Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber
daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai
kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Effendi, 2003).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan
industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya
air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat
menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup
yang bergantung pada sumber daya air tersebut (Effendi,2003).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara analisi air dilapangan ?
2. Parameter apa saja yang digunakan dalam analisis air dilapangan ?
3. Bagaimana cara pengambilan contoh air,yang meliputi lokasi pengambilan
contoh air, titik pengambilan sampel ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis air dilapangan
2. Untuk mengetahui parameter apa saja yang digunakan dalam analisis air
dilapangan
3. Untuk mengetahui pengambilan contoh air,yang meliputi lokasi
pengambilan contoh air, titik pengambilan sampel.
BAB II
PEMBAHASAN
Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara
detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal
dari kata Yunani kuno analisis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari
dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas
sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau
menguraikan. Kata analisis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis
yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan manusia terhadap air minum
Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik
(warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD,
COD). Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat
tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap
badan air tersebut.
Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:
a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan warna)
b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)
1. Parameter Fisik
Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:
a. Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening,
atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran
bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik
ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti
plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan
mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah
industri kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air.
Disamping itu warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa
organik, yang melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro
organisme air.
b. Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak
berasa. Air yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak
menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada air, menunjukkan terdapatnya
organisme penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan pencemar yang dapat
mengganggu kesehatan.
c. Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang
mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di lapangan.
Suhu air yang normal berkisar ± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung
berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air.
Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air.
Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .
2. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang
umum ada beberapa parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH
= - log (H+). H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis dengan air (H2O)
yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan
masalah pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+
tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur
banyak senyawa lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan
ada sebanyak 10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen
bertambah, maka nilai pH akan turun dan larutan disebut bersifat asam.
Sebaliknya, jika konsentrasi ion hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik
dan larutan disebut bersifat basa. pH yang ideal bagi kehidupan biota air adalah
antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-
logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya
pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga
bersifat toksik bagi organisme air. pH air biasanya ditentukan langsung di
lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk kelangsungan
kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi.
Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah banyak
tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut
dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air.
Kelarutan oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan
kandungan mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu
00C yaitu sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka
konsentrasi oksigen dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang umum
digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi cara
Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-meter.
c. BOD
Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan
Oksigen Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses-proses mikrobiologis yang sebenarnya terjadi di dalam air. Angka
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk
menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di
dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk mendesain sistim
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah
proses alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik maka selama
proses penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam
air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air.
Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi anaerobik
sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi
oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut berlangsung
disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan
organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari,
pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai
75%, sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520
dapat ditentukan dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode
Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi
adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik
yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara
biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD
berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan
angka BOD dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 –
0,60. Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010
1 Ph – 6-9
3 BOD mg/L 50
5 Sulfida mg/L 1
6 Amonia mg/L 20
7 Fenol mg/L 1
9 MBAS mg/L 10
13 Tembaga mg/L 2
14 Timbal mg/L 1
Air tanah
Lokasi pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak
tertekan) dan air tanah tertekan dengan penjelasan sebagai berikut:
Air permukaan
Air Tanah
Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air
tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :
Pengambilan contoh
Pemeriksaan mikrobiologi
1. Air permukaan secara langsung tahapan pengambilan contoh ini sebagai berikut :
Siapkan botol yang volumenya paling sedikit 100 mL dan tclah distcrilkan pada
suhu 120°C selama 15 menit atau dengan cara sterilisasi lain
Ambil contoh dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan celupkan
botol stern + 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi mulut botol
berlawanan dengan arah aliran.
2. Air permukaan secara tidak langsung dari jembatan atau lintasan gantung tahapan
pengambilan ini sebagai berikut :
Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium
Ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol
Buka pembungkus kertas di bagian mulut botol dan turunkan botol perlahan-
lahan ke dalam permukaan air
Tarik tali sambil digulung
Buang sebagian isi botol hingga volumcnya ± 3/4 volume botol.
Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali.
3. Air tanah pada sumur gali, tahapan pengambilan contoh sama dengan pengambilan
contoh pada air permukaan dari jembatan atau lintasan gantung;
4. Air tanah pada kran air tahapan pengambilan contoh sebagai berikut :
Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium
Buka kran selama 1 - 2 menit
Sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar uap air
Alirkan lagi air selama 1 - 2 menit
Buka tutup botol steril dan isi sampai ± 3/4 volume botol
Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup lagi.
Pemeriksaan di lapangan
Penyaringan
b. Bahan Pemeriksaan
Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam
renang, air pemandian umum.
1. Alat pengambil contoh
1. Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru
logam)
1. Analisa temperature
Cara metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan
termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut
sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala
thermometer (°C).
a. Peralatan
a.Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.
b. Penetapan contoh uji air permukaan.
a.Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2 menit
sampai dengan 5 menit sampai thermometer menunjukan nilai stabil.
b.Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu
thermometer dari air.
c. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.
a.Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.
b.Masukan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu
untuk mengambil contoh uji.
c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan.
d. Catat skala yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air dikeluarkan dari
alat pengambil contoh.
2. Analisa Total Dissolved Solid (TDS)
Untuk mengukur kandungan padatan terlarut, sampel yang sudah
dihomogenkan disaring menggunakan kertas saring fiber glas. Filtratnya kemudian
diuapkan hingga kering pada oven dengan suhu T 180oC dalam cawan porselin
yang diketahui bobotnya. Pertambahan bobot cawan merupakan bobot padatan
terlarut dalam sampel.
a.Peralatan
1. Analytical Balance
2. Oven Pemanas (104+2oC)
3. Desikator
4. Filtering Apparatus
5. Glass Fibre Filter
6. Hot plate
7. Cawan porselen
8. Gelas beaker
9. Pinset
b. Prosedur Analisa
1.Persiapan alat dan bahan
2.Bilas cawan porselen dengan akuades sampai bersih, kemudian dipanaskan di
oven sampai kering yang sebelumnya diberi label/nomor terlebih dulu.
