Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Om Swastiastu

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat Nya
kami dapat menyelesaikan tugas matakuliah sisitem muskoloskeletal dengan judul “Anatomi
Fisiologi Muskuloskeletal” tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada pihak pihak yang telah ikut terlibat
dan membantu dalam peyelesaian tugas ini. Penulismeminta maaf jika ada kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan maupun isi dari materi yang kami tuliskan dalam makalah ini.
Semoga materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan
pikiran bagi pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Om Shanti, Shanti, Shanti Om.

Denpasar, 16 Januari 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................... 1
C. Tujuan............................................................................................................................ 1
BAB II Landasan Teori...................................................................................................... 2
A. Muskulo......................................................................................................................... 2
1. Anatomi.......................................................................................................................... 2
2. Fisiologi Otot Kerangka................................................................................................. 3
3. Body Mekanikal (System Pengangkat Tubuh)............................................................. 15
B. Skeletal......................................................................................................................... 17
1. Klasifikasi Tulang Berdasarkan Penyusunnya.............................................................. 17
2. Klasifikasi Tulang Berdasarkan Bentuknya.................................................................. 17
3. Rangka Manusia............................................................................................................ 18
BAB III Penutup.................................................................................................................. 3
A. Kesimpulan................................................................................................................... 32
B. Saran.............................................................................................................................. 32
Daftar Pustaka ....................................................................................................................33
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Tubuh manusia merupakan suatu unit yang kompleks tersusun dari bermiliaran sel
yang bergabung memberntuk jaringan, organ sistem organ yang memiliki anatomi dan
fisiologi. Salah satu sistem tersebut adalah sisitem muskuloskletal.
Sistem muskulo skeletal adalah sistem yang berfungsi dalam pergerakan manusia,
terdiri dari muskulo(otot) dan skeletal (tulang). Sistem muskulo atau otot adalah organ
yang merupakan alat gerak aktif manusia yang bersama tulang-tulang (sistem skeletal)
sebagai alat gerak pasif, bekerja bersama-sama dalam menopang tubuh, menciptakan
gerakan dan sebagai tempat metabolisme zat yang diperlukan tubuh seperti darah dan
metabolisme karbohidrat.
Perlunya pengetahuan akan sistem muskuloskeletal bagi mahasiswa perawat baik dari
anatomi, fisiologi, serta biokimia dari sistem muskulo skeletal agar dapat mengetahui
keadaan patologis serta memberikan asuhan keperawatan dengan tepat pada klien
nantinya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana anatomi sistem muskulo?
2. Bagaimana fisiologi dari sistem muskulo?
3. Bagaimana anatomi sistem skeletal?
4. Bagaimana fisiologi sistem skeletal?
5. Bagaimana bodi mekanikal dari sistem muskuloskeletal?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui bagaimana anatomi sistem muskulo
2. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi dari sistem muskulo
3. Untuk mengetahui bagaimana anatomi sistem skeletal
4. Untuk mengetahui bagaimana fisiologi sistem skeletal
5. Untuk mengetahui bagaimana bodi mekanikal dari sistem muskuloskeletal.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. MUSKULO
1. Anatomi
Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi. Terdapat lebih
dari 600 buah otot pada tubuh manusia. Sebagian besar otot-otot tersebut dilekatkan
pada tulang-tulang kerangka tubuh oleh tendon, dan sebagian kecil ada yang melekat
di bawah permukaan kulit (Ethel. 2003).
Jenis-jenis otot
a. Otot rangka, merupakan otot lurik, volunter, dan melekat pada rangka. Terdapat
pada system skelet, memberikan pengontrolan pergerakan, mempertahankan
postur tubuh dan menghasilkan panas. Serabut otot sangat panjang, sampai 30
cm, berbentuk silindris dengan lebar berkisar antara 10 mikron sampai 100
mikron. Setiap serabut memiliki banyak inti yang tersusun di bagian perifer.
Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Struktur Mikroskopis Otot Skelet/Rangka:
1) Otot skelet disusun oleh bundel-bundel paralel yang terdiri dari serabut-
serabut berbentuk silinder yang panjang, disebut myofiber /serabut otot.
2) Setiap serabut otot sesungguhnya adalah sebuah sel yang mempunyai banyak
nukleus ditepinya.
3) Cytoplasma dari sel otot disebut sarcoplasma yang penuh dengan bermacam-
macam organella, kebanyakan berbentuk silinder yang panjang disebut
dengan myofibril.
4) Myofibril disusun oleh myofilament-myofilament yang berbeda-beda
ukurannya, yang kasar terdiri dari protein myosin dan yang halus terdiri dari
protein aktin/actin.
b. Otot Polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter. Jenis otot ini dapat
ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada
dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius,
dan sistem sirkulasi darah. Otot ini mendapat rangsang dari saraf otonom yang
berkontraksi di luar kesadaran. Serabut otot berbentuk spindel dengan nukleus
sentral. Serabut ini berukuran kecil, berkisar antara 20 mikron (melapisi
pembuluh darah) sampai 0,5 mm pada uterus wanita hamil, kontraksinya kuat dan
lamban.
Struktur Mikroskopis Otot Polos: Sarcoplasmanya terdiri dari myofibril yang
disusun oleh myofilamen-myofilamen.
Jenis otot polos
Ada dua kategori otot polos berdasarkan cara serabut otot distimulasi untuk
berkontraksi.
1) Otot polos unit ganda ditemukan pada dinding pembuluh darah besar, pada
jalan udara besar traktus respiratorik, pada otot mata yang memfokuskan
lensa dan menyesuaikan ukuran pupil dan pada otot erektor pili rambut.
2) Otot polos unit tunggal (viseral) ditemukan tersusun dalam lapisan dinding
organ berongga atau visera. Semua serabut dalam lapisan mampu
berkontraksi sebagai satu unit tunggal. Otot ini dapat bereksitasi sendiri atau
miogenik dan tidak memerlukan stimulasi saraf eksternal untuk hasil dari
aktivitas listrik spontan.
c. Otot Jantung
Otot jantung merupakan otot lurik, disebut juga otot serat lintang involunter. Otot
ini hanya terdapat pada jantung dan berkontraksi di luar pengendalian, bekerja
terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa
istirahat, yaitu setiap kali berdenyut. Struktur Mikroskopis Otot Jantung mirip
dengan otot skeletal
2. Fisiologi otot kerangka
Sel otot dapat di rangsang secara kimia, listrik dan ekanik untuk menimbulkan suatu
potensi aksiyang dihantarkan sepanjang membran sel. Sel ini mengandung protein
kontraktil dan mempunyai mekanisme yang diaktifasi oleh potensial aksi. Kira-kira
40% dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka, kontraksi dapat diterapkan pada semua
jenis otot (Corwin, 2009).
a. Organisasi Otot Rangka Otot rangka terdiri dari serabut-serabut yang tersusun
dalam berkas yang disebut fasikel. Semakin besar otot, semakin banyak jumlah
serabutnya. Otot biseps lengan pada lengan atas adalah otot yang besar dan
tersusun dari 260.000 serabut. Otot kecil, seperti stapedius dalam telinga tengah,
hanya terdiri dari 1.500 serabut. Lapisan jaringan ikat fibrosa membungkus setiap
otot dan masuk ke bagian dalam untuk melapisi fasikel dan serabut individual.
Jaringan ini menyalurkan impuls saraf dan pembuluh darah ke dalam otot dan
secara mekanis mentransmisikan daya kontraksi dari satu ujung otot ke ujung
lainnya. Epimisium adalah jaringan ikat rapat yang melapisi keseluruhan otot dan
terus berlanjut sampai ke fascia dalam. Perimisium mengacu pada ekstensi
epimisium yang menembus kedalam otot untuk melapisi berkas fasikel.
