Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
kasih-Nyalah sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan “ Makalah Asuhan Keperawatan
Pada Anak Dengan BBLR” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan “Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Anak Dengan BBLR” ini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi kalimat, isi
maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari dosen mata kuliah
yang bersangkutan, sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Manado, 20 Maret 2018

Penyusun

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar …………………..………………………………………………………………………1


Daftar isi ………………………..……………………………………………………………………….2
Bab 1 Pendahuluan…………………..…………………………………………………………………..3

A. Latar belakang…………………..……………………………………………………………….3
B. Rumusan Masalah……………………..………………………………………….....……..……3
C. Tujuan…………………………..……………….…………………………………………..…..4
D. Manfaat………………………...…….…………………………………………………………..4

BAB II PEMBAHASAN…………….………………………………………………………………….5
A. Definisi………………….……………………………………………………………………...5
B. Klasifikasi ……………………………………………………………………………………..5
C. Etiologi…………………..………………………………………………………………………5
D. Manifestasi Klinik…………….….……………………………………………………………...5
E. Patofisiologi………………….…………………………………………………………………6
F. Pemeriksaan Penunjang…………………...……………………………………………………..7
G. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………………….8
H. Prognosis BBLR ………………………………………..……………………………………….9
I. Pengamatan Lanjutan (follow up) ……………………………………………………………..10
J. Komplikasi …………………………………………………………………………………….10

BAB III ASKEP TEORITIS……………………………………………………………….…………..11


A. Pengkajian……………………………………………………………………..……………….11
B. Diagnosa Keperawatan ………………………………………………………………………...11

BAB IV TINJAUAN KASUS………………………………………...……………..………………....12

BAB V PEMBAHASAN KASUS………………………………………………….………………….22

BAB VI PENUTUP…………………………………………………………………….…...................24
A. Kesimpulan……………………………………………………………….………………...…24
B. Saran………………………………………………………………….……………………….24

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….…………………25

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bayi lahir dengan bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu factor resiko yang
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat
lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya,
sehingga membutahkan biaya perawatan yang tinggi.
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energy
kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi
dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan memperlambat
pertumbuhan dan perkambangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan.
Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka kematian bayi
(AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, maka kematian bayi di
Indonesia tercatat 510 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003. Ini memang bukan gambaran yang
indah karena masih tergolong tinggi bila di bandingkan dengan Negara-negara di ASEAN. Penyebab
kematian bayi terbanyak karena kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR), sementara itu prevalensi
BBLR pada saat ini diperkirakan 7-14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI 2005)
Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua 98% dari 5 juta kematian neonatal di
Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari 2/3 kematian adalah BBLR yaitu berat
badan kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per tahun dimana
17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BBLR ?
2. Apa etiologi BBLR ?
3. Bagaimana tanda – tanda klinis BBLR ?
4. Apa saja komplikasi pada BBLR ?
5. Bagaimana penatalaksanaan pada BBLR ?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada BBLR ?
7. Bagaimana pencegahan pada BBLR?
8. Bagaimana contoh kasus asuhan keperawan pada BBLR?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Untuk mengetahui etiologi BBLR
3. Untuk mengetahui tanda – tanda klinis BBLR
4. Untuk mengetahui komplikasi pada BBLR
5. Untuk megetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Untuk mengetahui pencegahan pada BBLR
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan BBLR

D. Manfaat
1. Mahasiswa mengerti apa yang dimaksud dengan BBLR
2. Mahasiswa mengerti etiologi BBLR
3. Mahasiswa mengerti tanda – tanda klinis BBLR
4. Mahasiswa mengerti komplikasi pada BBLR
5. Mahasiswa mengetahui pentalaksanaan pada BBLR
6. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan diagnostik pada BBLR
7. Mahasiswa mengetahui pencegahan pada BBLR
8. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan BBLR
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(WHO, 1961). Berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu
lahir. (Huda dan Hardhi, NANDA NIC-NOC, 2013).
Menurut Ribek dkk. (2011), berat badan lahir rendah yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (dihitung satu jam setelah melahirkan).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir.
(Amru Sofian, 2012).
Dikutip dalam buku Nanda, (2013). Keadaan BBLR ini dapat disebabkan oleh :
a. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan dihitung mulai hari
pertama haid terakhir dari haid yang teratur).
b. Bayi small gestational age (SGA); bayi yang beratnya kurang dari berat semestinya menurut masa
kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan =KMK).
c. Masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan SGA.

