Anda di halaman 1dari 27

JOB SHEET DAN MAKALAH

MATAKULIAH KELISTRIKAN MESIN

DISUSUN OLEH :
RICO FERDIANSYAH PRADANA
160515510210 / D3 OTOMOTIF

Pengampu matakuliah:
Windra Irdianto, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS TEKNIK


JURUSAN TEKNIK MESIN
PROGRAM STUDI D3 MESIN OTOMOTIF
SISTEM PENGAPIAN
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa dapat:
 Memahami fungsi komponen-komponen sistem pengapian
 Memahami cara kerja komponen-komponen pengapian
 Merangkai sistem pengapian konvensional
 Mendiagnosis permasalahan dalam sistem pengapian

Alat Bahan
Tools Box Accu
Engine stand Kunci kontak
Multitester Coil
Platina
Kondensor
Distributor
Busi
Kabel tegangan tinggi

a. Isilah tabel di bawah ini!


GAMBAR NAMA KOMPONEN FUNGSI

Sumber arus listrik yg digunakan pada


ACCU/AKI
sistem pengapian

Pemutus dan menghubungkan arus yg


Kunci kontak
berasal dari baterai ke coil

merubah tegangan rendah dari aki atau batray


menjadi tegangan tinggi agar menghasilkan bunga
api di busi. Tengangan tersebut dapat mencapai
coil 5000 sampai 25000 volt tergantung dari
perbandingan jumlah lilitan pada kumparan primer
dengan kumparan sekunder.

Memutus dan mengalirkan arus pada


platina
rangkaian primer
GAMBAR NAMA KOMPONEN FUNGSI

Berfungsi untuk menampung muatan


kondensor listrik dan mempercepat pemutusan
arus pada platina.

Berfungsi untuk membagi-bagikan arus


yang dihasilkan oleh kumparan
distributor
sekunder ke busi sesui dengan urutan
sistem pengapian.

Menghasilkan percikan api sehingga


busi bahan bakar dapat terbakar dan
menghasilkan tenaga yang kuat.

b. Ukurlah tegangan sesuai dengan titik-titik acuan seperti pada diagram sistem pengapian di bawah
ini!

Keterangan Standar Hasil Pemeriksaan Kesimpulan


Pol positif dan pol negatif baterai Min. 12 Volt
12 volt baik
Kunci kontak 0 Volt
o volt baik
Tahanan ballast ≈5,2 – 6,4 Volt
34 volt buruk

Koil pengapian (klem + dan klem -) ≈5,6 – 6,8 Volt


14 volt buruk

Kontak pemutus Maks. 0,4 Volt


0,3 volt baik
c. Ukur tahanan pada setiap komponen sistem pengapian sesuai dengan tabel di bawah ini!
Gambar Pemeriksaan Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
Mengukur tahanan pada
kunci kontak. (0 Ω)

Acc = 0,8Ω
On = 1,0Ω Kurang baik
St = 0,7Ω

External resistor Periksa tahanan Ballast


dengan Ohmeter. Tahanan
Ballast di luar (external
resistor 1,1 – 1,3 Ω)

Trainer tidak ada


-
tahanan ballast

Tanpa internal resistor Periksa tahanan kuparan


primer koil pengapian antara
terminal positif (+) dan 2,1 Ω buruk
negatif (-).
Tahanan primer koil dengan
tahanan Ballast di luar 1,3 –
1,6 Ω

Tanpa internal resistor Tahanan sekunder coil:


antara terminal positif (+) dan
terminal tegangan tinggi.
Tahanan (tanpa internal 9,94 KΩ buruk
resistor):
10,7 – 14,5 k Ω

Tanpa internal resistor Periksa tahanan peyekatan


antara terminal positif (+) dan
pemegang koil (case coil)
dengan ohmmeter.
Tahanan: tak terhingga. 2,5Ω baik

Mengukur tahanan kontak


pemutus
Pada waktu kontak pemutus
berhubungan (menutup) (0 2,0 Ω rusak
Ω)
Gambar pemeriksaan Keterangan Hasil pemeriksaan kesimpulan
Periksa tahanan setiap
penghantar , dari elektroda di PERLU DIGANTI
dalam tutup distributor sampai
steker busi. Tahanan pengantar 1. 0,5Ω
tidak boleh melebihi 20ohm. Kalau 2. 1,028Ω
tahanan pada satu pengantar 3. 0,5Ω
terlalu besar, lepas bagian-bagian
pengatar dan periksa satu persatu 4. 1,13Ω
untuk mencari bagian yang rusak