Endomisium adalah jaringan ikat halus yang melapisi setiap serabut otot
individual.
b. Organisasi mikroskopik Serabut Otot Rangka
Miofibril adalah unit kontraktil yang mengalami spesialisasi, volumenya
mencapai 80% volume serabut. Setiap myofibril silindris terdiri dari miofilamen
tebal dan miofilamen tipis Miofilamen tebal terdiri terutama dari protein miosia.
Molekul myosin disusun untuk membentuk ekor berbentuk cambuk dengan dua
kepala globular, mirip dengan tongkat golf berkepala dua. Miofilamen tipis
tersusun dari protein aktin. Dua protein tambahan pada filament tipis adalah
tropomiosin dan troponin, melekat pada aktin. Pemitaan ditentukan berdasarkan
susunan miofilamen Pita A yang lebih gelap (anisotropic, atau mampu
mempolarisasi cahaya) yang terdiri dari susunan vertical miofilamen tebal yang
berselang-seling dengan miofilamen tipis. Pita I yang lebih terang (isotropic, atau
nonpolarisasi) terbentuk dari miofilamen aktin tipis yang memanjang ke dua arah
dari garis Z ke dalam susunan filament tebal. Garis Z terbentuk dari protein
penunjang yang menahan miofilamen tipis tetap menyatu di sepanjang myofibril.
Zona H adalah area yang lebih terang pada pita A miofilamen myosin yang tidak
tertembus filament tipis. Garis M membagi dua pusat zona H. pembagian ini
merupakan kerja protein penunjang lain yang menahan miofilamen tebal tetap
bersatu dalam susunan. Sarkomer adalah jarak antara garis Z ke garis Z lainnya.
c. Jenis serabut otot Otot rangka memiliki 3 serabut otot yang berbeda dalam
kecepatan berkontraksi, resistensinya terhadap keletihan dan kemampuan untuk
menghasilkan ATP, diantaranya:
1) Serabut merah kedut lambat: Serabut ini berdiameter kecil dan dikelilingi
oleh banyak kapiler yang menyediakan oksigen dan nutrisi. Serabut merah
kedut lambat mengandung konsentrasi pigmen merah pernapasan yang
sangat banyak yang mengikat molekul oksigen untuk memfasilitasi
pernapasan aerob(mioglobin). Kontraksi lambat dan resisten terhadap
keletihan.
2) Serabut putih kedut cepat : Serabut putih kedut cepat tidak memiliki
mioglobin, mitokondria, dan kapilarnyalebih sedikit tetapi simpanan
glikogen dan enzimnya lebih banyak sehingga dapat meningkatkan
kapasitasnya untuk melakukan glikolisis anaerob. Serabut ini lebih tebal,
mampu menghasilkan ATP dengan kecepatan tinggi tetapi cepat letih jika
simpanan glikogennya menipis serta serabut ini sesuai untuk melakukan
aktifitas muscular yang melonjak seperti berlari.
3) Serabut pertengahan: serabut ini berwarna merah, mengandung mioglobin,
memiliki sifat dan resistensi keletihan tingkat menengah dibadingan kedua
serabut sebelumnya. Rasio serabut kedut cepat ke lambat yang mungkin
ditentukan secara genetic bertanggung jawab terhadap variasi kemampuan
atletik seseorang (Corwin, 2009)
d. Mekanisme Interaksi Aktin dan Miosin
1) Hipotesis sliding filament : Selama kontraksi, panjang miofilamen aktin dan
myosin tetap sama tetapi saling bersilangan, sehingga memperbesar jumlah
tumpang tindih antar filament. Filament aktin kemudian menyusup untuk
memanjang ke dalam pita A, mempersempit dan menghalangi pita H.
Panjang sarkomer (dari garis Z ke garis Z lain) memendek saat kontraksi.
Pemendekan sarkomer akan memperpendek serabut otot individual dan
keseluruhan otot.
2) Dasar molekul untuk kontraksi : Molekul myosin terbentuk dari dua rantai
protein berat yang identik dan dua pasang rantai ringan. Bagian ekor rantai
yang berat berpilin satu sama lain dengan dua kepala protein globular atau
crossbridge, menonjol disalah satu ujungnya. Crossbridge menghubungkan
filament tebal ke filament tipis. Setiap crossbridge memiliki sisi pengikat
aktin, sisi pengikat ATP, dan aktivitas ATPase (enzim yang menghidrolisis
aktivitas ATP). Beberapa ratus molekul myosin tersusun dalam setiap
filament tebal dengan ekor cambuknya yang saling bertumpang tindih dan
kepala globularnya menghadap keujungnya.
3) Molekul aktin tersusun dari tiga protein F-aktin fibrosa terbentuk dari dua
rantai globular G-aktin yang berpilin satu sama lain. Molekul tropomiosin
membentuk filament yang memanjang melebihi subunit aktin dan melapisi
sisi yang berikatan dengan crossbridge myosin. Molekul troponin berikatan
dengan molekul tropomiosin dan menstabilkan posisi penghalang pada
molekul tropomiosin. Troponin adalah suatu kompleks yang tersusun dari:
Satu polipeptida yang mengikat tropomiosin. Satu polipeptida yang mengikat
aktin. Satu polipeptida yang mengikat ion-ion kalsium
4) Jika kalsium (Ca++) tidak ada, tropomiosin dan troponin mencegah
terjadinya ikatan antara aktin dan myosin. Jika kalsium ada, maka
reorginisasi troponin-tropomiosin memungkinkan terjadinya hubungan
antara aktin dan myosin.
e. Sifat Listrik otot kerangka
Kejadian listrik dan aliran ion dalam otot kerangka yang mendasarinya
samadengan yang ada di dalam saraf. Walaupun ada perbedaan kuntitatif dallam
waktu dan besar. Potensial membran istirahat 90 mv. Potensial aksi berlangsung
2-4 m/det dan dihantarkan sepanjang sepanjang serabut oleh sekitar 5 m/det.
Masa refrakter absolut selama 1-3 m/det dan polarisasi (gelombang listrik)
susulan relatif memanjang. Walaupun sifat listrik serabut sendiri di dalam suatu
otot tidakcukup berbeda untuk menghasilkan suatu yang menyerupai potensial
aksi gabungan, namun ada perbedaan ringan dalam ambang berbagai serabut.
1) Respon kontraktil Walaupun suatu respon normal tidak terjadi tanpa yang
lain namun sifat fisiologinya berbeda, depolarisasi (proses netralisasi
keadaan polar/kitub) membran serabut otot normalnya dimulai pada
membran akhir motorik, struktur khusus ujung saraf motorik potensial aksi
hantaran sepanjang serabut otot melalui respon kontraktil.
2) Potensial otot: Potensial aksi dalam saraf dapat diterapkan pada serat oot
rangka. Serat otot rangka demikian besarnya sehingga potensial aksi
sepanjang membran permukaannya hampir tidak menim,bulkan aliran di
dalam serat. Untuk menimbulkan kontraksi, arus listrik ini harus menembus
disekitar miofibril yang terpisah penyebarannya sepanjang tubulus
transversal (tubulus T) yang menembus seluruh jalan melalui serat otot dari
satu sisi ke sisi lain. Hal ini menyebabkan retikulum sarkolemik segera
melepaskan ion-ion kalsium ke sekitar miofibril dan ion kalsium
inimenimbulkan kontraks.
Mekanisme umum kontraksi otot
Timbul dan berakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan sebagai berikut:
1) Potensial aksi berjalan sepanjang sebuah saraf motorik sampai ke ujung
serat saraf.
