Anda di halaman 1dari 19

LATAR BELAKANG MASALAH

Salah satu karakteristik Persekutuan adalah Umur yang terbatas ( Limited of life). Sesuai dengan
karakteristik tersebut maka sewaktu-waktu umur persekutuan dapat berakhir.Dan jika ini terjadi
maka persekutuan bubar.Bubarnya persekutuan tidak selalu diikuti oleh bubarnya
perusahaan.Bubarnya persekutuan jika diikuti dengan bubarnya perusahaan disebut
Likuidasi.Sedangkan jika bubarnya persekutuan tidak diikuti dengan bubarnya perusahaan disebut
Disolusi.

Sesuai dengan penyebabnya bubarnya persekutuan dapat dikelompokkan menjadi tiga :

1. Bubar karena sesuai dengan perjanjian persekutuan. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah
:

a. Bubar karena tujuan persekutuan telah tercapai

b. Bubar karena jangka waktu persekutuan telah habis

c. Bubar karena masuknya sekutu baru

d. Bubar karena sekutu mengundurkan diri

e. Bubar karena persekutuan berubah menjadi Perseroan Terbatas

f. Bubar karena persekutuan dilikuidasi sesuai persetujuan para sekutu

2. Bubar karena berdasarkan Undang – Undang yang berlaku.

Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :

a. Sekutu meninggal dunia

b. Persekutuan dilikuidasi karena sesuai dengan UU ( misalnya KUHP pasal 47)

3. Bubar karena keputusan pengadilan

Apabila bubarnya persekutuan diikuti dengan bubarnya perusahaan maka seluruh aktiva
persekutuan akan diuangkan dan digunakan untuk melunasi utang persekutuan. Dan jika masih ada
sisa kas maka harus dibagi dengan para sekutu.Bubarnya persekutuan dengan tidak diikuti bubarnya
perusahaan adalah bubarnya persekutuan yang diikuti dengan berdirinya persekutuan baru atau
persekutuan diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT).bubarnya persekutuan yang diikuti dengan
berdirinya persekutuan baru akan terjadi apabila sekutu mengundurkan diri atau masuknya sekutu
baru. Dengan masuknya sekutu baru maka persekutuan lama bubar dan menjadi persekutuan yang
baru.

BAB II
PEMBAHASAN DAN ANALISA

Definisi Likuidasi

Likuidasi adalah berhentinya kegiatan operasi perusahaan (pembubaran usaha) secara keseluruhan
dengan menjual sebagian atau seluruh aktiva perusahaan, membayar semua utang pajak, kewajiban
pada pihak ketiga dan sisanya dibagikan kepada para sekutu sesuai dengan rasio laba / rugi.

Berhentinya persekutuan sebagai bisnis mencakup penghentian aktivitas bisnis persekutuan yang
disebut entitas likuidasi persekutuan.Likuidasi persekutuan mencakup konversi aktiva bukan kas
menjadi kas, pengakuan untung dan rugi selama masa likuidasi, pembayaran kewajiban, dan
distribusi kas kepada sekutu pada saat berakhirnya usaha.Laporan keuangan utama untuk likuidasi
persekutuan ialah laporan likuidasi persekutuan yang meringkas seluruh transaksi dan peristiwa
finansial selama masa likuidasi.Laporan ini juga digunakan sebagai dokumen resmi untuk likuidasi
yang dilakukan melalui pengadilan.

Likuidasi sederhana mengacu pada konversi seluruh aktiva menjadi kas sebelum distribusi dilakukan
kepada sekutu.Ketika persekutuan dilikuidasi dengan pendistribusian bertahap kepada sekutu, kas
didistribusikan kepada sekutu setelah kewajiban dibayar, tetapi sebelum untung ataupun rugi
likuidasi diakui.Untuk mencegah pembayaran yang berlebihan kepada sekutu, jumlah kas yang
didistribusikan dihitung dengan dua asumsi yaitu seluruh sekutu secara pribadi tidak likui dan
seluruh aktiva bukan kas rugi.Dengan asumsi ini ada dua pendekatan utama untuk menghitung
jumlah pembayaran aman kepada sekutu pada tiap tahap distribusi. Pendekatan pertama ialah
menyiapkan skedul pembayaran aman untuk setiap tahap distribusi dan pendekatan kedua adalah
menyiapkan rencana distribusi kas yang digunakan selama proses likuidasi.

