Anda di halaman 1dari 19

.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam dan iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang
dimaksud dengan ;amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun Islam yang lima, dan
pengertian iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam.
Dan bila hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan
hukum keduanya
Iman lebih umum dari pada Islam dari maknanya; karena ia mengandungI s l a m . M a k a ,
s e o r a n g h a m b a t i d a k a k a n s a m p a i k e p a d a t i n g k a t a n i m a n kecuali apabila
telah merealisasikan Islam dan iman lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli iman
adalah segolongan dari ahli Islam (muslim), b u k a n s e m u a n ya . M a k a , s e t i a p
m u k m i n a d a l a h m u s l i m d a n t i d a k s e t i a p muslim adalah mukmin.

Rukun iman yang pertama adalah Iman Kepada Allah SWT. Maka dalam makalah ini yang
akan kami sampaikan adalah pengertian Iman kepada Allah dan cara beriman kepada Allah
SWT

B. Rumusan Masalah

1.Pengertian Iman Kepada Allah


2.Beberapa karakter iman kepada Allah
3.Fungsi Iman Kepada Allah SWT
4.Hikmah dan Manfaat Beriman Kepada Allah

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. A.Pengertian Iman

Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, serta amal hati. Artinya
pengakuan yang di (ucapkan) dalam hati dan lisan serta bersedia melakukan yang
dibenarkannya melalui amal hati. Dari Abu Hurairah, ia berkata, "Rasulullah bersabda,
'Iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama adalah
ucapan laailaa ha illallah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan
sifat malu termasuk satu cabang dari iman." HR. Muslim. Sehingga dapat disimpulkan iman
merupakan Suatu yang tersembunyi dalam jiwa/ pengakuan dalam lubuk hati.
Sebagaimana kita ketahui dalam agama Islam memiliki 6 Rukun Iman yakni beriman
kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman
kepadaqadla dan qadar (ketentuan).

B. Iman kepada Allah

Berdasar pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa iman kepada Allah
adalah meyakini mempercayai membenarkan dengan hati bahwa Allah itu ada sebagai tuhan
yang Maha Esa dengan segala sifat kesempurnaannya, mengucapkan mengikrarkan adanya
Allah secara lisan dan bersedia melakukan apa yang telah dibenarkan oleh hati dan diucapkan
oleh lisan sebagai keimanan seseorang, dibuktikan dengan perbuatan amal soleh.
Mutakalimin iman adalah pembenaran dalam hati,penuturan menurut lisan dan pengamalan
oleh anggota badan.
Iman juga sering di interpretasikan dengan istilah tauhid. Tauhid secara bahasa arab
merupakan bentuk masdar dari fi’il wahhada-yuwahhidu (dengan huruf ha di tasydid), yang
artinya menjadikan sesuatu satu saja. Syaikh Ibnu Sholeh Al Utsaimin berkata: “Makna ini
tidak tepat kecuali diikuti dengan penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain sesuatu
yang kita jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya” (Lihat Syarh Tsalatsatil
Ushul).
Secara istilah syar’i, makna tauhid adalah menjadikan Allah sebagai satu-satunya
sesembahan yang benar dengan segala kekhususannya (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul). Dari
makna ini sesungguhnya dapat dipahami bahwa sesungguh banyak hal yang dijadikan
sesembahan oleh manusia, bisa jadi mereka menyembah Malaikat, menyembah para Nabi,
menyembah orang-orang shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun seorang yang
bertauhid hanya menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan saja.

2
C. Iman kepada Allah mengandung 4 karakter :

1. Beriman dengan adanya Allah


Allah telah memberikan fithrah (insting) kepada setiap makhluk untuk beriman
kepada Penciptanya. Seperti firman Allah :

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah) (terhadap atas) firman
allah yang telah menciptakan manusia menurut; fitrah itu.Tidak ada perubahan pada
fitrah Allah.(Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,
(QS. Ar-Rumm :30)
Akal sehat menunjukkan bahwa alam semesta ini mempunyai sang pencipta. Sesungguhnya
makhluk-makhluk ini, generasi terdahulu dan yang menyusulnya, harus ada sang pencipta
yang mengadakannya. Dia tidak mungkin menciptakan dirinya sendiri, dan tidak ada secara
kebetulan. Maka, pastilah bahwa dia mempunyai pencipta. Dia-lah Allah Rabb semesta alam.
Seperti firman Allah ;

Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri
mereka sendiri) Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu; sebenarnya
mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (QS. Ath-Thur :35-36)
Perasaan menunjukkan adanya Allah. Sesungguhnya kita melihat silih bergantinya malam
dan siang, rizqi manusia dan hewan, mengatur urusan semua makhluk, memberikan indikasi
yang pasti terhadap ada-Nya.
Allah mempergantikan malam dan siang.Sesungguhnya pada yang demikian itu, terdapat
pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan. (QS. An- Nur :44)
Allah memperkuat para rasul dan nabi-Nya dengan tanda-tanda dan mukjizat yang dilihat
atau didengar manusia. Mukjizat merupakan perkara-perkara yang berada di luar batas
kemampuan manusia. Allah memperkuat dan menolong para rasul-Nya dengan mukjizat
tersebut. Ini merupakan tanda yang pasti terhadap adanya yang mengutus mereka, Dia-lah
Allah. Seperti, Allah membuat api menjadi dingin dan keselamatan terhadap Ibrahim,
membelah laut bagi Musa, menghidupkan orang mati bagi Isa, dan membelah bulan bagi
Muhammad.