2) Setiap ujung saraf menyekrasi substansi neurotransmiter yaitu asetil kolin
dalam jumlah sedikit.
3) Asetilkolin bekerja untuk area setempat pada membran saraf otot guna
membuka saluran asetilkolin melalui molekul-molekul protein dalam
membran serat saraf.
4) Terbukanya saluran asetilkolin memungkinkan sejumlah besar ion
natrium mengalir kebagian dalam membran serat otot pada titik terminal
saraf. Peristiwa ini menimbulkan potensial aksi serat saraf.
5) Potensial aksi berjalan seoanjang membran saraf otot dengan cara yang
sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.
6) Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot,
berjalan dlam serat otot ketika potensial aksi menyebakan retikulum
sarkolema melepas sejumlah ion kalsium, yang disimpan dalam retikulum
ke dalam miofibril.
7) Ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamen aktin dan
miosin yang menyebabkan bergerak bersama-sama menghasilkan
kontraksi.
8) Setelah kurang dari satu detik kalsium di pompakan kembali ke dalam
retikulum sarkoplasma tempat ion-ion disimpan sampai potensial aksi otot
yang baru lagi. (Ganong, 2008)
f. Kontraksi Secara Kimia
1) Di awal siklus kontraksi, ATP berikatan dengan kepala myosin disisi enzim
yang menghidrolisis, ATPase.
2) ATPase memecah ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik. Keduanya tetap
melekat di kepala myosin (ATP ADP + P +energy).
3) Energy yang dilepas melalui proses hidrolisis mengaktivasi kepala myosin
kedalam posisi yang condong, siap mengikat aktin.
4) Ion-ion kalsium, yang telah dilepas reticulum sarkoplasma berikatan dengan
troponin yang melekat pada tropomiosin dan aktin
5) Kompleks troponin- ion kalsium mengalami perubahan susunan yang
memungkinkan tropomiosin menjauhi posisi penghalang aktinnya.
6) Sisi pengikat- myosin pada aktin kemudian terbuka untuk memungkinkan
terjadinya perlekatan pada sisi pengikat-aktin di kepala myosin.
7) Saat pengikatan, ADP dan fosfat anorganik dilepas dari kepala myosin,dan
kepala myosin bergerak dan berputar kearah yang berlawanan untuk menarik
filament aktin yang melekat menuju pita H. Peristiwa ini disebut power
stroke kepala myosin.
8) Kepala myosin tetap terikat kuat pada aktin sampai sebuah molekul baru ATP
melekat padanya dan melemahkan ikatan antara aktin dan myosin.
9) Kepala myosin terlepas dari aktin,condong kembali dan siap untuk melekat
pada aktin di sisi baru, berputar dan kembali menarik untuk mengulangi
siklus.
10) Siklus tersebut terjadi dalam ribuan kepala myosin selama masih ada
stimulasi saraf, dan jumlah ion kalsium serta ATP mencukupi.
11) Relaksasi otot terjadi saat stimulasi saraf berhenti dan ion kalsium tidak lagi
dilepas. Ion kalsium ditransfer kembali ke reticulum sarkoplasma dengan
pompa kalsium dalam membrane reticulum sarkoplasma.
12) Rigor mortis.ATP diperlukan untuk melepas myosin dari aktin. Penipisan
ATP dalam otot secara total dan ketidakmampuan untuk menghasilkan lebih
banyak ATP, seperti yang terjadi setelah mati, mengakibatkan terjadinya
perlekatan permanen aktin dan myosin serta rigiditas otot. (Ganong. 2008)
g. Sumber dan Metabolisme Tenaga untuk Kontraksi Kontraksi otot memerlukan
tenaga dan otot merupakan suatu mesin untuk mengubah tenaga kimia menjadi
mekanik. Sumber tenaga ini memerlukan turunan fosfat organik yang kaya akan
tenaga di dalam otot. Sumber akhir merupakan metabolism. Antara karbohidrat
dan lipid hidrolisis ATP untuk memberikan tenaga bagi kontraksi. ATP
disintesis ulang dari ADP oleh tambahan suatu gugusan fosfat. Pada keadaan
normal, tenaga untuk reaksi endotermi (penyerapan panas) digunakan untuk
pemecahan glukosa mennjadi CO2 dan H2O. Di dalam otot terdapat senyawa
fosfat yang kaya akan tenaga lainnya dinamakan fosforil keratin yang
membentuk ATP dan ADP sehingga memungkinkan kontraksi berlanjut.
Pemecahan Karbohidrat
Banyak tenaga sintesis ulang ATP dan fosforil keratin berasal dari pemecahan
glukosa menjadi CO2 dan H2O, suatu bagian lintasan metabolik utama. Glukosa
dalam aliran darah memasuki sel melalui serangkaian reaksi kimia. Sumber lain
adalah glukosa intrasel yang berasal dari glikogen dan polimer karbohidrat yang
banyak terdapat dalam hati dan otot rangka. Bila O2 adekuat, maka piruvat
memasuki siklus asam sitrat melalui lintasan enzim pernapasan dan dinamakan
glikolisis anaerobik.
Produksi Panas Pada Otot
Secara termodinamik, tenaga yang diberikan otot harus sama dengan tenaga
yang dikeluarkan melalui kerja yang dilakukan otot, dan ikatan fosfat kaya
tenaga yang dibentuk untuk penggunaan panas.
Pembentukan Energi pada Kontraksi Otot
Bila kontraksi otot melawan beban, maka dikatakan otot melakukan kerja. Hal
ini berarti enegi dipindahkan dari otot ke beban eksternal untuk mengangkat
suatu objek ke tempat yang lebih tinggi dan mengimbangi tahanan pada waktu
melakukan gerak
h. Kendali Saraf pada Kontraksi Otot Rangka
1) Setiap serabut otot menerima satu ujung neuron motorik somatik, sel saraf
pada medulla spinalis yang mentransmisi impuls ke otot rangka.
2) Ujung saraf motorik, yang disebut akson atau serabut saraf, menjalar
dengan sejumlah serabut serupa dari neuron motorik dalam sebuah saraf.
a) Serabut akson tunggal terbagi menjadi sejumlah percabangan yang
membentuk sambungan (junction) neuromuskular khusus dengan
serabut otot rangka.
b) Setiap terminal akson berada dalam indentasi penuh berisi cairan (celah
sinaptik) pada sarkolema, yang kemudian membentuk lipatan.
3) Lempeng ujung motorik merupakan sambungan sebuah cabang akson saraf
dan serabut otot rangka yang tidak berdekatan.
4) Unit motorik adalah salah satu neuron motorik (dan cabang-cabangnya)
serta semua serabut otot yang terinervasi di dalamnya.
a) Satu unit mototrik dapat terdiri dari dua atau tiga serabut otot saja atau
bisa lebih dari seribu serabut dalam beberapa otot besar.
b) Semakin sedikit jumlah serabut otot yang terinervasi sebuah neuron,
semakin akurat gerakan yang dihasilkan. Otot yang digunakan untuk
menulis, sebagai contoh, memiliki serabut otot yang lebih sedikit
dalam unit motoriknya. Otot postural besar yang menopang tubuh
mungkin memiliki sekitar 800 serabut otot/unit motorik.
5) Terminal akson (terminal bouton) mengandung mitokondria dan banyak
vesikel sinaptik kecil. Jika impuls saraf mencapai terminal akson, vesikel
sinaptik melepas zat transmiter asetilkolin (ACh). ACh berdifusi
menyeberangi celah sinaptik untuk berikatan dengan reseptor pada lipatan
sarkolema. Hal ini menyebabkan perubahan yang tiba-tiba pada
permeabilitas membran otot terhadap ion natrium dan kalium dan
mengakibatkan arus balik pada polarisasi (potensial listrik) membran.