PROSES LIKUIDASI

Pada umumnya likuidasi persekutuan menyangkut hal-hal sebagai berikut :

· Mengkonversi aktiva nonkas menjadi kas

· Mengakui keuntungan dan kerugian dan biaya likuidasi yang timbul selama masa likuidasi

· Menyelesaikan seluruh kewajiban

· Mendistribusikan kas kepada sekutu berdasarkan saldo akhir kas mereka

Penjelasan umum mengenai proses likuidasi mengasumsikan bahwa persekutuan mampu membayar
hutang-hutangnya, dengan kata lain aktiva yang dimiliki melebihi kewajiban.
Aturan dalam mendistribusikan aktiva dalam likuidasi persekutuan dibuat bertingkat sesuai prioritas:

- Jumlah yang dipinjam dari kreditur yang bukan sekutu

- Jumlah yang dipinjam dari sekutu selain untuk modal dan laba

- Jumlah yang harus diberikan kepada sekutu sesuai kepemilikannya

Seluruh saldo laba atau rugi dan prive harus ditutup ke perkiraan modal sebelum distribusi
dilakukan.Kekayaan persekutuan tidak boleh didistribusikan kepada sekutu yang memiliki saldo
modal negative.Maka dari itu saldo pinjaman sekutu harus ditutup dengan saldo modal untuk
menentukan jumlah yang dibagikan kepada sekutu. Ketika jumlah yang akan dibagikan kepada
sekutu tertentu telah ditentukan, saldo pinjaman sekutu itu harus dikurangi sebelum perkiraan
modalnya dikurangi.

Berdasarkan pada saat dan cara pembayaranya pembagian kas, likuidasi dibagi menjadi dua :

Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi aktiva non kas selesai (likuidasi secara langsung)

Likuidasi berlangsung setiap saat setelah realisasi aktiva non kas dilakukan (likuidasi bertahap)

A. Likuidasi Berlangsung Setelah Proses Realisasi Aktiva Non Kas Selesai (Likuidasi Secara Langsung)

Dalam hal ini pembayaran kepada anggota sekutu dilakukan setelah seluruh aktiva non kas telah
selesai direalisasikan (dijual) menjadi uang kas, sehingga laba rugi yang terjadi dari adanya realisasi
tersebut dapat segera diketahui seluruhnya dan langsung dapat dibebankan kepada modal masing-
masing sekutu.

Contoh :

Persekutuan “Maju Sekali” yang anggotanya P,Q, dan R pada tanggal 1 April 2015 sepakat untuk
melakukan likuidasi perusahaanya karena ketiga anggotanya tidak ada kecocokan lagi untuk
melanjutkan usahanya. Semua aktiva non kas dapat direalisasikan seluruhnya menjadi uang kas.
Pembagian laba ruginya dengan perbandingan 4:4:2

Adapun laporan keunganya sebagai berikut:

Firma Maju Jaya

Neraca

Per 31 Maret 2015


Aktiva Hutang dan modal

Kas Rp 25.000 Hutang Dagang Rp 60.000

Piutang Dagang Rp 35.000 Hutang kepada Q Rp 10.000

Persediaan Rp 40.000 Modal P Rp 45.000

Aktiva Tetap Rp 80.000 Modal Q Rp 45.000

Modal R Rp 20.000

Total Aktiva Rp 180.000 Total Passiva Rp 180.000

Realisasi aktiva non kas adalah sebagai berikut:

1. Piutang yang dapat ditagih Rp 30.000

2. Persediaan dapat dijual sebesar Rp 35.000

3. Aktiva Tetap dapat dijual sebesar Rp 55.000

DIMINTA :

Susunlah ayat jurnal yang diperlukan untuk mencatat likuidasi CV Maju Jaya serta laporan likuidasi
yang diperlukan.

