Anda di halaman 1dari 5

NAMA: DIYAH AYUK WULANDARI

NIM: 150210103008
KELAS: C
KELOMPOK: 1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
I. JUDUL
Pengukuran suhu manusia

II. TUJUAN
Untuk menia adalah homoioterm, artinya suhu tubuhnya konstan meskipun suhu
lingkungan berfluktuasi jauh di atas atau di bawah suhu tubuhnya. Kulit memegang
peranan penting dalam mempertahankan suhu tubuh. Di dalam kulit terdapat jaring-
jaring pembuluh darah dan kelenjar keringat yang dikendalikan oleh sistem saraf. Di
samping itu terdapat reseptor berbagai macam sensasi satu di antaranya adalah
termoreseptor. Bila tubuh merasa panas, ada kecenderungan tubuh meningkatkan
kehilangan panas ke lingkungan. Bila tubuh merasa dingin, maka kecenderungannya
menurunkan kehilangan panas. Jumlah panas yang hilang ke lingkungan melalui
radiasi dan konduksi-konveksi ditentukan oleh perbedaan suhu antara kulit dan
lingkungan eksternal. Bagian pusat tubuh merupakan ruang yang memiliki suhu
yang dijaga tetap sekitar 36 oC (Soewolo dkk, 2005: 286-287).
Bila Hypotalamus bagian belakang menerima informasi suhu luar lebih rendah dari
suhu tubuh, maka pembentukan panas ditambah dengan meningkatkan metabolisme
dan aktivitas otot dengan cara menggigil dan pengeluaran panas dengan pembuluh
darah kulit mengecil dan pengurangan produksi keringat. Hal ini menyebabkan suhu
tubuh tetap dipertahankan normal. Namun sebaliknya, Hypotalamus bagian depan
merupakan pusat pengatur suhu tubuh yang bertugas mengeluarkan panas. Bila
Hypotalamus bagian depan menerima informasi suhu lebih tinggi dari suhu tubuh,
maka pengeluaran panas ditingkatkan dengan pelebaran pembuluh darah kulit dan
menambah produksi keringat (Fadilah, 2009).
Bila benda dingin ditempelkan langsung pada kulit, pembuluh darah makin
berkontraksi sampai suhu 15oC. Saat titik mencapai derajat konstriksi maksimum
pembuluh darah mulai berdilatasi. Dilatisi ini disebabkan oleh efek langsung
pendinginan setempat terhadap pembuluh itu sendiri. Mekanisme kontraksi dingin
membuat hambatan impuls saraf datang ke pembuluh tersebut pada suhu mendekati
suhu 0oC sehingga pembuluh darah mencapai vasodilatasi maksimum. Hal ini dapat
mencegah pembekuan bagian tubuh yang terkena terutama tangan dan telinga
(Syaifuddin, 2009: 324).
adanya mekanisme pengaturan panas badan yang berpusat pada hipotalamus melalui
saraf-saraf terutama saraf otonom. Di samping tentu adanya pengaruh kelenjar
endokrin walau masih belum jelas peranannya. Mekanisme pengaturan panas adalah
dengan menjaga adanya keseimbangan antara thermogenesis (produksi panas).
Produksi panas tergantung dari metabolisme, jadi tergantung pada proses kimia
eksotermal, misalnya kerja otot, menggigil dll. Pembuangan panas adalah dengan
cara konduksi, radiasi, konveksi, penguapan dan sebagian melalui feses dan urin.
Energi panas yang hilang atau masuk ke dalam tubuh melalui kulit ada tiga cara,
yaitu Konduksi adalah pemaparan panas dari suatu obyek yang suhunya lebih tinggi
ke obyek lain dengan jalan kontak langsung. Agar terjadi konduksi kedua obyek
harus berbeda suhu dan harus saling berkontak misalnya pada keperawatan
mengukur suhu dengan menggunakan termometer air raksa di bagian tubuh manusia
atau permukaan tubuh kehilangan atau memperoleh panas melalui konduksi kontak
langsung dengan substasi lebih dingin atau lebih panas termasuk udara atau air.
Yang kedua Konveksi, adalah pemindahan panas melalui gas atau cairan yang
bergerak. Aliran konveksi dapat terjadi karena massa jenis udara panas sangat ringan
dibandingkan udara dingin misalnya orang telanjang yang duduk dalam ruangan
yang kehilangan sekitar 12% panasnya dengan cara konduksi ke udara menjauhi
tubuh. yang ketiga Radiasi, adalah suatu energi panas dari suatu permukaan obyek
ke obyek lain tanpa mengalami kontak dari kedua obyek tersebut, misalnya
seseorang yang telanjang dalam ruangan dengan suhu kamar normal kehilangan
sekitar 60% panas total secara radiasi. Jika suhu tubuh naik, pusat kendali suhu di
otak akan melebar dan meningkatkan aliran darah ke permukaan kulit sambil
membawa panas tubuh (Gullon, 1997 : 87). Pusat pengatur panas dalam tubuh adalah
hipothalamus. Hipothalamus yang berada dibawah otak. Ini dikenal sebagai
thermostat yang berada dibawah otak. Terdapat dua hipothalamus, yitu
hipothalamus anterior yang berfungsi mengatur pembuangan panas dan hipotalamus
posterior yang berfungsi mengatur upaya penyimpanan panas (Anfis, 2011).
Temperatur kulit badan tidak sama di semua tempat, makin banyak berhubungan
dengan udara luar, temperature semakin dipengaruhi oleh temperature sekitar.
Temperature tubuh yang normal sekitar 36. Temperatur yang paling mendekati
temperature tubuh sebenarnya adalah temperature rektar (melalui dubur), tetapi
kurang praktis dan tidak estetis. Oleh karena itu, yang sering dikerjakan pengukuran
temperature aksilar (melalui ketiak) atau oral (mulut) (Tim Dosen Pembina,
2015:21). Reseptor suhu yang paling penting untuk mengatur suhu tubuh adalah
banyak neuron peka panas khususnya yang terletak pada area preoptika hipotalamus.
Neuron ini meningkatkan pengeluaran inpuls bila suhu meningkat dan mengurangi
inpuls yang keluar bila suhu turun. Selain neuron ini reseptor lain yang peka terhadap
suhu adalah reseptor suhu kulit termasuk reseptor dalam lainnya yang juga
menghantarkan isyarat terutama isyarat dingin ke susunan syaraf pusat panas untuk
membantu mengontrol suhu tubuh (Waluyo, 2010:54).
Termoregulasi bergantung pada kemampuan hewan/manusia untuk mengontrol
pertukaran panas dengan lingkungannya. Esensi termoregulasi adalah
mempertahankan laju perolehan panas yang setara dengan laju kehilangan
panas.Pada beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini melibatkan sistem
integument, lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit, rambut, dan kuku (cakar
atau kikil pada beberapa spesies).Salah satu adaptasi termoregulasi utama pada
mamalia dan burung adalah insulasi, yang mengurangi aliran panas antara hewan
dan lingkungan.Sumber-sumber insulasi mencakup rambut, bulu, dan lapisan lemak
yang dibentuk oleh jaringan adipose. Sistem sirkulasi menjadi rute utama aliran
panas antara tubuh bagian interior dan eksterior (Campbell, 2008 :16-17).
Suhu diregulasi oleh sistem saraf dan oleh sistem endokrin. Regulasi sistem saraf
dibagi menjadi dua, yaitu yang pertama pendinginan dan pemanasan kulit
merangsang ujung saraf yang sensitive terhadap suhu dengan menghasilkan respons
yang sesuai-menggigil pada dingin, berkeringat pada panas. Yang kedua adalah
Hipotalamus dalam otak berrespons terhadap suhu darah yang lewat di dalam
kapiler. Hipotalamus terdiri dari dua pusat untuk pengaturan panas. Yang satu
berespons terhadap peningkatan suhu dengan menyebabkan vasodilatasi dan
kehilangan panas. Yang lain berespons terhadap penurunan suhu dengan
menyebabkan vasokonstriksi dan aktivasi produksi panas lebih lanjut. Sedangkan
regulasi sistem endokrin dibagi menjadi dua, yaitu medulla adrenal dimana dingin
meningkatkan sekresi adrenalin, yang merangsang metabolisme dan dengan
demikian meningkatkan produksi panas. Yang kedua adalah kelenjar tiroid dimana
dingin meningkatkan sekresi tiroksin, dengan meningkatkan metabolisme dan
produksi panas (Gibson, 2002: 238-239).
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Pasien yang cemas
saat masuk rumah sakit atau sedang melakukan pemeriksaan kesehatan suhu
tubuhnya akan lebih tinggi dari normal. Adanya stres dapat dijembatani dengan
menggunakan sistem pendukung, intervensi krisis dan peningkatan harga diri.
Sistem pendukung sangat penting untuk penatalaksanaan stres seperti keluarga
(orang tua) yang dapat mendengarkan, perhatian, merawat dengan dukungan secara
emosional selama mengalami stress. Sistem pendukung pada intinya dapat
mengurangi reaksi stres dan peningkatan kesejahteraan fisik dan mental. Intervensi
krisis merupakan teknik untuk menyelesaikan masalah, memulihkan seseorang
secepat mungkin pada tingkat fungsi semua dimensi sebelum krisis. Peningkatan
harga diri dilakukan untuk membantu dalam strategi reduksi stres yang positif yang
dilakukan untuk mengatasi stres. (Rahmawati, 2012: 54-60).
Peningkatan suhu erat kaitannya dengan demam. Demam biasanya terjadi melalui
tiga tahap, yang pertama serangan menggigil dan menggigil berat disebut rigor, yaitu
pembuluh darah kulit berkotraksi dan kehilangan panas dikurangi sampai minimal.
Tahap yang kedua suhu meningkat, yaitu pembuluh darah berdilatasi, kelenjar
keringat biasanya tetap tidak aktif, proses metabolic ditingkatkan dan
terdapatproduksi panas yang lebih besar. Tahap yang ketiga suhu turun, yaitu
kehilangan panas lebih besar daripada produksi pana, dan keringat sangat banyak
(Gibson, 2002:204).