Aliran impuls listrik (depolarisasi) menyebar ke dalam serabut otot karena
kerja tubulus-T ke retikulum sarkoplasma. Retikulum sarkoplasma
kemudian melepas cadangan ion kalsium ke sekitar filamen tebal dan tipis
yang bertumpang tindih. Hal ini mengakibatkan interdigitasi aktin dan
miosin serta pemendekan sarkomer. Rangkaian kejadian ini disebut
rangkaian eksitasi-kontraksi.
6) Jika impuls saraf terhenti, maka depolarisasi membran selesai, ion kalsium
ditangkap kembali oleh reticulum sarkoplasma, dan proses kontraksi
berhenti.
7) ACh berhubungan dengan sarkolema hanya selama beberapa milidetik. Zat
ini hampir secara langsung dipecah oleh enzim kolinesterase yang dilepas
dari lipatan sarkolema. Pemecahan ACh seperti ini penting untuk
membatasi durasi kontraksi dan memungkinkan terjadinya kontraksi
berulang.
i. Karakteristik Kontraksi Otot Rangka
1) Stimulus ambang adalah voltase listrik minimum yang menyebabkan
kontraksi serabut otot tunggal.
a) Respons all-or-none serabut otot. Jika stimulasi ambang telah tercapai,
maka serabut otot akan merespons secara maksimal atau tidak sama
sekali selama kondisi lingkungan serabut tidak berubah.
b) Dengan meningkatkan intensitas stimulus melebihi ambang batasnya
tidak akan memperbesar respons serabut otot tunggal.
2) Kedutan otot Jika preparat otot distimulasi, maka setiap serabut otot dalam
otot akan mematuhi semua hukum all-or-none, tetapi serabut yang berbeda
memiliki ambang yang berbeda pula. Jika stimulus meningkat derajat
voltasenya, maka serabut tambahan turut merespons. Kedutan otot
(kontraksi maksimum keseluruhan otot) akan terjadi saat intensitas stimulus
cukup untuk seluruh serabut. Berikut ini adalah kedutan otot yang terekam
dalam miogram:
a) Periode laten adalah waktu antara stimulus atau peristiwa kejutan dan
peristiwa mekanis kontraksi. Selama periode ini, serabut otot
mengalami depolarisasi, ion kalsium dilepas, dan reaksi kimia mualli
berlangsung.
b) Periode kontraksi adalah waktu yang diperlukan otot untuk memendek.
c) Periode relaksasi adalah waktu yang diperlukan otot untuk kembali ke
panjang semula. Periode relaksasi berlangsung lebih lama
dibandingkan periode kontraksi
d) Magnitudo respons adalah tinggi gelombang.
e) Periode refratoris adalah waktu yang sangat singkat setelah stimulus
pertama, yaitu saat otot tidak responsif terhadap stimulus kedua.
f) Kedutan otot diinduksi dalam kondisi laboratorium dan biasanya tidak
terjadi dalam tubuh. Kontraksi otot ocular (kedipan mata) dengan
waktu kontraksi 10 milidetik adalah contoh yang paling mendekati
respons kedutan.
3) Respons otot tergradasi. Kedutan otot merupakan praktik kecil dalam
gerakan tubuh, yang memerlukan pengendalian kontraksi otot dengan
kekuatan bervariasi, bergantung pada kebutuhan. Keseluruhan otot
merespons dalam gaya yang bergradasi terhadap frekuensi dan intensitas
impuls saraf ke unit motorik.
a) Sumasi gelombang adalah gabungan kedutan akibat stimulasi
berulang. Jika stimulus diberikan secara berturut-turut dengan cepat
sehingga kontraksi kedua pada otot dimulai sebelum kontraksi pertama
selesai, maka kedua kontraksi dipadukan untuk menghasilkan
kontraksi yang lebih besar dan lama. Kontraksi tetanik. Jika frekuensi
stimulus meningkat melebihi batas relaksasi otot, maka kontraksi akan
bergabung menjadi kontraksi yang panjang dan kuat. Kontraksi tetanik
penting dan sering terjadi dalam gerakan otot yang biasa. Di
laboratorium, stimulus berlanjut yang diberikan pada otot dalam
keadaan tetani akan mengakibatkan keletihan otot dan
ketidakmampuan untuk mempertahankan kontraksi. Keletihan otot
yang sebenarnya jarang terjadi dalam aktivitas otot sehari-hari.
b) Sumasi unit motorik ganda terjadi jika unti-unit motorik yang berbeda
dalam suatu otot, di mana setiap unit merespons pada stimulus ambang
yang berbeda, telah teraktivasi. Semakin banyak unit motorik yang
merespons, semakin besar kekuatan total kontraksi. Aktivitas otot
dalam tubuh bergradasi, akibat pemberian frekuensi yang berbeda pada
unit-unit saraf motorik dan penggunaan kedua jenis sumasi tersebut.
4) Tonus.
Otot rangka dalam tubuh selalu dalam keadaan berkontraksi sebagian yang
disebut tonus otot. Impuls saraf dari medulla spinalis menjalar ke serabut
otot untuk mempertahankan keadaan kontraksi tetanik pada sekitar 10%
serabut otot dengan dasar yang tetap berotasi. Derajat tonus otot bergantung
pada informasi yang didapat dari reseptor otot yang disebut spindel otot,
yang merasakan jumlah kekuatan kontraksi dan menghantarkan informasi
ke medulla spinalis. Tonus otot sangat penting pada otot postural (penopang
tubuh). Tonus juga menghasilkan panas tubuh.

5) Treppe
Jika otot yang beristirahat diberikan stimulus tingkat menengah, maka
kekuatan awal kontraksi akan jauh lebih lemah dibandingkan kontraksi
yang terus-menerus dan hasil miogram akan tampak seperti tangga.
Penyebab treppe tidak diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan
peningkatan konsentrasi, atau mungkin keefektifan, dari ion-ion kalsium di
sekitar miofibril. Fenomena treppe inilah yang menyebabkan semua
aktivitas otot harus didahului dengan masa pemanasan, yaitu menggerakkan
otot yang terlibat.
j. Kontraksi isometrik dan isotonik
1) Kontraksi isometrik adalah kontraksi yang terjadi saat otot membentuk
daya atau tegangan tanpa harus memendek untuk memindahkan suatu
beban. Aktivasi crossbridge berlangsung, tetapi miofilamen tidak bergeser
saat kontraksi isometrik berlangsung. Tegangan yang terbentuk dalam
otot-otot postural berfungsi untuk mempertahankan kepala tetap tegak dan
tubuh tetap berdiri merupakan contoh kontraksi isometrik.
2) Kontraksi isotonik adalah kontraksi yang terjadi saat otot memendek
untuk mengangkat atau memindahkan suatu beban (melakukan
pekerjaan). Otot-otot dalam tubuh dapat berkontraksi secara isometrik
atau secara isotonik. Sebagian besar kontraksi merupakan kombinasi
kedua jenis kontraksi tersebut. Berjalan atau berlari, misalnya, memakai
keduanya.
k. Produksi panas oleh otot. Karena otot rangka mencapai setengah dari seluruh
berat tubuh, maka panas yang dihasilkan dari reaksi kimia pada kontraksi
merupakan sumber utama panas tubuh dan untuk mempertahankan suhu tubuh.
l. Hubunngan panjang-tegangan dalam otot. Setiap otot dalam tubuh memiliki
panjang optimum sehingga daya kontraksi maksimal dapat dilakukan.