3
Sudah sekian banyak Allah mengabulkan orang-orang yang berdoa, memberi kepada orang-
orang yang meminta, menolong orang-orang yang kesusahan, yang menunjukkan ada,
mengetahui, dan berkuasa-Nya Allah.
Firman allah:
Ingatlah, ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabbmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu :"Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang bertutut- turut"
(QS. Al-Anfaal :9)

Syara' menunjukkan adanya Allah. Maka, hukum-hukum yang mencakup untuk


segala kepentingan makhluk, dan yang diturunkan oleh Allah di dalam kitab-kitab-Nya
terhadap para nabi dan rasul-Nya merupakan bukti bahwa hal itu berasal dari Rabb Yang
Maha Bijaksana, Maha Kuasa, Maha Mengetahui terhadap segala kepentingan hamba-Nya

2.Beriman dan percaya bahwa Allah adalah Rabb satu-satunya, tidak ada sekutu bagiNya.
Rabb adalah yang memiliki ciptaan, kerajaan, dan perkara. Maka, tiada yang
menciptakan kecuali Allah , tiada yang menjadi raja selain Allah, dan semua perkara adalah
milik-Nya. Makhluk adalah makhluk-Nya, kerajaan adalah kerajaan-Nya, dan perkara adalah
perkara-Nya. Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, Yang Maha Kaya lagi Maha
Terpuji. Mengasihi apabila diminta kasih sayang-Nya, mengampuni apabila diminta
ampunan-Nya, memberi apabila diminta, dan mengabulkan bila dimohon. Yang hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak pernah mengantuk dan tidak pula tidur

3. Beriman kepada uluhiyah Allah


Kita mengetahui dan meyakini bahwa hanya Allah saja illah yang sebenarnya, tidak
ada sekutu bagi-Nya. Hanya Dia yang berhak disembah. Dia-lah Rabb semesta alam, illah
alam jagad raya. Kita menyembah-Nya dengan cara yang Dia syari'atkan, kesempurnaan
cinta dan kesempurnaan pengagungan. Kita mengetahui dan meyakini bahwa sebagaimana
Allah Maha Esa dalam rububiyah-Nya (Rububiyah yaitu mengenal Allah melalui perbuatan-
Nya), tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka, demikian pula Dia Maha Esa pada uluhiyah-Nya,
tiada ada sekutu bagi-Nya. Maka, kita hanya menyembah-Nya saja, tiada sekutu bagi-Nya
dan kita menjauhi penyembahan kepada selain-Nya.
Uluhiyah artinya mentauhidkan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang dilakukan hamba atau
mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada-Nya

4
4. Beriman kepada Asma dan Sifat Allah
Pengertiannya yakni memahami Asma dan sifat Allah, menghapalnya,
mengakuinya,menyembah kepada Allah dengannya, dan mengamalkan tuntutannya dan keag
ungan Allah mengisi hati semua hamba dengan rasa takut dan pengagungan terhadap-Nya
Mengenal sifat kemuliaan, kemampuan, kekuasaan mengisi hati dengan sifat hina, tunduk,
dan merendahkan diri di hadapan Rabb-nya. Mengenal sifat-sifat kasih sayang, kebaikan,
kemurahan, dan pemberi mengisi hati dangan rasa ingin dan berharap pada karunia, kebaikan,
dan kemurahan Allah. Gabungan semua sifat ini mengharuskan bagi sifat mahabbah (cinta),
rindu, tenang, tawakkal, dan mendekatkan diri kepada Allah saja, tidak ada sekutu bagi-Nya
Kita menetapkan bagi Allah asma` dan sifat yang ditetapkan-Nya untuk diri-Nya atau yang
ditetapkan oleh Rasulullah bagi-Nya. Kita beriman kepada asma dan sifat-Nya serta makna
dan pengaruh yang terdapat asma dan sifat tersebut . Kita beriman bahwa Allah (Maha
Pengasih) dan pengertiannya adalah bahwa Dia mempunyai sifat kasih sayang. Dan di antara
pengaruh dari nama ini: bahwa Dia memberikan kasih sayang kepada orang yang
dikehendaki-Nya. Dan, seperti inilah penjelasan pada nama-nama yang lain.
Kita menetapkan hal itu berdasarkan atas sifat dan asma` yang pantas bagi kebesaran Allah
tanpa ada tahrif (mengubah lafazh dan membelokkan makna sebenarnya), ta'thil
(pengingkaran seluruh atau sebagian asma` dan sifat Allah), takyif (menanyakan bagaimana
Allah), dan tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk-nya)
Asma` Allah Yang Maha Indah Asma` Allah mengindikasikan atas sifat-sifat kesempurnaan-
Nya. Asma’ diambil dari sifat. Maka, ia adalah asma` dan sifat, karena sebab itulah ia
menjadi indah. Mengetahui Allah, asma dan sifat-Nya merupakan ilmu yang paling mulia,
paling agung dan paling wajib. Di antara asma` Allah adalah Allah: yaitu yang dituhankan,
yang disembah, dicintai, diagungkan oleh semua makhluk, tunduk bagi-Nya dan kembali
kepada-Nya dalam segala kebutuhan

ASMA’UL HUSNA

Pengertian Asma’ul Husna

Menurut bahasa, Asma berarti Nama, sedangkan Asma’ul adalah bentuk jamaknya
yang artinya Nama-Nama, dan Huzna berarti baik. Sehingga, “Asma’ul huzna” artinya
“Nama-Nama yang baik”. Sedangkan menurut istilah, “Asma’ul Huzna” ialah nama-nama
baik yang hanya dimiliki oleh Allah SWT (sifat wajib Allah), sebagai bukti akan keagungan-
Nya. Sesuai Firman Allah dalam Al-Quran, surat Al-Isra’ : 110.