B. KLASIFIKASI
BBLR dibedakan dalam dua golongan, yaitu :
1. Prematuritas murni
Masa gestasi kurang dari 37 minggu dan berat badan lahir sesuai untuk masa kehamilan.
2. Dismaturitas
Bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu, artinya bayi
mengalami pertumbuhan intrauterine dan merupakan bayi kecil untuk masa kehamilan.
C. ETIOLOGI
1. Faktor ibu : Riwayat kelahiran prematur sebelumnya, perdarahan antepartum, malnutrisi, kelainan
uterus, hidramnion, penyakit jantung/penyakit kronik lainnya, hipertensi, umur ibu kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun, jarak dua kehamilan yang terlalu dekat, infeksi trauma , dan lain-lain.
2. Faktor janin : Cacat bawaan, kehamilan ganda, hidramnion, ketuban pecah dini.
3. Faktor lingkungan : Kebiasaaan merokok, mionum alkohol, dan status ekonomi sosial.

D. MANIFESTASI KLINIK
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus dan lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (Queckening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat
walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya .
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula dengan hidramnion,
hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia gravidarum atau perdarahan ante
partum.

2. Setelah bayi lahir


a. Berat lahir < 2500 gram
b. Panjang badan < 45 cm
c. Lingkaran dada < 30 cm
d. Lingkaran kepala < 33 cm
e. Umur kehamilan < 37 minggu
f. Kepala relatif lebih besar dari badannya
g. Kulit tipis, transparan, lanugonya banyak
h. Lemak subkutan kurang, sering tampak peristaltik usus
i. Tangisnya lemah dan jarang
j. Pernapasan tidak teratur dan sering terjadi apnea
k. Otot-otot masih hipotonik, paha selalu dalam keadaan abduksi
l. Sendi lutut dan pergelangan kaki dalam keadaan flexi atau lurus dan kepala mengarah ke satu sisi.
m. Refleks tonik leher lemah dan refleks moro positif
n. Gerakan otot jarang akan tetapi lebih baik dari bayi cukup bulan
o. Daya isap lemah terutama dalam hari-hari pertama
p. Kulit mengkilat, licin, pitting edema
q. Frekuensi nadi berkisar 100-140 / menit.

E. Patofisiologi
Tingginya morbiditas dan mortalitas bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah utama. Gizi ibu yang
jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR.
Kurang gizi yang kronis pada masa anak-anak dengan/tanpa sakit yang berulang akan menyebabkan bentuk
tubuh yang “Stunting/Kuntet” pada masa dewasa, kondisi ini sering melahirkan bayi BBLR. Faktor-faktor lain
selama kehamilan, misalnya sakit berat, komplikasi kehamilan, kurang gizi, keadaan stres pada hamil dapat
mempengaruhi pertumbuhan janin melalui efek buruk yang menimpa ibunya, atau mempengaruhi pertumbuhan
plasenta dan transpor zat-zat gizi ke janin sehingga menyebabkan bayi BBLR.
Bayi BBLR akan memiliki alat tubuh yang belum berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu ia akan mengalami
kesulitan untuk hidup di luar uterus ibunya. Makin pendek masa kehamilannya makin kurang sempurna
pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, dengan akibat makin mudahnya terjadi komplikasi dan makin tinggi
angka kematiannya.
Berkaitan dengan kurang sempurnanya alat-alat dalam tubuhnya, baik anatomik maupun fisiologik maka
mudah timbul masalah misalnya :
1. Suhu tubuh yang tidak stabil karena kesulitan mempertahankan suhu tubuh yang disebabkan oleh
penguapan yang bertambah akibat dari kurangnya jaringan lemak di bawah kulit, permukaan tubuh
yang relatif lebih luas dibandingkan BB, otot yang tidak aktif, produksi panas yang berkurang
2. Gangguan pernapasan yang sering menimbulkan penyakit berat pada BBLR, hal ini disebabkan oleh
pertumbuhan dan pengembangan paru yang belum sempurna, otot pernapasan yang masih lemah
3. Gangguan alat pencernaan dan problem nutrisi, distensi abdomen akibat dari motilitas usus kurang,
volume lambung kurang, sehingga waktu pengosongan lambung bertambah
4. Ginjal yang immatur baik secara anatomis mapun fisiologis, produksi urine berkurang
5. Gangguan immunologik : daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya kadar IgG
gamma globulin. Bayi prematur relatif belum sanggup membentuk antibodi dan daya fagositas serta
reaksi terhadap peradangan masih belum baik.
6. Perdarahan intraventrikuler, hal ini disebabkan oleh karena bayi prematur sering menderita apnea,
hipoksia dan sindrom pernapasan, akibatnya bayi menjadi hipoksia, hipertensi dan hiperkapnea, di
mana keadaan ini menyebabkan aliran darah ke otak bertambah dan keadaan ini disebabkan oleh
karena tidak adanya otoregulasi serebral pada bayi prematur sehingga mudah terjadi perdarahan dari
pembuluh kapiler yang rapuh.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intyrauterin serta menemukan gangguan
perttumbuhan, misalnya pemeriksaan USG.
2. Memeriksa kadar gula darah dengan destrostix atau di laboratorium.
3. Pemeriksaan hematokrit.
4. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori dibandingkan dengan bayi SMK
5. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi mekonium.

