Anda di halaman 1dari 2

A.

Pemberian Air Pengairan Pada Petak-Petak Persawahan

Mengenai pemberian air pengairan terhadap petak-petak persawahan telah dikemukaan secara
panjang lebar. Dalam hal ini, harus diperhatikan, yaitu: Pada daerah/ lahan pertanian dengan
jaringan pengairan yang sumber dan keadaan airnya kurang mencukupi, hendaknya perencanaan
luasnya persawahan dibatasi, disesuaikan dengan tersedianya air pengairan tersebut
Dengan air pengairan yang tersedia dan luas lahan persawahan dibatasi, petak-petak
persawahan padi gadu izin dipenuhi kebutuhannya agar pertumbuhan dan perkembangan
tanamannya terjamin, sedang petak-petak persawahan padi gadu tanpa izin cukup diberi air
pengairan seperempat bagian air pengairan yang diperuntukkan petak persawahan padi gadu
izin, kesemua pemberian air pengairan bagi lahan petak pertanaman palawija.
Pemberian air pengairan terhadap petak-petak persawahan hendaknya diperhatikan agar tetap
terjamin sejak pembuatan persemaian, pengolahan tanah, penanaman, dan kegiatan-kegiatan
usaha bersawah lainnya sampai pertumbuhan/perkembangan tanaman terjamin dengan baik,
penghentian pemberian air pengairan hanya dilakukan 10-14 hari sebelum masa panen.
Dalam bersawah, jika pemberian air pengairan hendaknya meliputi daerah yang luas, dalam
musim kemarau tanpa hujan, ada baiknya memperhatikan/menggunakan Peraturan Pemali,
sebagai contoh dapat dikemukakan penerapannya di petak-petak persawahan di daerah Madiun
(Kartasapoetra, 1994). Secara tekniknya, disebutkan oleh Purba (2011) mengenai cara
pemberian air irigasiuntuk tanaman padi ada 3 (tiga) macam, yaitu penggenangan air terus-
menerus, pengaliran air terus-menerus dan pengaliran air terputus-putus.

1) Pemberian Air Untuk Menjaga Tinggi Genangan


Penggenangan air irigasi dapat dilakukan secara terus-menerus dengan keting-gian yang
sama sepanjang pertumbuhan tanaman. Keadaan ini bisa dilakukan apabila jumlah air yang
tersedia dalam kondisi yang cukup. Dengan tinggi genang-an kurang dari 5 cm maka
diperoleh produksi yang tinggi dan air lebih efisien (hemat).
2) Pemberian Air Secara Pengaliran Terus-Menerus
Cara pemberian ini dilakukan bila air terdapat dalam jumlah yang melimpah. Air dialirkan
dari petak sawah ke petak lainnya melalui batang bambu atau lubang di pematang sepanjang
masa pertumbuhan tanaman. Cara ini dinilai boros air serta pemakaian pupuk maupun
pestisida tidak efisien.
3) Pemberian Air Secara Terputus-putus
Pemberian air secara terputus-putus adalah cara memberikan dengan pengge-nangan yang
diselingi dengan pengeringan (pengaturan) pada jangka waktu ter-tentu, yaitu saat
pemupukan dan penyiangan. Cara ini disarankan karena dapat meningkatkan produksi dan
menghemat penggunaan air (Integrated Irrigation Sector Project, 2001 dalam Purba, 2011).
Pemberian air secara terputus-putus ini, dijelaskan pada budidaya padi dengan metode
tanam padi sebatang, dan SRI .
B. Cara Pembagian Air Irigasi
Pembagian air irigasi terdiri dari 3 (tiga) cara yaitu: sistem serentak, sistem golongan dan sistem
rotasi. Penerapan ketiga cara tersebut tergantung pada jumlah air yang tersedia.
1) Pembagian Air Irigasi Secara Serentak
Air dibagikan ke seluruh areal yang ditanami pada waktu bersamaan secara me-rata. Jumlah
air yang dibagikan disesuaikan fase perkembangan padi dan kebu-tuhan air yang diperlukan
secara maksimal. Cara ini dapat dilakukan apabila jumlah air yang tersedia cukup banyak,
atau jika nilai k lebih besar atau sama dengan 1.
2) Cara Golongan
Cara ini dilakukan bila jumlah air yang tersedia sangat terbatas, sementara ke-butuhan air
(terutama saat pengolahan tanah) sangat besar. Maka saat tanam dilakukan secara bertahap
dari satu petak tersier ke petak lainnya. Kelompok-kelompok dalam petak tersier ini disebut
sebagai golongan. Idealnya satu daerah irigasi dibagi dalam 3-5 (tiga sampai lima) golongan
dengan jarak waktu tanam biasanya 2-3 (dua sampai tiga) minggu.
3) Cara Rotasi/Giliran
Jika kebutuhan air irigasinya besar sementara air yang tersedia kurang, maka perlu dilakukan
pemberian air secara giliran antar petak tersier, atau antar petak sekunder. Idealnya periode
giliran adalah 2-3 (dua sampai tiga) hari dan jangan lebih dari 1 (satu) minggu karena akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Purba, 2011).

A. Kesimpulan

Pengelolaan pengairan adalah pelaksanaan semua kegiatan yang berangkaian dan terus-
menerus secara terpadu yang dilakukan pada jaringan pengairan sejak kegiatan pengambilan
dilanjutkan oleh pengaturan, pengukuran, penyaluran, pembagian, pemberian air pengairan
yang aman sampai kepada pemakai air pengairan tersebut di tingkat usaha tani serta
kegiatan pembuangan dan pengaliran air dari petak-petak pertanaman ke saluran
pembuangan dimana terjadi kejenuhan, sehingga dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan
secara mantap dan tepat waktu, pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dibudidayakan dapat terjamin. Pengelolaan air dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan air
pada tanaman padi.
Kebutuhan air tanaman padi tingkat usaha tani diukur dapat dengan metode agrohidrologi
maupun pendekatan agronomi. Kebutuhan air irigasi untuk pertanian pula dapat dihitung
dari jumlah kehilangan air lewat evaporasi, perkolasi dan lain sebagainya. Usaha dalam
pengelolaan air untuk tanaman padi yaitu beberapa tindakan yang harus diterapkan antara
lain pembagian air berdasarkan kelompok pengumpul air/P3A yang disalurkan secara merata
pada lahan yang membutuhkan air. Selain itu, menerapkan dan mengusahakan pengairan
lahan atas izin dari daerah dan peraturan/ketentuan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra,Mul. Mulyani Sutedjo dan E. Pollein.1994. Teknologi Pengairan


Pertanian (Irigasi). Bumi Aksara:Jakarta.

Purba,Hardy,Jhon.2011.Kebutuhan Dan Cara Pemberian Air Irigasi Untuk


Tanaman Padi Sawah (Oryza sativa L.).WIDYATECH Jurnal Sains dan Teknologi 10(3).

Anda mungkin juga menyukai