5
ASMAUL HUSNA (99) :
1. Ar-Rahman ar-Rahim: Dia Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang: yang rahmat-
Nya lebih melebihi luas segala sesuatu
2. Al-Malik: Dia Yang Maha Merajai: yang merajai semua makhluk
3. Al-Maalik: Dia Yang Maha Memiliki: yang memiliki semua kerajaan, raja-raja dan
hamba
4. Al-maliik: Pemilik Kerajaan: yang terlaksana perintah-Nya di dalam kerajaan-Nya. Di
tangan-Nya kerajaan. Dia memberikan kerajaan kepada orang yang dikehendaki-Nya dan
mengambil kerajaan dari orang yang Dia kehendaki
5. Al-Quddus (Yang Maha Suci): yang maha suci dari kekurangan dan cela, yang
diberikan sifat dengan sifat kesempurnaan
6. As-Salaam (Yang Memberi Keselamatan, Yang Melimpahkan kesejahteraan, Yang
Terhindar dari segala kekurangan): yang terhindar dari segala cela, penyakit, dan
kekurangan
7. Al-Mukmin (Yang Memberi Keamanan): yang makhluk-Nya aman dari perbuatan
zhalim-Nya. Dia menciptakan keamanan dan memberikan keamanan kepada hamba-Nya
yang dikehendaki-Nya
8. Al-Muhaimin (Yang Maha Memelihara): Yang menyaksikan atas makhluk-Nya dengan
apa saja yang bersumber dari mereka, tiada suatu pun yang tidak nampak dari-Nya
9. Al-'Aziz (Yang Maha Perkasa)": Yang milik-Nya semua keperkasaan.
10. Al-Jabbar (Yang Maha Kuasa memaksakan semua kehendak-Nya kepada semua
makhluk-Nya):
11. Al-Mutakabbir (Yang Mempunyai segala kebesaran dan keunggulanyaa)
12. Al-Kabir (Yang Maha Besar):
13. Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta)
14. Al-Khallaaq: Yang telah menciptakan dan terus menciptakan segala sesuatu dengan
kekuasaan-Nya
15. Al-Bari` (Yang Mengadakan)
16. Al-Mushawwir (Yang Membentuk rupa)
17. Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi):
18. Ar-Razzaq (Yang Maha Pemberi Rizqi)
19. Ar-Raziiq (Yang Memberi Rizqi)
20. Al-Ghafur al-Ghaffar (Yang Maha pengampun)
21. Al-Ghafir : Yang menutupi dosa hamba-Nya
22. Al-Qaahir (Yang mempunyai kekuasaan tertinggi):
23. Al-Qahhar (Yang Maha Mengalahkan)
24. Al-Fattah (Yang Maha Pemberi Keputusan)
25. Al-'Aliim (Yang Maha Mengetahui)
26. Al-Majiid (Yang Maha Mulia/Yang Maha Terpuji)
27. Ar-Rabb: Yang Maha Memiliki lagi Mengatur (semua makhluk),

6
28. Al-'Azhim (Yang Maha Agung)
29. Al-Waasi' (Yang Maha Luas karunia-Nya)
30. Al-Karim (Yang Maha Pemurah/Mulia)
31. Al-Akram (Yang Paling Pemurah)
32. Al-Waduud (Yang Maha Pengasih)
33. Al-Muqit (Yang berkuasa memberi rizqi kepada setiap makhluk, )
34. As-Syakuur (Yang Maha mensyukuri)
35. Asy-Syakir (Yang Mensyukuri amal kebaikan hamba-Nya)
36. Al-Lathiif (Yang Maha Halus, Yang Maha lembut terhadap hambanya)
37. Al-Halim (Yang Maha penyantun )
38. Al-Khabiir (Yang Maha Mengenal, Yang Maha Mengetahui)
39. Al-Hafiizh (Yang Maha Pemelihara)
40. Al-Haafizh: Yang memelihara amal perbuatan hamba dan menjaga)
41. Ar-Raqiib (Yang Maha Mengawasi)
42. As-Samii' (Yang Maha Mendengar)
43. Al-Bashir (Yang Maha Melihat)
44. Al-'Ali, al-A'la, al-Muta'aal (Yang Maha Tinggi, Yang Paling tinggi)
45. Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana)
46. Al-Hakam al-Hakim: Yang diserahkan hukum kepada-Nya
47. Al-Qayyum (Yang Tegak dan terus menerus mengurus makhluknya)
48. Al-Wahid, al-Ahad (Yang Satu, Yang Tunggal)
49. Al-Hayy (Yang Maha Hidup)
50. Al-Haasib, al-Hasiib (Yang memberi kecukupan dengan kadar yangtepat)
51. Asy-Syahid (Yang Maha Menyaksikan)
52. Al-Qawii, al-Matiin (Yang Maha Kuat, Yang Maha Kokoh)
53. Al-Walii (Yang Melindungi)
54. Al-Maula: Yang mencintai, menolong, membantu hamba-hambanya)
55. Al-Hamid (Yang Maha Terpuji)
56. Al-Shamad(yangf maha sempurna )
57. Al-Qadiir, al-Qaadir, al-Muqtadir (Yang Maha Kuasa, Yang Maha berkuasa)
58. Al-Wakiil (Pemelihara, Pelindung )
59. Al-Kafiil: Yang memelihara segala sesuatu
60. Al-Ghanii (Yang Maha Kaya )
61. Al-Haqq, al-Mubiin (Yang Benar)
62. Al-Mubiin (Yang menjelaskan segala sesuatu menurut hakikat sebenarnya)
63. An-Nuur (Pemberi Cahaya)
64. Dzul Jalali wal Ikraam (Yang memiliki kebesaran dan karunia)
65. Al-Barr (Yang Melimpahkan kebaikan)
66. At-Tawwab (Yang Maha Penerima taubat)
67. Al-'Afuww (Yang Maha Pemaaf)