G. Penatalaksanaan
Dengan memperhatikan gambaran klinik diatas dan berbagai kemungkinan yang dapat terjadi pada bayi
BBLR, maka perawatan dan pengawasan bayi BBLR ditujukan pada pengaturan panas badan , pemberian
makanan bayi, dan menghindari infeksi.
1. Pengaturan Suhu Tubuh Bayi BBLR
Bayi BBLR mudah dan cepat sekali menderita Hypotermia bila berada di lingkungan yang dingin.
Kehilangan panas disebabkan oleh permukaan tubuh bayi yang relatif lebih luas bila dibandingkan dengan
berat badan, kurangnya jaringan lemak dibawah kulit dan kekurangan lemak coklat ( brown fat).
Untuk mencegah hipotermi, perlu diusahakan lingkungan yang cukup hangat untuk bayi dan dalam
keadaan istirahat komsumsi oksigen paling sedikit, sehingga suhu tubuh bayi tetap normal. Bila bayi
dirawat dalam inkubator, maka suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2000 gr adalah 35 ͦC
dan untuk bayi dengan BB 2000 gr sampai 2500 gr 34 ֯C , agar ia dapat mempertahankan suhu tubuh sekitar
ͦ . Kelembaban inkubator berkisar antara 50-60 persen . Kelembaban yang lebih tinggi di perlukan pada
37 C
bayi dengan sindroma gangguan pernapasan. Suhu inkubator dapat di turunkan 1 ֯C per minggu untuk bayi
dengan berat badan 2000 gr dan secara berangsur angsur ia dapat diletakkan di dalam tempat tidur bayi
dengan suhu lingkungan 27 ֯ C-29 ֯C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus bayi dan meletakkan botol-
botol hangat di sekitarnya atau dengan memasang lampu petromaks di dekat tempat tidur bayi atau dengan
menggu nakan metode kangguru.
Cara lain untuk mempertahankan suhu tubuh bayi sekiter 36 C-37 C adalah dengan memakai alat
perspexheat shield yang diselimuti pada bayi di dalam inkubator. Alat ini berguna untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi. Akhir-akhir ini telah mulai digunakan inkubator yang dilengkapi dengan
alat temperatur sensor (thermistor probe). Alat ini ditempelkan di kulit bayi. Suhu inkubator di kontrol oleh
alat servomechanism. Dengan cara ini suhu kulit bayi dapat dipertahankan pada derajat yang telah
ditetapkan sebelumnya. Alat ini sangat bermanfaat untuk bayi dengan berat lahir yang sangat rendah.
Bayi dalam inkubator hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum,perubahan tingkah laku, warna kulit, pernapasan, kejang dan sebagainya
sehingga penyakit yang diderita dapat dikenal sedini mungkin dan tindakan serta pengobatan dapat
dilaksanakan secepat – cepatnya.

2. Pencegahan Infeksi
Infeksi adalah masuknya bibit penyakit atau kuman kedalam tubuh, khususnya mikroba. Bayi BBLR
sangat mudah mendapat infeksi. Infeksi terutama disebabkan oleh infeksi nosokomial. Kerentanan terhadap
infeksi disebabkan oleh kadar imunoglobulin serum pada bayi BBLR masih rendah, aktifitas baktersidal
neotrofil, efek sitotoksik limfosit juga masih rendah dan fungsi imun belum berpengalaman.
Infeksi lokal bayi cepat menjalar menjadi infeksi umum. Tetapi diagnosis dini dapt ditegakkan jika
cukup waspada terhadap perubahan (kelainan) tingkah laku bayi sering merupakan tanda infeksi umum.
Perubahan tersebut antara lain : malas menetek, gelisah, letargi, suhu tubuh meningkat, frekwensi
pernafasan meningkat, muntah, diare, berat badan mendadak turun.
Fungsi perawatan disini adalah memberi perlindungan terhadap bayi BBLR dari infeksi. Oleh karena
itu, bayi BBLR tidak boleh kontak dengan penderita infeksi dalam bentuk apapun. Digunakan masker dan
abjun khusus dalam penanganan bayi, perawatan luka tali pusat, perawatan mata, hidung, kulit, tindakan
aseptik dan antiseptik alat – alat yang digunakan, isolasi pasien, jumlah pasien dibatasi, rasio perawat
pasien yang idea, mengatur kunjungan, menghindari perawatan yang terlalu lama, mencegah timbulnya
asfiksia dan pemberian antibiotik yang tepat.

3. Pengaturan Intake
Pengaturan intake adalah menetukan pilihan susu, cara pemberian dan jadwal pemberian yang sesuai
dengan kebutuhan bayi BBLR. ASI (Air Susu Ibu) merupakan pilihan pertama jika bayi mampu mengisap.
ASI juga dapat dikeluarkan dan diberikan pada bayi jika bayi tidak cukup mengisap. Jika ASI tidak ada
atau tidak mencukupi khususnya pada bayi BBLR dapat digunakan susu formula yang komposisinya mirip
mirip ASI atau susu formula khusus bayi BBLR.
Cara pemberian makanan bayi BBLR harus diikuti tindakan pencegahan khusus untuk mencegah
terjadinya regurgitasi dan masuknya udara dalam usus. Pada bayi dalam inkubator dengan kontak yang
minimal, tempat tidur atau kasur inkubator harus diangkat dan bayi dibalik pada sisi kanannya. Sedangkan
pada bayi lebih besar dapat diberi makan dalam posisi dipangku. Pada bayi BBLR yang lebih kecil, kurang
giat mengisap dan sianosis ketika minum melalui botol atau menetek pada ibunya, makanan diberikan
melalui NGT.
Jadwal pemberian makanan disesuaikan dengan kebutuhan dan berat badan bayi BBLR. Pemberian
makanan interval tiap jam dilakukan pada bayi dengan Berat Badan lebih rendah.

4. Pernapasan
Jalan napas merupakan jalan udara melalui hidung, pharing, trachea, bronchiolus, bronchiolus
respiratorius, dan duktus alveeolaris ke alveoli. Terhambatnya jalan nafas akan menimbulkan asfiksia,
hipoksia dan akhirnya kematian.
Selain itu bayi BBLR tidak dapat beradaptasi dengan asfiksia yang terjadi selama proses kelahiran
sehingga dapat lahir dengan asfiska perinatal. Bayi BBLR juga berisiko mengalami serangan apneu dan
defisiensi surfakatan, sehingga tidak dapat memperoleh oksigen yang cukup yang sebelumnya di peroleh
dari plasenta. Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas segera setelah lahir (aspirasi
lendir), dibaringkan pada posisi miring, merangsang pernapasan dengan menepuk atau menjentik tumit.
Bila tindakan ini gagal , dilakukan ventilasi, intubasi endotrakheal, pijatan jantung dan pemberian
natrium bikarbonat dan pemberian oksigen dan selama pemberian intake dicegah terjadinya aspirasi.
Dengan tindakan ini dapat mencegah sekaligus mengatasi asfiksia sehingga memperkecil kematian bayi
BBLR.
H. Prognosis BBLR
Prognosis BBLR ini tergantung dari berat ringannya masalah perinatal, misalnya masa gestasi (makin muda
masa gestasi/makin rendah berat bayi, makin tinggi angka kematian), asfiksia/iskemia otak, sindroma
gangguan pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, retrolental fibro plasia, infeksi,
gangguan metabolik (asidosis,hipoglikemi,hiperbilirubinemia).
Prognosis ini juga tergantung dari keadaan sosial ekonomi, pendidikan orang tua dan perawatan pada saat
kehamilan, persalinan dan postnatal (pengaturan suhu lingkungan, resusitasi, makanan, mencegah oinfeksi,
mengatasi gangguan pernapasan, asfiksia, hiperilirunbinemia, hipoglikemia, dan lain-lain).

