Anda di halaman 1dari 2

aya pernah tinggal kuliah saya di daerah yang mayoritas adalah orang-orang yang berasal dari

suku Sunda. Saya sendiri dibesarkan dalam tata cara keluarga yang memiliki adat Batak.. Secara
spesifik memang ada perbedaan dari bahasa yang digunakan.

Sehingga saya sendiri sulit berkomunikasi dengan teman-teman saya yang berbicara dengan
menggunakan bahasa sunda. Dengan memahami bagaimana bersikap baik diantara teman-teman
saya, perlahan-lahan saya juga dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan teman-teman kampus
saya.

Terkadang saya memang mengalami kebingungan memahami kata-kata mereka ketika sedang
mengobrol dengan menggunakan bahasa sunda (beberapa teman saya merasa lebih nyaman jika
berbicara jika dengan bahasa tersebut).

Hingga pada akhirnya saya pun dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut dengan
menjelaskan kepada mereka bahwa saya tidak mengerti dengan “pembicaraan” mereka jika
mereka terus saja berbicara menggunkan bahasa sunda. Mereka pun akhirnya mengerti dan
berusaha untuk tidak menggunakan bahasa sunda ketika sedang berbicara dengan saya.

Hal tersebutlah yang membuat saya memahami betul bahwa setiap individu memiliki berbagai
budaya yang berbeda sehingga apabila perbedaan itu tidak ditanggapi secara tepat akan
memunculkan konflik.

Perbedaan budaya antara saya yang berasal dari suku batak dan juga beberapa teman saya yang
berasal dari suku sunda, merupakan perbedaan budaya yang sangat jauh berbeda.

Namun, diantara kami ada pula seorang teman yang berasal dari Palembang dan Jakarta.
Perbedaan budaya antara kami, hampir saja menimbulkan konflik. Hal ini mungkin dikarenakan
bahwa perbedaan budaya antara kami tidak ada kemiripan. Justru membuat kami membentuk
persepsi yang salah.

Teman saya yang berasal dari Palembang ini memiliki kebiasaan berbicara dengan suara yang
keras dan gamblang sama dengan saya. Saya dan teman saya tidak sedikit pun menyembunyikan
yang saya rasakan atau yang saya pikirkan. Jika saya dan teman saya merasa tidak cocok, merasa
tidak suka, maka saya dan teman saya secara terus terang langsung mengatakannya.
Hal ini berbeda sekali dengan kebiasaan masyarakat yang ada di daerah bandung. Ada perbedaan
yang mencolok antara cara bicara, cara berpikir, bertindak serta menunjukan eksistensinya dalam
sebuah kehidupan sosial.

Teman saya dan saya sering sekali berbicara dengan intonasi yang tinggi dan dengan volume
yang keras.Karena itu sudah menjadi kebiasaan saya dan teman saya yang berasal dari
Palembang cara bicaranya.

Terkadang hal ini menumbuhkan persepsi yang berbeda bagi setiap orang. Ketika itu, adalah
awal masuk kampus, ketika sedang masa orientasi siswa, teman saya yang dari palembang ini
pemberani, jadi dia sering mendapat hukuman dan paling tidak disukai oleh teman-teman
sekelas. Karena cara bicaranya yang keras, caranya melihat orang, saya mewajarkan semuanya
siftanya karna sama-sama dari sumatera, dan kelas kami lebih sering dihukum karena kelas kami
dianggap memiliki seorang “pembangkang”. Teman saya dianggap telah menentang panitia
orientasi.Dari beberapa orang teman saya mempersepsikan bahwa teman saya itu
tidak diajari sopan santun, cara berbicara dengan baik karena berbicara dengan volume keras
dianggap tidak sopan, tidak menghormati orang yang sedang berbicara, sombong, songong dll,
pada hal teman saya itu bukan seperti yang mereka kira, cuma cara dan sifat teman saya / orang
sumatera seperti itu.

Setelah terlewati tahap orientasi, dan setelah beberapa teman saya berbicara dengan dia, barulah
mereka tau bahwa caranya berbicara, caranya melihat orang lain emang seperti itu, bukan
semata-mata untuk menentang namun justru menghormati.

Menurut budaya kami, jika kita berbicara dengan orang yang lebih tua justru kita harus
menggunakan volume yang lebih keras dan juga harus memandang mata. Tentu budaya saya dan
teman saya sangat berdeba dengan disini. Dengan adanya perbedaan budaya ini, teman-teman
kampus hampir saja menjauhi dia, hal tersebut tentu akan menimbulkan konflik.

Untung saja, perbedaan budaya tersebut akhirnya dapat diatasi. Pelan-pelan saya dan teman-
teman kampus saya mengajari atau memberitau bagaimana norma dan aturan budaya didaerah
sunda, memberikan pengertian bahwa budaya saya , teman saya dengan teman kampus sangat
berbeda, dan dia harus bisa belajar beradapatasi.

Anda mungkin juga menyukai