Anda di halaman 1dari 16

REFERAT

EPILEPSI

Oleh :

Jundi Abyan 201410330311088

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN

2018

BAB 1

1
PENDAHULUAN

Epilepsi berasal dari bahasa Yunani yang berarti "serangan" atau penyakit

yang timbul secara tiba-tiba. Penyakit ini umum terjadi di masyarakat dan sering

kali masyarakat masih belum mengerti tentang apa itu epilepsy sehingga mereka

sering menjauhi dan mengucilkan penderita epilepsy.

Akibatnya banyak yang menderita epilepsi yang tak terdiagnosis dan

mendapat pengobatan yang tidak tepat sehingga menimbulkan dampak klinik dan

psikososial yang merugikan baik bagi penderita maupun keluarganya. Perlu

dilakukan penyuluhan terkait penyakit-penyakit umum seperti epilepsy agar

masyarakat dapat merespon penderita dengan baik.

Oleh karena itu, pada tinjauan kepustakaan ini akan dijabarkan tentang

definisi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala, diagnosis, dan

terapi epilepsi.

BAB 2

2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Epilepsi adalah diagnosis klinis apabila terjadi serangan kejang

(seizure) lebih dari satu kali dalam periode waktu tertentu (1 tahun). Perlu

diketahui epilepsy adalah keadaan serangan klinis akibat cetusan potensial

abnormal berlebihan dari sekelompok neuron kortek/subkortek (Seizure),

cenderung berulang dan stereotipi, dan diluar serangan normal.

Status epileptikus merupakan kejang yang terjadi > 30 menit atau

kejang berulang tanpa disertai pemulihan kesadaran kesadaran diantara dua

serangan kejang.

2.2 . Epidemiologi

Didapatkan insiden secara umum mencapai 20-70 per 100.000 pertahun

dan prevalens 400-1000 per 100.000 penduduk.

Di negara berkembang sekitar 80-90% diantaranya tidak mendapatkan

pengobatan apapun. Penderita laki-laki umumnya sedikit lebih banyak

dibandingkan dengan perempuan. Insiden tertinggi terjadi pada anak berusia

di bawah 2 tahun (262/100.000 kasus) dan uisa lanjut di atas 65 tahun

(81/100.000 kasus). Menurut Irawan Mangunatmadja dari Departemen Ilmu

Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Rumah

Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta angka kejadian epilepsi pada

anak cukup tinggi, yaitu pada anak usia 1 bulan sampai 16 tahun berkisar 40

kasus per 100.000.

3
2.3. Etiologi

Ditinjau dari penyebab, epilepsi dapat dibagi menjadi 3 golongan yaitu:

• Epilepsi idiopatik : penyebabnya tidak diketahui, meliputi ± 50% dari

penderita epilepsi anak dan umumnya mempunyai predisposisi genetik,

awitan biasanya pada usia > 3 tahun. Dengan berkembangnya ilmu

pengetahuan dan ditemukannya alat – alat diagnostik yang canggih

kelompok ini makin kecil.

• Epilepsi simptomatik: disebabkan oleh kelainan/lesi pada susunan saraf

pusat. Misalnya : post trauma kapitis, infeksi susunan saraf pusat (SSP),

gangguan metabolik, malformasi otak kongenital, asphyxia neonatorum,

lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, toksik (alkohol,obat),

kelainan neurodegeneratif.

• Epilepsi kriptogenik: dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum

diketahui, termasuk disini adalah sindrom West, sindron Lennox-Gastaut

dan epilepsi mioklonik

2.4. Klasifikasi

Klasifikasi Internasional Kejang Epilepsi menurut International League

Against Epilepsy (ILAE) 1981:

I . Kejang Parsial (fokal)

A. Kejang parsial sederhana (tanpa gangguan kesadaran)

1. Dengan gejala motorik

2. Dengan gejala sensorik

3. Dengan gejala otonomik

4
4. Dengan gejala psikik

B. Kejang parsial kompleks (dengan gangguan kesadaran)

1. Awalnya parsial sederhana, kemudian diikuti gangguan kesadaran

a. Kejang parsial sederhana, diikuti gangguan kesadaran

b. Dengan automatisme

2. Dengan gangguan kesadaran sejak awal kejang

a. Dengan gangguan kesadaran saja

b. Dengan automatisme

C. Kejang umum sekunder/ kejang parsial yang menjadi umum (tonik-

klonik, tonik atau klonik)

1. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi kejang umum

2. Kejang parsial kompleks berkembang menjadi kejang umum

3. Kejang parsial sederhana berkembang menjadi parsial kompleks,

dan berkembang menjadi kejang umum

II. Kejang umum (konvulsi atau non-konvulsi)

A. lena/ absens

B. mioklonik

C. tonik

D. atonik

E. klonik

F. tonik-klonik

III. Kejang epileptik yang tidak tergolongkan

Klasifikasi Epilepsi berdasarkan Sindroma menurut ILAE 1989 :

5
I. Berkaitan dengan letak fokus

A. Idiopatik

 Benign childhood epilepsy with centrotemporal spikes

 Childhood epilepsy with occipital paroxysm

B. Simptomatik

 Lobus temporalis

 Lobus frontalis

 Lobus parietalis

 Lobus oksipitalis

II. Epilepsi Umum

A. Idiopatik

 Benign neonatal familial convulsions, benign neonatal

convulsions

 Benign myoclonic epilepsy in infancy

 Childhood absence epilepsy

 Juvenile absence epilepsy

 Juvenile myoclonic epilepsy (impulsive petit mal)

 Epilepsy with grand mal seizures upon awakening

 Other generalized idiopathic epilepsies

B. Epilepsi Umum Kriptogenik atau Simtomatik

 West’s syndrome (infantile spasms)

 Lennox gastaut syndrome

 Epilepsy with myoclonic astatic seizures

6
 Epilepsy with myoclonic absences

C. Simtomatik

 Etiologi non spesifik

 Early myoclonic encephalopathy

 Specific disease states presenting with seizures

2.5. Patofisiologi

Dasar serangan epilepsi ialah gangguan fungsi neuron-neuron otak dan

transmisi pada sinaps. Ada dua jenis neurotransmitter, yakni neurotransmitter

eksitasi yang memudahkan depolarisasi atau lepas muatan listrik dan

neurotransmitter inhibisi (inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf

dalam sinaps) yang menimbulkan hiperpolarisasi sehingga sel neuron lebih

stabil dan tidak mudah melepaskan listrik. Di antara neurotransmitter-

neurotransmitter eksitasi dapat disebut glutamate, aspartat, norepinefrin dan

asetilkolin sedangkan neurotransmitter inhibisi yang terkenal ialah gamma

amino butyric acid (GABA) dan glisin. Jika hasil pengaruh kedua jenis lepas

muatan listrik dan terjadi transmisi impuls atau rangsang. Dalam keadaan

istirahat, membran neuron mempunyai potensial listrik tertentu dan berada

dalam keadaan polarisasi. Aksi potensial akan mencetuskan depolarisasi

membran neuron dan seluruh sel akan melepas muatan listrik.

Oleh berbagai faktor, diantaranya keadaan patologik, dapat merubah

atau mengganggu fungsi membran neuron sehingga membran mudah

dilampaui oleh ion Ca dan Na dari ruangan ekstra ke intra seluler. Influks Ca

akan mencetuskan letupan depolarisasi membran dan lepas muatan listrik

7
berlebihan, tidak teratur dan terkendali. Lepas muatan listrik demikian oleh

sejumlah besar neuron secara sinkron merupakan dasar suatu serangan

epilepsi. Suatu sifat khas serangan epilepsi ialah bahwa beberapa saat

serangan berhenti akibat pengaruh proses inhibisi. Diduga inhibisi ini adalah

pengaruh neuron-neuron sekitar sarang epileptic. Selain itu juga sistem-sistem

inhibisi pra dan pasca sinaptik yang menjamin agar neuron-neuron tidak

terus-menerus berlepas muatan memegang peranan. Keadaan lain yang dapat

menyebabkan suatu serangan epilepsi terhenti ialah kelelahan neuron-neuron

akibat habisnya zat-zat yang penting untuk fungsi otak.

2.6 Gejala

 Kejang parsial simplek

Seranagan di mana pasien akan tetap sadar. Pasien akan mengalami gejala berupa:

- “deja vu”: perasaan di mana pernah melakukan sesuatu yang sama

sebelumnya.
- Perasaan senang atau takut yang muncul secara tiba-tiba dan tidak

dapat dijelaskan
- Perasaan seperti kebas, tersengat listrik atau ditusuk-tusuk jarum pada

bagian tubih tertentu.


