Pengelolaan Pengairan Dan Penjadwalan
Pengelolaan Pengairan Dan Penjadwalan
Pengelolaan pengairan
Keberhasilan pembangunan bendungan serta sarana-sarana pelengkapnya, jaringan atau saluran
salurannya, harus dibarengi dengan keberhasilan maksud atau tujuan pembangunannya, yaitu
penyaluran air pengairan ke lahan-lahan pertanian yang lancar, teratur dan memuaskan semua
pihak yang berkepentingan dengan air pengairan tersebut. Untuk itu maka diperlukan
pengelolaan yang baik (Kartasapoetra, 1994).
Pengelolaan pengairan adalah pelaksanaan semua kegiatan yang berangkaian dan terus-
menerus secara terpadu yang dilakukan pada jaringan pengairan sejak kegiatan pengambilan
dilanjutkan oleh pengaturan, pengukuran, penyaluran, pembagian, pemberian air pengairan
yang aman sampai kepada pemakai air pengairan tersebut di tingkat usaha tani serta kegiatan
pembuangan dan pengaliran air dari petak-petak pertanaman ke saluran pembuangan dimana
terjadi kejenuhan, sehingga dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara mantap dan tepat
waktu, pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dibudidayakan dapat terjamin
(Kartasapoetra, 1994).
Pembagian air pengairan yaitu mengalirkan air pengairan ke saluran-salauran primer, sekunder
sesuai dengan peraturan dan atau ketentuan yang berlaku, yang dalam pelaksanaanya di bawah
pengawasan pihak Dinas Pengairan. Sedang pemberian air pengairan yaitu penyaluran air
pengairan dari jaringan utama ke saluran tersier di dalam petak tersier dan selanjutnya
memberikan air ke petak-petak sawah. Di tingkat ini yang berperan adalah petugas desa terdiri
atas ulu-ulu atau pembantu ulu-ulu sebagai pelaksana teknis dalam hal pengaturan air
pengairan. Setelah terbentuknya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A), ulu-ulu pembantu ulu-
ulu tetap diperhatikan sebagai pelaksana teknis dalam pengaturan pemberian air pengairan di
pedesaan (Kartasapoetra, 1994).
Kegiatan-kegiatan untuk mencapai terlaksananya pemeliharaan jaringan pengairan, pembagian
dan pemberian air pengairaan dalam lingkup rangkaian irigasi teknis dan setengah teknis
sederhana yang dikelola secara berangkai dalam keterpaduan petugas-petugas Dinas Pengairan
dan desa/P3A, yang kesemuanya memperhatikan peraturan yang berlaku, maka air pengairan
dapat dibagi dan diberikan dari sumbernya ke petak-petak usaha tani dengan
baik(Kartasapoetra, 1994).
Menurut Kartasapoetra (1994) dalam hal Pengelolaan, pembagian dan pemberian air pengairan
dalam suatu daerah, pengairan dengan jangkauan pembagian dan pemberian air pengairannya
harus diperhatikan dan ditetapkan agar satu sama lainnya sesuai dengan aspek-aspek teknis
pengairan/irigasi. Indonesia yang memiliki 2 musim yakni musim penghujan dan musim kemarau
maka pemanfaatan air pengairan selayaknya ditentukan sebagai yang telah berlaku di Jawa
Timur, dimana pemanfaatan air pengairan untuk lahan-lahan pertanaman dibagi dalam 2
periode :
Pada pengairan musim penghujan dengan tanaman utama padi, sehingga memperoleh
prioritas pertama yaitu: Pembibitan padi persawahan beserta persiapan penanaman
sampai pertumbuhan mencapai umur tertentu.
Pada pengairan musim kemarau dengan tanaman utama palawija, sehingga yang
memperoleh prioritas pertama yaitu: Pembibitan padi gadu beserta persiapannya
Pembibitan padi rendeng dengan persiapannya, yang dimajukan jadwal pertanamannya.
Q1 = HxA/T X 10.000
Q1 = kebutuhan air irigasi (lt/dt/ha)
H =ketebalan air/tinggigenangan (m/hari)
A =luas areal (ha)
T = lama pemberian air (hariataudetik)
Pendekatan Agronomi
Pendekatan secara agronomi merupakan suatuperhitunganygdidasarkanataskebutuhan air
padasetiaptahapankegiatanusahatanidantingkatpertumbuhantanaman. Tahapan kegiatan
agronomi meliputi pengolahan tanah, pembibitan, pertumbuhan dan pemeliharaan
tanaman. Jumlah air yang dibutuhkan berbeda tiap tahapan, tergantuung lama waktu tiap
tahapan.
Air irigasi yang dibutukan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: IN = ET
crop + SAT + PERC + WL – Pe
Keterangan:
IN = Irigation Water need (air irigasi yang dibutuhkan)
ET crop = Crop Evapotranpirations (evapotranpirasi tanaman) \
SAT = Saturation (penjenuhan)
WL = Water Layer
Pe = Effective Rainfall (curah hujan efektif)
PERC = Percolation (perkolasi)
F. Lama dan Interval Pemberian air
Misalkan jumlah air yang hilang karena evapotranspirasi 0,6 cm sehari dan membutuhkan
pemasukan air setinggi 5 cm, maka pengaliran air untuk mencapai tambahan 5 cm tersebut
dilakukan 5/0,6 x 1 hari = 8 hari sekali. Waktu atau lamanya pemberian air adalah: (Jumlah Air
yang akan dialirkan)/(Kecepatan Aliran)
Bila sepetak sawah, panjang 30 m, lebar 20 m dan dibutuhkan tinggi air 2 cm, dan kecepatan air
1,2 liter/detik, maka lamanya pemberian air adalah:
20 x 30 x 0,02 = 2000 x 3000 x 2 = 12.000.000 = 1,2 1,2 1,2 = 12.000 liter = 10.000 detik = 2,78
jam 1,2 ltr/detik
Kebutuhan air irigasi ke dalam petak sawah untuk mengolah tanah.