PEMBAHASAN :

Firma Maju Jaya

Laporan Likuidasi

Per 1 April 2015


Keteranga Kas Piutan Persedia Aktiva Hutan Hutan Modal
n g an Tetap g g
dagang Dagan kepad
g aQ

P Q R
(40%)
(40%) (20%)

Saldo 25.000 35.00 40.000 80.000 60.000 10.000 45.000 45.000 20.000
sebelum 0
likuidasi

Realisasi 120.00 (35.00 (40.000) (80.00 (14.00 (14.00 (7.000)


aktiva non 0 0) 0) 0) 0)
kas dan
pembagian
rugi

Pembayara 145.00 60.000 10.000 31.000 31.000 13.000


n kepada 0
(60.00
Kreditur
(60.00 0)
0)

Penyelesai 85.000 10.000 31.000 31.000 13.000


an kepada
Sekutu (85.00 (10.00 (31.00 (31.00 (13.00
0) 0) 0) 0) 0)

· Jurnal Realisasi :

Kas 120.000

Modal P 14.000

Modal Q 14.000

Modal R 7.000

Piutang Dagang 35.000

Persediaan 40.000

Aktiva Tetap 80.000


· Jurnal Likuidasi :

Hutang Dagang 60.000

Hutang kepada Q 10.000

Modal P 31.000

Modal Q 31.000

Modal R 13.000

Kas 145.000

Dalam likuidasi secara langsung, dapat juga timbul masalah dalam pengembalian modal kepada para
anggota, permasalahan tersebut timbul apabila salah satu atau beberapa anggota sekutu mengalami
defisit modal. Ada dua kemungkinan dalam permasalahan defisit modal anggota:

1. Anggota yang mengalami defisit modal mampu membayar (Solven)

2. Anggota yang mengalami defisit modal tidak mampu membayar (Insolven)

· Anggota Yang Mengalami Defisit Modal Mampu Membayar

Pada Tahap realisasi aktiva non kas menjadi uang kas apabila terjadi kerugian dalam
merealisasikannya, maka bisa timbul masalah adalah salah satu atau beberapa anggota mengalami
defisit modal tersebut. Konsekuensinya maka anggota yang mengalami defisit modalnya tersebut
harus menutupi defisitnya dengan cara menyetorkan uang tunai atau aktiva lainnya kedalam
persekutuan, sehingga saldo defisitnya habis.

Contoh :

Firma Maju Jaya

Neraca

Per 31 Maret 2015

Aktiva Hutang dan modal


Kas Rp 50.000 Hutang Dagang Rp 100.000

Piutang Dagang Rp 100.000 Hutang kepada Q Rp 50.000

Persediaan Rp 50.000 Modal P Rp 18.000

Aktiva Tetap Rp 100.000 Modal Q Rp 67.000

Modal R Rp 65.000

Total Aktiva Rp 300.000 Total Passiva Rp 300.000

Realisasi Aktiva non kas sebagai berikut:

Piutang yang dapat ditagih Rp 80.000

Persediaan dapat dijual sebesar Rp 45.000

Aktiva Tetap dapat dijual sebesar Rp 75.000

Firma Maju Jaya

Laporan Likuidasi

Per 1 April 2015

Keteranga Kas Piutang Persedia Aktiva Hutang Hutan Modal


n dagang an Tetap Dagang g
kepad
aQ

P Q R
(40%)
(40%) (20%)

Saldo 50.000 100.00 50.000 100.00 100.00 50.000 18.000 67.000 65.000
sebelum 0 0 0
likuidasi

Realisasi 200.00 (100.00 (50.000) (100.00 (20.00 (20.00 (10.00


aktiva non 0 0) 0) 0) 0) 0)
kas dan
pembagia
n rugi

Pembayar 250.00 100.00 50.000 (2.000 47.000 55.000


an kepada 0 0 )
Kreditur
(100.00 (100.00
0) 0)

Investasi 150.00 50.000 (2.000 47.000 55.000


sekutu P 0 )

2.000 2.000

Penyelesai 152.00 50.000 47.000 55.000


an kepada 0
(50.00 (47.00 (55.00
Sekutu
(152.00 0) 0) 0)
0)