7
68. Ar-Rau`uf: Yang memiliki belas kasih. Ar-Ra`fah: kasih sayang
69. Al-Awwaal: Yang telah ada sebelum segala sesuatu
70. Al-Akhir: Yang tidak ada sesuatu sesudah-Nya
71. Azh-Zhahir: Yang tidak ada sesuatu pun di atas-Nya
72. Al-Warits: Yang tetap ada setelah punahnya semua makhluk-Nya.
73. Al-Muhith (Yang meliputi terhadap segala sesuatu)
74. Al-Qariib (Yang Maha Dekat)
75. Al-Hadi (Yang Maha Pemberi petunjuk)
76. Al-Badii' (Yang Maha Pencipta )
77. Al-Faathir: Yang menciptakan semua makhluk
78. Al-Kaafi (Yang Melindungi hamba-hamba-Nya)
79. Al-Ghalib: Yang mengalahkan selamanya.
80. An-Naashir, an-Nashir: Yang menolong para rasul dan parapengikut)
81. Al-Musta'aan (Yang diminta pertolongan)
82. Dzul Ma'arij: Yang naik kepada-Nya para malaikat dan ar-Ruh
83. Dzuth-Thaul: Yang menguraikan karunia, nikmat, dan pemberian
84. Dzul Fadhl: Yang memiliki segala sesuatu, memberi karunia kepada hamba-hamba-Nya
dengan berbagai macam ni'mat
85. Ar-Rafiiq (Yang Maha Lembuh, Maha Halus)
86. Al-Jamiil (Yang Maha Indah)
87. Ath-Thayyib: Yang Maha Suci dari kekurangan dan cacat
88. Asy-Syafi (Yang Menyembuhkan)
89. As-Subbuh: Yang Maha Suci dari cacat dan kekurangan
90. Al-Witr (Yang Maha Esa, Tunggal, Ganjil):
91. Ad-Dayyan (Yang Maha Kuasa)
92. Al-Muqaddim, al-Mu`akhkhir (Yang Mendahulukan, Yangmengakhirkan)
93. Al-Hannan: Yang Maha Penyayang terhadap hamba-Nya
94. Al-Mannan (Yang Maha Pemberi, Yang Maha Pemurah)
95. Al-Qaabidh (Yang Menyempitkan rizqi)
96. Al-Baasith (Yang Melapangkan rizqi)
97. Al-Hayii, as-Sittiir: Yang menyukai orang yang pemalu
98. As-Sayyid: Yang sempurna dalam kepemimpinan, keagungan,
99. Al-Muhsin: Yang meliputi semua makhluk dengan kebaikan dan karunianya.

8
Beberapa penjelasan (arti), keutamaan dan cara mengamalkannya ;
1. ALLAAHU
Artinya :
lafadh ini disebut “LAFDHUL JALALAH”, suatu nama dari ismudz Dzat yang mencerminkan
arti pengertian dari seluruh nama-namaNya yang indah itu.
Keutamaannya :
a. Bisa mendatangkan hajat
b. Bisa menghindarkan segala musibah
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ALLAH” sebanyak 400 kali, sebagai amalan rutin pada tiap
selesai sholat Tahajud atau sholat hajat, maka apapun yang menjadi keinginannya akan segera
terlaksana. Selain itu juga bisa menjauhkan dari segala macam musibah.
2. AR ROHMAANU
Artinya :
Dzat yang maha pengasih terhadap semua makhluk yang ada di dunia ini tanpa terkecuali, baik
kepada yang taat ataupun yang ingkar kepadaNya sekalipun. Semua itu akan dikasihani dan
dicukupi kebutuhannya.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa menghilangkan sifat gugup dan lupa
b. Bisa memberikan ketenangan hati
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROHMAANU” sebanyak 400 kali berturut-turut setelah sholat
fardlu, baginya akan dijauhkan dari kegundahan hati dan dijauhkan pula sifat gugup serta lupa.
3. AR ROHIIMU
Artinya :
Dzat yang maha penyayang terhadap hambaNya yang beriman besok di hari kiamat. Jadi
kepenyayanganNya ini dikhususkan kepada semua hambaNya yang taat sewaktu berada di hari
kiamat nanti.
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa menundukkan musuh
b. Bisa menaruh simpati pada semua orang
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA ROHIIMU” sebanyak 100 kali berturut-turut setiap selesai shot
shubuh dan maghrib, maka semua orang akan menaruh simpati kepadanya dan bahkan bisa
menaruh hati dan membuat musuh kita menjadi tunduk.
4. AL MALIKU
Artinya :
Dzat yang maha menguasai terhadap semua makhlukNya, sehingga tidak ada satu makhlukpun
yang terlepas dari kekuasaanNya. Begitupun daerah yang ada didalam kekuasaanNya juga tidak
terbatas, seperti halnya dengan daerah kekuasaan raja-raja yang ada di dunia ini.

9
Keutamaan Asmaul Husna :
a. Bisa mendatangkan keberuntungan
b. Bisa memudahkan segala usaha
Cara mengamalkan Asmaul Husna :
Barang siapa membaca “YAA MALIKA” sebanyak 80 kali berturut-turut setiap pagi dan sore,
maka Allah akan mendatangkan keberuntungan dan kemudahan segala usaha.

Sifat-Sifat wajib, musthil dan jaiz bagi Allah


A. Sifat-sifat wajib bagi Allah
1. Pengertian Sifat Wajib Bagi Allah
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai kesempurnaan
bagi_Nya. Allah adalah Khaliq, Zat yang memiliki sifat yang tidak mungkin sama dengan
sifat-sifat yang dimiliki makhlukNya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan sebagaimana bentuk,
rupa dan ciri-ciriNya. Begitu juga sifat-sifatNya, tidak bisa disamakan dengan sifat-sifat
makhluk.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu diyakini melalui akal (wajib aqli) dan berdasarkan dalil naqli
(Al-Qur’an dan Hadits).

2. Pembagian Sifat-sifat Wajib bagi Allah


Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri atas 20 sifat. Dari 20 sifat
itu kelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai berikut:
a. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan Zat Allah. Sifat nafsiyah ini ada satu,
yaituWujud.
b.Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya, yakni sifat-sifat yang
tidak sesuai, tidak layak dengan kesempurnaan Zat_Nya.
Sifat Salbiyah ini ada lima, yaitu:
1.Qidam
2.Baqa’
3.Mukhalafatuhu lil-hawadis
4.Qiyamuhu bi nafsihi
5.Wahdaniyyah
c.Sifat Ma’ani, yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh yaitu:
1.Qudrah
2.Iradat
3.Ilmu
4.Hayat
5.Sama
6.Basar
7.Kalam

10
d.Sifat Ma’nawiyah, adalah kelaziman dari sifat ma’ani. Sifat Ma’nawiyah tidak dapat berdiri
sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat ma’nawiyah. Jumlah sifat Ma’nawiyah
sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu:
1.Qadiran
2.Muridan
3.‘Aliman
4.Hayyan
5.Sami’an
6.Basiran
7.Mutakalliman
Beberapa penjelasan tentang sifat wajib Allah :

1. Wujud : artinya ada, ketetapan dan kebenaran yang wajib bagi dzat Allah Swt yang tiada
di sebabkan dengan sesuatu sebab adalah “ada”.
A. Dalil Aqli sifat Wujud
Adanya semesta alam yang kita lihat sudah cukup dijadikan sebagai alasan adanya Allah,
sebab tidak masuk akal seandainya ada sesuatu yang dibuat tanpa ada yang membuatnya.
2. Qidam : artinya sedia, hakikatnya adalah menafikan bermulanya wujud Allah Swt.
a. Dalil aqli sifat Qidam
Seandainya Allah tidak qodim, mesti Allah hadits, sebab tidak ada penengah antara qodim
dan hadits. Apabila Allah hadits maka mesti membutuhkan muhdits (yang membuat)
mislanya A, dan muhdits A mesti membutuhkan kepada Muhdits yang lain, misalnya B.
Kemudian muhdits B mesti membutuhkan muhdits yang lain juga, misalnya C. Begitulah
seterusnya.Apabila tiada ujungnya, maka dikatakan tasalsul (peristiwa berantau), dan apabila
yang ujung membutuhkan kepada Allah maka dikatan daur (peristiwa berputar). Masing-
masing dari tasalsul dan daur adalah mustahil menurut akal. Maka setiap yang
mengakibatkan tasalsul dan daur, yaitu hudutsnya Allah adalah mustahil, maka Allah wajib
bersifat Qidam.
3. Baqa’ : artinya kekal, Allah Swt kekal ada dan tidak ada akhirnya
a. Dalil Aqli sifat Baqa'
Seandainya Allah tidak wajib Baqo, yakni Wenang Allah Tiada, maka tidak akan disifati
Qidam. Sedangkan Qidam tidak bisa dihilangkan dari Allah berdasarkan dalil yang telah
lewat dalam sifat Qidam.
4. Mukhalafau Lilhawadisi
Allah SWT. itu bersifat mukhlafau lilhawadisi, artinya berbeda dengan makhluk. Allah SWT
esa dalam zat-Nya dan perbuatannya-Nya, bahkan dalam segala-galanya.
5. Qiyamuhu Binafsihi
Allah SWT. bersifat qiyamuhu binafsihi artinya berdiri sendiri. Allah SWT. tidak
memerlukan bantuan dari kekuatan lain dalam menciptakan dan memelihara alam semesta.
Apabila Allah SWT. memerlukan kekuatan atau bantuan lain berarti Allah SWT lemah. Hal
yang seperti mustahil terjadi pada Allah SWT.

11
6. Wahdaniyat
Allah SWT. bersifat wahyaniyat, artinya Maha Esa. Mustahil bagi Allah SWT bersifat ta'dud
artinya terbilang, dua, tiga, atau lebih. Bayangkan dengan adanya bulan dan bintang yang
gemerlapan, matahari yang bersinar terang, indahnya panaroma, aingin sepoi-sepoi, semua itu
menunjukkan keagungan dan keesaan Allah SWT. Seandainya Allah SWT. itu lebih dari satu
pasti timbul perebutan kekuasaan dan aturan-aturan yang berbeda. Antara Tuhan yang satu
akan menyaingi Tuhan lainnya, serta akan terjadi perpecahan yang mengakibatkan
kehancuran karena perebutan kekuasaan itu.
7. Kodrat
Allah SWT. bersifat kodrat, artinya kuasa atau mempunyai kekuasaan. Allah SWT, berkuasa
mencipta, kuasa memelihara dan mengatur, serta kuasa menghancurkan tanpa pertolongan
kekuatan lain.
Kekuasaan Allah SWT. tidak hanya dalam hal membuat atau menciptakan saja, tetapi juga
berkuasa menghancurkan atau merusak. Dalam hal melaksanakan kekuasaan-Nya itu tidak
ada yang dapat memaksa, melarang, dan menghalang-halangi. Tidak ada kekuasaan di dunia
ini yang menyamai kekuasaan Allah SWT, sebab Dia Mahakuasa atas segala sesuatu yang
ada di dunia ini.
8. Iradat
Allah SWT. bersifat iradat, artinya berkehendak. Apabila Allah SWT. menghendaki sesuatu
cukup mengatakan "Jadilah", terjadilah makhluk yang dikehendaki Allah SWT itu. Dengan
sifat itulah, Allah SWT menentukan segala sesuatu yang dikehendaki baik waktu, tempat dan
segalanya untuk diwujudkan atau ditiadakan.
9. Ilmu
Allah SWT bersifat ilmu, artinya mengetahui. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini,
baik yang konkret (nyata) maupun abstrak (gaib) yang tidak tampak (tersembunyi). Semua itu
tidak lepas dari pengamatan Allah SWT. Karena itu tidak ada perbuatan manusia yang tidak
diketahui oleh Allah SWT. baik di tempat yang ramai maupun yang tesembunyi, apa yang
sudah terjadi, yang sedang terjadi, maupun yang akan terjadi.
10. Hayat
Allah SWT. bersifat hayat yang berarti hidup. Allah SWT. hidup dengan sendiri-Nya, tidak
ada yang menghidupkan. Mustahil kalau ada yang menghidupkan, hidup Allah SWT
berlainan dengan hidup makhluk yang diciptakannya-Nya. Kalau Allah itu tidak hidup, tentu
tidak mempunyai kekuasaan kepada makhluk yang dihidupkan-Nya
11. Sama'
Allah SWT bersifat sama' artinya mendengar. Suara apa pun yang ada di alam ini, baik suara
yang keras maupun yang lembut, semua didengar oleh Allah SWT. Mendengar niat manusia
untuk melakukan perbuatan yang terpuji maupun perbuatan yang tercela, doa manusia yang
keras maupun doa dalam hati.
12. Basar
Allah SWT bersifat basar artinya melihat. Allah SWT melihat apa saja, baik berada di tempat
gelap maupun di tempat yang terang. Allah SWT yang mengatur dan menjalankan benda
alam seperti bumi, matahari, bulan, bintang-bintang, planet-planet dan sebagainya. Allah
SWT yang mengawasi dan menjalankan benda-benda tersebut sehingga dapat berjalan
dengan rapi dan teratur serta tidak pernah berbenturan satu sama lain. Semua itu menjadi
bukti bahwa Allah SWT. Maha mengetahui.
13.Kalam
Allah SWT. bersifat kalam artinya berfirman. Firman (kata-kata) Allah tidak sama dengan
kata-kata makhluk yang diciptakan-Nya. Firman Allah SWT diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw dengan perantara Malaikat Jibril.

12
14.Qadirun
Kaunuhu qadirun adalah keadaan Allah Ta'ala yang maha berkuasa mengadakan dan
meniadakan

15.Muridun
Kaunuhu muridun adalah Allah Ta'ala yang menghendaki dan menentukan tiap-tiap sesuatu,
ia berkehendak atas nasib dan takdir manusia.

16.Alimun
Kaunuhu alimun adalah Allah Ta'ala yang mengetahui setiap sesuatu, baik yang telah terjadi
maupun belum terjadi, Allah SWT juga mengetahui isi hati dan pikiran manusia.

17.Hayyun
Kaunuhu Hayyun adalah Allah SWT tidak akan pernah mati, tidak akan pernah tidur ataupun
lengah

18.Sami'un
Kaunuhu sami'un adalah Sifat Allah SWT yang mendengar artinya Allah SWT selalu
mendengar apa yang dibicarakan hambanya, pemintaan atau doa hambanya.

19.Basirun
Kaunuhu basirun adalah sifat Allah SWT yang melihat setiap maujudat (benda yang ada).
Allah SWT selalu melihat gerak-gerik kita. sehingga kita harus selalu berbuat baik.

20.Mutakallimun
Kaunuhu mutakallimun adalah sifat Allah SWT berkata-kata, artinya Allah tidak bisu, ia
berbicara atau berfirman melalui ayat-ayat Al-Qur'an.

B. Sifat-sifat mustahil bagi Allah

1.Pengertian Sifat Mustahil Bagi Allah


Sifat mustahil bagi Allah SWT berarti sifat-sifat yang secara akal tidak mungkin dimiliki
Allah SWT. Sifat-sifat mustahil merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah SWT.
Sifat-sifat mustahil bagi Allah SWT jumlahnya sama dengan sifat-sifat wajib bagi Allah yaitu
sebanyak 20.

2. Pembagian Sifat-sifat Mustahil Bagi Allah


Sifat-sifat Mustahil ini merupakan kebalikan dari sifat-sifat wajib bagi Allah, karena itu
jumlahnya sama, yaitu sebanyak 20 sifat. Adapun sifat-sifat mustahil tersebut adalah sebagai
berikut:
a.Sifat Mustahil dari sifat nafsiyah ada satu, yaitu ‘Adam.
b.Sifat Mustahil dari sifat Salbiyah ada lima, yaitu:
1.Hudus
2.Fana’
3.Mumatsalatuhu lil-hawadits.