I. Pengamatan Lanjutan (follow up)


Bila bayi BBLR ini dapat mengatasi problematik yang dideritanya, maka perlu diamati selanjjutnya oleh
karena kemungkinan bayi ini akan mengalami gangguan pendengaran, penglihatan, kognitif, fungsi motor
susunan saraf pusat dan penyakit-penyakit seperti hidrosefalus,serebral palsy, dsb.

J. Komplikasi
a. Kerusakan bernafas : Fungsi organ belum sempurna.
b. Pneumonia, aspirasi : Refleks menelan dan batuk belum sempurna .
c. Perdarahan intraventrikuler : Perdarahan spontan di ventrikel otak lateral disebabkan anoksia
menyebabkan hipoksia otak yang dapat menimbulkan terjadinya
kegagalan peredaran darah sistemik.
BAB III

ASKEP TEORITIS

A. Pengkajian

a. Aktivitas/ istirahat Bayi sadar mungkin 2-3 jam bebrapa hari pertama tidur sehari rata-rata 20 jam.

b. Pernafasan Takipnea sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria atau persentasi bokong.
Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari dada dan abdomen, perhatikan adanya
sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok, pernafasan cuping hidung,

c. Makanan/ cairan Berat badan rata-rata 2500-4000 gram ; kurang dari 2500 gr menunjukkan kecil untuk
usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan dehidrasi harus diberi infus. Beri minum
dengan tetes ASI/ sonde karena refleks menelan BBLR belum sempurna,kebutuhan cairan untuk bayi baru
lahir 120-150ml/kg BB/ hari.

d. Berat badan Kurang dari 2500 gram

e. Suhu BBLR mudah mengalami hipotermia, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan.

f. Integumen Pada BBLR mempunyai adanya tanda-tanda kulit tampak mengkilat dan kering.

B. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan Pola Nafas
b. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas
c. Risiko ketidakseimbangan temperatur tubuh
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
e. Ketidakefektifan pola minum bayi
f. Hipotermi
g. Resiko infeksi
BAB IV
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN

1. PENGUMPULAN DATA
a. Identitas Klien
Nama : By. Y
Usia : 7 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang/kamar : Peristi/Dahlia
No. Reg : 407221
Diagnosa medik : BBLR
Dr. penanggung jawab : dr. S Sp A
Tanggal masuk : 5-12-2008 Pukul 07.15 WIB
Tanggal pengkajian : 13-12-2008 Pukul 08.00 WIB
Apgar skor : 3 (Asfiksia Berat)
b. Data Ibu
Nama : Ny. Y
Usia : 32 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Status Kehamilan : G2 P2 A0 usia kehamilan 29 minggu
HPHT : 10 Mei 2008
Riwayat Persalinan : Persalinan spontan, P2 A0
Riwayat Kesehatan : Kehamilan prematur kurang bulan
Lama Persalinan : 8 jam 45 menit,
Kala I : 7 jam,
Kala II : 15 Menit,
Kala III : 30 menit,
Kala IV :1 jam setelah plasenta lahir.

Riwayat ANC
Trimester 1 : 1 kali di bidan
Trimester 2 : 1 kali
Trimester 3 (usia kehamilan 7 bulan ) : 2 kali di bidan

Riwayat menstruasi ibu :


Haid pertama : 12 tahun
Siklus : 28 hari teratur
Volume/banyaknya : 2 x ganti balutan
Lama haid : 5 hari
c. Identitas Ayah
Nama : Tn. A
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : SMA
Hub dengan klien : Anak
Alamat rumah : Pecabean RT 04/01 Kec. Pangkah Kab. Tegal