Bagian kabel coil


2,30 Ω

celah elektroda biasanya 0,7-


0,8mm (liat buku manual/katalog
busi)

1. 0,70Ω
2. 0,70Ω
3. 0,70Ω
BAIK
4. 0,70Ω

Besar celah untuk kontak mobil


biasanya 0,4-0,5mm

0,40Ω BAIK
SISTEM PENGISIAN
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa dapat:
 Memahami fungsi komponen-komponen sistem pengisian
 Memahami cara kerja komponen-komponen sistem pengisian
 Merangkai sistem pengisian
 Mendiagnosis permasalahan dalam sistem pengisian

Alat Bahan
Tools Box Accu
Trainer Sistem Pengisian Alternator
Multitester Regulator
Hydrometer
Jangka Sorong

a. Isilah tabel di bawah dengan menuliskan nama-nama komponen alternator sesuai uruan nomor!

No Nama Komponen
1. RUMAH ALTERNATOR BAGIAN BELAKANG
2. PELAT DIODE
3. RUMAH SIKAT
4. SIKAT CINCIN
5. STATOR
6. ROTOR
7. BANTALAN DEPAN
8. RUMAH ALTERNATOR BAGIAN DEPAN
9. WASHER
10. KIPAS
11. PULI
Sirkuit Sistem Pengisian

b. Tuliskan nama komponen yang telah diidentifikasi, kemudian tuliskan juga fungsi masing-masing
komponen!
GAMBAR NAMA KOMPONEN FUNGSI

Magnet yg bergerak dalam stator coil dan


ROTOR menghasilkan medan magnet untuk
pergerakan elektromagnetik pada stator coil

membangkitkan arus bolak - balik yang


diperoleh dari hasil perpotongan garis - garis
STATOR
gaya magnet dari rotor coil yang berputar
didalam stator.

Kerangka war alternator yg mempunyai


HOUSING CASE saluran udara unttuk meningkatkanefisiensi
pendingin

Sebagai pendingin komponen – komponen di


KIPAS
alternator
GAMBAR NAMA KOMPONEN FUNGSI

Untuk meneruskan tenaga putar yg diperoleh


PULLEY dari poros engkol dan diteruskan keporos
alternator

c. Periksalah masing-masing komponen dengan mengikuti instruksi pada tabel di bawah ini!
Gambar Pemeriksaan Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
- Mengukur berat jenis Sel Berat Jenis
elektrolit pada baterai 1 1250
- Berat jenis elektrolit pada 2 1253
baterai antara 1,25-1,27 3 1275
kg/l. Pada 200C. 4 1250
5 1226
6 1219
RR 1250

Gunakan ohmmeter,
periksa hubungan antara
slip rings rotor (1).
Standard resistance: 2.6 -
3.2 Ω 4,8Ω

Gunakan ohmmeter,
periksa apakah tidak ada
hubungan antara slip rings
dan rotor (1).
Standard resistance: tak tidak ada hubungan
hingga

Gunakan ohmmeter,
periksa hubungan semua
kabel. Jika tidak ada
hubungan, ganti stator (1)

saling berhubungan

Gunakan ohmmeter,
periksa apakah tidak ada
hubungan antara coil lead
(2) dan stator core (1). Jika
ada hubungan, ganti stator.

tidak ada hubungan


Gambar Pemeriksaan Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
Periksa brush dari keausan
dengan mengukur
panjangnya seperti pada
gambar.

Pemegang sikat bagian


positif. Hubungkan ujung
positif ohmmeter dengan
terminal B dan ujung
negatif ohmmeter dengan ada hubungan BAIK
terminal rectifier. Jika tidak
terdapat hubungan, harus
diganti.

Tukarkan penempatan
ujung pengindera tester
secara berbalikan
kemudian lakukan
pemeriksaan kembali. Jika ada hubungan
Rectifier buruk
ada hubungan rectifier
harus diganti.