Contoh: Lama waktu pengolahan tanah 1 ha adalah 3 hari. Pelumpuran sawah memer-lukan air
100 mm, penggenangan 50 mm. Pergantian Evapotranspirasi = 180 mm/30 hr. Maka jumlah
kebutuhan air = 100 mm + 50 mm + 180 mm = 330 mm dalam 30 hari atau 11,00 mm setiap hari
(Ditjen Pengairan PU, 1986).
G. Kebutuhan Air Sesuai Tahap Pertumbuhannya
Ada 2 (dua) varietas padi yang umumnya ditanam di Indonesia yaitu varietas lokal dan varietas
unggul. Varietas lokal umurnya relatif lebih panjang dan ke-butuhan airnya juga lebih besar
dibanding dengan varietas unggul, namun dari segi rasa, masyarakat menilai bahwa varietas lokal
lebih enak dibanding dengan varietas unggul. Perbandingan kebutuhan air 2 varietas tersebut
disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Tabel kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhannya
Tahap Pertumbuhan Varietas lokal Varietas Unggul
Mm/hari 1/det/ha Periode (hari) Mm/hari 1/det/ha Periode (hari)
Pengolahan Tanah 12,7 1,5 - 12,7 1,5 -
Pembibitan 3,0 0,4 20 3,0 0,4 20
Tanam s/d Primordial 7,5 0,9 40 6,4 0,75 35
Bunga 10% s/d penuh 8,8 1,0 20 9,0 1,0 2,0
Bunga penuh s/d pemasakan 8,4 1,0 20 7,8 0,9 20
Pemasakan s/d panen 0 0 15 0 0 15
(Purba, 2011)
H. Pemberian Air Pengairan Pada Petak-Petak Persawahan
Mengenai pemberian air pengairan terhadap petak-petak persawahan telah dikemukaan secara
panjang lebar. Dalam hal ini, harus diperhatikan, yaitu: Pada daerah/ lahan pertanian dengan
jaringan pengairan yang sumber dan keadaan airnya kurang mencukupi, hendaknya perencanaan
luasnya persawahan dibatasi, disesuaikan dengan tersedianya air pengairan tersebut
Dengan air pengairan yang tersedia dan luas lahan persawahan dibatasi, petak-petak
persawahan padi gadu izin dipenuhi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan
tanamannya terjamin, sedang petak-petak persawahan padi gadu tanpa izin cukup diberi air
pengairan seperempat bagian air pengairan yang diperuntukkan petak persawahan padi gadu
izin, kesemua pemberian air pengairan bagi lahan petak pertanaman palawija.
Pemberian air pengairan terhadap petak-petak persawahan hendaknya diperhatikan agar tetap
terjamin sejak pembuatan persemaian, pengolahan tanah, penanaman, dan kegiatan-kegiatan
usaha bersawah lainnya sampai pertumbuhan/perkembangan tanaman terjamin dengan baik,
penghentian pemberian air pengairan hanya dilakukan 10-14 hari sebelum masa panen.
Dalam bersawah, jika pemberian air pengairan hendaknya meliputi daerah yang luas, dalam
musim kemarau tanpa hujan, ada baiknya memperhatikan/menggunakan Peraturan Pemali,
sebagai contoh dapat dikemukakan penerapannya di petak-petak persawahan di daerah Madiun
(Kartasapoetra, 1994). Secara tekniknya, disebutkan oleh Purba (2011) mengenai cara
pemberian air irigasiuntuk tanaman padi ada 3 (tiga) macam, yaitu penggenangan air terus-
menerus, pengaliran air terus-menerus dan pengaliran air terputus-putus.
A. Kesimpulan
Pengelolaan pengairan adalah pelaksanaan semua kegiatan yang berangkaian dan terus-
menerus secara terpadu yang dilakukan pada jaringan pengairan sejak kegiatan pengambilan
dilanjutkan oleh pengaturan, pengukuran, penyaluran, pembagian, pemberian air pengairan
yang aman sampai kepada pemakai air pengairan tersebut di tingkat usaha tani serta
kegiatan pembuangan dan pengaliran air dari petak-petak pertanaman ke saluran
pembuangan dimana terjadi kejenuhan, sehingga dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara mantap dan tepat waktu, pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dibudidayakan dapat terjamin. Pengelolaan air dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air
pada tanaman padi.
Kebutuhan air tanaman padi tingkat usaha tani diukur dapat dengan metode agrohidrologi
maupun pendekatan agronomi. Kebutuhan air irigasi untuk pertanian pula dapat dihitung
dari jumlah kehilangan air lewat evaporasi, perkolasi dan lain sebagainya. Usaha dalam
pengelolaan air untuk tanaman padi yaitu beberapa tindakan yang harus diterapkan antara
lain pembagian air berdasarkan kelompok pengumpul air/P3A yang disalurkan secara merata
pada lahan yang membutuhkan air. Selain itu, menerapkan dan mengusahakan pengairan
lahan atas izin dari daerah dan peraturan/ketentuan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA