinya, mengingat, dan menandai masukan yang meragukan.
Electronic Medical Record (EMR) dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi bagi
perawat untuk mengatur data alur kerja dan memungkinkan perawat lebih memberikan
pelayanan keperawatan secara langsung kepada pasien. EMR bertujuan untuk melayani
sebagai mekanisme untuk meningkatkan kualitas penjagaan yang diberikan kepada
pasien, membantu memfasilitasi komunikasi yang efektif dan meningkatkan dampak
keselamatan pasien secara positif melalui pengurangan kesalahan pengobatan dan
memberikan tambahan cek dan keseimbangan dalam alur kerja harian sehingga dapat
membantu kinerja perawat yang bersama pasien selama 24 jam. Sehingga, dapat
disimpulkan bahwa EMR dapat membantu meningkatkan kinerja perawat untuk
berinteraksi seacara langsung kepada pasien. Namun disamping hal itu, muncul
kekhawatiran bahwa kinerja perawat untuk berinteraksi langsung dengan pasien
berkurang karena banyak melakukan interaksi dengan komputer. Selain itu, motivasi dan
kompetensi perawat dalam pengoperasian sistem medical record elektronik juga perlu
ditingkatkan untuk menjaga validasi dan data yang dimasukkan dalam sistem EMR
sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2. Personal Digital Assistant (PDA)


Salah satu tujuan yang paling menonjol dari keperawatan modern saat ini adalah
membuat body of knowledge yang berbasis bukti komprehensif dan menggunakan
pengetahuan ini untuk membimbing dan memberikan alasan untuk pelayanan perawatan
yang terbaik. Personal Digital Assistant (PDA) memiliki kemampuan untuk membuat
informasi berbasis bukti yang tersedia untuk perawat kapan dan dimana saja mereka
membutuhkannya.
PDA memiliki potensi untuk mengurangi kesalahan dalam pengobatan dengan
menyediakan sumber referensi portabel dan nyaman bagi penyedia layanan kesehatan.
Manfaat dalam penggunaan Personal Digital Assistant:
1. Dapat digunakan di mana saja/ kapan saja
2. Memungkinkan akses mudah ke sejumlah besar data sehingga mengurangi
kejadian medication error
3. Meningkatkan komunikasi antar perawat dan antar perawat dengan anggota tim
kesehatan lainnya
4. Meningkatkan efisiensi dan akurasi dokumentasi keperawatan
5. Sangat berguna untuk mengumpulkan dan mendokumentasikan data pasien
6. Mengurangi penggunaan kertas melalui transmisi nirkabel.
Selain banyak keuntungan yang dapat diperoleh dalam penggunaan PDA di pelayanan
keperawatan, maka ada juga hal-hal yang harus diperhatikan dalam menggunakan PDA
dalam keperawatan yaitu:
1. Menjaga kerahasiaan pasien, perawat bertanggung jawab untuk memastikan
bahwa mereka dilindungi password dan bahwa program enkripsi data terinstal.
2. PDA dapat terinfeksi bakteri dan dengan demikian memiliki potensi untuk
menjadi vektor untuk infeksi nosokomial.
Namun, perkembangan pemanfaatan PDA di dunia keperawatan Indonesia
nampaknya masih sangat minim, berbeda dengan di luar negeri yang sudah berkembang
pesat. Kemungkinan faktor penghambatnya yaitu kurang terpaparnya perawat Indonesia
dengan teknologi informatika khusunya PDA, masih bervariasinya tingkat pengetahuan
dan pendidikan perawat, dan belum terintegrasinya sistem informasi manajemen berbasis
IT dalam praktek keperawatan di klinik.
Mungkin perlu adanya terobosan dari organisasi profesi perawat dengan institusi
pelayanan kesehatan untuk lebih mengaplikasikan lagi sistem informasi berbasis IT
dalam memberikan pelayanan ke pasien. Semula memang terasa menyulitkan dan
membutuhkan waktu lebih lama saat menerapkan program tersebut. Namun setelah
terbiasa terasa sangat membantu perawat sehingga mengurangi administrasi kertas kerja
dalam asuhan keperawatan. Seperti contohnya, perawat tidak perlu lagi mengisi format
tanda vital/ vital signs pasien (dengan pulpen warna biru, merah, hitam, hijau, dsb),
cukup dengan langsung entry ke dalam komputer. Sehingga yang semula ada sekitar 6
lembar kertas kerja yang perlu diidikan, sekarang cukup 1 kertas saja yaitu nurses notes
(catatan keperawatan).
Penggunaan teknologi PDA ini sebaiknya secara bertahap sudah mulai diterapkan di
Indonesia supaya pelayanan keperawatan yang diberikan semakin lebih baik dan
bermutu. Akan tetapi tentu harus diimbangi dengan kemampuan perawat itu sendiri
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga penggunaan teknologi PDA
tersebut betul-betul bermanfaat dan berhasil guna.

Anda mungkin juga menyukai