Pemegang rectifier begian


negatif. Hubungakan ujung
pengindera positif
ohmmeter dengan terminal
rectifier dan ujung negatif ada hubungan BAIK
dengan terminal E. Jika
tidak terdapat hubungan
rectifier assy harus diganti.

Tukar kutub dari ujung-


ujung alat uji lalu adakan
pemeriksaan kembali. Jika
terdapat hubungan, rectifier
assy harus diganti.
Tidak ada hubungan BAIK

Diode (dengan IC
regulator)
Hubungan ujung
pengindera positif tester (+) Tidak ada hubungn Rakitan rectifier
pada sisi resistor, da
ujung negatif pada sisi lain Harus ganti
diode. Jika tidak ada
hubungan, rakitan rectifier
harus diganti.
Gambar Pemeriksaan Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
Tukarkan tempat ujung-
ujung pengindera tester
berbalikan. Kemudian
periksa kembali. Jika ada hubungan
terdapat hubungan, rakitan
rectifier harus diganti.

Resistor (dengan IC
regulator).
Periksa tahanan kabel
resistor dengan ohm meter.
Jika tidak ada hubungan, tidak ada hubungan
rakitan rectifier harus
diganti. Tahanan: 1 – 2 Ω

Field diode (dengan ic


regulator).
Hubungakan ujung
pengindera positif (+) tester
pada terminal L dan ujung ada hubungan
pengindera negatif (-) tester
pada terminal rectifier. Jika
tidak terdapat hubungan,
rakitan rectifier harus
diganti.
Tukar penempatan ujung-
ujung pengidera tester,
berbalikan. Kemudian
periksa kembali. Jika
terdapat hubungan, rakitan
rectifier harus diganti.

IG – F
Voltage regulator
Terbuka: 0 Ω
Tertutup: kira-kira 11 Ω
Gambar Pemeriksaan Keterangan Hasil Pemeriksaan Kesimpulan
L–E
Relay tegangan
Terbuka: 0 Ω
Tertutup: kira-kira 100 Ω
terbuka 0 Ω, Bagus
tertutup 100Ω

B–E
Relay tegangan
Terbuka: tak terhingga
Tertutup: kira-kira 100 Ω
Terbuka ∞ Ω Bagus
Tertutup 100Ω

B–L
Relay tegangan
Terbuka: tak terhingga Terbuka ∞ Ω
Tertutup: 0 Ω Bagus
Tertutup 0 Ω

N–E
Kira-kira 23 Ω 23 Ω masih bagus
SISTEM STARTER
TUJUAN PEMBELAJARAN:
Mahasiswa dapat:
 Memahami fungsi komponen-komponen sistem starter
 Memahami cara kerja komponen-komponen sistem starter
 Merangkai sistem starter
 Mendiagnosis permasalahan dalam sistem starter

Alat Bahan
Tools Box Accu
Multitester Motor starter
Jangka Sorong
Dial Indikator
V block
Neraca pegas
Watt meter

a. Periksalah masing-masing komponen pada sistem starter seperti pada tabel di bawah ini!

Hasil
Gambar Pemeriksaan Keterangan Kesimpulan
Pemeriksaan
Hasil
Gambar Pemeriksaan Keterangan Kesimpulan
Pemeriksaan

Periksa kembali plunyer.


Pada waktu melepaskan body swit, pinion
harus kembali dengan segera

Magnetic Switch
Tekan masuk plunger (1) dan lepas. Plunger kembali
Plunger harus kembali dengan dengan cepat bagus
cepat ke posisi semula. Ganti jika perlu. Keposisi semula

Tes Sirkuit Pull-in Coil


Periksa hubungan antara switch magnetic
terminal 50 (1) dan terminal
C (2). Jika tidak ada hubungan, coil putus ada masih bagus
dan harus diganti. hubungan

Tes Sirkuit Hold-in Coil


Periksa hubungan antara magnetic
switch 50 terminal (1) dan coilcase.
Ada
Jika tidak ada hubungan, coil putus hubungan
dan harus diganti. Masih bagus
Hasil
Gambar Pemeriksaan Keterangan Kesimpulan
Pemeriksaan
Brush P1 ; 16,60
Periksa brush (1) dari aus. Ukur panjang
brush dan jika di bawah limit, ganti brush. P2 : 16,56
Panjang Brush Brush masih
Standar 17.0 mm (0.67 in.) bagus
Limit 11.5 mm (0.45 in.)
Pasang brush pada masing-masing brush
holder dan periksa gerakannya.