Masalah utama :Sesak nafas


Riwayat Penyakit Sekarang :Pada saat dikaji tanggal 13 Desember 2008 Jam 08.00 Wib,
bayi tampak sesak nafas dengan respirasi 76 x/menit. Sesak
berkurang jika posisi bayi semi ekstensi dan terpasang O2
Sungkup 5 liter/menit ditandai dengan menurunnya retraksi
rongga dada dan sesak tampak bertambah dengan posisi bayi
fleksi ditandai dengan peningkatan PCH.
Riwayat Penyakit Dahulu :Bayi lahir pada 5 – 12 – 2008 Pukul 07.15 WIB di Ruang
Dahlia melalui persalinan spontan dengan gravidarum II,
APGAR SCORE pada menit pertama 3, menit ke 5 nilainya 3
dan pada menit ke 10 nilainya 3, berat badan 1400 gram,
panjang badan 38 cm dan air ketuban berwarna jernih. Dan ibu
klien mengatakan riwayat kehamilan dan persalinan anak
pertama prematur.
Riwayat penyakit keluarga :Keluarga klien mengatakan bahwa keluarganya tidak
mempunyai penyakit infeksi menular (Misalnya TB), penyakit
kardiovaskuler (Hipertensi), dan penyakit keturunan
(DM/Asma). Riwayat kehamilan persalinan sebelumnya adalah
prematur dan tidak ada riwayat kehamilan gemeli (Kembar).

Genogram

Riwayat Psikologis :Keluarga klien mengatakan khawatir dengan keadaan bayinya,


ekspresi wajah ayahnya tampak cemas, dan bertanya-tanya
mengenai kondisi bayinya ketika menjenguk bayinya di ruang
perawatan.

Data Sosial Ekonomi :Kepala keluarga adalah ayah klien, sekaligus penangung jawab
perekonomian, keputusan diambil oleh ayah dan ibu klien secara
musyawarah.
A. PENGKAJIAN FISIK :
1. Keadaan umum
Keadaan umum : Klien tampak lemah
Lingkar kepala : 26 cm
Lingkar Dada : 28 cm
Lingkar Perut : 25 cm
Panjang Badan : 38 cm
Berat badan lahir : 1400 gr
BB saat dikaji : 1200 gr
Lingkar lengan atas : 5 cm

2. Vital Sign
Nadi : 138 x/menit
RR : 76 x/menit
SB : 35,8 ͦC

3. Kepala
Bentuk kepala normochepal, rambut tipis lurus dengan warna rambut hitam, tidak terdapat
benjolan, tidak ada lesi, keadaan sutura sagitalis datar, tidak ada nyeri tekan, terdapat
lanugo disekitar wajah.

4. Mata
Bentuk mata simetris, tidak terdapat kotoran, bulu mata belum tumbuh, sklera tidak ikterik.

5. Telinga
Bentuk simetris, tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan dan lesi, tulang telinga
lunak, tulang kartilago tidak mudah membalik/lambat, terdapat lanugo

6. Hidung
Bentuk hidung normal, PCH positif, terpasang O2 sungkup 5 liter/menit, terpasang NGT,
keadaan hidung bersih, tidat terdapat polip dan benjolan

7. Mulut
Bentuk bibir simetris, tidak terdapat labio palato skizis, tidak terdapat stomatitis, mukosa
bibir tampak pucat dan terdapat jamur sisa – sisa pemberian PASI.

8. Dada
Bentuk dada cekung, bersih, terdapat retraksi (pada dinding epigastrium), RR 76x/menit,
suara nafas Vesikuler, Cor BJ I BJ II terdengar jelas, tidak terdapat bunyi jantung
tambahan (BJ III), tidak terdapat kardiomegali, palpasi nadi radialis brakhialis dan karotis
teraba lemah dan ireguler.

9. Punggung
Keadaan punggung bersih, terdapat banyak lanugo, tidak terdapat tanda-tanda dekubitus/
infeksi.
10. Abdomen
Bentuk abdomen datar, BU 10 x/menit, lingkar perut 25 cm, tidak terdapat hepatomegali,
turgor kulit kurang elastis ditandai dengan kulit kembali ke bentuk semula lebih dari 2
detik.

11. Umbilikus
Tidak ada kelainan dan tanda-tanda infeksi tali pusat, warna merah muda, bau tidak ada,
tali pusat sudah terlepas.

12. Genitalia
Labia mayor belum menutupi labia minor, Anus paten ditandai dengan bayi sudah BAB,
mekoniun sudah keluar dan warna terlihat hitam dan konsistensi lembek.