3.Keluarkan cawan dari oven dan masukkan ke dalam desikator sampai dingin
lalu ditimbang (bobot kosong).
c. Penyaringan sampel
1.Siapkan peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan kertas
saring pada peralatan penyaring tersebut.
2.Saring 20 mL air akuades, buang saringannya (hanya untuk membilas saja).
3.Saring 100 mL sampel, pindahkan ke botol plastik kemudian diberi
nomor/label.
4.Untuk sampel air laut volume yang disaring adalah 50 mL.
Keterangan: Jika TDS > 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan cara
Gravimetri. Jika TDS < 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan alat
Conductivitimeter.
3. Analisis Sample
a. Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan sebentar untuk menghindari
kontaminasi.
b. Tuangkan sampel yang sudah disaring ke dalam cawan sedikit demi sedikit.
Untuk sampel air laut harus dilakukan secara hati-hati karena kalau
menuangkan sampel terlalu banyak akan menyebabkan letupan dari air garam
sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil penimbangan.
c. Atur suhu hot plate sehingga menjadi 180oC.
d. Lanjutkan penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan menguap, tapi
tidak boleh dibiarkan kering.
e. Pindahkan cawan ke dalam oven (105oC) selama satu jam sampai mengering
sempurna.
f. Pindahkan cawan ke dalam desikator sampai dingin, lalu ditimbang.
Perhitungan TDS (mg/L) = bobot kering (mg) – bobot kosong (mg) x 1000
volume sample (m L).
4. Analisa Total Suspended Solid (TSS)
Sampel yang telah dikocok dengan merata disaring melalui filter serat gelas
standar yang telah ditimbang sebelumnya lalu residu yang tersisa dikeringkan pada
suhu 103o-105oC hingga bobot tetap. Kenaikan bobot dari filter tersebut
merepresentasikan Total Suspended Solid atau Total Padatan Tersuspensi.
Peralatan
Analytical Balance
a. Oven Pemanas (104±2oC)
b. Desikator
c. Cawan aluminium
d. Filtering Apparatus
e. Glass Fibre Filter
f. Gelas beaker
g. Gelas ukur
h. Pinset
Prosedur Analisa
a. Cuci semua peralatan yang akan dipakai untuk menyaring dengan menggunakan
akuades sampai bersih.
b. Siapkan cawan alumunium masing-masing diberi nomor atau label untuk tiap
sampel yang akan diukur, kemudian masukkan ke masing masing cawan tersebut
fiber glass filter.
c. Cawan alumunium kosong harus dipanaskan selama 24 jam untuk kemudian
didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang untuk menetapkan bobot cawan
kosongnya.
d. Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering apparatus) kemudian letakkan fiber
glass filter di atasnya lalu dibilas dengan 20 mL akuades.
e. Kocok sampel yang akan dianalisa kemudian tuangkan sebanyak 150 mL dengan
menggunakan gelas ukur.
f. Bilas dinding saringan dengan menggunakan akuades sampai tidak ada kotoran
yang menempel pada dinding tersebut.
g. Untuk sampel air laut harus dibilas dengan akuades sebanyak 250 mL.
h. Setelah sampel disaring, ambil fiber glass filter dari atas alat penyaring kemudian
tempatkan ke dalam cawan yang telah diberi tanda atau label, lalu dikeringkan di
dalam oven pada suhu 105oC selama satu malam.
i. Setelah keesokan harinya ambil fiber glass filter dan cawan alumuniumnya
kemudian masukkan ke dalam desikator hingga dingin lalu ditimbang hingga bobot
tetap.
Perhitungan TSS (mg/L) =[bobot cawan + sampel kering (mg)]– [bobot
cawan kosong (mg)] x 1000 Volume sample (mL)
5. Analisa Derajat Keasaman Menggunakan Alat pH Meter
Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air ditunjukan oleh nilai pH-nya atau
aktivitas ion hidrogennya. Alkalinitas maupun keasaman adalah kemampuan untuk
menetralkan asam atau basa air. Sedangkan kapasitas penyanggan dinyatakan
dalam molal per liter. pH adalah –log[H+] yang ditetapkan dengan metode
pengukuran secra potentiometri dengan menggunakan pH meter.
Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Pencemaran air di badan
air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi
berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya
digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika
tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.
Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal
coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu
survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan
terjadinya pencemaran tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia.
Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan peran
fungsionalnya. Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain
parameter fisik (warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia
(pH, DO, BOD, COD). Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap
suatu badan air sangat tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan
memberikan dampak terhadap badan air tersebut.
Untuk mengetahui layak tidaknya air untuk digunakan maka dilakukan
pemeriksaan dengan pengambilan sampel kemudian dianalisis kandungan yang
terdapat di dalamnya.
B. Saran
Dalam pemaparan makalah ini.diharapkan pembaca dapat mengerti tentang
analisis air dilapangan ,dan diharapkan pembaca dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari karena peranan air sangat penting bagi makhluk
hidup.jangan sampai air yang dikonsumsi sehari hari telah tercemar baik secara
fisika maupun secara kimia.didalam makalah ini belum dipaparkan secara
menyeluruh analisis air untuk itu diharapkan pembaca tidak tinggal
diam,teruslah mencari dan mencari materi sebanyak-banyaknya tentang
pembahasan ini
DAFTAR PUSTAKA
Standard Method for Examination of Water and Wastewater, American Public Health
Association (APHA) 21st. Edition (2005), Method 2540 D (Total Suspended Solid
Dried at 103-105oC).
Winarno F. G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah..........................................................................................
C. Tujuan.............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................