Spring P1 : 2,8
Periksa brush springsdari aus, rusak atau BAGUS
kondisi abnormal lainnya. P2 : 3,1
Ganti jika perlu.
Ketegangan spring brush
P1 (gaya menarik) 31.4 N (3.14 kg) ± 10%
P2 (gaya mendorong) 14.7 N (1.47 kg) ±
10%

Brush Holder
- Periksa gerakan brush pada brush
holder. Jika gerakan brush pada brush 1..Gerakan
holder buruk, periksa brush holder brush masih
dan permukaan gesek dari kerusakan. bagus
Bersihkan atau perbaiki jika perlu. Masih bagus
- Periksa hubungan antara insulated brush 2.Tidak ada
holder (sisi positif) dan brush holder yang hubungan
digroundkan (sisi negatif ). Jika ada
hubungan, brush holder digroundkan
dengan adanya insulation yang rusak
dan harus diganti.
Periksa commutator dari aus dengan
armature (1) ditahan oleh V-blocks (2). Jika
penyimpangan dial gauge pointer (4)
0,08 mm
melebihi limit, perbaiki atau ganti.
CATATAN: 0,03 mm masih bagus
0,06 mm
Spesifikasi di bawah ini jika armature 0,04 mm
tidak bengkok. Armature yang bengkok
harus diganti.
Commutator out of round
Standar 0.05 mm (0.002 in.)
Limit 0.1 mm (0.004 in.)

(3) Magnetic stand

Periksa commutator dari aus. Jika diameter


di bawah limit, ganti armature.
Diameter luar commutator:
31.0 – 32.0 mm (1.22 – 1.30 in.) 29,20 mm harus ganti
Hasil
Gambar Pemeriksaan Keterangan Kesimpulan
Pemeriksaan
Periksa kedalaman insulator commutator.
Perbaiki atau ganti jika di bawah limit.
Kedalaman insulator commutator “a”:
0.5 – 1.0 mm (0.020 – 0.039 in.)
A: Benar
B: Salah
1. Commutator segment
2. Insulator

Periksa commutator dan armature core.


Jika ada hubungan, armature digroundkan Ada wajib diganti
dan harus diganti. Hubungan

Periksa hubungan antar segment. Jika


tidak ada hubungan pada titik tes, ada Terhubung masih baik
sirkuit yang putus dan armature harus
diganti. Dan tidak

perlu

diganti

Field Coil
Tes ground
Periksa hubungan antara brush dan tidak field coil
permukaan. Jika ada hubungan, field
windings terhubung ke ground. Terhubung masih bagus
Yoke assy. harus diganti.
SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

Dasar Teori

Sistem pengapian sangat penting pada motor bensin untuk menjamin campuran udara
dan bahan bakar dalam ruang bakar dapat terbakar untuk menghasilkan tenaga. Sistem
pengapian yang bekerja baik adalah salah satu penentu efisiensi kerja dari motor bensin, maka
perawatan dan pemeriksaan teratur pada sistem pengapian sangatlah dibutuhkan.
Proses pembakaran dimulai dengan letikan bunga api pada busi yang dihasilkan oleh sistem
pengapian. Tujuan sistem pengapian sebagai pemicu pembakaran pada motor bensin melalui
letikan bunga api pada busi memiliki dua persyaratan utama yaitu kualitas api pada busi dan
waktu pengapian (timing ignition). Dari kualitas, tegangan pada busi harus tinggi untuk dapat
meloncatkan listrik pada elektrodenya sehingga menimbulkan bunga api. Besarnya tegangan
pada busi adalah berkisar pada 10kV – 30kV. Tegangan ini diperhitungkan cukup untuk
melawan resistansi tambahan akibat proses kompresi pada mesin.
Sementara itu ketepatan waktu pengapian dibutuhkan agar waktu yang diperlukan untuk
membakar campuran bahan bakar dan cukup sehingga semua campuran dapat terbakar dengan
baik. Hal yang paling penting adalah dari proses pembakaran akan dapat menghasilkan tekanan
maksimal di dalam silinder tercapai pada titik yang ditetapkan yaitu berkisar antara 100 – 200
setelah TMA bergantung pada desain dan konstruksi mesin (misal : besarnya offset mesin). Titik
terjadinya tekanan maksimum ini harus selalu dipertahankan agar tenaga dorong pada torak
yang dihasilkan oleh proses pembakaran dapat dimanfaatkan secara maksimal menjadi tenaga.