13. Integumen
Struktur kulit halus dan tipis, merah pucat (Pale Pink), keriput, tidak ada ruam merah (Skin
rash). Lanugo tersebar diseluruh permukaan tubuh.

14. Tonus Otot


Gerakan bayi kurang aktif, bayi bergerak apabila diberi rangsangan.

15. Ekstrimitas
Atas : Bentuk simetris, jari-jari tangan lengkap, akral dingin tidak terdapat benjolan
dan lesi.
Bawah : Bentuk simetris, jari-jari kaki lengkap, akral dingin, terpasang IVFD D5 ½ NS
Mikro drip di kaki sebelah kanan dengan 10 tetes/menit, tidak terdapat benjolan
dan lesi.

16. Refleks

Moro : refleks moro ada ditandai dengan cara dikejutkan secara tiba-tiba
dengan respon bayi terkejut tapi lemah (sedikit merespon)
Menggenggam : Refleks genggam positif tetapi lemah ditandai dengan respon bayi
menggenggam telunjuk pengkaji tetapi lemah.
Menghisap :Menghisap lemah ditandai dengan bayi mau menghisap dot
tetapi daya hisap masih lemah.
Rooting :Rooting positif tapi masih lemah ditandai dengan kepala bayi mengikuti
stimulus yang di tempelkan yang disentuhkan di daerah bibir bawah
dagu hanya tetapi bayi hanya mengikuti setengah dari stimulus tersebut.
Babynski : Refleks babinsky positif ditandai dengan semua jari hiper ekstensi
dengan jempol kaki dorsi pleksi ketika diberikan stimulus dengan
menggunakan ujung bolpoint pada telapak kaki.
17. Therapy
Efotax 2 x 100 mg Antibiotik iv
Gentamicine 3 x 5 mg Antibiotik iv
Aminophiline 3 x 5 mg Bronkodilator iv
Dexamethasone 3 x 1/3 ampul Kortikosteroid iv
Sanmol 2 x 0.2 cc Antipiretik parenteral
Sorbital 30 mg Antikompulsif iv (Jika perlu)
IVFD D5 ½ NS Mikro drip 9 tts/menit iv

18. Laboratorium
WBC 10.0 103/mm3 4.0/11.0 103/mm3
HGB 13,3 g/dl 11.0/18.8 g/dl
HCT 36,9 % 35.0/55.0 %
PLT 235 103/mm3 150/400 103/mm3
MPV 107 Fl 6.0/10.0 Fl

B. ANALISA DATA

No Data focus Etiologi Masalah


1 Ds :  Imaturitas sistem Gangguan
Do : Bayi tampak sesak nafas pernafasan pertukaran gas GG.
 RR 76 x/Menit  Usaha nafas bayi Pertukaran O2
 Terlihat retraksi pada dinding tidak maksimal (A.S :
Epigastrium 3)
 PCH +  CO2 meningkat
 Terpasang O2 sungkup (5liter/menit) (Hiperkapneu)
 Ujung ekstrimitas teraba dingin
BBLSR

2 Ds :  Imaturitas jaringan  Gangguan suhu


Do :  S : 39,1 ͦC/Anal lemak pada subkutan tubuh (Hipertermi)
 Leukosit 10.103/mm3  Mekanisme  GG.
 Struktur kulit halus dan tipis penguapan panas Thermoregulasi :
 Bayi di simpan dalam (E,R,K,K) Hypertermi
incubator

3 Ds :  Motilitas usus rendah Gangguan


Do :  NGT terpasang  Daya mencerna dan pemenuhan
 IVFD D5 ½ NS Mikro drip mengabsorpsi kebutuhan nutrisi :
10tts/menit makanan berkurang kurang dari
 PASI 12x 5 – 7,5 cc/hari  Pengosongan lambung kebutuhan tubuh
 Refleks hisap lemah dan bertambah
menelan lemah  Distensi abdomen
 BB lahir 1400 gr  Kerja otot spingter
 BB saat dikaji 1200 gr kardio esophagus
Imaturitas sistim pencernaan berkurang
 Intake nutrisi kurang
dari kebutuhan

4 Ds : Keluarga klien mengatakan khawatir  Hospitalisasi Cemas Orang tua


dengan keadaan bayinya  Perawatan ekstra di b/d keadaan bayinya
Do :  Ekspresi wajah ayahnya ruang perinatologi
tampak cemas  Bonding Attachment
 Ayah klien sering tidak terjadi
bertanya-tanya mengena kondisi  Koping keluarga in
bayinya ketika menjenguk bayinya di efektif
ruang perawatan.  Cemas