· Jurnal Realisasi :

Kas Rp 200.000

Modal P Rp 20.000

Modal Q Rp 20.000

Modal R Rp 10.000

Piutang Dagang Rp 100.000

Persediaan Rp 50.000

Aktiva Tetap Rp 100.000

· Jurnal Investasi tambahan P :

Kas Rp 2.000

Modal Rp 2.000

· Jurnal Likuidasi :

Hutang Dagang Rp 100.000

Hutang kepada Q Rp 50.000


Modal Q Rp 47.000

Modal R Rp 55.000

Kas Rp 252.000

· Anggota Yang Mengalami Defisit Modal Yang Tidak Mampu Membayar

Dalam likuidasi apabila salah satu anggota sekutu mengalami defisit modal setelah tahap realisasi,
maka anggota tersebut diwajibkan untuk menyetorkan modal untuk menghapus defisit modal
tersebut dengan uang tunai atau aktiva tertentu. Apabila anggota sekutu yang mengalami defisit
modal tersebut tidak mampu menyetor modal maka yang menanggung defisit tersebut adalah
anggota yang lain yang tidak defisit dengan pembebanan sesuai dengan pembagian laba rugi.

Contoh :

Sama seperti contoh diatas namun sekutu P tidak mampu membayar baik dengan uang tunai
ataupun aktiva tertentu sehingga yang menanggung defisit tersebut adalah sekutu Q dan R.

Firma Maju Jaya

Neraca

Per 31 Maret 2015

Aktiva Hutang dan modal

Kas Rp 20.000 Hutang Dagang Rp 60.000

Piutang Dagang Rp 30.000 Hutang kepada Q Rp 20.000

Persediaan Rp 100.000 Modal P(30%) Rp 40.000

Aktiva Tetap Rp 150.000 Modal Q(30%) Rp 80.000

Modal R(40%) Rp 100.000

Total Aktiva Rp 300.000 Total Passiva Rp 300.000

Realisasi aktiva non kas nya adalah sebagai berikut :

Piutang yang dapat ditagih Rp 10.000

Persediaan dapat dijual sebesar Rp 50.000

Aktiva Tetap dapat dijual sebesar Rp 80.000


Pembahasan :

Keteranga Kas Piutan Persedia Aktiva Hutan Hutan Modal


n g an Tetap g g
dagan Dagan kepad
g g aQ

P Q R
(30%)
(30%) (40%)

Saldo 20.000 30.00 100.000 150.000 60.000 20.000 40.000 80.000 100.00
sebelum 0 0
likuidasi

Realisasi 140.000 (30.00 (100.000 (150.00 (42.00 (42.00 (56.00


aktiva non 0) ) 0) 0) 0) 0)
kas dan
pembagia
n rugi

Pembayar 160.000 60.000 20.000 (2.000 38.000 44.000


an kepada )
Kreditur (60.000 (60.00
) 0)

Investasi 100.000 20.000 (2.000 38.000 44.000


sekutu P )
(857) (1.143
2.000 )

Penyelesai 100.000 20.000 37.143 42.857


an kepada
(100.00 (20.00 (37.14 (42.85
Sekutu
0) 0) 3) 7)

· Jurnal Realisasi :

Kas Rp 140.000

Modal P Rp 42.000

Modal Q Rp 42.000

Modal R Rp 56.000

Piutang Dagang Rp 30.000

Persediaan Rp 100.000

Aktiva Tetap Rp 150.000


· Jurnal Pembebanan defisit P kepada Sekutu Q dan R

Modal Q Rp 857

Modal S Rp 1.143

Modal P Rp 2.000

· Jurnal Likuidasi

Hutang Dagang Rp 60.000

Hutang kepada Q Rp 20.000

Modal Q Rp 37.143

Modal R Rp 42.857

Kas Rp 160.000

B. Likuidasi berlangsung setiap saat setelah realisasi aktiva non kas dilakukan (likuidasi bertahap)

Realisasi aktiva non kas seringkali memerlukan waktu yang cukup lama (karena realisasi yang
dilakukan harus menunggu pembeli atau masih mempertahankan harga aktiva non kas yang
diperjual belikan). Dalam keadaan seperti ini sebaiknya pembagian kas tidak perlu menunggu
selesainya realisasi semua aktiva non kas yang dimiliki perusahaan. Apabila pada tahap pertama
baru sebagian aktiva non kas yang dapat direalisasikan (dijual), maka pertama kali harus dibayar
semua kewajiban kepada kreditur, baru sisa kas kemudian dibayarkan kepada anggota sekutu
sebagai pembayaran kembali bagian hak penyertaannya. Hasil realisasi non kas pada tahap-tahap
berikutnya langsung dibayarkan kepada para anggota. Apabila pembayaran kepada kreditur tidak
dapat dibayarkan sekaligus setelah realisasi tahap pertama, maka pada tahap realisasi berikutnya
yang diutamakan juga tanggungan kepada kreditur sampai tanggungan kepada kreditur terlunasi
semua, baru sisanya kepada para anggota sekutu sesuai dengan perbandingan pembagian rugi laba.

Ada dua cara untuk menentukan besarnya setiap kali pembayaran kembali hak penyertaan anggota
agar dapat dijamin penerimaan masing-masing anggota sesuai dengan yang dimilikinya yaitu :

1. Pembagian kas tanpa program kas

2. Pembagian kas dengan program kas

Pembagian Kas Tanpa Program Kas

Yang dimaksud dengan pembagian kas tanpa program kas adalah perhitungan pembagian kas yang
ada sesudah pelunasan kewajiban pihak luar, dimana yang menerima kas adalah anggota yang
bersaldo modal kredit dengan prosedur sebagai berikut :
1. Realisasi sebagian aktiva non kas

2. Melunasi kewajiban paihak luar

3. Membebankan kerugian maksimal dengan mengasumsikan sisa aktiva non kas yang belum
terjual dianggap kerugian

4. Membagi kas yang ada

Contoh :

Firma Maju Jaya

Neraca

Per 31 Maret 2015

Aktiva Hutang dan modal

Kas Rp 80.000.000 Hutang Dagang Rp 25.000.000

Piutang Dagang Rp 20.000.000 Hutang kepada P Rp 75.000.000

Persediaan Rp 200.000.000 Hutang kepada Q Rp 50.000.000

Aktiva Tetap Rp 700.000.000 Modal P(30%) Rp 200.000.000

Modal Q(20%) Rp 175.000.000

Modal R(25%) Rp 215.000.000

Modal S(25%) Rp 260.000.000

Total Aktiva Rp 1.000.000.000 Total Passiva Rp 1.000.000.000

Likuidasi firma dilakukan secara berangsur yang terdiri dari tahapan sebagai berikut :

a. 1 April 2015

· Piutang berhasil ditagih sebesar Rp 17.000.000,00

· Aktiva tetap yang harga pokoknya Rp 200.000.000,00 berhasil dijual seharga Rp250.000.000,00

b. 1 Juli 2015

· Persediaan yang harga pokoknya Rp 180.000.000,00 laku dijual seharga Rp 230.000.000,00

c. 1 Oktober 2015
· Sisa persediaan yang belum tertagih dihapuskan

· Piutang yang belum ditagih dihapuskan

· Sisa aktiva tetap laku dijual seharga Rp 400.000.000,00

Bahasan :

Realisasi tahap 1

Realisasi Piutang Rp 17.000.000

Realisasi Aktiva Tetap Rp 250.000.000

Kas hasil realisasi Rp 267.000.000

Laba realisasi aktiva tetap (250.000.000 – 200.000.000) Rp 50.000.000

Dibagikan kepada para sekutu :

P = 30% X 50.000.000 = 15.000.000

Q = 20% X 50.000.000 = 10.000.000

R = 25% X 50.000.000 = 12.500.000

S = 25% X 50.000.000 = 12.500.000

Jurnal realisasi tahap 1

Kas 267.000.000

Piutang Dagang 17.000.000

Aktiva Tetap 200.000.000

Modal P 15.000.000

Modal Q 10.000.000

Modal R 12.500.000

Modal S 12.500.000

Aktiva non Kas yang belum terjual dianggap sebagai kerugian :

Aktiva non kas 920.000.000

Yang terealisasi 217.000.000

Belum terealisasi 703.000.000


Modal P (30%) Modal Q (20%) Modal R (25%) Modal S (25%)

Saldo 1 April 200.000.000 175.000.000 215.000.000 260.000.000

Laba realisasi 1 15.000.000 10.000.000 12.500.000 12.500.000

215.000.000 185.000.000 227.500.000 272.500.000

Rugi aktiva non kas (210.900.000) (140.600.000) (175.750.000) (175.750.000)


belum realisasi

Saldo 30 April 4.100.000 44.400.000 51.750.000 96.750.000

Membagi kas yang ada :

Modal P 4.100.000

Modal Q 44.400.000

Modal R 51.750.000

Modal S 96.750.000

Kas 197.000.000

Realisasi Tahap II :

Realisasi persediaan 230.000.000

Harga pokok 180.000.000

Laba realisasi 50.000.000

Jurnal realisasi :

Kas 230.000.000

Persediaan 180.000.000

Modal P 15.000.000

Modal Q 10.000.000

Modal R 12.500.000

Modal S 12.500.000
Aktiva non kas yang belum terjual dianggan sebagai kerugian :

Aktiva non kas 703.000.000

Yang Terealisasi 180.000.000

Yang belum terealisasi 523.000.000

Modal P Modal Q Modal R Modal S


(20%) (25%) (25%)
(30%)

Saldo 1 Apr 200.000.000 175.000.000 215.000.000 260.000.000

Pembagian tahap 1

(4.100.000) (44.400.000) (51.750.000) (96.750.000)

Bagian laba 195.900.000 130.600.000 163.250.000 163.250.000


realisasi

Tahap I
15.000.000 10.000.000 12.500.000 12.500.000
Tahap II
15.000.000 10.000.000 12.500.000 12.500.000

225.900.000 150.600.000 188.250.000 188.250.000

Rugi aktiva non kas


blm realisasi
(156.900.000) (104.600.000) (130.750.000) (130.750.000)

Saldo 31 Juli 69.000.000 46.000.000 57.500.000 57.500.000

Membagi kas yang ada :

Modal P 69.000.000

Modal Q 46.000.000

Modal R 57.500.000

Modal S 57.500.000

Kas 230.000.000
Realisasi tahap III

Piutang yang tidak tertagih dihapuskan 3.000.000

Persediaan yang tidak tertagih dihapuskan 20.000.000

Yang dihapuskan 23.000.000

Realisasi aktiva tetap 400.000.000

Harga pokok aktiva tetap 500.000.000

Rugi realisasi 100.000.000

Total Kerugian 23.000.000 + 100.000.000 = 123.000.000

Jurnal Realisasi tahap III

Kas 400.000.000

Modal P 36.900.000

Modal Q 24.600.000

Modal R 30.750.000

Modal S 30.750.000

Piutang 3.000.000

Persediaan 20.000.000

Aktiva Tetap 500.000.000

Modal P Modal Q Modal R Modal S


(20%) (25%) (25%)
(30%)

Saldo 1 Apr 200.000.000 175.000.000 215.000.000 260.000.000

Pembagian thp I (4.100.000) (44.400.000) (51.750.000) (96.750.000)

Pembagian thp II (69.000.000) (46.000.000) (57.500.000) (57.500.000)


Bagian laba 126.900.000 84.600.000 105.750.000 105.750.000
realisasi

Tahap I
15.000.000 10.000.000 12.500.000 12.500.000
Tahap II
15.000.000 10.000.000 12.500.000 12.500.000
Tahap III
(36.900.000) (24.600.000) (30.750.000) (30.750.000)

Saldo 31 Okt 120.000.000 80.000.000 100.000.000 100.000.000

Membagi kas kepada anggota :

Modal P 120.000.000

Modal Q 80.000.000

Modal R 100.000.000

Modal S 100.000.000

Kas 400.000.000

Definisi Disolusi

Masuknya sekutu baru atau pengunduran diri sekutu lama atau meninggalnya sekutu lama akan
mengakibatkan disolusi (pembubaran) persekutuan. Tetapi disolusi tidak selalu terjadi dengan
berhentinya operasi persekutuan atau berhentinya usaha dan akuntansi persekutuan.Disolusi
persekutuan menurut Undang-undang adalah "perubahan pada hubungan sekutu ketika ada sekutu
yang tidak lagi terlibat dalam menjalankan usaha yang berbeda dengan penyelesaian (winding up)
usaha tersebut (Bagian 29 Undang-undang).

Disolusi persekutuan adalah berubah nya para hubungan sekutu yang menyebabkan berhentinya
persekutuan sebagai entitas hukum.

Pada disolusi, entitas persekutuan bisa berjalan terus jika ada perjanjian baru.

Ketika persekutuan secara hukum resmi didisolusi, baik dengan masuknya sekutu baru atau dengan
pengunduran diri atau meninggalnya sekutu lama, suatu perjanjian persekutuan baru perlu dibuat
untuk kelanjutan usaha persekutuan.

Masuknya sekutu baru ada dua cara :


1. Membeli hak sekutu lama

2. Menyetor modal

Sekutu Baru Membeli Hak Sekutu Lama

Pembelian umumnya sudah diatur dalam perjanjian dan dengan persetujuan seluruh sekutu seperti :

a. Membeli hak sebagian seorang sekutu

b. Membeli seluruh hak seorang sekutu

c. Membeli sebagian hak beberapa sekutu

d. Membeli seluruh hak beberapa sekutu

e. Membeli sebagian hak semua anggota sekutu

MEMBELI SEBAGIAN HAK SEORANG SEKUTU

Harga merupakan kesepakatan antara penjual dan pembeli. Transaksi akan dicatat persekutuan
sebesar NILAI BUKU modal yang diperjual belikan. Transaksi tidak mempengaruhi jumlah maupun
komposisi Aktiva dan Utang. Jumlah Modal tidak berubah, yang berubah komposisinya

CONTOH :

Persekutuan ABCD membagi Laba/Rugi dengan Rasio 20:30:30:20

Saldo Modal persekutuan pada akhir tahun 1990:

Modal A 30.000

Modal B 120.000

Modal C 120.000

Modal D 30.000

Awal tahun 1991, E diterima sebagai sekutu baru dengan membeli 50% hak B, baik hak atas modal
maupun pembagian Laba/Rugi sebesar 75.000

Modal E = 50% X 120.000 = 60.000

Modal B 60.000 dibeli oleh sekutu E dengan harga 75.000

Membeli Seluruh Hak Seorang Sekutu


Harga merupakan kesepakatan antar penjual dan pembeli. Transaksi akan dicatat persekutuan
sebagai NILAI BUKU modal yang diperjual belikan. Transaksi tidak mempengaruhi jumlah maupun
komposisi aktiva dan utang. Jumlah modal tidak berubah yang berubah hanya komposisinya.

Contoh :

Persekutuan ABCD membagi laba rugi dengan rasio 20:30:30:20

Saldo persekutuan pada akhir tahun 2014 :

Modal A 30.000

Modal B 45.000

Modal C 45.000

Modal D 30.000

Awal tahun 2015 E diterima menjadi sekutu baru dengan membeli 100% hak B, baik hak atas modal
ataupun laba rugi nya sebesar 50.000

Modal E = 100% X 45.000 = 45.000

Modal B 45.000 dibeli oleh sekutu E dengan harga 50.000

Membeli Seluruh Hak beberapa sekutu

Contoh :

Persekutuan PQRS membagi laba rugi dengan rasio 20:30:30:20

Saldo modal pada akhir tahun 2014 adalah :

Modal P 40.000

Modal Q 60.000

Modal R 60.000

Modal S 40.000

Awal tahun 2015 E diterima menjadi sekutu baru dengan membeli 100% hak Q dan R baik hak atas
modal maupun laba rugi sebesar 150.000

Anda mungkin juga menyukai