Merangkai Sistem Pengapian

Gambar rangkaian system pengapian konvensional

Nama komponen :
1. Battery
2. External resistance
3. Kunci kontak
4. Ignition coil
5. Kontak platina
6. Distributor
7. Busi

Prinsip Kerja Sistem Pengapian

1. Kunci kontak ON, Platina Menutup


Arus mengalir dari:
Baterai – Kunci Kontak B – Kunci Kontak IG – + Koil – – Koil – Platina – Massa

2. Platina mulai membuka


Aliran listrik:
Baterai – Kunci Kontak B – Kunci Kontak IG – + Koil – Kabel Tegangan Tinggi – Tutup
Distributor – Rotor – Kabel Tegangan Tinggi – Busi – Massa

PENGECEKAN

pengecekan kunci kontak

Hasil dari pengecekan ini dapatkan tidak


sesaui standart yaitu ada hambatan
ketika posisi ignition,st,acc
pengecekan tahanan balellast

koil pengapian

Cara pengecekanya adalah dengan


cara menghubungkan multitester
ke termilal + - posisi kunci kotak
on
Dan hasil pengecekan
mendapakan hasil sebesar 11V

Kotak pemutus Tahanan pada distributor tidak


boleh melebihi 20k Ωkalaau
tahanan pada satu terlalu besar
Standart dari ontak
cara pengecekannya lepaspemutus
kabel ini
ialah 0,4vol dan hasil
satu persatu kemudian cek satupengecekan
di traner mendpatkan
satu menggunakan 0,3 volt
multytester
Caranya pertama buka tutup
Hasil pemeriksaaan yang di dapat
distributor
kelompok kami kemudian pasang
Pada busi nomerdi
multitester 1 bagian
15KΩ penyetelan
Pada yang negative
busi nomor 2 kemudian
1kΩ yang
Pengecekan kabel pada distributor positif di bagian
Pada busi nomor 3 10kΩ bentuk
coekan
Pada positif
busi nomor 4 13kΩ
Jadi kesimpulan kabel busi
semunya dalam kondiisi baik di
karenakan tidak ada yang melebihi
20KΩ
BUSI

Pada pengecekan kondisi busi jelek kemudian kita stel dengan ukurang dengan fuller dengan
ukuran 0,8 untuk semua busi

Besar celah kontak platina

Untuk standart mya ialah 0,4-0,5


mm
Hasil dari pemeriksaan 0,4 mm
jadi dalam kondisi standart.

Cara penyetelanya dengan cara


memutar puli pada nok/benjolan
terbesar kemudian gunakan obeng
+ untuk mengendorkan mur dan
gunakan obeng – untuk
penyetelanya.

Sistem Pengisian
Sistem pengisian adalah suatu system yang bekerja pada kendaraan pembakaran dalam yang
berfungsi untuk mengisi tegangan baterai saat mesin menyala agar voltase baterai tetap pada
kondisi penuh terutama saat mesin di start.

Cara Kerja Sistem Pengisian Konvensional :

1. Saat Kunci Kontak “ON” Mesin Belum Menyala


Saat Kunci Kontak “ON” Mesin Belum Menyala

Aliran Arus Saat Kunci Kontak “ON” mesin belum menyala :

a. Arus yang ke stator coil\

Terminal + baterai → Fusible Link → Kunci Kontak → Fuse → Terminal IG Voltage


Regulator → Kontak PL1 → Kontak PLO → Terminal F Voltage Regulator → Terminal
F Alternator → Brush → Slip Ring → Rotor Coil → Slip Ring → Brush → Terminal E
Alternator → Massa.

Dengan kondisi ini maka rotor coil akan penuh menjadi magnet dan jika rotor berputar maka
stator coil akan menghasilkan arus listrik yang besar.

b. Arus yang ke lampu indicator

Terminal + baterai → Fusible Link → Kunci Kontak → Fuse → Lampu Indikator → Terminal L
Regulator → Kontak P0 → Kontak P1 → Massa.
Dengan kondisi ini maka lampu indicator terhubung dengan massa karena terjadi kontak antara
kontak P0 dengan P1

2. Saat Mesin Menyala Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang

Saat Mesin Menyala Kecepatan Rendah ke Kecepatan Sedang

Aliran Arus Saat Putaran Mesin Rendah Ke Sedang


Saat mesin sudah menyala maka terminal N alternator menghasilkan arus listrik yang akan
mengaktifkan voltage relay pada voltage regulator. Sehingga kontak Po akan ditarik dan
terhubung dengan kontak P2. Pada kondisi ini kontak Po memisahkan diri dari P1 sehingga
Lampu Indikator tidak terhubung dengan massa. Pada kondisi ini maka lampu indicator akan
mati.
Saat kondisi ini terminal B alternator juga sudah menghasilkan arus listrik
dan saat kontak Po Terhubung dengan Kontak P2 maka voltage regulator relay pada voltage
regulator akan aktif dan menarik kontak Plo sehingga berada mengambang antara kontak
PL1 dan PL2.
Pada kondisi ini Arus Listrik dari terminal IG Voltage Regulator akan
melalui resistor sebelum mencapai terminal F Regulator. Sehingga arus listrik yang mengalir ke
terminal F akan lebih sedikit dan membuat kemagnetan pada rotor coil akan berkurang. Kondisi
inilah yang menyebabkan output pengisian dari kecepatan Rendah ke kecepatan sedang tetap
stabil.

3. Saat Mesin Kecepatan Tinggi

Aliran Arus Saat Kecepatan Sedang Ke Tinggi


Saat putaran mesin tinggi maka output tegangan terminal B Alternator juga
besar sehingga menyebabkan kemagnetan pada voltage regulator relay pada voltage regulator
menjadi kuat sehingga mampu menarik dan menghubungkan terminal PLo dengan Terminal
PL2. Sehingga arus listrik dari terminal IG yang ke terminal F akan langsung di massa-kan oleh
kontak PL2 sehingga arus listrik yang mengalir ke rotor coil akan terputus – putus dan
kemagnetan rotor coil juga terputus – putus. Sehingga meski pada putaran tinggi output
alternator untuk pengisian baterai akan tetap stabil.

Komponen Sistem Pengisian


1. Baterai

Baterai berfungsi untuk menyimpan arus saat mesin menyala. Dan menjadi sumber tegangan
untuk membuat rotor coil pada alternator menjadi megnet saat mesin akan dinyalakan.

2. Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk menghubungkan dan memutuskan aliran arus listrik ke system
berikutnya (system pengisian).

3. Fuse (Sekering)
Sebagai pengaman jika terjadi kelebihan arus pada system pengisian / jika terjadinya korsleting
(hubungan pendek arus listrik)

4. Voltage Regulator

Komponen ini adalah komponen yang berfungsi mengatur output tegangan dari alternator agar
tetap stabil pada putaran mesin yang berbeda – beda.

5. Alternator

Alternator adalah komponen system pengisian yang berfungsi untuk pembangkit listrik
berdasarkan putaran mesin. Komponen ini adalah komponen yang dapat mengubah putaran
mesin menjadi energy listrik berdasarkan prinsip kerja generator.

Komponen – Komponen Alternator:

a. Pulley
Berfungsi untuk menerima putaran mesin melalui sabuk belt (v- belt).
b. Fan (Kipas)
Berfungsi untuk mendinginkan stator pada alternator yang panas saat mesin menyala terus
menerus.

c. Stator
Berfungsi untuk membang-kitkan arus listrik bolak balik / AC (Alternating Current)

d. Rotor
Berfungsi untuk membang-kitkan medan magnet dengan prinsip electromagnet.

e. Diode (Rectifier)
Berfungsi untuk menyearahkan arus bolak – balik (AC) menjadi arus searah (DC).

f. Brush (Sikat)
Berfungsi untuk menghubungkan arus listrik dari voltage regulator ke slip ring dan
menghubungkan slip ring satunya ke massa.

g. Slip Ring
Berfungsi untuk menerima arus listrik dari brush dan menyalurkannya ke stator coil dan
memassakan stator dengan melewati brush satunya.

