Anda di halaman 1dari 26

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang senantiasa


mencurahkan kasih sayang dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalahini walaupun dalam bentuk yang sederhana. Shalawat dan salam kepada
Baginda Rasulullah S.A.W yang telah menunjukkan kita kepada jalan-jalan kebaikan
dan pemahaman ilmu yang benar kepada kita. Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya yang berjudul Analisis
Air di Lapangan.
Makalah ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu,
sepatutnyalah penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada berbagai pihak yang turut memberikan andil, baik secara
langsung maupun tidak, moral maupun material.
Akhirnya, semoga Allah swt., senantiasa meridhai semua amal usaha yang
kita laksanakan dengan baik dan penuh kesungguhan serta keikhlasan karena Dia-lah
yang telah merahmati dan meridhai kita semua.
Amin Ya Rabbal ‘Alamin
Makassar, 19 September 2017

Kelompok I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup
orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber
daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh
manusia serta mahkluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagai
kepentingan harus dilakukan secara bijaksana,dengan memperhitungkan
kepentingan generasi sekarang maupun generasi mendatang (Effendi, 2003).
Masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kuantitas air
yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat dan
kualitas air untuk keperluan domestic yang semakin menurun. Kegiatan
industri, domestik, dan kegiatan lain berdampak negatif terhadap sumber daya
air, antara lain menyebabkan penurunan kualitas air. Kondisi ini dapat
menimbulkan gangguan, kerusakan, dan bahaya bagi semua mahkluk hidup
yang bergantung pada sumber daya air tersebut (Effendi,2003).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara analisi air dilapangan ?
2. Parameter apa saja yang digunakan dalam analisis air dilapangan ?
3. Bagaimana cara pengambilan contoh air,yang meliputi lokasi pengambilan
contoh air, titik pengambilan sampel ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui analisis air dilapangan
2. Untuk mengetahui parameter apa saja yang digunakan dalam analisis air
dilapangan
3. Untuk mengetahui pengambilan contoh air,yang meliputi lokasi
pengambilan contoh air, titik pengambilan sampel.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis kualitas Air

Analisa atau analisis atau analisis adalah suatu usaha untuk mengamati secara
detail sesuatu hal atau benda dengan cara menguraikan komponen-komponen
pembentuknya atau penyusunnya untuk di kaji lebih lanjut. Analisa berasal
dari kata Yunani kuno analisis yang artinya melepaskan. Analusis terbentuk dari
dua suku kata, yaitu ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas
sehingga jika di gabungkan maka artinya adalah melepas kembali atau
menguraikan. Kata analisis ini di serap kedalam bahasa inggris menjadi analysis
yang kemudian di serap juga ke dalam bahasa Indonesia menjadi analisis.

Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia. Kualitas air
seringkali menjadi ukuran standar terhadap kondisi kesehatan ekosistem air dan
kesehatan manusia terhadap air minum

B. Parameter Kualitas Air

Parameter diartikan sebagai peubah bebas yang menjadi petunjuk (indikator)


karakteristik air. Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan
peran fungsionalnya (Wardoyo, 1992:)

Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain parameter fisik
(warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia (pH, DO, BOD,
COD). Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap suatu badan air sangat
tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan memberikan dampak terhadap
badan air tersebut.
Menurut sifatnya, parameter kualitas air terdiri atas:

a. Parameter fisika, meliputi (suhu, kecerahan dan turbiditas, padatan dan warna)

b. Parameter kimia, meliputi (DO, pH, salinitas, NO3-N, PO4-P, bahan organik)

c. Parameter biologi, meliputi (mikroorganisme seperti bakteri, virus), plankton,


fungi, hewan bentik, ikan, tumbuhan air.

1. Parameter Fisik

Ada beberapa parameter fisik yang menentukan kualitas air, antara lain:

a. Warna
Air alami, yang sama sekali belum mengalami pencemaran, berwarna bening,
atau sering dikatakan tak berwarna. Timbulnya warna disebabkan oleh kehadiran
bahan-bahan tersuspensi yang berwarna, ekstrak senyawa-senyawa organik
ataupun tumbuh-tumbuhan dan karena terdapatnya mikro organisme seperti
plankton, disamping itu juga akibat adanya ion-ion metal alami seperti besi dan
mangan. Komponen penyebab warna, khususnya yang berasal dari limbah
industri kemungkinan dapat membahayakan bagi manusia mau bagi biota air.
Disamping itu warna air juga memberi indikasi terdapatnya senyawa-senyawa
organik, yang melalui proses klorinasi dapat meningkatkan pertumbuhan mikro
organisme air.
b. Bau dan Rasa
Air alami yang sama sekali belum tercemar dikatakan tidak berbau dan tidak
berasa. Air yang berbau sudah pasti menimbulkan rasa yang tidak
menyenangkan.Adanya bau dan rasa pada air, menunjukkan terdapatnya
organisme penghasil bau dan juga adanya bahan-bahan pencemar yang dapat
mengganggu kesehatan.
c. Suhu
Dalam setiap penentuan kualitas air, pengukuran suhu merupakan hal yang
mutlak dilakukan. Pengukuran suhu air biasanya dilakukan langsung di lapangan.
Suhu air yang normal berkisar ± 3 0C dari suhu udara. Peningkatan suhu air bisa
disebabkan oleh berbagai hal, antara lain, air (sungai) yang dekat dengan gunung
berapi, ataupun akibat adanya pembuangan limbah cair yang panas ke badan air.
Disamping itu adanya limbah bahan organik, yang lebih lanjut mengalami proses
degradasi baik secara biologis maupun kima, seringkali meningkatkan suhu air.
Kenaikan suhu air dapat mengakibatkan kelarutan oksigen dalam air menjadi
berkurang, sehingga konsumsi oksigen oleh biota air juga menjadi terganggu .

d. Total padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid,TSS)


Total padatan tersuspensi adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter >1μm)
yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 μm. TSS terdiri
atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik terutama yang disebabkan oleh
kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam badan air. Materi yang tersuspensi
mempunyai dampak buruk terhadap kualitas air karena mengurangi penetrasi
matahari ke dalam badan air, kekeruhan air meningkat yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan bagi organisme produser.

2. Parameter Kimia
Ada banyak parameter kimia yang menentukan kualitas air, namun yang
umum ada beberapa parameter, diantaranya:
a. pH
pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan melalui
konsentrasi/aktifitas ion hidrogen (H+). Secara matematis dinyatakan sebagai: pH
= - log (H+). H+ selalu ada dalam keseimbangan yang dinamis dengan air (H2O)
yang membentuk suasana untuk semua reaksi kimiawi yang berkaitan dengan
masalah pencemaran air, dimana sumber ion hidrogen tidak pernah habis. H+
tidak hanya merupakan unsur molekul H2O saja, tetapi juga merupakan unsur
banyak senyawa lain. Dalam air murni, banyaknya molekul H2O yang terionkan
ada sebanyak 10-7, sehingga pH air dikatakan 7. Bila konsentrasi ion hidrogen
bertambah, maka nilai pH akan turun dan larutan disebut bersifat asam.
Sebaliknya, jika konsentrasi ion hidrogen berkurang, menyebabkan nilai pH naik
dan larutan disebut bersifat basa. pH yang ideal bagi kehidupan biota air adalah
antara 6,8 sampai 8,5. pH yang sangat rendah, menyebabkan kelarutan logam-
logam dalam air makin besar, yang bersifat toksik bagi organisme air, sebaliknya
pH yang tinggi dapat meningkatkan konsentrasi amoniak dalam air yang juga
bersifat toksik bagi organisme air. pH air biasanya ditentukan langsung di
lapangan dengan alat pH-meter, atau dapat juga dengan kertas pH.
b. Oksigen terlarut (DO)
Adanya oksigen terlarut dalam air adalah sangat penting untuk kelangsungan
kehidupan ikan dan organisme air lainnya yaitu untuk proses respirasi.
Kemampuan air untuk membersihkan pencemaran secara alamiah banyak
tergantung pada cukup tidaknya kadar oksigen terlarut. Adanya oksigen terlarut
dalam air berasal dari udara dan dari proses fotosintesa tumbuh-tumbuhan air.
Kelarutan oksigen dalam air, tergantung pada temperatur, tekanan atmosfer dan
kandungan mineral dalam air. Kelarutan maksimum oksigen dalam air, pada suhu
00C yaitu sebesar 14,16 mg/L. Sejalan dengan meningkatnya suhu, maka
konsentrasi oksigen dalam air akan berkurang. Ada dua metode yang umum
digunakan untuk analisa oksigen terlarut dalam air yaitu dengan metode titrasi cara
Winkler dan metode elektrokimia dengan alat DO-meter.
c. BOD
Angka BOD (Biochemical Oxygen Demand) atau disebut juga Kebutuhan
Oksigen Biokimiawi adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati secara
global proses-proses mikrobiologis yang sebenarnya terjadi di dalam air. Angka
BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme aerobik untuk
menguraikan hampir semua zat organik yang terlarut maupun yang tersuspensi di
dalam air. Pengukuran BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran
akibat air buangan penduduk ataupun industri dan untuk mendesain sistim
pengolahan biologis bagi air yang tercemar tersebut. Penguraian zat organik adalah
proses alamiah, yang kalau suatu badan air dicemari oleh zat organik maka selama
proses penguraiannya mikroorganisme dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam
air tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air.
Disamping itu kehabisan oksigen dapat mengubah keadaan menjadi anaerobik
sehingga dapat menimbulkan bau busuk. Pengukuran BOD didasarkan atas reaksi
oksidasi zat organik oleh oksigen dalam air, dan proses tersebut berlangsung
disebabkan adanya bakter aerobik. Menurut penelitian, untuk supaya 100% bahan
organik terurai, diperlukan waktu kira-kira 20 hari. Namun dalam waktu 5 hari,
pada temperatur inkubasi 20 0C, bahan organik yang dapat diuraikan mencapai
75%, sehingga waktu ini sudah dianggap cukup. Maka timbullah istilah BOD520
dapat ditentukan dengan mencari selisih antara harga DO0-DO5 dengan metode
Azida modifikasi.
d. COD
Angka COD (Chemical Oxygen Demand) atau Kebutuhan Oksigen Kimiawi
adalah jumlah O2 (mg) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi total zat-zat organik
yang terdapat dalam 1 liter sampel air. Angka COD merupakan ukuran bagi
pencemaran air oleh total zat-zat organik baik yang dapat diuraikan secara
biologis, maupun yang hanya dapat diuraikan dengan proses kimia. Analisa COD
berbeda dengan analisa BOD, namun perbandingan antara angka COD dengan
angka BOD dapat ditetapkan. Secara umum perbandingan BOD5/COD = 0,40 –
0,60. Pengukuran COD dilakukan dengan metode refluks – titrimtri.
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010

No. Parameter Satuan Kadar Maksimum

1 Ph – 6-9

2 TSS mg/L 150

3 BOD mg/L 50

4 COD mg/L 100

5 Sulfida mg/L 1

6 Amonia mg/L 20

7 Fenol mg/L 1

8 Minyak & Lemak mg/L 15

9 MBAS mg/L 10

10 Kadmium mg/L 0,1

11 Kromheksavalen mg/L 0,5

12 Krom total mg/L 1

13 Tembaga mg/L 2

14 Timbal mg/L 1

15 Nikel mg/L 0,5


16 Seng mg/L 10

17 Kuantitas air limbah max mg/L 0,8L/s lahan kawasan terpakai

C. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel

Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk mengumpulkan sebagian


material bahan dalam volume yang cukup kecil yang mewakili material bahan yang
akan diperiksa secara tepat teliti untuk dapat dibawa dengan mudah dan diperiksa di
laboratorium.Hal ini berarti bahwa perbandingan atau konsentrasi relatif yang tepat
dari semua komponen dalam sampel akan sama seperti dalam material yang
disampling, serta tidak mengalami perubahan-perubahan yang berarti dalam
komposisinya sebelum pemeriksaan dilakukan.
Untuk mendapatkan sampel yang mewakili diperlukan seorang pengambil
sampel yang dapat mampu melakukan prosedur pengambilan dan pengawetan sampel
dengan baik, agar hasil uji laboratorium nantinya merupakan hasil uji yang dapat
dipertanggungjawabkan kualitas dan kuantitasnya. Kemungkinan kandungan pada
sampel dapat hilang secara keseluruhan atau sebagian jika prosedur pengambilan dan
pengawetan sampel yang baik tidak diikuti dengan benar.
Pada waktu pengambilan sampel air dilakukan pemeriksaan parameter air
yang harus dilakukan segera / dilakukan dilapangan seperti : pemeriksaan fisika, pH,
sisa Chlor. Metode pengambilan contoh ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam
pengambilan.

A. Cara pelaksanaan pengambilan contoh


Lokasi pengambilan contoh ditentukan berdasarkan pada tujuan pemeriksaan.
Lokasi pengambilan contoh dilakukan pada air permukaan dan air tanah. Lokasi
pengambilan contoh di air permukaan dapat berasal dari daerah pengaliran sungai dan
danau/waduk, dengan penjelasan sebagai berikut :
Air Permukaan
1. Pemantauan kualitas air pada suatu daerah pengaliran sungai (DPS),
berdasarkan pada :
 Sumber air alamiah, yaitu lokasi pada tempat yang belum terjadi atau masih
sedikit pencemaran
 Sumber air tercernar, yaitu lokasi pada tempat yang telah mengalami
perubahan atau di hilir sumber pencemar
 Sumber air yang dimanfaatkan, yaitu lokasi pada tempat penyadapan
pemanfaatan sumber air tersebut
2. Pemantauan kualitas air pada danau/waduk berdasarkan pada :
 Tempat masuknya sungai ke danau/waduk
 Di tengah danau/waduk
 Lokasi penyadapan air untuk pemanfaatan
 Tempat keluarnya air danau/waduk

Air tanah

Lokasi pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas (tidak
tertekan) dan air tanah tertekan dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Air tanah bebas (tidak tertekan) :


 Di sebelah hulu dan hilir dari lokasi penimbunan/pembuangan sampan
kota/industri
 Di sebelah hilir daerah pertanian yang intensif menggunakan pestisida dan
pupuk kimia
 Di daerah pantai dimana terjadi penyusupan air asin
 Tempat-tempat lain yang dianggap perlu.
2. Air tanah tertekan :
 Di sumur produksi air tanah untuk pemenuhan kebutuhan perkotaan, pedesaan,
pertanian dan industri
 Di sumur produksi air tanah PAM maupun sarana umum
 Di sumur-sumur pemantauan kualitas air tanah
 Di lokasi kawasan industri
 Di sumur observasi untuk pengawasan imbuhan
 Pada sumur observasi air tanah di suatu cekungan air tanah artesis (misalnya :
cekungan artesis Bandung)
 Pada sumur observasi di wilayah pesisir dirnana terjadi penyusupan air asin
 Pada sumur observasi penimbunan/pengolahan limbah industri bahan
berbahaya

Air permukaan

Titik pengambilan contoh dapat dilakukan di sungai dan danau/waduk, dengan


penjelasan sebagai berikut:

1. Di sungai, titik pengambilan contoh di sungai (lihat Gambar 16) dengan


ketentuan :
 Sungai dengan debit kurang dari 5 m3/ detik, contoh diambil pada satu titik di
tengah sungai pada 0,5 x kedalaman dari permukaan air
 Sungai dengan debit antara 5 - 150 m3/ detik, contoh diambil pada dua titik
masingmasing pada jarak 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 x kedalaman dari
permukaan air ;
 Sungai dengan debit lebih dari 150 m3/ detik contoh diambil minimum pada
enam titik masing-masing pada jarak 1/4, 1/2 dan 3/4 lebar sungai pada 0,2 x dan
0,8 x kedalaman dari permukaan air
2. Di danau/waduk, titik pengambilan Contoh di danau /waduk (lihat Gambar 17)
dengan ketentuan :
 Danau/waduk yang kedalamannya kurang dari 1.0 m, contoh diambil pada dua
titik di permukaan dan di dasar danau/waduk ;
 Danau/waduk dengan kedalaman antara 10 - 30 m, contoh diambil pada tiga
titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin dan di dasar danau/waduk ;
 Danau/waduk dengan kedalaman antara 30 - 100 m, contoh diambil pada empat
titik, yaitu : di permukaan, di lapisan termoklin (metalimnion), di atas lapisan
hipolimnion dan di dasar danau/ waduk ;
 Danau/waduk yang kedalamannya Lebih dari 100 m, titik pengambilan contoh
dapat ditambah sesuai dengan keperluan.

Air Tanah

Titik pengambilan contoh air tanah dapat berasal dari air tanah bebas dan air
tanah tertekan (artesis) dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Air tanah bebas :


 Pada sumur gali contoh diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air
dan sebaiknya diambil pada pagi hari ;
 Pada sumur bor dengan pompa tangan /mesin, contoh diambil dari kran/mulut
pompa tempat keluarnya air setelah air dibuang selama lebih kurang lima menit.
2. Air tanah tertekan (artesis) :
 Pada sumur bor eksplorasi contoh diambil pada titik yang telah ditentukan
sesuai keperluan eksplorasi
 Pada sumur observasi contoh diambil pada dasar sumur setelah air dalam sumur
bor/pipa dibuang sampai habis (dikuras) sebanyak tiga kali ;
 Pada sumur produksi contoh diambil pada kran/mulut pompa keluarnya air.

Pengambilan contoh

Pengambilan contoh untuk pemeriksaan sifat titik dan kimia air

Tahapan pengambilan contoh untuk keperluan ini adalah :


1. Menyiapkan alat pengambil contoh yang sesuai dengan keadaan sumber air ;
2. Membilas alat dengan contoh yang akan diambil, sebanyak tiga kali ;
3. Mengambil contoh sesuai dengan keperluan dan campurkan dalam penampung
sementara hingga merata ;
4. Apabila contoh diambil dari beberapa titik, maka volume contoh yang diambil dari
setiap titik harus sama.

Pengambilan contoh untuk pemeriksaan oksigen terlarut

Pengambilan contoh dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :


1. Cara langsung, tahapan pengambilan contoh dengan cara langsung sebagai
berikut :
 Siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume + 300 mL serta
dilengkapi dengan tutup asah
 Celupkan botol dengan hati-hati ke dalam air dengan posisi mulut botol searah
dengan aliran air, sehingga air masuk ke dalam botol dengan tenang, atau dapat
pula dengan menggunakan sifon
 Isi botol sampai penuh dan hindarkan terjadinya turbulensi dan gelembung
udara selama pengisian, kemudian botol ditutup
 contoh siap untuk dianalisis.
2. Dengan alat khusus, tahapan pengambilan contoh dengan cara alat khusus sebagai
berikut :
 Siapkan botol KOB yang bersih dan mempunyai volume + 300 mL serta
dilengkapi dengan tutup asah.
 Masukkan botol ke dalam alat khusus.
 Ikuti prosedur pemakaian alat tersebut

Pemeriksaan mikrobiologi

Pengambilan contoh untuk pemeriksaan mikrobiologi dapat dilakukan pada air


permukaan dan air tanah dengan penjelasan sebagai berikut :

1. Air permukaan secara langsung tahapan pengambilan contoh ini sebagai berikut :
 Siapkan botol yang volumenya paling sedikit 100 mL dan tclah distcrilkan pada
suhu 120°C selama 15 menit atau dengan cara sterilisasi lain
 Ambil contoh dengan cara memegang botol steril bagian bawah dan celupkan
botol stern + 20 cm di bawah permukaan air dengan posisi mulut botol
berlawanan dengan arah aliran.
2. Air permukaan secara tidak langsung dari jembatan atau lintasan gantung tahapan
pengambilan ini sebagai berikut :
 Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium
 Ikat botol dengan tali dan pasang pemberat di bagian dasar botol
 Buka pembungkus kertas di bagian mulut botol dan turunkan botol perlahan-
lahan ke dalam permukaan air
 Tarik tali sambil digulung
 Buang sebagian isi botol hingga volumcnya ± 3/4 volume botol.
 Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup kembali.
3. Air tanah pada sumur gali, tahapan pengambilan contoh sama dengan pengambilan
contoh pada air permukaan dari jembatan atau lintasan gantung;
4. Air tanah pada kran air tahapan pengambilan contoh sebagai berikut :
 Siapkan botol steril yang tutupnya terbungkus kertas aluminium
 Buka kran selama 1 - 2 menit
 Sterilkan kran dengan cara membakar mulut kran sampai keluar uap air
 Alirkan lagi air selama 1 - 2 menit
 Buka tutup botol steril dan isi sampai ± 3/4 volume botol
 Bakar bagian mulut botol, kemudian botol ditutup lagi.

Pemeriksaan di lapangan

Pekerjaan yang dilakukan meliputi :


1. Pemeriksaan unsur-unsur yang dapat berubah dengan cepat, dilakukan langsung
setelah pengambilan contoh; unsur-unsur tersebut antara lain ; pH, suhu, daya
hantar listrik, alkalinitas, asiditas dan oksigen terlarut
2. Semua hasil pemeriksaan dicatat dalam buku catatan khusus pemeriksaan di
lapangan, yang meliputi nama sumber air, tanggal pengambilan contoh, jam,
keadaan cuaca, bahan pengawet yang ditambahkan dan nama petugas

Pengolahan pendahuluan contoh

Penyaringan

Penyaringan contoh dilakukan untuk pemeriksaan parameter terlarut sebagai berikut

1. Contoh yang akan disaring diukur volumenya sesuai dengan keperluan


2. Masukkan kedalam alat penyaring yang telah dilengkapi kertas saring yang
mempunyai ukuran pori 0,45 pm dan saring sampai selesai
3. Air saringan ditampung kc dalam wadah yang telah disiapkan sesuai dengan
keperluan.
Beberapa pengertian yang dimaksud dalam metode ini meliputi :
1. Sumber air adalah air permukaan, air tanah dan air meteoric
2. Air permukaan adalah air yang terdiri dari : air sungai, air danau, air waduk, air
saluran, mata air, air rawa dan air gua / air karst.
3. Air tanah bebas adalah air dari akifer yang hanya sebagian terisi air dan terletak
pada suatu dasar yang kedap air serta mempunyai permukaan bebas.
4. Air tanah tertekan adalah air dari akifer yang sepenuhnya jenuh air dengan bagian
atas dan bawahnya dibatasi oleh lapisan yang kedap air.
5. Akifer adalah suatu laipsan pembawa air.
6. Epilimnion adalah lapisan atas danau atau waduk yang suhunya relatif sama.
7. Termoklin / metalimnion adalah laipsan danau yang mengalami penurunan suhu
yang cukup besar (lebih dari 1O C/m) ke arah dasar danau.
8. Hipolimnion adalah lapisan bawah danau yang mempunyai suhu relatif sama dan
lebih dingin dari lapisan atasnya, biasanya lapisan ini mengandung kadar oksigen
yang rendah dan relatif stabil.
9. Air Meteorik adalah air meteorik dari labu ukur di stasiun meteor , air meteroik
yang ditampung langsung dari hujan dan air meteorik dari bak penampungan air
hujan.
a. Prinsip Pengambilan Sampel
 Menentukan lokasi pengambilan sampel
 Menentukan titik pengambilan sampel.
 Melakukan pengambilan sampel
 Melakukan pengawetan sampel
 Pengepakan sampel dan pengiriman ke laboratorium.