5 Ds :  Imaturitas sistem Resiko tinggi terjadi


Do : Terpasang NGT imunologi infeksi
 IVFD D5 ½ NS Mikro  Rendahnya kadar Ig G
drip10tts/menit di ekstrimitas ( gammaglobulin )
bawah dextra  Penurunan antibodi dan
daya tahan fagositosis
 S : 35,8 ֯ C belum matur
 Oedem pada ektremitas  Invasi bakteri kuman
bawah dextra yang terpasang patogen,selang
infus infus/NGT
 Leukosit 10. 103/mm3

6 DS : Kulit bayi rentan Resiko terjadinya


DO : Kulit tampak pucat dan keriput terhadap lingkungan integritas kulit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
2. Gangguan Thermoregulasi Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Imaturitas
sistem pencernaan
4. Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
D. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pertukaran O2 berhubungan dengan Imaturitas sistem pernafasan
2. Gangguan Thermoregulasi: Hipertermi berhubungan dengan cairan yang diperoleh/sediaan
cairan dalam tubuh bayi
3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Imaturitas sistem
pencernaan
4. Gangguan rasa aman : Cemas Orang tua berhubungan dengan proses hospitalisasi
5. Resiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan imaturitas sistem imunologi
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penulis melakukan pembinaan serta membuat manajemen asuhan keperawatan pada bayi
Ny”S” dari tanggal 11 November sampai tanggal 14 November 2012, penulis mendapatkan :
1. Pengumpulan data yang akurat akan mempermudah dalam pemberian asuhan.
2. Dalam memberikan asuhan kebidanan diperlukan ketelitian agar bisa menekan kemungkinan
resiko akan terjadi BBLR.
3. Dalam memberikan asuhan kebidanan harus menjalin hubungan baik dengan keluarga dan ibu
bayi agar tercipta suasana yang harmonis dan saling percaya.

B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan dalam memberikan pembinaan pada klien, ada beberapa saran yang
dianggap perlu diantaranya kepada klien, institute pelayanan,institute pendidikan, serta kepada
mahasiswa sebagai pemberi asuhan yang akan datang, antara lain:
1. Klien
a) Agar klien bisa menerima dan melaksanakan asuhan yang diberikan
b) Segera membawa bayi kepelayanan kesehatan apabila terdapat keluhan serta kelainan
yang dirasakan.
c) Dalam anamnesa, pasien mampu memberikan data yang sebenarnya.

5. Institute Pelayanan
Diharapkan dapat memberikan asuhan kebidanan pada bayi BBLR untuk mencapai pelayanan
yang optimal.

6. Institute pendidikan
Diharapkan dapat menambah sumber buku terbaru agar mempermudah mahasiswa dalam
meningkatkan pengeahuan.

7. Mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dari asuhan kebidanan pada BBLR dalam
praktek klinik.
DAFTAR PUSTAKA

 Amalia, L. (2011). Faktor Risiko Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah BBLR di RSU Dr MM Dunda
Limboto Kabupaten Gorontalo. Jurnal Sainstek, 6(3), 249–260. Retrieved from Atoilah, E. M., &
Kusnadi, E. (2013). Askep pada Klien dengan Gangguan Kebutuhan Dasr Manusia. Garut: In Media.
 http://www.ballardscore.com/Pages/ScoreSheet.aspx
 Cunningham FG, Leveno K, Bloom S, Hauth J, Rouse D, S. C. (2010). Obstetri Williams (Edisi ke 2).
Jakarta: EGC.
 Mahayana, S. A. S., Chundrayetti, E., & Yulistini. (2015). Artikel Penelitian Faktor Risiko yang
Berpengaruh terhadap Kejadian Berat. Jurnal Kesehatan Andalas, 4(3), 664–673. Retrieved from
 Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
NANDA NIC-NOC (Jilid 3). Yogyakarta: Media Action Publishing.
 Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR. Yogyakarta: Nuha Medika.
 Proverawati, A., & Sulistyorini, C. I. (2010). Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha
Medika.
 http://laporan-pendahuluan-bblr.blogspot.co.id/2016/07/

Anda mungkin juga menyukai