VII. LANGKAH KERJA

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang dipergunakan untuk melakukan kegiatan praktikum.
2. Melakukan pemeriksaan alternator dalam keadaan belum dibongkar dengan AVOmeter,
posisi pada RX1, seperti berikut:
a. Memeriksa hubungan sikat dengan slip ring untuk mengukur tahanan kumparan
rotor dengan cara menghubungkan kedua colok AVOmeter pada terminal E dan F (Spec: 6 Ω).
Jika lebih kemungkinan hubungan slip ring dan sikat kurang baik dan apabila kurang berarti ada
hubungan singkat.
b. Memeriksa kondisi diode negatif dengan menempelkan colok AVOmeter negatif
pada bodi alternator dan colok positif pada terminal N (spec: ± 20 Ω). Dan jika colok AVOmeter
dibalik, jarum AVOmeter harus menunjuk pada angka tak terhingga.
c. Memeriksa kondisi diode positif dengan menempelkan colok AVOmeter negatif
pada terminal N dan colok positif pada terminal B (spec: ± 20 Ω). Dan jika colok AVOmeter
dibalik, jarum AVOmeter harus menunjuk pada angka tak terhingga.
3. Membongkar alternator dengan melepas pulley, kipas, dan baut-baut pengikat. Jika perlu
lepaskan unit diode rectifier dengan solder lalu keluarkan komponen-komponennya.
4. Mengamati dan memeriksa kondisi rotor. Mengidentifikasi jumlah kutub magnet,
menentukan kutub utara dan selatannya. Memeriksa tahanan pada kumparan rotor dengan
menghubungkan colok AVOmeter pada slip ring. Memeriksa grounded dengan cara
menghubungkan colok AVOmeter pada slip ring dan bodi rotor. Melakukan juga pemeriksaan
kerataan slip ring dan kondisi bearing pada rotor.
5. Mengamati dan memeriksa kondisi stator dengan cara menghubungkan salah satu colok
AVOmeter pada terminal N dan colok satunya secara bergantian ke terminal yang lain.
6. Melakukan pula pemeriksaan hubungan massa dengan cara menghubungkan colok
AVOmeter pada terminal N dan massa/bodi stator.
7. Mengidentifikasi junlah alur stator dan membuat gambar lilitan stator. Menentukan jenis
hubungannya, apakah termasuk jenis hubungan bintang atau segitiga.
8. Memeriksa kondisi fisik diode dan melakukan pemeriksaan diode satu persatu dengan
menggunakan AVOmeter.
9. Memeriksa dan mengukur panjang sikat, pegas sikat, dan sambungan pada sikat.
10. Menentukan letak sikat positif dan negatif, lalu memeriksa hubungan rangkaian sikat antara
terminal F dengan sikat positif dan sikat negatif dengan massa. Tahanan harus menunjuk angka
0 Ω.
11. Merakit alternator dengan langkah kebalikan dari langkah pembongkaran.
Catatan : Pada merk alternator tertentu, terdapat lubang kecil pada bagian belakang yang
digunakan untuk membantu memasukkan sikat pada slip ring dengan cara memasukkan alat
bantu sejenis jarum.
12. Membersihkan alat dan training objek yang digunakan.
13. Melaporkan pada instruktur atau teknisi untuk pemeriksaan kondisi training objek.
14. Mengembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya dan membersihkan tempat
praktikum.

STARTER
Motor starter merupakan komponen yang ada dalam kendaraan yang berfungsi untuk
menghasilkan momen awal saat mesin kendaraan masih mati sehingga mesin kendaraan dapat
hidup. Agar mesin kendaraan dapat hidup maka motor starter perlu berputar memutarkan
fly wheel mesin kendaraan dengan momen yang besar. Motor starter pada kendaraan ringan
pada dasarnya adalah motor listrik searah (DC) yang memanfaatkan energi listrik arus DC
sebagai sumber tenaganya.
Prinsip kerja motor starter yaitu dengan mengubah energi listrik (arus listrik DC)
menjadi energi mekanik atau gerak putar. Sedangkan prinsip perubahan energi listrik menjadi
energi gerak/putar berdasarkan kaidah tangan kiri Fleming dan prinsip ulir kanan.