13
4.Ihtiyajuhu li gairih
5.Ta’addud
c.Sifat mustahil dari sifat ma’ani ada tujuh, yaitu:
1. ‘Ajz
2. Karahah
3. Jahl
4. Maut
5. Samam
6. ‘Umy
7. Bukm
d. Sifat mustahil dari sifat ma’nawiyah ada tujuh, yaitu:
1. ‘Ajizan
2. Mukraham
3. Jahilan
4. Mayyitan
5. Asamm
6. A’ma
7. Abkam
Penjelasan :
1. Adãm artinya Tidak ada

2. Hudus artinya baru

3. Fana artinya Rusak

4. Mumãtsalatsu lil hawãditsi, artinya Sama dengan makhluk yang lain atau hal yang baru.

5. Ihtiyãjun ilã gairihi artinya Membutuhkan makhluk lain.

6. Ta'addud artinya berjumlah

7. 'Ajzun artinya Lemah

8. Karãhah artinya Terpaksa

9. Jahlun artinya Bodoh

10. Mautun artinya Mati

11. Summun artinya Tuli

12. 'Umyun artinya Buta

13. Bukmun artinya Bisu.

14. ‘Ajizan artinya Maha lemah

15. Mukrahan artinya Maha terpaksa

14
16. Jahilan artinya Maha bodoh

17. Mayyitan artinya Maha mati

18. Ashamma artinya Maha tuli

19. A’ma artinya Maha buta

20. Abkama artinya Maha Bisu

C. Sifat-sifat jaiz bagi Allah

1. Pengertian Sifat Ja’iz Bagi Allah


Kata “Jaiz” menurut bahasa berarti “boleh”. Yang dimaksud dengan sifat jaiz bagi Allah
ialah sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah.
Sifat jaiz ini tidak menuntut pasti ada atau pasti tidak ada. Allah bebas dengan
kehendak_Nya sendiri tanpa ada yang menghendaki. Allah boleh saja tidak menciptakan
alam ini, jika dia tidak menghendaki alam ini.

2.Pembagian Sifat Ja’iz Bagi Allah


Berbeda dengan sifat Wajib dan, sifat Jaiz bagi Allah hanya satu, yaitu:
‫ﻞﻌﻓ ﻪﻛﺮﺗﻭ ﺃﻦﻜﻣﻤﻞﻛ‬
Artinya:
“Memperbuat segala sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak memperbuat_Nya.”
Sifat Jaiz Allah hanya ada satu yaitu Fi’lu kulli mumkinin au tarkuhu, artinya Allah itu
berwenang untuk menciptakan dan berbuat sesuatu atau tidak sesuai dengan kehendak-Nya.
Yang dimaksud dengan sesuatu yang mungkin terjadi adalah sesuatu yang boleh
terjadi dan boleh juga tidak terjadi. Allah bebas menciptakan dan berbuat sesuatu yang Dia
kehendaki.

D. Fungsi Iman Kepada Allah SWT

Fungsi iman dalam kehidupan manusia adalah sebagai pegangan hidup. Orang yang
beriman tidak mudah putus asa dan ia akan memiliki akhlak yang mulia karena berpegang
kepada petunjuk Allah SWT yang selalu menyuruh berbuat baik.
Fungsi iman kepada Allah SWT akan melahirkan sikap dan kepribadian seperti berikut ini.
1.Menyadari kelemahan dirinya dihadapan Allah Yang Maha Besar sehingga ia tidak mau
bersikap dan berlaku sombong atau takabur serta menghina orang lain
2.Menyadari bahwa segala yang dinikmatinya berasal dari Allah yang Maha Pengasih dan
Maha Penyayang. Sikap menyebabkan ia akan menjadi orang yang senantiasa bersyukur
kepada Allah SWT. Ia memanfaatkan segala nikmat Allah SWT sesuai dengan petunjuk dan
kehendak Nya

15
3.Menyadari bahwa dirinya pasti akan mati dan dimintai pertanggungjawaban tentang segala
amal perbuatan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan ia senantiasa berhati-hati dalam
menempuh liku-liku kehidupan di dunia yang fana ini.
4.Merasa bahwa segala tindakannya selalu dilihat oleh Allah yang Maha Mengetahui dan
Maha Melihat. Ia akan berusaha meninggalkan perbuatan yang buruk karena dalam dirinya
sudah tertanam rasa malu berbuat salah. Ia menyadari bahwa sekalipun tidak ada orang yang
melihatnya namun Allah Maha Melihat. Dalam salah satu riwayat pernah dikisahkan, pada
suatu hari Khalifah Umar bin Khattab menjumpai seorang anak pengembala kambing.
Lalu Khalifah meminta kepada gembala itu agar mau menjual seekor kambing kepadanya,
berapa saja harganya. Namun anak itu berkata: “Kambing ini bukan milikku melainkan milik
majikanku”. Lalu Khalifah Umar berkata lagi: “Bukankah majikanmu tidak ada disini?”
Jawab anak gemabala tersebut,” Memang benar majikanku tidak disini dan ia tidak
mengetahuinya, tetapi Allah Maha Mengetahui” mendengar jawaban anak itu, Umar tertegun
karena merasa kagum atas kualitas keimanan anak itu, yakni Allah SWT Maha Melihat dan
selalu memperhatikan dirinya, sehingga ia tidak berani berbuat keburukan, walaupun tidak
ada orang lain yang melihatnya.
Sadar dan segera bertaubat apabila pada suatu ketika karena kekhilafan ia berbuat dosa. Ia
akan segera memohon ampun dan bertaubat kepada Allah SWT dan berjanji tidak akan
mengulangi perbuatan jahat yang dilakukannya, sebagai mana diterangkan dalam Al Qur’an:

Artinya : “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa
mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka
tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS An Nisa :135)
Fungsi iman kepada Allah SWT akan menumbuhkan sikap akhlak mulia pada diri
seseorang. Ia akan selalu berkata benar, jujur, tidak sombong dan merasa dirinya lemah
dihadapan Allah SWT serta tidak berani melanggar larangannya karena ia mempunyai iman
yang kokoh. Oleh karena itu, iman memegang peranan penting dalam kehidupan manusia,
yakni sebagai alat yang paling ampuh untuk membentengi diri dari segala pengaruh dan
bujukan yang menyesatkan. Iman juga sebagai pendorong seseorang untuk melakukan segala
amal shaleh.

16
E. Hikmah dan Manfaat Beriman Kepada Allah
Hikmah beriman kepada Allah SWT sebagai berikut:
1. Hatinya tenang,tidak goyah,tidak terobang –ambing oleh ajakn nafsu jahat atau orang –
orang yang menyesatkan sesuai firman Allah dalam qs Ar Ra’du ayat 28
2. Orang yang beriman akan selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT.
3. Orang yang beriman akan memiliki sikap dan jiwa sosial yang terpuji karena Allah telah
memberikan rahmat dan karunianya yang melimpah.
4. Orang yang berimaan akan selalu melakukan amalan-amalan shaleh terhadap semua
makhluk citaan Allah.
5. Allah akan memasukkan orang-orang yang beriman kedalam surga sebagai rahmatnya
dan pahala atas ketaatan serta keatuhan selama hidup di dunia. QS al maidah ayat 9.[1][11]
Adapun manfaat beriman kepada Allah SWT sebagai berikut:
1. Menguatkan tauhid(peng-Esa-an)kepada Allah,sehingga seseorang yang telah beriman
kepada Allah,tidak akan menggantungkan dirinya kepada sesuatu selain Allah,baik dengan
cara berharap ataupun takut kepadanya,dan ia tidak akan menyembah selain Allah.
2. Seseorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan mengagungkan-Nya sesuai
dengan nama-nama-Nya yang baik(asma’ul husna)dan sifat-sifat-Nya yang mulia.
3. Mewujudkan penghambaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa yang
diperintahkan-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya.

17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Iman menurut bahasa, kata iman berarti percaya. Sedangkan menurut pengertian
istilahi,khususnya dalam perspektif islam,iman adalah memercayai dan mengikuti segala apa
yang disampaikan oleh Rasulullah SAW,baik yang berkenaan dengan akidah,ibadah maupun
muamalah.pngertian iman disepakati bahwa iman yang benar adalah harus diyakini dalam
hati,diikrarkan melalui lisan dan dimanifestasikan dalam tindakan yang berupa pelaksanaan
ibadah dan amal saleh
Allah SWT memiliki 20 sifat wajib, 20 sifat mustahil, dan memiliki 1 sifat jaiz, semua
sifat ini wajib kita imani sebagai muslim sejati.
Hikmah beriman kepada Allah SWT sebagai berikut:
1. Hatinya tenang,tidak goyah,tidak terobang –ambing oleh ajakn nafsu jahat atau orang –
orang yang menyesatkan.sesuai firman Allah dalam qs Ar Ra’du ayat 28
2. Orang yang beriman akan selalu mendapat bimbingan dari Allah SWT.
3. Orang yang beriman akan memiliki sikap dan jiwa sosial yang terpuji karena Allah telah
memberikan rahmat dan karunianya yang melimpah.
4. Orang yang berimaan akan selalu melakukan amalan2 shaleh terhadap semua makhluk
citaan Allah.
5. Allah akan memasukkan orang2 yang beriman kedalam surga sebagai rahmatnya
dan pahala atas ketaatan serta keatuhan selama hidup di dunia.

1. Merealisasikan pengesaan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sehingga tidak menggantungkan


harapan kepada selain Allah, tidak takut kepada yang lain, dan tidak menyembah kepada
selain-Nya
2. Menyempurnakan kecintaan terhadap Allah, serta mengagungkan-Nya sesuai dengan
nama-nama-Nya yang indah dan sifat-sifat-Nya yang Maha tinggi
3. Merealisasikan ibadah kepada Allah dengan mengerjakan apa yang diperintah serta
menjauhi apa yang dilarang-Nya
4.Dengan kita mempelajari Iman Kepada Allah maka hendaknya kita meningkatkan
keimanan dan taqwa kita pada Allah SWT sebagai bentuk pertanggungjawaban kita sebagai
hamba.

18
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asyqar Sulaeman Umar, Dr. Prof, 2004, Al-Asmaul Husna, Penerjemah
Syamsuddin TU dan Hasan Suraedi, Penyu ting Syamsuddin Tu. Cet. 1. Qisthi Press, Jakarta.
Syamsyuri, 2006, Pendidikan Agama Islam Untuk Kelas X, Jakarta: Erlangga.
Da’ud, Ma’mur, 1983, Terjemah Hadits Sahih Muslim Jilid I-IV, Widya, Jakarta
Al-qur’an dan terjemahannya
Abd khadir, An Nurul Bahri Ilal Imanil Kamil , Serajaya Santra:Jakarta, 1985
munir,sudarsono,dasar-dasar agama islam,rineka cipta,jakarta,1992
Latief rousdiy,agama dalam kehidupan manusia,rimbow,jakarta,1986
Suryan A.Jamrah,Studi ilmu Kalam, Program Pasca Sarjana UIN Suska Riau, Pekanbaru: 2007
Syaikh Muhammad bin shalih Al Utsaimin,Sifat-sifat Allah dalam pandangan
Ibnu Taimiyah,Pustaka
Azzam,Jakarta,2005
Teungku Muhammad Hasby Ash Shiddieqy,AL ISLAMI 1,Pustaka Rizki Putra : Semarang , 1998
Thoyib sah saputra,Aqidah akhlak,karya toha putra,semarang,1996

19

Anda mungkin juga menyukai