- Gerakan yang tidak dapat dikontrol pada bagian tubuh tertentu
- Halusinasi

 Kejang parsial (psikomotor) kompleks

Serangan yang mengenai bagian otak yang lebih luas dan biasanya bertahan

lebih lama. Pasien mungkin hanya sadar sebagian dan kemungkinan besar

tidak akan mengingat waktu serangan. Gejalanya meliputi:

- Gerakan seperti mencucur atau mengunyah

8
- Melakukan gerakan yang sama berulang-ulang atau memainkan

pakaiannya
- Melakukan gerakan yang tidak jelas artinya, atau berjalan

berkeliling dalam keadaan seperti sedang bingung


- Gerakan menendang atau meninju yang berulang-ulang
- Berbicara tidak jelas seperti menggumam.
 Kejang tonik klonik (epilepsy grand mal).

Merupakan tipe kejang yang paling sering, di mana terdapat dua tahap: tahap

tonik atau kaku diikuti tahap klonik atau kelonjotan. Pada serangan jenis ini

pasien dapat hanya mengalami tahap tonik atau klonik saja. Serangan jenis ini

biasa didahului oleh aura. Aura merupakan perasaan yang dialami sebelum

serangan dapat berupa: merasa sakit perut, baal, kunang-kunang, telinga

berdengung. Pada tahap tonik pasien dapat: kehilangan kesadaran, kehilangan

keseimbangan dan jatuh karena otot yang menegang, berteriak tanpa alasan

yang jelas, menggigit pipi bagian dalam atau lidah. Pada saat fase klonik:

terjaadi kontraksi otot yang berulang dan tidak terkontrol, mengompol atau

buang air besar yang tidak dapat dikontrol, pasien tampak sangat pucat, pasien

mungkin akan merasa lemas, letih ataupun ingin tidur setelah serangan

semacam ini.

2.7 Diagnosis

Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan fisik

dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis.

1. Anamnesis

Anamnesis harus dilakukan secara cermat, rinci dan menyeluruh.

Anamnesis menanyakan tentang riwayat trauma kepala dengan kehilangan

9
kesadaran, meningitis, ensefalitis, gangguan metabolik, malformasi vaskuler dan

penggunaan obat-obatan tertentu.

Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi:

- Pola / bentuk serangan

- Lama serangan

- Gejala sebelum, selama dan paska serangan

- Frekueensi serangan

- Faktor pencetus

- Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang

- Usia saat serangan terjadinya pertama

- Riwayat kehamilan, persalinan dan perkembangan

- Riwayat penyakit, penyebab dan terapi sebelumnya

- Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologis

Melihat adanya tanda-tanda dari gangguan yang berhubungan dengan

epilepsi, seperti trauma kepala, infeksi telinga atau sinus, gangguan kongenital,

gangguan neurologik fokal atau difus. Pemeriksaan fisik harus menepis sebab-

sebab terjadinya serangan dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit

sebagai pegangan. Pada anakanak pemeriksa harus memperhatikan adanya

keterlambatan perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota

tubuh dapat menunjukkan awal gangguan pertumbuhan otak unilateral.

10
3. Pemeriksaan penunjang

a. Elektro ensefalografi (EEG)

Pemeriksaan EEG harus dilakukan pada semua pasien epilepsi dan merupakan

pemeriksaan penunjang yang paling sering dilakukan untuk rnenegakkan

diagnosis epilepsi. Akan tetapi epilepsi bukanlah gold standard untuk diagnosis.

Hasil EEG dikatakan bermakna jika didukung oleh klinis. Adanya kelainan fokal

pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak, sedangkan

adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan

genetik atau metabolik. Rekaman EEG dikatakan abnormal.

1) Asimetris irama dan voltase gelombang pada daerah yang sama di kedua

hemisfer otak.

2) Irama gelombang tidak teratur, irama gelombang lebih lambat dibanding

seharusnya misal gelombang delta.

3) Adanya gelombang yang biasanya tidak terdapat pada anak normal, misalnya

gelombang tajam, paku (spike) , dan gelombang lambat yang timbul secara

paroksimal.

b. Rekaman video EEG

Rekaman EEG dan video secara simultan pada seorang penderita yang sedang

mengalami serangan dapat meningkatkan ketepatan diagnosis dan lokasi sumber

serangan. Rekaman video EEG memperlihatkan hubungan antara fenomena klinis

dan EEG, serta memberi kesempatan untuk mengulang kembali gambaran klinis

yang ada. Prosedur yang mahal ini sangat bermanfaat untuk penderita yang

penyebabnya belum diketahui secara pasti, serta bermanfaat pula untuk kasus

11
epilepsi refrakter. Penentuan lokasi fokus epilepsi parsial dengan prosedur ini

sangat diperlukan pada persiapan operasi.

c. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan yang dikenal dengan istilah neuroimaging bertujuan untuk

melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Bila dibandingkan dengan CT

Scan maka MRl lebih sensitif dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI

bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri serta untuk

membantu terapi pembedahan.

2.8 Terapi

Status epileptikus merupakan kondisi kegawatdaruratan yang memerlukan

pengobatan yang tepat untuk meminimalkan kerusakan neurologik permanen

maupun kematian . Definisi dari status epileptikus yaitu serangan lebih dari 30

menit, akan tetapi untuk penanganannya dilakukan bila sudah lebih dari 5-10

menit.

Tujuan terapi epilepsi adalah tercapainya kualitas hidup optimal untuk pasien.

Prinsip terapi farmakologi epilepsi yakni:

 OAE mulai diberikan bila diagnosis epilepsi sudah dipastikan, terdapat

minimal dua kali bangkitan dalam setahun, pasien dan keluarga telah

mengetahui tujuan pengobatan dan kemungkinan efek sampingnya.

 Terapi dimulai dengan monoterapi

 Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikkan bertahap sampai

dosis efektif tercapai atau timbul efek samping; kadar obat dalam plasma

ditentukan bila bangkitan tidak terkontrol dengan dosis efektif.

12
 Bila dengan pengguanaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol

bangkitan, ditambahkan OAE kedua. Bila OAE kedua telah mencapai

kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap perlahan-lahan.

 Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak

dapat diatasi dengan pengguanaan dosis maksimal kedua OAE pertama.

Pasien dengan bangkitan tunggal direkomendasikan untuk dimulai terapi bila

kemungkinan kekambuhan tinggi , yaitu bila: dijumpai fokus epilepsi yang jelas

pada EEG, terdapat riwayat epilepsi saudara sekandung, riwayat trauma kepala

disertai penurunan kesadaran, bangkitan pertama merupakan status epileptikus. 16

Prinsip mekanisme kerja obat anti epilepsi :

 Meningkatkan neurotransmiter inhibisi (GABA)

 Menurunkan eksitasi: melalui modifikasi kponduksi ion: Na+,

Ca2+, K+, dan Cl- atau aktivitas neurotransmiter.

Penghentian pemberian OAE

Pada anak-anak penghentian OAE secara bertahap dapat dipertimbangkan

setelah 2 tahun bebas serangan .

Syarat umum menghentikan OAE adalah sebagai berikut:

 Penghentian OAE dapat didiskusikan dengan pasien atau

keluarganya setelah minimal 2 tahun bebas bangkitan

 Harus dilakukan secara bertahap, pada umumnya 25% dari dosis

semula, setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan

13
 Bila digunakan lebih dari satu OAE, maka penghentian dimulai

dari satu OAE yang bukan utama

Obat ezogabine merupakan obat baru dan memiliki mekanisme kerja

sebagai pembuka saluran kalium, mengaktivasi gerbang saluran kalium di otak.

Akan tetapi mekanisme unik ini memiliki beberapa efek toksik yang biasanya tidak

terdapat pada obat kejang lainnya seperti retensi urin.Hal inilah yang menyebabkan

US Food and Drug Administration's (FDA's) masih mempertimbangkan obat ini.

BAB 3

KESIMPULAN

Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan

oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan

(unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi

otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekolompok besar

sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila

proses eksitasi di dalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.

14
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat

epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih

tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena

menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat

seizure walaupun sudah lepas dari narkotik. Umumnya epilepsi mungkin

disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala, strok,

tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsi

bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Aminoff MJ dkk. Clinical Neurology. 6th ed. New York: McGraw-Hill.


2. Heilbroner, Peter. Seizures, Epilepsy, and Related Disorder, Pediatric

Neurology: Essentials for General Practice. 1st ed. 2007


3. Wilkinson I. Essential neurology. 4th ed. USA: Blackwell Publishing. 2005
4. Bahrudin, M. 2016. Neurologi Klinis. Malang: UMM Press. Hal. 149-167

16

Anda mungkin juga menyukai