b. Bahan Pemeriksaan
Sampel air, yang berasal dari sumber air, air minum / air bersih, air kolam
renang, air pemandian umum.
1. Alat pengambil contoh

Alat pengambil contoh harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Terbuat dari bahan yang tidak terpengaruh sifat contoh (misalnya untuk
keperluan pemeriksaan logam, alat pengambil contoh tidak terbuat daru
logam)

2. Mudah dicuci dari bekas sampel sebelumnya.

3. Contoh mudah dipindahkan ke dalam botol penampung / wadah


penyimpan tanpa ada sisa bahan tersuspensi didalamnya.

4. Mudah dan aman dibawa.


5. Kapasitas 1-5 liter, tergantung dari maksud pemeriksaan
Alat pengambil sampel terdiri dari bermacam-macam bentuk tergantung
pada jenis pemeriksaan yang dibutuhkan. Karena peralatan laboratorium
di Puskesmas terbatas, maka yang digunakan adalah alat pengambil
contoh tipe sederhana.

Analisis Kualitas Air

Penetapan-penetapan berikut ini dilakukan untuk menentukanmutu air permukaan :

1. Analisa temperature

Cara metode ini digunakan untuk menetapkan suhu air dan air limbah dengan
termometer air raksa. Air raksa dalam termometer akan memuai atau menyusut
sesuai dengan panas air yang diperiksa, sehingga suhu air dapat dibaca pada skala
thermometer (°C).

a. Peralatan
a.Termometer air raksa yang mempunyai skala sampai 110°C.
b. Penetapan contoh uji air permukaan.
a.Termometer langsung dicelupkan ke dalam contoh uji dan biarkan 2 menit
sampai dengan 5 menit sampai thermometer menunjukan nilai stabil.
b.Catat pembacaan skala thermometer tanpa mengangkat lebih dahulu
thermometer dari air.
c. Penetapan contoh uji air pada kedalaman tertentu.
a.Pasang thermometer pada alat pengambil contoh uji.
b.Masukan alat pengambil contoh uji ke dalam air pada kedalaman tertentu
untuk mengambil contoh uji.
c. Tarik alat pengambil contoh uji sampai ke permukaan.
d. Catat skala yang ditunjukan thermometer sebelum contoh air dikeluarkan dari
alat pengambil contoh.
2. Analisa Total Dissolved Solid (TDS)
Untuk mengukur kandungan padatan terlarut, sampel yang sudah
dihomogenkan disaring menggunakan kertas saring fiber glas. Filtratnya kemudian
diuapkan hingga kering pada oven dengan suhu T 180oC dalam cawan porselin
yang diketahui bobotnya. Pertambahan bobot cawan merupakan bobot padatan
terlarut dalam sampel.

a.Peralatan
1. Analytical Balance
2. Oven Pemanas (104+2oC)
3. Desikator
4. Filtering Apparatus
5. Glass Fibre Filter
6. Hot plate
7. Cawan porselen
8. Gelas beaker
9. Pinset
b. Prosedur Analisa
1.Persiapan alat dan bahan
2.Bilas cawan porselen dengan akuades sampai bersih, kemudian dipanaskan di
oven sampai kering yang sebelumnya diberi label/nomor terlebih dulu.
3.Keluarkan cawan dari oven dan masukkan ke dalam desikator sampai dingin
lalu ditimbang (bobot kosong).
c. Penyaringan sampel
1.Siapkan peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan kertas
saring pada peralatan penyaring tersebut.
2.Saring 20 mL air akuades, buang saringannya (hanya untuk membilas saja).
3.Saring 100 mL sampel, pindahkan ke botol plastik kemudian diberi
nomor/label.
4.Untuk sampel air laut volume yang disaring adalah 50 mL.
Keterangan: Jika TDS > 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan cara
Gravimetri. Jika TDS < 500 mg/L, analisa dikerjakan dengan alat
Conductivitimeter.
3. Analisis Sample
a. Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan sebentar untuk menghindari
kontaminasi.
b. Tuangkan sampel yang sudah disaring ke dalam cawan sedikit demi sedikit.
Untuk sampel air laut harus dilakukan secara hati-hati karena kalau
menuangkan sampel terlalu banyak akan menyebabkan letupan dari air garam
sehingga mengakibatkan berkurangnya hasil penimbangan.
c. Atur suhu hot plate sehingga menjadi 180oC.
d. Lanjutkan penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan menguap, tapi
tidak boleh dibiarkan kering.
e. Pindahkan cawan ke dalam oven (105oC) selama satu jam sampai mengering
sempurna.
f. Pindahkan cawan ke dalam desikator sampai dingin, lalu ditimbang.
Perhitungan TDS (mg/L) = bobot kering (mg) – bobot kosong (mg) x 1000
volume sample (m L).
4. Analisa Total Suspended Solid (TSS)
Sampel yang telah dikocok dengan merata disaring melalui filter serat gelas
standar yang telah ditimbang sebelumnya lalu residu yang tersisa dikeringkan pada
suhu 103o-105oC hingga bobot tetap. Kenaikan bobot dari filter tersebut
merepresentasikan Total Suspended Solid atau Total Padatan Tersuspensi.

Peralatan
Analytical Balance
a. Oven Pemanas (104±2oC)
b. Desikator
c. Cawan aluminium
d. Filtering Apparatus
e. Glass Fibre Filter
f. Gelas beaker
g. Gelas ukur
h. Pinset
Prosedur Analisa
a. Cuci semua peralatan yang akan dipakai untuk menyaring dengan menggunakan
akuades sampai bersih.
b. Siapkan cawan alumunium masing-masing diberi nomor atau label untuk tiap
sampel yang akan diukur, kemudian masukkan ke masing masing cawan tersebut
fiber glass filter.
c. Cawan alumunium kosong harus dipanaskan selama 24 jam untuk kemudian
didinginkan di dalam desikator lalu ditimbang untuk menetapkan bobot cawan
kosongnya.
d. Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering apparatus) kemudian letakkan fiber
glass filter di atasnya lalu dibilas dengan 20 mL akuades.
e. Kocok sampel yang akan dianalisa kemudian tuangkan sebanyak 150 mL dengan
menggunakan gelas ukur.
f. Bilas dinding saringan dengan menggunakan akuades sampai tidak ada kotoran
yang menempel pada dinding tersebut.
g. Untuk sampel air laut harus dibilas dengan akuades sebanyak 250 mL.
h. Setelah sampel disaring, ambil fiber glass filter dari atas alat penyaring kemudian
tempatkan ke dalam cawan yang telah diberi tanda atau label, lalu dikeringkan di
dalam oven pada suhu 105oC selama satu malam.
i. Setelah keesokan harinya ambil fiber glass filter dan cawan alumuniumnya
kemudian masukkan ke dalam desikator hingga dingin lalu ditimbang hingga bobot
tetap.
Perhitungan TSS (mg/L) =[bobot cawan + sampel kering (mg)]– [bobot
cawan kosong (mg)] x 1000 Volume sample (mL)
5. Analisa Derajat Keasaman Menggunakan Alat pH Meter
Pada suhu tertentu sifat asam atau basa air ditunjukan oleh nilai pH-nya atau
aktivitas ion hidrogennya. Alkalinitas maupun keasaman adalah kemampuan untuk
menetralkan asam atau basa air. Sedangkan kapasitas penyanggan dinyatakan
dalam molal per liter. pH adalah –log[H+] yang ditetapkan dengan metode
pengukuran secra potentiometri dengan menggunakan pH meter.

Peralatan dan Bahan


Peralatan:
a. pH meter dengan perlengkapannya;
b. Piala gelas 250 mL;
c. Pengaduk gelas atau magnetic;
d. Kertas tissue;
e. Timbangan analitik; dan
f. Termometer.
Bahan
Larutan penyangga 4, 7 dan 10 yang siap pakai dan tersedia dipasaran, atau dapat
juga dibuat dengan cara sebagi berikut:

a. Larutan penyangga, pH 4,004 (25°C) Timbang 10,12g kalium hydrogen ptalat,


KHC8H4O4, larutkan dalam 1000mL air suling.
b. Larutan penyangga, pH 6,863 (25°C).Timbang 3,387g kalium dihidrogen fosfat,
KH2PO4 dan 3,533g dinatrium hydrogen fosfat, Na2HPO4, larutan dalam 1000mL
air suling.
c.Larutan penyangga, pH 10,014 (25°C).Timbang 2,092 natrium hirogen karbonat,
NaHCO3 dan 2,640g natrium karbonat, Na2CO3, larutkan dalam 1000mL air suling.
Prosedur
Persiapan pengujian
b. Lakukan kalibrasi alat pH-meter dengan larutan penyangga sesuai instruksikerja
alat setiap kali akan melakukan pengukuran.
c. Untuk contoh uji yang mempunyai suhu tinggi, kondisikan contoh uji sampai suhu
kamar.
Prosedur Analisa
a. Keringkan dengan kertas tissue selanjutnya bilas elektroda dengan air suling.
b. Bilas elektroda dengan larutan uji.
c. Celupkan elektroda ke dalam contoh uji sampai pH meter menunjukan pembacaan
yang tetap.
d. Catat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan dari pH meter.
D. Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap Lingkungan dan Kesehatan
a. Dampak terhadap Lingkungan

Pencemaran air berdampak luas, misalnya dapat meracuni sumber air minum,
meracuni makanan hewan, ketidak seimbangan ekosistem sungai dan danau,
pengrusakan hutan akibat hujan asam, dan sebagainya. Pencemaran air di badan
air, sungai dan danau, nitrogen dan fosfat (dari kegiatan pertanian) telah
menyebabkan pertumbuhan tanaman air yang di luar kendali (eutrofikasi
berlebihan). Ledakan pertumbuhan ini menyebabkan oksigen, yang seharusnya
digunakan bersama oleh seluruh hewan/tumbuhan air, menjadi berkurang. Ketika
tanaman air tersebut mati, dekomposisi mereka menyedot lebih banyak oksigen.
Sebagai akibatnya, ikan akan mati, dan aktivitas bakteri menurun.

Dampak pencemaran air pada umumnya dibagi atas 4 kelompok:

1. Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air


2. Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah

3. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan

4. Dampak pencemaran air terhadap estetika lingkungan

a) Dampak pencemaran air terhadap kehidupan biota air.

Banyaknya zat pada pencemaran air limbah akan menyebabkan menurunnya


kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan
dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi
perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air
limbah secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat.
Dengan air limbah yang sulit terurai. Panas dari industri juga akan membawa
dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih
dahulu.

b) Dampak pencemaran air terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal
coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu
survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan
terjadinya pencemaran tersebut.

c) Akibat pencemaran air terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan,


maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan
bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi estetika
lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika
lingkungan.
b. Dampak pencemaran air terhadap kesehatan
Peran air sebagai pembawa penyakit menular bermacam-macam antara lain :

1. Air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen,


2. Air sebagai sarang insekta penyebar penyakit,
3. Jumlah air yang tersedia tidak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat
membersihkan diri,
4. Air sebaga media untuk hidup vector penyakit.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Analisis Kualitas air adalah suatu kajian terhadap ukuran kondisi air dilihat
dari karakteristik fisik, kimiawi, dan biologisnya. Kualitas air juga menunjukkan
ukuran kondisi air relatif terhadap kebutuhan biota air dan manusia.
Parameter kualitas air dikelompokkan berdasarkan sifat, jenis dan peran
fungsionalnya. Kualitas air ditenttukan oleh berbagai parameter antara lain
parameter fisik (warna, suhu, total padatan tersuspensi) dan parameter kimia
(pH, DO, BOD, COD). Jenis dan jumlah parameter yang dianalisis terhadap
suatu badan air sangat tergantung pada jenis kegiatan yang diprakirakan
memberikan dampak terhadap badan air tersebut.
Untuk mengetahui layak tidaknya air untuk digunakan maka dilakukan
pemeriksaan dengan pengambilan sampel kemudian dianalisis kandungan yang
terdapat di dalamnya.
B. Saran
Dalam pemaparan makalah ini.diharapkan pembaca dapat mengerti tentang
analisis air dilapangan ,dan diharapkan pembaca dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari karena peranan air sangat penting bagi makhluk
hidup.jangan sampai air yang dikonsumsi sehari hari telah tercemar baik secara
fisika maupun secara kimia.didalam makalah ini belum dipaparkan secara
menyeluruh analisis air untuk itu diharapkan pembaca tidak tinggal
diam,teruslah mencari dan mencari materi sebanyak-banyaknya tentang
pembahasan ini

DAFTAR PUSTAKA

Barus, T. A, 2003. Pengantar Limnologi. Jurusan Biologi FMIPA USU. Medan

Effendi, H. 2008. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaann Sumberdaya dan


Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Standard Methods for Examination of Water and Wastewater, American Public


Health Association (APHA) 21st ed. (2005), Method 2540 C (Total Dissolved Solids
Dried at 180oC)

Standard Method for Examination of Water and Wastewater, American Public Health
Association (APHA) 21st. Edition (2005), Method 2540 D (Total Suspended Solid
Dried at 103-105oC).

Winarno F. G. 1997. Kimia Pangan Dan Gizi. Penerbit Pt. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................

DAFTAR ISI..................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................

C. Tujuan.............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Pengertian Analisis kualitas Air....................................................................

B. Parameter Kualitas Air...................................................................................

C. Metode Pengambilan dan Pemeriksaan Sampel ............................................

D. Dampak Pencemaran Lingkungan terhadap Lingkungan dan Kesehatan......

BAB III PENUTUP...........................................................................................

A. Kesimpulan....................................................................................................

B. Saran..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai