Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Perairan Halmahera Timur terletak di, Provinsi Maluku Utara, Kota Maba tepatnya.
Perairan Halmahera Timur merupakan lokasi perairan yang menarik untuk sumber daya
perikanan di daerah yang memiliki wilayah laut cukup luas ini yang dikembangkan yaitu
usaha penangkapan ikan segar, udang, rumput laut, cumi –cumi dan teripang. Beberapa
parameter bio-fisik perairan yang dapat diteliti diantaranya pola sebaran suhu dan
klorofil-a yang yang hasilnya akan bermanfaat untuk menentukan daerah penangkapan
ikan serta hasil tangkapan yang maksimal.

Fenomena perubahan iklim yang terjadi dan dapat dirasakan saat ini akan
brpengaruh terhadap suhu permukaan laut (SPL). Hutagalung (1988) mengemukakan
bahwa suhu permukaan laut akan mengalami fluktuasi seiring dengan perubahan musim
yang terjadi. Nybakken (2001) juga menjelaskan bahwa massa air dilapisan permukaan di
daerah tropis hangat sepanjang tahun dengan suhu berkisar 26 – 30oC.

Dengan kondisi laut yang sangat luas dan memiliki karakter fisik perairan yang unik
salah satunya adalah SPL sehingga mendorong berbagai penelitian tentang SPL pada
perairan ini. Penelitian SPL ini dapat dilakukan secara in situ atau dengan menggunakan
data yang tersedia melalui satelit. Penelitian secara in situ membutuhkan kapal penelitian
dimana hal ini akan membutuhkan biaya yang mahal karena membutuhkan kapal
penelitian yang dilengkapi dengan alat-alat penelitian yang cukup mahal. Data SPL ini
juga tersedia melalui data satelit yang tersedia. Untuk mendapatkan data satelit ini maka
diperlukan teknologi serta metode yang khusus salah satunya adalah dengan
menggunakan data dari citra satelit, sehingga dapat mempermudah dalam memperoleh
data di lokasi yang sangat luas dengan tidak membutukan waktu yang begitu lama dan
murah karena tersedia dan dapat di ambil secara gratis.

Citra satelit yang dapat mengestimasi SPL dengan baik di antaranya adalah satelit
Aqua MODIS yang membawa sensor multispectral Moderate Resolution Imaging

1
Spectroradiometer (MODIS). Citra Aqua yang mengalami perbedaan dalam waktu
pemindaianya. Melintasi ekuator pada pagi hari tepat mendekati pukul 10.20 waktu lokal
dengan arah lintasan dari Kutub Utara menuju Kutub Selatan (descending node),
sementara citra Aqua MODIS melintasi ekuator pada siang hari tepat mendekati pukul
13.00 waktu lokal dengan arah lintasan dari Kutub Selatan menuju Kutub Utara
(ascending node). Data citra satelit Aqua MODIS digunakan untuk mempelajari
sebaran SPL di perairan Halmahera Timur yang terletak di Kota Maba, Provinsi Maluku
Utara.
1. 2 Tujuan

Adapun tujuan dari Praktek Ketrampilan Lapangan (PKL) ini dimana:

- Dapat mengetahui prosedur dan cara menganalisa data SPL yang diperoleh dari
satelit AQUA MODIS.
- Dapat melihat pola distribusi suhu permukaan laut secara temporal dan spasial
pada suhu permukaan laut perairan laut Halmahera Timur pada 4 musim pada
tahun 2016 - 2017.

1. 3 Manfaat
Adapun manfaat PKL ini adalah agar dapat mengetahui dan mampu menganalisa
data suhu permukaan laut yang diperoleh dari data satelit Aqua Modis dengan
benar.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Suhu Permukaan Laut
Weyl (1970) menyatakan bahwa suhu merupakan suatu besaran fisika dimana
banyaknya bahang (energi panas) terkandung dalam suatu benda. Suhu air laut pada
daerah permukaan sangat tergantung dari jumlah bahang yang diterima dari sinar
matahari. Daerah – daerah yang banyak menerima bahang sinar matahari adalah daerah –
daerah yang terletak pada lintang 10o LU – 10o LS, karena itu suhu air laut yang
tertinggi ditemukan di sekitar daerah ekuator.

Hutabarat dan Evans (1986) berpendapat bahwa pembagian SPL secara horizontal
akan sangat tergantung pada letak lintangnya. Semakin tinggi letak lintangnya, maka
nilai SPLnya akan semakin rendah, karena daerah ekuator menerima lebih banyak radiasi
matahari daripada di daerah berlintang tinggi. Ada tiga faktor yang menyebabkan daerah
tropik lebih banyak menerima bahang dari pada daerah kutub: 1) Sinar matahari yang
merambat melalui atmosfer sebelum sampai di daerah kutub akan banyak kehilangan
bahang dibandingkan dengan daerah ekuator, 2) Di daerah kutub, sinar matahari yang
sampai di permukaan bumi akan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada daerah
ekuator, serta 3) Permukaan bumi di daerah kutub banyak menerima bahang yang
dipantulkan kembali ke atmosfer. Perbedaaan tersebut sebenarnya diakibatkan oleh sudut
relatif matahari yang mencapai permukan bumi.