Berikut ini komponen komponen dari motor starter :

1. Solenoid/Sakelar Magnet (Magnetic Switch)


Sakelar magnet (magnetic switch) atau disebut juga dengan solenoid ini digunakan
untuk menghubungkan dan melepaskan pinion gear ke/dari ring gear flywheel, sekaligus
mengalirkan arus listrik yang besar pada sirkuit motor starter melalui teminal utama
(terminal 30 dan C). Di dalam saklar magnet terdapat dua kumparan, yaitu:
a. Pull In Coil merupakan suatu kumparan yang apabila dialiri arus listrik menimbulkan medan
magnet yang berfungsi untuk mendorong plunyer sehingga gear pinion berhubungan dengan
fly wheel.
b. Hold In Coil merupakan suatu kumparan yang bila dialiri arus listrik menimbulkan medan
magnet yang berfungsi untuk menahan plunyer sehingga mempertahankan gear pinion dengan
fly wheel tetap berkaitan.

2. Armature (Rotor) dan Shaft (Poros)


Armature terdiri dari sebatang besi yang berbentuk silindris dan diberi slot-slot, poros,
komutator serta kumparan armature. Armatur berfungsi untuk mengubah energi listrik menjadi
energi mekanik (gerak), dalam bentuk gerak putar. Armatur terkadang juga disebut dengan
angker.

3. Yoke dan Pole Core


Yoke dibuat dari logam yang berbentuk silinder dan berfungsi sebagai tempat pole core yang
diikat dengan sekrup. Polecore berfungsi sebagai penopang field coil dan memperkuat medan
magnet yang ditimbulkan oleh field coil.

4. Field Coil (Kumparan Medan)


Kumparan medan atau yang biasa disebut dengan field coil dibuat dari lempengan tembaga,
dengan maksud dapat memungkinkan mengalirnya arus listrik yang cukup kuat/besar.
Field coil ini berfungsi untuk membangkit medan magnet.

5. Brush (Sikat) dan Brush Holder (Pemegang Sikat)


Brush atau sikat terbuat dari tembaga lunak, dan berfungsi untuk meneruskan atau
menyalurkan arus listrik dari fieldcoil ke armature coil langsung ke massa melalui komutator.
Umumnya sarter memiliki empat buah brush, yang dikelompokkan menjadi dua:
a. Dua buah brush disebut dengan brush positif yang digunakan untuk menghubungkan arus
dari field coil ke armatur dan brush.
b. Dua buah brush lainnya disebut dengan brush negatif yang digunakan untuk menghubungkan
arus dari armatur ke massa.
6. Armature Brake
Armature brake berfungsi sebagai pengereman putaran armature setelah lepas dari perkaitan
dengan ring gear pada roda gila (fly wheel).

7. Drive Lever/Shift Fork (Tuas Penggerak)


Drive lever meneruskan gerakan dari plunyer solenoid untuk menggerakkan roda gigi pinion.
Drive lever berfungsi untuk mendorong/menghubungkan pinion gear ke arah posisi berkaitan
dengan ring gear pada fly wheel, serta melepas perkaitan pinion gear dengan ring gear pada
fly wheel.

8. Kopling Starter/Starter Clutch (Overrunning Clutch)


Kopling starter berfungsi untuk meneruskan momen putar armatur shaft kepada
fly wheel melalui roda gigi pinion, sehingga fly wheel dapat ikut berputar. Kopling starter juga
berfungsi sebagai pengaman dari armature coil (mengecah kerusakan starter) bilamana putaran
mesin yang tinggi cenderung memutarkan balik pinion gear. Kopling starter akan melepaskan
dengan sendirinya bila putaran fly wheel (putaran mesin) lebih besar daripada
putaran gear pinion (putaran starter).

9. Gigi Pinion dan Helical Spline


Gigi pinion dan ring gear meneruskan daya putar starter ke mesin. helical spline mengubah
daya putar dai motor ke tuas pinion dan menyebabkan perkaiatan dan pelepasan gigi pinion
dengan ring gear lebih lembut.

Anda mungkin juga menyukai