Nim : H0416322
Kelas : Fisika B 2016
1. Teori Behavioristik
Pengertian Teori Belajar Behavioristik
Teori Behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini
berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan
teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement)
maka respon juga semakin kuat.
Teori behavioristik merupakan teori yang menggunakan hubungan stimulus-
responnya dan menganggap orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Teori ini
mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat
terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. Diantara tokoh-tokoh aliran
behavioristik, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan
teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak
pada konsep hubungan stimulus-respons, merupakan program pembelajaran yang
menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
Prinsip-Prinsip dalam Teori Behavioristik
1. Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari
jiwa atau mental yang abstrak.
2. Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem
untuk sciene, harus dihindari.
3. Penganjur utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya
subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
4. Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi
oleh para behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan
akhirnya pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt behavior
tetap terjadi.
5. Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
6. Banyak ahli membagi behaviorisme ke dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal
dan yang lebih belakangan.
Tokoh-Tokoh Aliran Behavioristik
1. Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)
2.John Watson (1878 – 1958)
Berkaitan dengan konstruktivisme, terdapat dua teori belajar yang dikaji dan
dikembangkan oleh Jean Piaget dan Vygotsky, yang dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Pengelolaan pembelajaran
Interaksi sosial individu dengan lingkungannya sengat mempengaruhi
perkembanganbelajar seseorang, sehingga perkemkembangan sifat-sifat dan jenis manusia
akan dipengaruhi oleh kedua unsur tersebut. Menurut Vygotsky dalam Slavin (2000),
peserta didik melaksanakan aktivitas belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan
teman sejawat yang mempunyai kemampuan lebih. Interaksi sosial ini memacu
terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual peserta didik.
b. Pemberian bimbingan
Menurut Vygotsky, tujuan belajar akan tercapai dengan belajar menyelesaikan
tugas-tugas yang belum dipelajari tetapi tugas-tugas tersebut masih berada dalam daerah
perkembangan terdekat mereka (Wersch,1985), yaitu tugas-tugas yang terletak di atas
peringkat perkembangannya. Menurut Vygotsky, pada saat peserta didik melaksanakan
aktivitas di dalam daerah perkembangan terdekat mereka, tugas yang tidak dapat
diselesaikan sendiri akan dapat mereka selesaikan dengan bimbingan atau bantuan orang
lain.
Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi berlandaskan teori-
teori pembelajaran secara garis besar menempatkan teknologi sebagai media dalam teori
belajar guna mendukung proses belajar mengajar yang kondusif dan efektif. Dengan
penggunaan media ini siswa diharapkan lebih mudah memahami pelajaran yang
disampaikan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.