Pembagian wilayah perairan berdasarkan suhu permukaan secara horizontal dalam


wilayah lebih kecil adalah wilayah muara sungai, estuari dan laut lepas. Pembagian
tersebut berdasarkan posisi wilayah terhadap daratan karena daratan bersifat lebih cepat
panas dibandingkan dengan lautan. SPL di daerah estuari lebih bervariasi daripada suhu
permukaan di laut lepas, karena biasanya volume air di estuari lebih kecil dengan luas
permukaan yang lebih besar. Dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air
estuari lebih cepat panas dan lebih cepat dingin (Nybakken, 1992).

3
Perubahan suhu secara menegak di laut dipengaruhi oleh kedalaman. King (1963)
menyatakan bahwa nilai suhu mengalami perubahan terhadap kedalaman. Hal ini
diakibatkan oleh variasi antara bahang yang diserap, efek konduksi dari bahang,
permukaan air yang selalu bergerak oleh arus, dan gerak vertikal air laut.

Menurut Richard dan Davis (1991) secara vertikal suhu di lautan dibagi menjadi tiga
zona, yaitu :
1. Lapisan permukaan (homogeneous layer) yang merefleksikan suhu rata-rata tiap
lintang,
2. Lapisan termoklin (thermocline layer),
3. Lapisan dalam (deep layer) yang merefleksikan ciri khas asal massa air tiap
lintang.

Secara alami, lapisan air di permukaan akan lebih hangat karena menerima radiasi
matahari pada siang hari. Lapisan ini dipengaruhi oleh kondisi meteorologis seperti suhu
udara, kecepatan angin, dan intensitas radiasi matahari. Oleh karena itu, suhu permukaan
biasanya mengikuti pola musiman, karena dengan adanya perubahan musim akan terjadi
perubahan terhadap faktor – faktor tersebut. Sebagai contoh pada musim pancaroba,
angin biasanya lemah dan laut sangat tenang, sehingga proses pemanasan di permukaan
dapat terjadi dengan lebih efektif. Akibatnya suhu lapisan permukaan sering disebut
sebagai lapisan homogen karena pada lapisan ini terjadi pengadukan massa air oleh angin
dan arus sehingga dapat mencapai suhu yang seragam atau homogen. Pada daerah tropis
pengadukan ini dapat mencapai kedalaman 50 m sampai 100 m dengan suhu sekitar 26 –
30 oC dan gradient tidak lebih dari 0,03 oC/m. Lapisan ini sangat dipengaruhi oleh
musim dan letak geografis.

Lapisan termoklin adalah lapisan air tempat terjadinya penurunan suhu yang cepat
dengan bertambahnya kedalaman. Suhu air di bawah lapisan permukaan yang hangat
akan mulai menurun dan mengalami penurunan yang sangat cepat pada selang kedalaman
yang sempit antara 50 – 300 meter. Di bawah lapisan termoklin, suhu akan terus
menurun dengan penurunan yang lebih lambat, sehingga massa air di bawah lapisan
termoklin relatif homogen hingga ke dasar perairan. Lapisan termoklin di perairan tropis

4
memiliki ketebalan antara 100 – 105 meter dengan gradien suhu mencapai 0,1 oC/m
(Wyrtki, 1961; Gross, 1990). Profil sebaran menegak suhu yang menunjukkan letak
lapisan tercampur dan lapisan termoklin dapat dilihat pada Gambar 1.

(Sumber : Robinson,1985)

Gambar 1. Profil menegak suhu di laut

Untuk penentuan SPL dari satelit, dapat dilakukan pengukuran dengan radiasi infra
merah pada panjang gelombang 3µm-14µm. Pengukuran spektrum infra merah yang
dipancarkan oleh permukaan laut hanya dapat memberikan informasi suhu pada lapisan
permukaan sampai kedalaman 0.1 mm. Pola distribusi citra SPL dapat dilihat dari
fenomena oseanografi seperti upwelling,dan pola arus permukaan. Daerah yang
mempunyai fenomena-fenomena seperti tersebut di atas umumnya merupakan perairan
yang subur (Tomascik et al., 1997).

2.2 Angin dan Perubahan Musim


Angin merupakan salah satu unsur meteorologi yang sangat penting diperhatikan
dalam masalah kelautan. Pola angin yang sangat berperan di Indonesia adalah angin
Musim (monsoon). Angin Musim bertiup secara mantap ke arah tertentu pada satu
periode sedangkan pada periode lainnya angin bertiup secara mantap pula dengan arah
berlainan. Posisi Indonesia diantara benua Asia dan Australia membuat kawasan ini
paling ideal untuk berkembangnya angin Musim (Nontji, 2002). Pada bulan Desember -
Februari, terjadi musim Dingin di belahan BBU dan musim Panas di belahan BBS. Pada

5
saat itu terjadi pusat tekanan tinggi di atas Asia dan pusat tekanan rendah di atas daratan
Australia. Keadaan ini menyebabkan angin berhembus dari Asia menuju Australia,
sehingga pada bulan Desember- Februari di kawasan utara khatulistiwa bertiup angin
Muson Barat Laut, di Indonesia umumnya dikenal sebagai angin Musim Barat (West
Monsoon).