IV. METODE PRAKTIKUM


4.1 Alat
a. Termometer klinis
b. Handuk/lap bersih
4.2 Bahan
a. Kapas steril
b. Alkohol 70%
c. Air es

4.3 Cara Kerja


a.

Memasukkan termometer kemulut probandus dibawah lidah. Karena


menggunakan termometer digital maka hanya perlu memencet tombol on untuk
memulai mengukur suhu. Setelah 10 menit, baca suhu yang tertera pada
termometer.
Mencatat suhu pada masing-masing percobaan
Melalukan seperti poin pertama tetapi sebelumnya probandus berkumur dengan
air es selama 1 menit, emudian membaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit yang
tertera pada termometer.
Melakukan seperti poin pertama, tetapi mulut sambil bernafas (menghembuskan
dan menghirup udara), membaca suhu setelah 5 menit dan 10 menit (tanpa
menurunkan suhu)
Probandus (orang percobaan) mengeringkan ketiaknya menggunakan handuk/lap
bersih.
Menyelipkan ujung termometer diketiak dengan lengan merapat kebadan, karena
menggunakan termometer digital maka tinggal memencet tombol on untuk
memulai mengukur. Setelah terdengar bunyi termometer baca suhu yang tertera di
termometer.
Mencatat suhu pada masing-masing percobaan.

Anda mungkin juga menyukai