Kontraksi otot yang paling efisien berlangsung saat tubuh dalam keadaan
relaks.
1) Mekanisme sliding filamen pada kontraksi otot menggambarkan
hubungan panjang-tegangan dalam otot. Tegangan maksimum dapat
terbentuk saat filamen aktin tipis mulai bertumpanng tindih dengan
filamen miosin tebal, sehingga pergeseran dapat terjadi di sepanjang
filamen aktin.
2) Jika otot meregang melebihi panjang optimumnya, maka filamen tipis
tidak dapat bertumpang tindih dengan filamen tebal, sehingga hanya ada
sedikit miofilamen untuk interdigitasi aktin-miosin.
3) Jika sebuah sel otot ternyata lebih pendek dibandingkan panjang
optimumnya sebelum kontraksi, maka tegangan yang terbentukakan
berkurang. Filamen aktin kemudian bertumpang tindih secara maksimal,
sehingga ruang yang tertinggal untuk berinteraksi sedikit. Filamen miosin
tertekan ke garis Z.
m. Hubungan antara kecepatan kontraksi dan beban Sebuah otot akan
berkontraksi sangat cepat bila berkontraksi tanpa m,elawan beban dan
mencapai keadaan kontraksi penuh kira-kira dalam 0,1 detik untuk otot rata-
rata. Bila diberi beban, kecepatan kontraksi akan menurun secara progresif
seiring dengan penambahan beban. Bila beban meningkat sampai sama
dengankekuatan maksimum yang dilakukan otot tersebut, kecepatan kontraksi
menjadi nol dan tidak terjadi kontraksi sama sekali walaupun terjadi aktivitas
serat otot. Penurunan kecepatan otot dengan beban ini karena beban pada otot
yang berkontraksi kekuatannya berlawanan arah melawan kontraksi. Akibat
kontraksi otot kekuatan otot netto yang tersedi menimbulkan kecepatan
pemendekan akan berkurang secara seimbang.
n. Pembentuk energy pada kontraksi otot
Bila suatu otot berkontraksi melawan suatu beban dikatakan otot itu
melakukan kerja. Hal ini berarti ada energy yang dipindahkan dari otot ke
beban eksternal. Misalnya untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih
tinggi atau untuk mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak, dalam
perhitungan W = L X D W = Hasil kerja L = Beban D = Jarak gerakan terhadap
beban Energy yang dibutuhkan untuk melakukan kerja berasal dari reaksi
kimia dalam sel otot selama kontraksi.
o. Jenis kontraksi
Kontraksi otot melibatkan pemendekan unsur otot kontraktil. Tetapi karena
otot mempunyai unsur elastis dan kental dalam rangkaian dengan mekanisme
kontraktil, maka kontraksi timbul tanpa suatu penurunan yang layak dalam
panjang keseluruhan otot. Kontraksi yang demikian disebut isometric
(panjang ukuran sama). Kontraksi melawan beban tetap dengan pendekatan
ujung otot dinamakan isotonic (tegangan sama). Kontraksi otot yang kuat dan
lama mengakibatkan kelelahan otot. Sebagian besar kelelahan akibat dari
ketidakmampuan proses kontraksi dan metabolic serat otot untuk terus
memberi hasil kerja yang sama dan akan menurun setelah aktivitas otot
mengurangi kontraksi otot lebih lanjut. Hambatan aliran darah menuju ke
otot yang sedang berkontraksi mengakibatkan kelelahan hampir sempurna
karena kehilangan suplai makanan terutama kehilangan oksigen.
3. Body mekanikal (System pengangkat tubuh)
Otot-otot bekerja dengan menggunakan tegangan pada tempat-tempat insersi di dalam
tulang dan tulang kemudian membentuk berbagai jenis system pengungkit yang
diaktifkan oleh biseps untuk mengangkat lengan bawah. Suatu analisis mengenai
system pengungkit tubuh bergantung pada:
a. Pengetahuan tentang tempat insersi otot
b. Jaraknya dari pengungkit
c. Panjang lengan pengungkit
d. Posisi pengungkit Tubuh banyak membutuhkan jenis pergerakan di antaranya
membutuhkan kekuatan yang besar dan jarak pergerakan yang jauh. Beberapa
otot ukurannya panjang dan berkontraksi lama dan yang lain berukuran pendek,
mempunyai luas penampang lintang yang besar serta menghasilkan kekuatan
kontraksi yang ekstrem pada jarak yang pendek. (Corwin. 2009)
4. Sumber dan Metabolisme Tenaga Kontraksi otot memerlukan tenaga. Otot merupakan
suatu mesin untuk mengubah tenaga kimia ke mekanik. Sumber cepat tenaga ini
merupakan metabolism antara karbohidrat dan lipid hidrolisis ATP untuk memberikan
tenaga bagi kontraksi. ATP disintesis ulang dari ADP oleh tambahan suatu gugusan
fosfat pada keadaan normal tenaga untuk reaksi endotermi diberikan oleh pemecahan
glukosa ke CO2 dan H2O di dalam otot ada senyawa fosfat yang kaya tenaga lainnya
dinamakan fosforilkreatin yang membentuk ATP dari ADP sehingga memungkinkan
sehingga kontraksi berlanjut
a. Pemecahan karbohidrat : Banyak tenaga bagi sintesis ulang ATP dan
fosforilkreatin berasal dari pemecahan menjadi glukosa menjadi CO2 dan H2O
suatu bagian lintasan metabolic utama. Glukosa dalam aliran darah memasuki sel
melalui serangkaian reaksi kimia ke piruvat sumber lain bagi glukosa intrasel
berasal dari glikogen, polimer karbohidrat yang sangat banyak dalam hati dan
otot kerangka. Bila ada O2 yang adekuat maka piruvat memasuki siklus asam
sitrat dan dimetabolisme melalui siklus lintasan enzim pernapasan, dinamakan
glikolisis anaerobic.
b. Produksi panas dalam otot : Secara termodinamik tenaga yang diberikan ke otot
harus sama dengan pengeluaran tenaga dalam kerja yang dilakukan otot. Efisiensi
mekanik keseluruhan kerja otot rangka mengeluarkan tenaga sampai 50%,
sementara mengangkat beban selama berkontraksi isotonik pada hakekatnya 0%.
Selama berkontraksi isometrik, simpanan tenaga dalam ikatan fosfat merupakan
faktor kecil dan panas yang dihasilkan dalam otot dapat diukur secara tepat
dengan termokopel yang cocok.
c. Panas istirahat merupakan manifestasi luar proses metabolic basal. Panas yang
dihasilkan dalam kelebihan panas istirahat selama kontraksi dinamakan panas
awal yang membentuk panas aktivasi. Setelah berkontraksi produksi panas
melebihi panas istirahat kontinu selama 30 menit. Selanjutnya akan terjadi
pemulihan panas karena panas dilepas oleh proses metabolisme. Pelepasan panas
ketika pemulihan otot pada keadaan sebelum otot berkontraksi kira-kira sama
dengan panas awal yang dihasilkan selama pemulihan.
d. Pembentukan energi pada kontraksi otot: Bila suatu otot berkontraksi melawan
beban, dikatakan otot ini melakukan kerja. Artinya energi yang dipindahkan dari
otot ke beban eksternal untuk mengangkat suatu objek ke tempat yang lebih tinggi
atau mengimbangi tahanan pada waktu melakukan gerak, dibutuhkan energi
untuk melakukan kerja dalam sel otot selama berkontraksi. Sebagian besar energi
ini dibutuhkan untuk menjalankan mekanisme untuk memompakan kalsium dari
sarkoplasma ke dalam reticulum sarkoplasmik. Dan setelah kontraksi berakhir,
memompakan ion-ion natrium dan kalium melalui membrane serat otot
mempertahankan lingkungan yang cocok untuk pembentukan potensial aksi.

B. SKELETAL
Sistem skeletal adalah sistem yang terdiri dari tulang (rangka) dan struktur yang
membangun hubungan (sendi) di antara tulang-tulang tersebut. Tulang-tulang dalam tubuh
membentuk sistem rangka. Rangka manusia terdiri dari 206 tulang. Sistem rangka ini
bersama-sama menyusun kerangka tubuh. Secara garis besar rangka manusia yang terdiri
dari 206 tulang tersebut dibagi menjadi dua yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka
apendikuler (anggota tubuh).
Tulang terdiri dari sel hidup yang tersebar diantara material tidak hidup (matriks). Matriks
tersusun atas osteoblas (sel pembentuk tulang). Osteoblas membuat dan mensekresi
protein kolagen dan garam mineral. Jika pembentukan tulang baru dibutuhkan, osteoblas
baru akan dibentuk. Jika tulang telah dibentuk, osteoblas akan berubah menjadi osteosit
(sel tulang dewasa). Sel tulang yang telah mati akan dirusak oleh osteoklas (sel perusakan
tulang). Jaringan tulang terdiri atas jaringan kompak (sistem harvesian: matrik dan lacuna,
lamella intersisialis) dan jaringan Spongiosa (trabecula yang mengandung sumsum tulang
dan pembuluh darah) (Suratun, dkk. 2009).
Secara umum fungsi dari sistem skeletal adalah :
 Menyediakan bentuk untuk menopang tubuh,
 Sebagai alat gerak pasif,
 Melindungi organ-organ internal dari trauma mekanik,
 Menyimpan dan melindungi sumsum tulang selaku sel hemopoietic (red bone marrow),
 Menyediakan tempat untuk menyimpan kelebihan kalsium, dan
 Menyimpan lemak (yellow bone marrow).
Ada empat fungsi utama jaringan tulang :
 Fungsi mekanik, sebagai penyokong tubuh dan tempat melekat jaringan otot untuk
pergerakan. Otot merupakan alat gerak aktif, sedangkan tulang merupakan alat gerak
pasif.
 Fungsi Protektif, Melindungi berbagai alat vital dalam tubuh dan juga sumsum tulang.
 Fungsi Metabolik, Sebagai cadangan dan tempat metabolisme berbagai mineral yang
penting seperti kalsium dan phospat.
 Fungsi Hemopetik, berlangsungnya proses pembentukan dan perkembangan sel darah.
1. Klasifikasi Tulang berdasarkan penyusunnya
a. Ll Tulang Kompak: Padat, halus dan homogen. Pada bagian tengah terdapat
medullary cavity yang mengandung yellow bone marrow. Tersusun atas unit :
Osteon: Haversian System. Pada pusat osteon mengandung saluran (Haversian
Kanal) tempat pembuluh darah dan saraf yang dikelilingi oleh lapisan konsentrik
(lamellae). Tulang kompak dan spongiosa dikelilingi oleh membran tipis yang
disebut periosteur, membran ini mengandung: Bagian luar percabangan
pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang serta Osteoblas
b. Tulang Spongiosa: Tersusun atas honeycomb network yang disebut trabekula.
Struktur tersebut menyebabkan tulang dapat menahan tekanan. Rongga antara
trebakula terisi red bone marrow yang mengandung pembuluh darah yang
memberi nutrisi pada tulang. Contoh, tulang pelvis, rusuk,tulang belakang,
tengkorak dan pada ujung tulang lengan dan paha.
2. Klasifikasi Tulang berdasarkan Bentuknya
a. Tulang panjang, contoh: humerus, femur, radius, ulna
b. Tulang pendek, contoh: tulang pergelangan tangan dan pergelangan kaki
c. Tulang pipih, contoh: tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan sternum
d. Tulang tidak beraturan: contoh: vertebra, tulang muka, pelvis
3. Secara umum rangka manusia dibagi menjadi dua, yaitu
a. Rangka aksial
Rangka aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan
melindungi organ-organ kepala, leher dan thorax. Rangka aksial di bagi secara
garis besar menjadi:
1) Tengkorak
Tulang-tulang tengkorak merupakan tulang yang menyusun kerangka kepala.
Tulang tengkorak tersusun atas 8 buah tulang yang menyusun kepala dan
empat belas tulang yang menyusun bagian wajah. Tulang tengkorak bagian
kepala merupakan bingkai pelindung dari otak.
Jenis-jenis tulang tengkorak adalah :
a) Kranium
Cranium adalah tulang yang membungkus otak, terdiri dari :
(1) Tulang frontal Membentuk dahi, langit-langit dan orbita
(2) Tulang temporal Merupakan dasar dari cranium, terdiri dari
(a) Bagian squamosa
Terdiri dari tulang pipih yang membentuk pelipis serta tulang
zigomatikum membentuk arkus zigomatikum
(b) Bagian petrous Teletak didasar tengkorak bagian dalam
sehingga tidak Nampak dari luar. Membentuk struktur telinga
tengah dan dalam.
(c) Bagian mastoid Tonjolan membulat tulang yang berada di
belakang telinga.
(d) Bagian timpani Merupakan saluran telinga dan memiliki
prosesus stiloid.
(e) Tulang yang berada di daerah belakang dari tengkorak disebut
occipital Terdiri dari foramen magnum (lubang oval
penghubung rongga cranial dan rongga spinal), protuberans
oksipital eksternal dan kondilus oksipital(tulang oksipital
yang beratikulasi dengan tulang vertebra pertama).
(f) Tulang parietal membentuk sisi dan langit-langit cranium.
(g) Tulang ethmoid adalah tulang struktur penyangga terpenting
dari hidung.. Tulang ethmoid merupakan tulang yang berada
di belakang tulang nasal dan lakrimal. Beberapa bagian dari
tulang ethmoid adalah crista galli (proyeksi superior untuk
perlekatan meninges), cribriform plate (dasar crista galli,
dengan foramen olfaktori yang melewatkan nervus olfaktori),
perpendicular plate (bagian dari nasal septum) dan konka.
Selain itu terdapat juga sinus ethmoid, yang membuka ke
rongga hidung.
(h) Tulang sphenoid berbentuk seperti kelewar dengan sayap
terdiri dari badan sphenoid, sayap besar dan sayap kecil, dan
prosesus pterigoid. Tulang sphenoid merupakan tulang yang
membentang dari sisi fronto-parieto-temporal yang satu ke
sisi yang lain. Secara umum tulang sphenoid dibagi menjadi
greater wing dan lesser wing, di mana greater wing berada
lebih lateral dibanding lesser wing. Kanalis optikus dibentuk
oleh tulang ini (lesser wing). Selain itu terdapat juga sella
turcica (yang melindungi kelenjar hipofisis) dan sinus
sphenoid (suatu sinus yang membuka ke rongga hidung).
(i) Osikel auditori terdiri dari tulang pendengaran, yaitu malus,
inkus dan stappes
(j) Tulang wormian adalah tulang kecil berbagai bentuk didalam
sutura. Sendi yang terdapat diantara tulang-tulang tengkorak
merupakan sendi mati yang disebut sutura.
b) Tulang Wajah
(1) Tulang nasal Tulang nasal merupakan tulang yang membentuk
jembatan pada hidung dan berbatasan dengan tulang maksila.
(2) Tulang-tulang palatum Tulang palatin merupakan tulang yang
membentuk bagian posterior palatum.
(3) Tulang-tulang zigomatikum Tulang zigomatikum merupakan tulang
pipi, yang berartikulasi dengan tulang frontal, temporal dan maksila.
(4) Tulang-tulang maksila Tulang maksila merupakan tulang rahang
atas. Maksila meliputi antara lain prosesus palatin yang membentuk
bagian anterior palatum dan prosesus alveolar yang memegang gigi
bagian atas.
(5) Tulang-tulang lakrimal Tulang lakrimal merupakan tulang yang
berbatasan dengan tulang ethmoid dan tulang maksila, berhubungan
duktus nasolakrimal sebagai saluran air mata.
(6) Tulang vomer Tulang vomer merupakan bagian bawah nasal septum
(sekat hidung).
(7) Konka nasal inferior
(8) Mandibula Mandibula merupakan tulang rahang bawah, yang
berartikulasi dengan tulang temporal melalui prosesus kondilar.

c) Tulang hyoid Merupakan tulang yang tidak beratikulasi dengan tulang


lain dan hanya di topang oleh ligament prosesus stiloideus temporal
dan berbentuk seperti tapal kuda.
d) Sinus paranasal Terdiri dari sinus frontal, etmidal, sfenoidal dan
maxilar yang berupa ruang-rung udara dalam tulang tengkorak.
2) Kolumna vertebra
Gambar: tulang-tulang penyusun vertebra
Posesus artikular posterior, pedikulus dan lamina. Terdapat sedikit perbedaan
antara vertebra segmen servikal, torakal, dan lumbal Pada vertebra segmen
servikal, korpus berukuran relatif lebih kecil dibandingkan segmen torakal
dan lumbar. Pada prosesus transversus terdapat foramen (lubang)
transversus, yang fungsinya untuk melewatkan arteri vertebralis. Artikulasi
antara satu vertebra servikal dengan vertebra servikal lainnya (melalui sendi
apophyseal) membentuk sudut sekitar 45 derajat. Khusus untuk segmen C1
(atlas), terdapat facies artikulasi untuk dens axis (C2) serta facies artikulasi
yang agak besar untuk perlekatan dengan oksipital. Sedangkan pada segmen
C2 (axis), terdapat dens axis yang akan berartikulasi dengan atlas (C1).
Gambar: vertebra lumbal Sumber: Pada vertebra segmen torakal, korpus
berukuran relatif lebih besar dibandingkan segmen servikal namun lebih
kecil dibandingkan dengan segmen lumbar. Tidak ada foramen transversus.
Khas pada vertebra segmen torakal adalah adanya facies untuk artikulasi
dengan tulang iga (kostal). Facies ini ada yang terletak di prosesus
transversus dan ada yang terletak di prosesus spinosa. Pada vertebra segmen
lumbar, korpus berukuran relatif lebih besar dibandingkan dengan korpus
pada segmen servikal dan torakal. Adanya prosesus asesorius pada prosesus
transversus dan prosesus mamilaris pada prosesus artikulasi superior menjadi
ciri khas pada segmen lumbar. Pada vertebra segmen sakral, bentuknya khas
seperti sayap yang melebar dengan penonjolan ke depan pada artikulasi
lumbo-sakral yang disebut sebagai promontory. Vertebra segmen sakral
terdiri atas 5 vertebra individual, yang dihubungkan satu sama lain melalui
celah transversus dan memiliki 8 foramen sakral. Di bagian posterior terdapat
celah yang disebut hiatus sakralis. Pada vertebra segmen koksigeal, terdiri
atas 4-5 segmen koksigeal individual yang terhubung dengan vertebra
segmen sakralis. Dilihat secara lateral, kolumna vertebra yang tersusun mulai
dari servikal hingga koksigeal membentuk lengkung yang khas, yaitu
lordosis servikal, kyphosis torakal, lordosis lumbar dan kyphosis sakral.
Lordosis servikal terbentuk ketika seorang bayi mulai belajar menegakkan
kepalanya (usia 3 bulan), sedangkan lordosis lumbar terbentuk ketika
seorang anak mulai belajar berdiri.
3) Kerangka thorax
Kerangka thorax termasuk tulang pipih, terletak di bagian tengah dada, pada
sisi kiri dan kanan terdapat tempat lekat dari rusuk. bersama-sama dengan
rusuk, tulang dada memberikan perlindungan pada jantung, paru-paru dan
pembuluh darah besar dari kerusakan Secara garis besar dibagi menjadi:
Tulang sternum yang terdiri dari :
a) Tulang hulu / manubrium yaitu tulang yang terletak di bagian atas dari
tulang dada, tempat melekatknya tulang rusuk yang pertama dan kedua.
b) Tulang badan / gladiolus, terletak dibagian tengah, tempat melekatnya
tulang rusuk ke tiga sampai ke tujuh, gabungan tulang rusuk ke delapan
sampai sepuluh.
c) Tulang xiphoid process, terletak di bagian bawah dari tulang dada.
Tulang ini terbentuk dari tulang rawan.
Sternum yang terdiri dari :
(k) Costa Vera (rusuk sejati 1-7)
(l) Costa spuriae (rusuk 8-10)
(m) Costa fluctuates (rusuk melayang 11 dan 12)
b. Rangka apendikular
1) Girdle pectoral
a) Skapula merupakan tulang yang terletak di sebelah posterior, dan
berartikulasi dengan klavikula melalui akromion. Selain itu, skapula
juga berhubungan dengan humerus melalui fossa glenoid.terdiri dari 3
bagian, yaitu: Spina(yang mendekati bahu), procesus akromion
(berartikulasi dengan klavikula dan menggantung pada bahu), fosa
glenoid ( bahan yang mempertahankan letak)
b) Klavikula merupakan tulang yang berartikulasi dengan skapula melalui
akromion, dan di ujungnya yang lain berartikulasi dengan manubrium
sternum.
2) Girdle pelvis Tulang pelvis terdiri atas dua buah tulang pelvis. Pada anak
anak tulang pinggul ini terpisah terdiri atas tiga buah tulang yaitu illium
(bagian atas), tulang ischiun (bagian bawah) dan tulang pubis (bagian
tengah). Dibagian belakang dari gelang panggul terdapat tulang sakrum yang
merupakan bagian dari ruas-ruas tulang belakang. Pada bagian depan
terdapat simfisis pubis merupakan jaringan ikat yang menghubungkan kedua
tulang pubis. Fungsi tulang pelvis terutama untuk mendukung berat badan
bersama-sama dengan ruas tulang belakang.melindungi dan mendukung
organ-organ bawah, seperti kandung kemih, organ reproduksi, dan sebagai
tempat tumbuh kembangnya janin.
4) Tulang lengan
a) Humerus
Humerus merupakan tulang panjang pada lengan atas, yang
berhubungan dengan skapula melalui fossa glenoid. Di bagian
proksimal, humerus memiliki beberapa bagian antara lain leher
anatomis, leher surgical, tuberkel mayor, tuberkel minor dan sulkus
intertuberkular. Di bagian distal, humerus memiliki beberapa bagian
antara lain condyles, epicondyle lateral, capitulum, trochlear, epicondyle
medial dan fossa olecranon (di sisi posterior). Tulang ulna akan
berartikulasi dengan humerus di fossa olecranon, membentuk sendi
engsel. Pada tulang humerus ini juga terdapat beberapa tonjolan, antara
lain tonjolan untuk otot deltoid.
b) Radius
Radius merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi lateral pada
posisi anatomis. Di daeraha proksimal, radius berartikulasi dengan ulna,
sehingga memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Sedangkan
di daerah distal, terdapat prosesus styloid dan area untuk perlekatan
tulang-tulang karpal antara lain tulang scaphoid dan tulang lunate.
c) Ulna
Ulna merupakan tulang lengan bawah yang terletak di sisi medial pada
posisi anatomis. Di daerah proksimal, ulna berartikulasi dengan humerus
melalui fossa olecranon (di bagian posterior) dan melalui prosesus
coronoid (dengan trochlea pada humerus). Artikulasi ini berbentuk sendi
engsel, memungkinkan terjadinya gerak fleksi-ekstensi. Ulna juga
berartikulasi dengan radial di sisi lateral. Artikulasi ini berbentuk sendi
kisar, memungkinkan terjadinya gerak pronasi-supinasi. Di daerah
distal, ulna kembali berartikulasi dengan radial, juga terdapat suatu
prosesus yang disebut sebagai prosesus styloid.
d) Karpal
Tulang karpal terdiri dari 8 tulang pendek yang berartikulasi dengan
ujung distal ulna dan radius, dan dengan ujung proksimal dari tulang
metakarpal. Antara tulang-tulang karpal tersebut terdapat sendi geser.
Ke delapan tulang tersebut adalah scaphoid, lunate, triqutrum,
piriformis, trapezium, trapezoid, capitate, dan hamate.
e) Metakarpal
f) Metakarpal terdiri dari 5 tulang yang terdapat di pergelangan tangan dan
bagian proksimalnya berartikulasi dengan bagian distal tulang-tulang
karpal. Persendian yang dihasilkan oleh tulang karpal dan metakarpal
membuat tangan menjadi sangat fleksibel. Pada ibu jari, sendi pelana
yang terdapat antara tulang karpal dan metakarpal memungkinkan ibu
jari tersebut melakukan gerakan seperti menyilang telapak tangan dan
memungkinkan menjepit/menggenggam sesuatu. Khusus di tulang
metakarpal jari 1 (ibu jari) dan 2 (jari telunjuk) terdapat tulang sesamoid
g) Phalangs
Tulang-tulang phalangs adalah tulang-tulang jari, terdapat 2 phalangs di
setiap ibu jari (phalangs proksimal dan distal) dan 3 di masing-masing
jari lainnya (phalangs proksimal, medial, distal). Sendi engsel yang
terbentuk antara tulang phalangs membuat gerakan tangan menjadi lebih
fleksibel terutama untuk menggenggam sesuatu.
5) Tulang tungkai
a) Femur
Termasuk kelompok tulang panjang, terletak mulai dari gelang panggul
sampai ke lutut, di bagian proksimal berartikulasi dengan pelvis dan
dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah
proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan
trochanter minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian
distal anterior terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk
artikulasi dengan tibia, serta permukaan untuk tulang patella. Di bagian
distal posterior terdapat fossa intercondylar.
b) Tibia
Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial
dibanding dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle
medial dan lateral di mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi
dengan condyle femur. Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan
kepala fibula di sisi lateral. Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk
perlekatan ligamen. Di daerah distal tibia membentuk artikulasi dengan
tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
c) Fibula
Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral
dibanding dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan
tibia. Sedangkan di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral
dan facies untuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal.

d) Tarsal
Tarsal merupakan 7 tulang yang membentuk artikulasi dengan fibula dan
tibia di proksimal dan dengan metatarsal di distal. Terdapat 7 tulang
tarsal, yaitu calcaneus, talus, cuboid, navicular, dan cuneiform (1, 2, 3).
Calcaneus berperan sebagai tulang penyanggah berdiri.
e) Metatarsal
Metatarsal merupakan 5 tulang yang berartikulasi dengan tarsal di
proksimal dan dengan tulang phalangs di distal. Khusus di tulang
metatarsal 1 (ibu jari) terdapat 2 tulang sesamoid.
f) Phalangs
Phalangs merupakan tulang jari-jari kaki. Terdapat 2 tulang phalangs di
ibu jari dan 3 phalangs di masing-masing jari sisanya. Karena tidak ada
sendi pelana di ibu jari kaki, menyebabkan jari tersebut tidak sefleksibel
ibu jari tangan. c. Persendian Persendian adalah hubungan antar dua
tulang sedemikian rupa, sehingga dimaksudkan untuk memudahkan
terjadinya gerakan. Persedian dibedakan menjadi berikut:
(1) Synarthrosis (suture): Hubungan antara dua tulang yang tidak dapat
digerakkan,strukturnya terdiri atas fibrosa. Contoh: Hubungan
antara tulang di tengkorak.
(2) Amphiarthrosis: Hubungan antara dua tulang yang sedikit dapat
digerakkan,strukturnya adalah kartilago. Contoh: Tulang belakang
(3) Diarthrosis: Hubungan antara dua tulang yang memungkinkan
pergerakan, yangterdiri dari struktur sinovial. Contoh: sendi peluru
(tangan dengan bahu), sendi engsel(siku), sendi putar (kepala dan
leher), dan sendi pelana (jempol/ibu jari).

4. Metabolisme
a. Kalsium dan fosfor
Jumlah Ca+ 99% pada tulang dan jumlah fosfor 90%. Jumlah calsium
dipengaruhi olehhormon kalsitonin dan parathiroid
b. Kalitonin
Dipengaruhi oleh kelenjar tiroid dan berfungsi menurunkan kadar plasma di
dalamserum
c. Vitamin D
Sinar matahari dapat merubah ergoteron dalam kulit menjadi vitamin D yang di
serap diUsus untuk metabolisme.
d. Hormon Paratiroid
Meningkatkan aktivitas osteoblastik untuk menyumbangkan kalsium ke darah
e. Growt hormon
Bertanggung jawab atas perpanjangan tulang.
f. Hormon glukokortikoid
Berperan dalam peningkatan dan penurunan katabolisme matriks
g. Hormon seksual
Hormon estrogen menstimulasi osteoblastik dan cenderung menghambat
hormon parathiroid.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Sistem muskuloskletal terdiri dari sistem muskulo ( otot) dan sistem skletal (tulang)
2. Secara anatomi dan fisiologi otot dibagi menjadi tiga yaitu otot halus, otot lurik,
dan otot jantung
3. Pergerakan otot didasari aktifitas aktin dan myosin
4. Sistem skletal dibagi atas:
a. Penyusun tulang spongiosa dan tulang kompak
b. Bentuk tulang
1) Kk Tulang panjang contoh: humerus, femur, radius, ulna
2) Tulang pendek contoh : tulang pergelangan tangan dan kaki
3) Tulang pipih contoh : tulang tengkorak kepala, tulang rusuk dan
sternum
4) Tulang tak beraturan contoh : vertebra, tulang muka dan pelvis
c. Letak
1) Tulang aksial sebagai sumbu tubuh terdiri atas tulang-tulang
penyusun tengkorak, dada dan vertebra.
2) Apendikular terdiri dari tulang skapula, ekstremitas atas, pubis,
ekstremitas bawah
5. Persendian adalah hubungan antar tulang terdiri dari persendian sinartrosis,
amphiartrosis dan diartrosis.

B. Saran
Pakailah membaca suatu kebutuhan dan mengumpulkan banyak sumber sehingga dapat
memahami anatomi fisiologi sistem muskuloskletal

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth, J. 2009. Patologi Buku Saku Jakarta: EGC


Ganong, William.2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20.Jakarta : EGC
Ganong, William F. 2009.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2003.Anatomi Fisiologi untuk Pemula Jakarta: EGC
Suratun, dkk. 2006. Klien gangguan Sistem Muskulo Skeletal Seri Asuhan Keperawatan
.Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai