Disusun oleh:
Hasyimah (1703106029)
8KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu yang telah membimbing kami.
Dengan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan, penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, kami meminta mohon maaf. Berbagai kritik dan saran sangat
diharapkan agar makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya bisa lebih sempurna. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
A....................................................................................................Latar Belakang . .3
B...............................................................................................Rumusan Masalah . .4
C...............................................................................................Rumusan Masalah . .4
2 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
BAB II : PEMBAHASAN................................................................................................5
A.........................................................................................................Kesimpulan 18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendidikan merupakan seluruh proses kehidupan yang harus dijalani manusia. Sejak
manusia lahir, pendidikan telah dijalankan melalui orang tua dalam lingkungan keluarga.
Bahkan semenjak dalam kandungan secara sadar atau tidak sadar orang tua telah mendidik
anaknya melalui kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh calon orang tua tersebut. Kemudian
pendidikan ini akan berlanjut ketika manusia terlahir di dunia sampai akhir hayat. Maka
pendidikan adalah seluruh pengalaman manusia dalam mengalami perkembangan baik fisik
maupun mental.
Dalam menjalani kehidupan, setiap manusia dituntut untuk mampu berbaur dengan
berbagai elemen masyarakat. Maka dibutuhkan suatu kemampuan praktis dalam menjalin
hubungan dengan manusia lain di lingkungan sosial masyarakat di era sekarang ini. Untuk
memenuhi kebutuhan inilah maka pendidikan harus ditempuh selama hidup manusia itu sendiri.
Jika pendidikan didefinisikan sebagai hidup, maka pendidikan juga dapat ditujukan
untuk merencanakan pengalaman peserta didik dalam kehidupan masa depan. Seperti kita
B. Rumusan masalah
1. Siapakah John Dewey itu?
2. Apakah Konsep Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut John Dewey?
3. Bagaimanakah Proses Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut John Dewey?
4. Bagaimanakah Relevansi Konsep Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut John
Dewey Dalam Pendidikan Islam?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sosok John Dewey.
2. Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut John Dewey.
3. Untuk Mengungkapkan Proses Konsep Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut John
Dewey.
4. Untuk Mengungkapkan Relevansi Pendidikan Berbasis Pengalaman Menurut John
Dewey Dalam Pendidikan Islam.
BAB II
4 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
PEMBAHASAN
2 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), hlm. 23
3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 11.
5 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
serta bersegi banyak dari interaksi aktif manusia, sebagai makhluk hidup yang sadar dan
bertumbuh, dengan lingkungannya yang terus berubah dalam perjalanan sejarah. Jadi bisa
dipahami bahwa pengalaman adalah segala proses kehidupan manusia dalam berinteraksi
dengan berbagai macam hal dari luar diri maupun dari dalam diri manusia itu sendiri, yang
kemudian interaksi itu akan mempengaruhi interaksi selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa pendidikan berbasis pengalaman
adalah pendidikan yang menjadikan pengalaman sebagai basisnya, artinga dalam proses
pendidikan, suatu pemikiran berangkat dari pengalaman-pengalaman dan bergerak menuju
kembali ke pengalaman-pengalaman yang inovatif. Sesuatu yang diambil dari pengalaman
akan dibawa ke pengalaman selanjunya dan menjadikan pengalaman berikutnya semakin
berkualitas dan meningkatkan daya berpikir serta bertindak.
2. Kebutuhan Terhadap Teori Pengalaman
Satu-satunya cara untuk menjadi tukang tambal ban adalah dengan melakukannya.
Tidak ada cara lain untuk menjadi apa pun yang kita inginkan kecuali melakukannya. Kita
harus belajar dengan melakuakan untuk menjadi apa yang kita cita-citakan. Kita mesti
belajar dengan mengalaminya secara nyata. Dengan mengalami kita akan diperkaya oleh
pengalaman itu.
Pendidikan seharusnya mempertimbangkan pengalaman untuk dijadikan dasar.
Pendidikan semestinya menjadikan pengalaman sebagai basisnya. Seperti konsep
pendidikan berbasis pengalaman yang digagas oleh John Dewey puluhan tahun yang lalu.
John Dewey mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu proses penggalian dan
pengolahan pengalaman terus menerus.5 Dengan kata lain, pendidikan adalah hidup.
Sementara hidup adalah rangkaian dari berbagai pengalaman. Maka dalam merumuskan
pendidikan sama saja dengan merumuskan pengalaman. Dalam buku Experience and
Education karya John Dewey telah membahas beberapa aspek mengenai pendidikan
berbasis pengalaman.
Sejauh ini permasalahan pendidikan dan solusinya masih belum menunjukan
perbaikan yang signifikan. Pendidikan tidak pernah memper-timbangkan adanya
pengalaman pribadi setiap peserta didik. Padahal setiap pengalaman akan mempengaruhi
4 Sudarminta. Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan, (Yogyakarta: Kanesius, 2003), hlm. 32
5 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. X
6 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
pola pikir peserta didik. Ada hubungan yang erat antara pendidikan dan pengalaman John
Dewey mengatakan bahwa:
“Di tengah ketidakpastian, terdapat satu kerangka acuan yang tetap, yaitu hubungan
organis antara pendidikan dan pengalaman pribadi; bahwa filsafat pendidikan yang
baru mengandung sejenis filsafat empiris dan eksperimental. Meski demikian akan
lebih baik dipahami sebagai bagian dari masalah yang harus dijelajahi. Untuk
mengetahui makna empirisme kita perlu memahami apa pengalaman itu.”6
Pernyataan John Dewey di atas dapat dipahami bahwa ada hubungan yang akrab dan
harmonis antara pendidikan dan pengalaman. Selain itu, yang menjadi perhatian adalah
pernyataan yang mengatakan bahwa untuk memahami empirisme kita perlu memahami
apa pengalaman itu. Menurut Sudarminta pengalaman adalah keseluruhan peristiwa
perjumpaan dan apa saja yang terjadi pada manusia dalam interaksinya dengan alam, diri
sendiri, lingkungan sosial sekitarnya, dan dengan seluruh kenyataan.7
“The belief that ah genuine education comes about through experience does not
mean that all experiences are genuinely or equally educative. Experience and
education cannot be directly equated to each other. For some experiences are
miseducative. Any experience is miseducative that has the effect of arresting or
distorting the growth of further experience.”8
Terjemah:
“Keyakinan bahwa semua pendidikan yang sejati muncul melaluai pengalaman
tidaklah berarti bahwa semua pengalaman itu murni dan sama-sama mendidiknya
Pengalaman dan pendidikan tak bisa disamakan satu dengan yang lainnya secara
langsung. Karena ada pengalaman yang bersifat salah didik. Pengalaman apapun
yang mempunyai pengaruh menghambat ataupun mendistorsi pertumbuhan
pengalaman selanjutnya adalah salah didik.”
Pernyataan John Dewey di atas mengungkapkan bahwa ada dua jenis pengalaman,
yaitu pengalaman yang mendidik dan pengalaman yang tidak mendidik. Atas dasar inilah
Dewey menekankan adanya teori pengalaman yang memiliki sifat mendidik.
6 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. 10
7 Sudarminta. Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan, (Yogyakarta: Kanesius, 2003), hlm. 32
10 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. 59
9 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
dalam lingkup pengalaman hidup yang biasa. John Locke, seorang tokoh realisme,
mengungkapkan bahwa pada dasarnya segala pengetahuan berasal dari pengalaman.
Pengalaman-pengalaman tersebut pada dasarnya menjadi entry point dalam
membentuk paradigma pengetahuan setiap manusia.11
3. Metode Pendidikan Berbasis Pengalaman
Dewey mengatakan, sudah semestinya prinsip yang sehat bahwa pendidikan
dalam usaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang terbaik untuk si pelajar itu sendiri
maupun masyarakat harus didasarkan pada pengalaman yang senantiasa merupakan
pengalaman kehidupan yang aktual individu tertentu.12 Pengalaman adalah materi
sekaligus metode dalam pembelajara dalam pendidikan berbasis pengalaman.