Sebaliknya pada bulan Juni – Agustus , terjadi musim Dingin di belahan BBS dan
musim Panas di belahan BBU. Pada saat itu terjadi pusat tekanan tinggi di atas daratan
Australia dan pusat tekanan rendah di atas daratan Asia hingga di Indonesia. Keadaan
ini menyebabkan angin berhembus dari Australia menuju Asia. Sehingga pada bulan Juli
- Agustus di kawasan Khatulistiwa bertiup angin Muson Tenggara, di Indonesia
umumnya dikenal sebagai angin Musim Timur (East Monsoon). Sistem tekanan itu
ternyata begitu tetap hingga menyebabkan angin Musim bertiup stabil terutama di lautan
(Nontji, 2002).

Pada bulan Maret, angin Barat masih berhembus tetapi kecepatan dan kemantapannya
berkurang. Pada bulan April dan Mei arah angin sudah tidak menentu dan periode ini
dikenal sebagai musim Peralihan atau Pancaroba. Sehingga, pada bulan Maret – Mei
disebut sebagai musim Peralihan I. Demikian pula terjadi pada bulan September -
November, arah angin tidak menentu dan periode ini dikenal sebagai musim Pancaroba
akhir tahun atau disebut sebagai musim Peralihan II. Kekuatan angin umumnya lemah
pada musim–musim Pancaroba sehingga laut pun umumnya tenang (Nontji, 2002).

Selain angin Musim, di pesisir pantai dapat ditemukan pula angin Laut dan angin
Darat dalam ukuran lebih kecil. Proses terjadinya sama dengan terjadinya angin Musim
yaitu karena perbedaan pemanasan/pendinginan (differential heating) antara daratan dan
lautan. Angin Laut dan angin Darat terjadi karena perbedaan pemanasan/pendinginan
antara daratan dan lautan pada siang hari dan malam hari, sedangkan angin Musim terjadi
karena perbedaan pemanasan atau pendinginan antara benua dengan laut luas pada
musim Panas dan musim Dingin. Pada siang hari permukaan daratan menjadi lebih cepat
panas. Akibatnya udara di atas permukaan daratan menjadi panas dan memuai serta

6
mudah naik ke atas. Kekosongan udara di dekat permukaan daratan akan diisi oleh udara
dari laut yang suhunya lebih rendah. Udara yang naik di atas daratan kemudian menuju
ke laut. Selanjutnya udara naik ini akan turun lagi di laut hingga membentuk daur. Jadi
yang dimaksud dengan angin Laut ialah angin permukaan dari laut ke arah darat dan
terjadi pada siang hari. Sebaliknya angin Darat ialah angin permukaan yang berhembus
dari darat ke arah laut dan terjadi pada malam hari.

Biasanya angin Darat lebih lemah daripada angin laut (Nontji, 2002). Ketinggian sel
angin Laut dapat mencapai 3-4 km sedangkan jaraknya dari garis pantai sering mencapai
20 km baik ke arah daratan maupun ke arah laut, meskipun jarak ini bisa pula melebar
sampai 80 km dari pantai. Angin Laut mulai berhembus sekitar jam 9-11 pagi sedangkan
angin darat mulai jam 5-7 sore. Angin Musim dapat mempengaruhi angin Laut dan angin
Darat. Sedangkan angin rata-rata di Indonesia berkisar sekitar 2,5-3,5 m/detik (Nontji,
2002).

2.3 Sistem Pengindraan Jauh


Penginderaan Jauh merupakan ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang
obyek, daerah, atau fenomena dengan jalan menganalisis data yang diperoleh melalui alat
tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesand dan
Kiefer, 1994).

Menurut Sutanto (1994), ada empat komponen penting dalam sistem penginderaan
jauh diantaranya adalah (1) sumber tenaga elektromagnetik, (2) atmosfer, (3) interaksi
antara tenaga dan obyek, (4) sensor. Secara skematik dapat dilihat pada Gambar 2.

7
Gambar 2. Sistem Penginderaan Jauh

2.4 Satelit Aqua MODIS


Satelit Aqua, yang dalam bahasa latin berarti air merupakan suatu satelit ilmu
pengetahuan tentang bumi kepunyaan National Aeronautics and Space Administration
(NASA), yang memiliki misi untuk mengumpulkan informasi tentang siklus air di bumi,
termasuk penguapan dari samudera, uap air di atmosfer, awan, presipitasi, kelembaban
tanah, es yang ada di darat, serta salju yang menutupi daratan. Variabel yang diukur
oleh Aqua antara lain aeserol, tumbuhan yang menutupi daratan, fitoplankton dan bahan
organik terlarut di lautan, serta suhu udara, daratan dan air (Graham, 2005).

8
Satelit Aqua membawa sensor MODIS, yang mempunyai 36 kanal spektral dengan
kisaran panjang gelombang antara 0,4µm sampai 14.4 µm. Instrumen MODIS telah
didesain dan dikembangkan sejak proyek Engineering Model (EM) selesai dilaksanakan
pada pertengahan 1995. Sensor Aqua MODIS pertama kali diluncurkan pada tanggal 4
Mei 2002 yang dibawa oleh satelit Aqua dan spesifikasinya ke lautan (Maccherone,
2005). Satelit Aqua MODIS dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Satelit Aqua MODIS

9
Satelit Aqua MODIS mempunyai orbit polar sun-synchronus, yang artinya satelit akan
melewati tempat-tempat yang terletak pada lintang yang sama dan dalam waktu lokal
yang sama pula. Satelit melintasi equator pada siang hari mendekati pukul 13.00 waktu
lokal. Satelit mengelilingi bumi setiap satu sampai dua hari dengan arah lintasan dari
Kutub Selatan menuju Kutub Utara (ascending node) pada ketinggian 705 km
(Maccherone, 2005). Spesifikasi teknis dari satelit Aqua MODIS dijabarkan pada Tabel
1:

Tabel 1. Spesifikasi teknis satelit Aqua MODIS

10
BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi


PKL ini dilaksanakan di laut Perairan Halmahera Timur pada 2 Tahun. Tahun 2016 –
2017 di ambil data SPL dari satelit AQUA MODIS. Data SPL tersebut adalah dari musim
Barat, musim Peralihan 1, musim Timur dan musim Peralihan 2.

Gambar 3.1. Peta lokasi Praktek Keterampilan lapangan.

11
3.2 Alat dan Bahan

Tabel 3.2. Alat dan bahan yang digunakan dalam PKL ini
No. Alat dan Bahan Kegunaannya

1. Komputer/Laptop Untuk mengolah data.


2. Aplikasi SeaDAS Untuk memotong data hanya pada lokasi praktek keterampilan
lapangan.

3. Aplikasi SURFER12 Untuk membuat distribusi suhu permukaan laut, di laut


perairan Halmahera Timur.

4. Aplikasi M.Excel Untuk menyusun/memperbaiki data sebelum dipetakan serta


membuat nilai rata-rata.
5. Download data dari Untuk memperoleh data Suhu permukaan laut, rata - rata
Satelit AQUA bulanan, pada siang hari, musim barat, musim peralihan 1,
MODIS. musim timur dan musim peralihan 2 pada tahun 2016-2017.

3.3 Metode Pengambilan Data


Data yang digunakan dalam PKL ini adalah data yang diperoleh dari citra satelit AQUA
MODIS. Metode yang digunakan dalam pengambilan data tersebut adalah dengan cara
mengunduh/mendownload di salah satu situs website yang menyediakan data satelit dalam
hal ini adalah suhu permukaan laut (SPL), yakni di http://oceancolor.gsfc.nasa.gov. Pada
situs ini terdapat berbagai tipe data yang tersedia dan dapat didownload secara gratis. Tetapi
untuk keperluan PKL ini, data yang digunakan adalah SPL level-3 pada waktu siang hari,
dengan resolusi spasial 4 km dengan format HDF (SMI).

Adapun prosedur pengambilan data yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Aktifkan salah satu search engine, pada kolom URL, ketik alamat website untuk
mengambil (download) data suhu permukaan laut (SPL) yakni pada
oceancolor.gsfc.nasa.gov, kemudian akan muncul halaman utama (home). Setelah itu

12
pilih Level 3 Browser, yang akan menyediakan data SPL yang telah terkoreksi, baik
rediometrik maupun geometik dan siap untuk dipakai/diolah.

2. Kemudian akan muncul tampilan data level 3 dari beberapa satelit dengan periode dan
resolusi spasial tertentu.

3. Pilih data SPL pada siang hari (daytime) yang disediakan oleh satelit Aqua Modis.

13
4. Selanjutnya pilih monthly untuk mengambil data bulanan

5. Kemudian pada kolom selanjutnya pilihan resolusi spasial 4 km. Hal ini dikarenakan
dengan resolusi spasial 4 km, maka data SPL yang didapatkan per luasan 4 km 2.
Sehingga fluktuasi SPL dapat terlihat lebih jelas/detail.

6. Setelah itu data SPL dengan pilihan SMI (kiri bawah dari data-data yang ditampilkan)
didownload selama 4 musim pada tahun 2016 -2017.
7. Selanjutnya, data-data SPL yang telah didownload tersebut dapat diolah lebih lanjut
untuk mengetahui bagaimana distribusi dan fluktuasinya.

3.4 Metode Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut:

- Data yang didownload adalah data yang diperoleh dari citra satelit AQUA MODIS
yang merupakan SPL level 3, daytime (siang hari) dengan resolusi spasial 4 km dan
berformat HDF. Data ini adalah data sekunder yang siap dipakai tanpa harus melalui
tahapan koreksi sehingga langsung dapat dipotong (cropping) dengan menggunakan
perangkat lunak SeaDAS 7.3 sesuai dengan titik koordinat yang diinginkan.
Penjelasan rinci dari tahapan ini dapat dilihat pada bagian 3.4.1
- Kemudian dari hasil pemotongan data SPL tersebut disimpan dengan format
WaterMask. Penjelasan rinci dari tahapan ini dapat dilihat pada bagian 3.4.2

14
- Setelah itu, data yang telah disimpan dengan format WaterMask tersebut dibuka dan
diolah pada Ms. Excel dan dihitung nilai rata-rata, nilai maximum dan nilai minimum
SPL pada siang hari (daytime) tersebut.
- Selanjutnya untuk melihat distribusi dan visualisasinya, maka akan digunakan
perangkat lunak SURFER 12.
- Sedangkan untuk melihat fluktuasi SPL, maka harus membuat grafik terlebih dahulu
berdasarkan data rata-rata suhu permukaan laut per bulan selama 4 musim pada tahun
2016 – 2017 di Microsoft excel.

3.4.1 Prosedur Pengolahan Data

Prosedur pengelolaan data untuk memotong (crpoping) Data SPL dengan Perangkat
Lunak SeaDAS 7.3.1 adalah sebabagai berikut:

a. Data Suhu dipotong sesuai dengan koordinat lokasi penelitian dengan


menggunakan software SeaDAS 7.3, kemudian di Export nilai Pixel Mask laut
kedalam bentuk TXT, kemudian dibuka di Mc.Excel.
b. Setelah data SPL didownload, maka selanjtnya aktifkan software SEADAS,
sehingga muncul menu SEADAS seperti gambar di bawah ini.

c. Kemudian pilih File  Open, dan selanjutnya pilih file data SPL per bulan
yang telah didownload. Pilih Open product.

15
d. Setelah itu pilih folder tempat penyimpanan file data SPL perbulan yang telah
didownload dan disimpan dalam format HDF. Kemudian Klik Ok, maka akan
muncul kotak dialog raster.

e. Kemudian doubleclick pada raster yang terdapat pada kotak dialog. Maka akan
muncul peta SPL perbulan secara global.

16
f. Setelah itu geser courser pada data citra suhu daytime yang terbuka tadi maka
klik kanan Crop kemudian Geo coordinate dan selanjutnya masukan titik
koordinat daerah yang ingin di teliti SPL nya yakni Perairan laut Halmahera
Timur.

g. Setelah memasukan koordinat maka klik Ok + sst + Add Coastline, land and
Create Masks sehingga akan terbuka hasil cropping seperti

17
h. Setelah itu simpan dat yang telah di potong dengan cara klik kanan pada peta
hasil potongan dan pilih export mask pixels + water mask dan OK. Selanjutnya
write to file dan save. Seperti pada gambar dibawah :

i. Setelah itu lakukan mengulang prosedur 1 sampai 7, terus menerus sampai data
selama 12 bulan selesai.

3.4.2 Membuat Peta Distribusi SPL Menggunakan SURFER 12

Untuk memetakan pola distribusi Suhu Permukaan Laut (SPL) untuk empat
musim di Perairan Laut Halmahera Timur selama 2 tahun 2016 - 2017 dilakukan
dengan cara sebagai berikut :

a. Open software Surfer 12 seperti gambar dibawah ini :

18
b. Kemudian, pilih Grid > Data pada menu SURFER 12, setelah itu pilih data SPL
daytime yang telah disimpan dalam Ms. Excel, klik Open. Selanjutnya pada
jendela Grid Data, pilih kolom posisi bujur (Longitude) sebagai nilai X, kolom
posisi lintang (Lattitude) sebagai nilai Y dan kolom nilai SPL sebagai nilai Z, klik
Ok.

c. Setelah tekan OK, akan muncul jendela GRIDDING REPORT, selanjutnya pilih
OK, seperti pada gambar dibawah ini :

19
d. Selanjutnya pilih New Contour Map, ambil data SPL yang telah melalui proses
Gridding (.grd), klik Open, maka muncul peta distribusi spasial SPL sesuai data
SPL.grd yang dipilih sebelumnya.

e. Setelah itu click pada Contour, berilah tanda centang pada Fill Contour agar
menampilkan isi contour, Color Scale (menampilkan skala warna), pilih Smooth
Contour untuk memperhalus tampilan contour peta, kemudian pada kolom
Amount pilih high (agar memperhalustampilan contour), setelah itu kilk Apply.

20
f. Selanjutnya klik Level, pada kolom minimum masukanlah nilai SPL terendah dari
data SPL pada bulan tertentu 26. Pada kolom maksimum masukan nilai SPL
tertinggi dari data SPL pada bulan tertentu yaitui 34. Hal ini dilakukan agar lebih
terlihat jelas fluktuasinya yaitu dilihat dari gradasi warna. (catatan : nilai
minimum dan maksimum ditetapkan sama untuk semua data bulanan yang akan
di olah yang diperoleh dari data terendah dari semua bulan dan data tertinggi dari
semua bulan agar fill/warna yang ditampilkan pada semua peta sebaran bisa
dilihat perubahan warnanya, untuk menentukan naik turunnya SPL yang sesuai
dengan level semua data).

g. Setelah itu pilih fill > foreground color (untuk memberikan warna pada peta
distribusi yang bertujuan untuk melihat tinggi rendahnya nilai SPL) untuk nilai

21
suhu yang paling rendah saya pilih Blue, tengah Yellow, Green dan tinggi Red.
Pada kolom minimum dan maksimum masukan dengan nilai yang sama yang
ditentukan pada level, > OK.

h. Kemudian pilih line > gradational dan atur color yang sama dengan fill serta nilai
minimum dan maksimum yang sama pula. OK > apply. Ubah NO menjadi YES
pada lebel > APPLY. Maka akan muncul gambar seperti berikut :

i. Kemudian munculkan lokasi dimana SPL tersebut dipetakan, dengan


menggunakan peta dasar Indonesia. Pilih New Base Map, pilih peta dasar
Indonesia, klik Open. Maka muncul peta Indonesia pada lembar kerja yang
sedang dikerjakan pada surfer.

22
j. Selanjutnya potong peta dasar Indonesia ini sesuai posisi geografis peta distribusi
spasial SPL dengan pengaturan pada Limit dan Scale yakni klik Map maka akan
muncul tampilan Limit dan Scale.

k. Setelah itu apabila peta lokasi PKL dan peta distribusi spasial SPL pada posisi
geografis yang sama, maka selanjutnya warnai peta dasar dengan cara double
click pada Base Map (sebelah kiri dari lembar kerja) FillForeground, kemudian
pilih warna selain warna pada skala warna peta dasar untuk mewarnkan daratan.

23
l. Lakukan prosedur 1 sampai dengan 11 untuk setiap Grid pada data SPL setiap
bulan selama tahun 2016 – 2017 (musim barat, musim peralihan 1, musim timur
dan musim peralihan 2). Sehingga dapat menghasilkan 12 peta distribusi SPL di
lokasi pengamatan

3.5 Metode Analisa Data


3.5.1 Analisa Distribusi Permukaan Laut
Cara untuk memetakan pola sebaran SPL di perairan Laut Halmahera Timur pada
empat musim (musim barat, musim peralihan 1, musim timur dan musim peralihan 2)
selama tahun 2016 - 2017 adalah dengan menggunakan analisa data visualisasi
distribusi suhu permukaan laut pada tiap nilai rata-rata yang telah diolah secara
daytime. Proses yang dilakukan untuk bisa melihat peta distribusi suhu permukaan
lautnya adalah dengan cara membuat skala warna. Sakala warna yang dibuat dalam
PKL ini adalah warna biru (Blue) untuk level suhu minimum, warna kuning (Yellow)
untuk level suhu menengah dan warna merah (Red) untuk level suhu maksimum
sehingga kita dapat melihat tinggi rendahnya SPL pada peta distribusi yang di olah
dari hasil skala warna yang dibuat tersebut.

3.5.2 Analisa Fluktuasi Permukaan Laut


Proses analisa untuk melihat fluktuasi SPL (suhu permukaan laut) dilakukan
dengan cara menggunakan perangkat lunak Ms.Excel. Fluktuasi suhu permukaan laut
selama 4 musim pada tiap tahun 2016 dan tahun 2017, dianalisa melalui grafik
(Chart), kemudian menentukan nilai rata-rata dari tiap musim yang dibuat dalam
bentuk grafik. Hal ini bertujuan untuk mempermudah dalam melihat seberapa besar
perubahan suhu permukaan laut yang terjadi di Perairan Laut Halmahera Timur pada
tahun 2016 -2017.

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Diskripsi Lokasi


Laut Halmahera adalah laut yang terletak timur bagian tengah Laut Mediterania
Australia. Pusat laut ini terletak di 1°S dan 129°E dan berbatasan dengan Samudra
Pasifik di utara, Pulau Halmahera di barat, Waigeo dan Irian Jaya di timur, serta Laut
Seram di selatan. Perairan Laut Halmahera berada pada daerah yang menjadi pusat aliran
masa air di Indonesia, baik itu masa air yang mengalir dari Samudra Pasifik, Samudra
Hindia, maupun Laut Cina. Hal ini yang menyebabkan perairan ini sering dipengaruhi
oleh fenomena upwelling. Oleh sebab itu, perairan Laut Halmahera memiliki
karakteristik fisik SPL yang menarik untuk diteliti pada setiap musim. Laut Halmahera
sangat luas, dengan demikian maka untuk PKL ini hanya diambil disekitar perairan Laut
Halmahera Timur dengan batas geografis pada posisi 0,86° - 1,40° LS dan 128,5° -
129,41°BT.

Untuk mendapatkan data SPL sesuai posisi yang diinginkan dari satelit AQUA
MODIS maka beberapa hal yang harus dikerjakan adalah :
- Data yang didownload harus data bulanan yang diukur pada siang hari dengan
resolusi 4 km.
- Karena data yang didownload adalah data global maka perlu dicrooping
menggunakan SeaDAS sesuai dengan titik koordinat yang diinginkan.
- Dari SeaDAS kemudian di export nilai pixel mask laut kedalam bentuk TXT.
- Setelah itu diolah pada Ms.Excel untuk membuat nilai minimum, nilai maxsimum,
nilai rata-rata, standar deviasi dan grafik fluktuasinya untuk melihat bagaimana
perubahan pertiap musimnya.

4.2 Sebaran Suhu Permukaan Laut Tahun 2016

25
Berdasarkan data yang diperoleh maka variasi nilai minimum dan maksimum SPL
pada musim Barat, musim Peralihan 1, musim Timur dan musim Peralihan 2 dapat dilihat
pada tabel 4.2.
Tabe1 4.2. Variasi SPL pada setiap musim di perairan Laut Halmahera Timur pada tahun
2016.

SPL
MUSIM BULAN
MIN MAX SD RATA"
Desember 28.70 ºC 32.22 ºC 0.58 31.02 ºC
Barat Januari 28.47 ºC 29.74 ºC 0.22 28.81 ºC
Februari 27.41 ºC 30.04 ºC 0.46 28.46 ºC
Maret 28.79 ºC 29.90 ºC 0.20 29.21 ºC
Peralian I April 29.74 ºC 30.72 ºC 0.17 30.20 ºC
Mei 30.66ºC 31.79 ºC 0.22 31.19 ºC
Juni 29.47 ºC 31.12 ºC 0.28 30.39 ºC
Timur Juli 29.64 ºC 30.91 ºC 0.27 30.36 ºC
Agustus 29.50 ºC 30.46 ºC 0.14 29.82 ºC
September 29.50 ºC 32.08 ºC 0.40 30.71 ºC
Peralian II Oktober 29.41 ºC 31.95 ºC 0.38 30.72 ºC
November 30.59 ºC 32.33 ºC 0.36 31.39 ºC

Rendahnya nilai SD menunjukan bahwa variasi suhu sangat kecil yang terjadi secara
bulanan dan juga nilai yang didapat melalui hasil deteksi satelit AQUA MODIS pada
periode tersebut tidak terlalu dipengaruhi oleh tutupan awan.

- Fluktuasi suhu permukaan laut di perairan Laut Halmahera Timur pada empat
musim tahun 2016.
26
Grafik
Fluktuasi SPL Tahun 2016
33

32

31
Suhu ºC

30 Musim Barat Musim Peralian II

29
Musim Timur

28 Musim Peralian I

27
Des Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov
Bulan

Gambar 4.2. Grafik Fluktuasi SPL Tahun 2016.

Berdasarkan gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa perairan Laut Halmahera Timur
mengalami fluktuasi SPL yang besar terjadi pada musim Barat pada bulan Desember,
musim Peralihan 1 pada bulan Mei dan musim peralian 2. Dengan nilai rata-rata suhu
permukaan laut tertinggi di Perairan Laut Halmahera Timur yaitu 31.39 ºC± 0.36oC,
terjadi pada musim Peraliahan 2 di bulan November, sedangkan nilai rata-rata suhu
permukaan laut terendah di Perairan Laut Halmahera Timur yaitu 28.46oC± 0.46oC,
terjadi pada musim Barat di bulan Februari. Nilai rata – rata yang dihitung didapat dari
jumlah data SPL yang diperoleh dari data Satelit AQUA MODIS yaitu sebanyak 230
data. Apabila diamati data yang diperoleh,ditemukan nilai SD yang kecil yaitu berkisar
antara ±0.14 – ±0.58,hal ini menunjukan bahwa data-data yang didapat telah divalidasi
dengan benar sehingga dapat dipakai untuk dianalisa lebih lanjut dalam mempelajari SPL
di Laut Halmahera Timur secara keseluruhan.

4.2.1 Pola Distribusi SPL Tahun 2016

27
A. Musim Barat

B. Musim Peralihan 1

C. Musim Timur

D. Musim Peralihan 2

Gambar 4.2.1 Distribusi horizontal SPL pada musim Barat (A), musim peralihan
1 (B), musim Timur (C), dan musim peralihan 2, pada Tahun 2016.

4.3 Sebaran Suhu Permukaan Laut Tahun 2017

28
Berdasarkan data yang diperoleh maka variasi nilai minimum dan maksimum SPL
pada musim Barat, musim Peralihan 1, musim Timur dan musim Peralihan 2 dapat dilihat
pada tabel 4.3.

Tabe1 4.3. Variasi SPL pada setiap musim di perairan Laut Halmahera Timur pada tahun
2017.

SPL
MUSIM BULAN
MIN MAX SD RATA"
Desember 29.77ºC 31.08ºC 0.23 30.38 ºC
BARAT Januari 28.82ºC 30.41ºC 0.29 29.68 ºC
Februari 29.03ºC 30.41ºC 0.28 29.69 ºC
Maret 28.71ºC 30.48ºC 0.32 29.56 ºC
Peralian I April 30.09ºC 31.75ºC 0.38 30.91 ºC
Mei 29.98ºC 31.25ºC 0.21 30.61 ºC
Juni 29.18ºC 31.32ºC 0.36 30.16 ºC
Timur Juli 29.77ºC 30.62ºC 0.18 30.23 ºC
Agustus 28.22ºC 30.61ºC 0.33 30.08 ºC
September 29.35ºC 31.04ºC 0.23 30.18 ºC
Peralian II Oktober 30.32ºC 31.47ºC 0.23 30.79 ºC
November 29.69ºC 32.63ºC 0.58 31.12 ºC

Pada tahun 2017, rendahnya nilai SD menunjukan bahwa variasi suhu sangat kecil
yang terjadi secara bulanan dan juga nilai yang didapat melalui hasil deteksi satelit
AQUA MODIS pada periode tersebut tidak terlalu dipengaruhi oleh tutupan awan.

29
- Fluktuasi suhu permukaan laut di perairan Laut Halmahera Timur pada empat
musim tahun 2017.

Grafik
Fluktuasi SPL Tahun 2017

33
Musim Peralian II

32 Musim Peralian I
Suhu ºC

31

30
Musim Timur
29
Musim Barat
28
Des Jan Feb Mar Aprl Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov
Bulan

Gambar 4.3. Grafik Fluktuasi SPL Tahun 2017.

Berdasarkan gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa perairan Laut Halmahera Timur
pada Tahun 2017, mengalami fluktuasi SPL yang besar terjadi pada musim peralian 1
pada bulan April, dan musim peralian 2 pada bulan November. Dengan nilai rata-rata
suhu permukaan laut tertinggi di Perairan Laut Halmahera Timur pada tahun 2017 yaitu
31.12 ºC± 0.58oC, terjadi pada musim Peraliahan 2 di bulan November, sedangkan nilai
rata-rata suhu permukaan laut terendah di Perairan Laut Halmahera Timur yaitu 29.68oC±
0.29oC, terjadi pada musim Barat di bulan Januari. Nilai rata – rata yang dihitung didapat
dari jumlah data SPL yang diperoleh dari data Satelit AQUA MODIS yaitu sebanyak 230
data. Apabila diamati data yang diperoleh,ditemukan nilai SD yang kecil yaitu berkisar
antara ±0.18 – ±0.58, hal ini menunjukan bahwa data-data yang didapat telah divalidasi
dengan benar sehingga dapat dipakai untuk dianalisa lebih lanjut dalam mempelajari SPL
di Laut Halmahera Timur secara keseluruhan.

30
4.3.1 Pola Distribusi SPL Tahun 2017
A. Musim Barat

B. Musim Peralian 1

C. Musim Timur

D. Musim Peralian 2

Gambar 4.2.1 Distribusi horizontal SPL pada musim Barat (A), musim
peralihan 1 (B), musim Timur (C), dan musim peralihan 2, pada Tahun
2017.

31
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktek keterampilan lapangan (PKL) ini
adalah sebagai berikut :

- Dari hasil prosedur kerja yang dilakukan dengan menggunakan software SeaDAS,
Ms. Excel dan SURFER 12, dapat memperoleh hasil yang baik untuk membuat serta
menganalisa distribusi dan fluktuasi SPL di Perairan Laut Halmahera Timur selama
musim Barat, musim Peralihan 1, musim Timur dan musim Peralihan 2 pada tahun
2016 - 2017.
- Bahwa nilai rata-rata SPL di Perairan Laut Halmahera Timur pada Tahun 2016
dengan nilai rata-rata SPL tertinggi di Perairan Laut Halmahera Timur yaitu 31.39
o
C, terjadi pada musim Peraliahan 2 di bulan November, sedangkan nilai rata-rata
SPL terendah di Perairan Laut Halmahera Timur yaitu 28.46oC, terjadi pada musim
Barat di bulan Februari.
- Sedangkan nilai rata-rata SPL di Perairan Laut Halmahera Timur pada Tahun 2017
dengan nilai rata-rata SPL tertinggi di Perairan Laut Halmahera Timur yaitu 31.12
o
C, terjadi pada musim Peraliahan 2 di bulan November, dan nilai rata-rata SPL
terendah di Perairan Laut Halmahera Timur yaitu 29.68oC, terjadi pada musim Barat
di bulan Januari.
- Yang dimana SPL di Perairan Halmahera Timur pada tahun 2016 lebih tinggi
dibandingkan 2017 dengan nilai rata-rata 31.39 oC, terjadi pada musim Peraliahan 2
di bulan November. Begitu pula dengan SPL terendah di Perairan Laut Halmahera
Timur yaitu 28.46oC, terjadi pada musim Barat di bulan Februari Pada tahun 2016.
- Fluktuasi SPL di Perairan Laut Halmahera Timur Tahun 2016 pada musim Barat
sampai ke Peralihan 1 mengalami naikan pada musim Peralihan 1 saja, kemudian
fluktuasinya terlihat pada musim Timur yang mengalami penurunan dan naik
kembali pada musim Peralihan 2.

32
- Sedangkan pada Tahun 2017 Fluktuasi pada musim Barat sampai ke Peralihan 1
mengalami naikan pada musim Peralihan 1 saja, kemudian fluktuasinya terlihat
kembali pada musim Timur yang mengalami penurunan dan naik kembali pada
musim Peralihan 2.

5.2 Saran

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil praktek keterampilan lapangan ini, maka
dapat disarankan agar akan ada penelitian-penelitian lanjutan mengenai pola distribusi
suhu permukaan laut di Perairan Laut Halmahera Timur yang menggunakan
metode/prosedur yang sama dan dengan menggunakan data pada tahun-tahun yang
terbaru agar dapat mengembangkan penelitian yang telah dilakukan ini.

33

Anda mungkin juga menyukai