Untuk melaksanakan konsep pendidikan berbasis pengalaman, ada dua
metode pendekatan dalam pengajaran. Berikut adalah metode pendekatan tersebut:
a. Problem solving method
Metode problem solving, peserta didik dihadapkan pada berbagai
situasi dan masalah-masalah yang menantang. Peserta didik diberi
kebebasan sepenuhnya untuk memecahkan masalah tersebut sesuai
perkembangan
a.
b. kemampuannya.13
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa metode problem
solving lebih menekankan pendekatan pem-belajaran yang dimulai
dengan problem atau masalah yang ada. Bekal yang dimiliki peserta
didik untuk memecahkan masalah-masalah yang disajikan pendidik
adalah pengetahuan dan akumulasi pengalaman sebelumnya. Dengan
demikian pendidik ketika menyajikan masalah, masalah tersebut harus
dimunculkan dari lingkungan sekitar dan masih dalam kapasitas
peserta didik.
11 Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi , Paradigma Pendidikan Universal, (Yogyakarta, IRCiSoD, 2004), hlm. 63
12 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. 68
13 Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi , Paradigma Pendidikan Universal, (Yogyakarta, IRCiSoD, 2004), hlm.262
14 Ali Maksum dan Luluk Yunan Ruhendi , Paradigma Pendidikan Universal…. hlm.262
10 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
Agar peserta didik apabila telah menyelesaikan pendidikannya mampu
eksis dalam masyarakat. Keahlian dan keterampilan praktis yang didapat
dari pendidikannya dapat berguna untuk memecahkan permasalahan
yang muncul dalam masyarakat.
Posisi pendidik dalam menerapkan metode ini adalah sebagai
fasilitator yang menyediakan dan menyusun kerangka pengalaman yang
akan dilaksanakan dalam pengalaman pembelajaran. Sekali lagi, dalam
menyusun kerangka pengalaman, pendidik harus menjadikan prinsip
kesi-nambungan pengalaman sebagai prnisip dalam abadi pendidikan
berbasis pengalaman.
4. Evaluasi Pendidikan Berbasis Pengalaman
Evaluasi pendidikan berbasis pengalaman berarti suatu kegiatan menilai
proses dan hasil pembelajaran dalam pendidikan berbasis pengalaman. Bentuk
evaluasi yang dipaparkan John Dewey dalam bukunya tidak dijelaskan secara jelas.
Bahkan belum menyentuh mengenai evaluasi secara langsung dalam pendidikan
berbasis pengalaman. Tetapi dari contoh yang dipaparkannya bisa menjadi acuan
untuk menentukan jenis evaluasi dalam pendidikan yang berbasis pada pengalaman.
Dewey berpendangan bahwa suatu kekeliruan menganggap sekolah adalah
sejenis institusi yang dibedakan dari bentuk organisasi sosial lain. 15 Sekolah adalah
miniatur masyarakat, di mana setiap individu memiliki hak yang sama. Serta
mematuhi peraturan yang sama. Ini bisa dikatakan sebagai demokrasi pendidikan.
Dalam bukunya, Experience and Education, dewey memberikan contoh
berupa permaianan. Peserta didik pada waktu istirahat atau seusai sekolah,
memainkan permainan dari kartu sampai kasti dan sepak bola. Permainan itu
membutuhkan peraturan, dan peraturan ini mengatur cara memainkannya sehingga
permainan itu tidak terjadi secara ngawur. Tanpa peraturan tidak ada permainan. Jika
timbul perselisihan ada seorang wasit untuk naik banding dan diskusi untuk
mengambil keputusan dan kalau tidak berarti permainan berhenti.16
Memperhatikan contoh di atas, dapat ditarik kesimpulan umum bahwa
pengawasan terhadap individu dipengaruhi oleh seluruh situasi yang melibatkan
15 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. 2
16 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. 42
11 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
individu, situasi yang sama-sama dimiliki dan yang menjadikan individu bagian
yang bekerja sama dan berinteraksi. Dalam permainan yang kompetitif ada juga
partisipasi tertentu, semacam berbagi pengalaman bersama. Dan setiap pemain
memiliki kesempatan untuk mengevaluasi jalannya permainan. Tidak hanya itu,
pemain juga memiliki kesempatan mengevaluasi pemain lain tentang peran pemain
dalam permainan.
Sampai di sini semakin jelas bahwa evaluasi dalam pendidikan berbasis
pengalaman dapat dilakukan oleh setiap peserta didik dan pendidik berperan sebagai
yang meluruskan jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan prinsip pengalaman
yang edukatif. Evaluasi dapat dilaksakan kapan saja, ketika pembelajaran
berlangsung maupun seusai pembelajaran berlangsung. Prinsip dalam mengevaluasi
adalah mengambil sesuatu dari pengalaman belajar untuk dibawa ke pengalaman
selajutnya serta menemukan dan membuat kerangka kesinambungan pengalaman
yang terdahulu kepada pengalaman yeng kemudian serta rencana pengalaman yang
akan dilalui dalam proses pembelajaran.
17 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. 10
18 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 156
19 Omar At-Toumy As-Saibani, Falsafah Pendidikan Islam, terj. Hasan Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hlm. 113.
13 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
secara pribadi, secara sosial, secara ekonomi, dan sebagai makhluk Tuhan ia menunjukan
eksistensi.
Dari beberapa penjelasan di atas telah menunjukan bahwa ada relevansi antara
tujuan pendidikan berbasis pengalaman dalam pendidikan Islam. Pada akhkirnya pendidikan
berbasis pengalaman maupun pendidikan Islam bertujuan untuk mengarahkan manusia
bagaimana hidup bersama dengan manusia dan berhubungan dengan Tuhan. Pendapat John
Dewey dan beberapa tokoh pendidikan Islam, mengenai tujuan pendidikan secara jelas
memiliki hubungan yang akrab. Jika John Dewey menegemukakan bahwa tujuan
pendidikan adalah menyiapkan generasi yang mampu berperan sebagai makhluk individu
dan sosial, maka pendidikan Islam juga demikian dan ditambah lagi sebagai makhluk
spiritual.
Inilah yang semestinya dijadikan standar pelaksanaan bagi lembaga pendidikan
Islam di masa yang akan datang, bahkan kalau memungkinkan merekonstruksi praktek
pendidikan yang sedang kita anut untuk menelitinya kembali letak kekurangan serta tujuan
ideal pendidikan Islam yang belum tercapai.
3. Materi / Isi Pendidikan Berbasis Pengalaman dalam Pendidikan Islam
Materi / isi dalam pendidikan islam tetap harus bersumber dari ajaran islam yaitu Al-
Qur’an dan Hadits. Namun isi pendidikannya adalah kurikulum berisi pengalaman-
pengalaman yang telah teruji serta minat-minat dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik, dan
pendidikan yang menghilangkan pemisahan antara pendidikan teoritis dengan pendidikan
praktis.
Sumber yang asli dan murni dalam pendidikan islam adalah ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadits-hadits Nabi SAW, yang mendorong dan memerintahkan untuk membaca, berpikir,
mengambil pelajaran, meneliti, menyelidiki, mempelajari sejarah dan sebagainya. Realisasi
dari perintah, dorongan dan anjuran tersebut adalah timbulnya berbagai macam ilmu
pengetahuan mulai dari yang bersifat filsafati sampai kepada yang bersifat empiris dan
bahkan eksperimental.20
Jika dikaitkan dengan pendidikan berbasis pengalaman, materi atau isi dalam
pendidikan Islam harus disajikan dalam bentuk masalah-masalah yang nantinya
pemecahanya akan dicari dan digali oleh peserta didik. Peran pendidika adalah sebagai
fasilitator serta membantu peserta didik dalam memecahkan masalah yang timbul.
20 Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 111
14 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
Pembelajaran dengan memunculkan masalah diharapkan semua peserta didik terlibat
secara aktif. Peserta didik dengan pembelajaran ini diberi kesempatan menggali masalah-
masalah tersebut dan mengungkapkan pendapat secara bebas terkait masalah yang timbul.
Kebebasan mengungkapkan pendapat tetap harus diberi pengertian bahwa peserta didik
yang lain juga memiliki kebebasan yang sama. Beberapa hal yang bisa dipelajari bersama
dala proses pengalaman pembelajaran tersebut adalah misalnya sebagai berikut:
a. Belajar empati dan toleransi.
b. Belajar menghargai perbedaan pendapat orang lain.
c. Belajar mendengarkan orang lain menyampaikan pendapat.
d. Belajar memahami orang lain.
e. Belajar mengambil makna dari kebersamaan.
Hal lain yang harus diperhatikan pendidik adalah problem atau masalah yang akan
dimunculkan harus ada kesinambungan dengan pengalaman pembelajaran sebelumnya. Jika
pembelajaran dilaksanakan bersama peserta didik yang baru memulai sekolah, maka
pendidik harus menggali pengalaman-pengalaman peserta didik yang telah dimiliki
sebalumnya terlebih dahulu dan mencari kesinambungan dengan masalah yang akan
dimunculkan.
Setiap manusia pasti memiliki pengalaman dan belajar dari, oleh dan untuk
pengalaman bisa menjadi sangat menyenangkan bagi peserta didik. Anak-anak, terutama
anak-anak, ia akan bersemangat menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah
dialami walaupun tidak semua anak begitu. Menghubungkan pengalaman dengan materi
pembelajaran adalah tanggung jawab pendidik.
21 John Dewey, Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman, (Jakarta: Teraju, 2004,) hlm. 47
15 | Pendidikan Berbasis Proses Menurut John Dewey
dikemukakan. Berdasarkan pada uraian singkat di atas semakin jelas bahwa evaluasi dalam
pendidikan Islam berbasis pengalaman dapat dilakukan oleh setiap peserta didik dan
pendidik berperan sebagai yang meluruskan jika terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan
prinsip pengalaman yang edukatif. Evaluasi dapat dilaksakan kapan saja, ketika
pembelajaran berlangsung maupun seusai pembelajaran berlangsung.
Prinsip dalam mengevaluasi adalah mengambil sesuatu dari pengalaman belajar
untuk dibawa ke pengalaman selajutnya serta menemukan dan membuat kerangka
kesinambungan pengalaman yang terdahulu kepada pengalaman yeng kemudian serta
rencana pengalaman yang akan dilalui dalam proses pembelajaran. Setiap pengalaman akan
disambungkan dengan pengalaman selanjutnya secara berkelanjutan.
Bentuk evaluasi lain yang dikemukakan John Dewey, yaitu berupa pengawasan.
Pengawasan yang ini artinya adalah masalah tinjauan reflektif dan ringkas di mana terdapat
pembedaan dan catatan tanda-tanda yang penting mengenai pengalaman yang
berkembang.22 Refleksi di sisni dilakukan untuk melihat ke belakang mengenai apa yang
telah dilakukan dengan maksud untuk mengambil inti makna yang tersaring, yang
merupakan persediaan modal untuk menangani secara inteligensi pengalaman yang lebih
jauh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis menguraikan pembahasan seperti datas, maka dapat ditarik kesimpulan
berikut ini:
1. Pendidikan berbasis pengalaman adalah pembentukan kecakapankecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama manusia, di
DAFTAR PUSTAKA
Dewey, John. 2004. Experience and Education Pendidikan Berbasis Pengalaman. Jakarta: Teraju.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanto. Ngalim. 2009. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sudarminta. J. 2003. Epistemologi Dasar, Pengantar Filsafat Pengetahuan. Yogyakarta: Kanesius.