mengumpulkan muri-muridnya.
Dalam keheningan malam
berpayung jutaan bintang, ia
pun mulai mengajarkan ilmu
dan hikmah. Dari mulutnya
keluarlah kata-kata hikmah
tentang perjalanan (al-asfar)
manusia. Ia mulai dari alam
ruh, alam rahim, alam dunia,
alam kubur,….sampai
menemui ar Rabb
“Besok, setelah terbit mentari, kita akan mulai
melakukan perjalanan (safar) ‘fisik’ ilmu dan
hikmah yang kuajarkan padamu tak ada
gunanya jika tidak dapat kau amalkan
dalam realitas kehidupan,” begitu kata
sang guru
Berbekal seadanya, rombongan sufi berkelana. Sampailah
mereka di suatu wilayah yang dikuasai penguasa durjana. Sang
sufi dan rombongan tertangkap pasukan. Tak ada hakim, saksi,
pengacara, atau jaksa. Dalam kamus hukum sang raja hanya
ada satu kata: “hukum gantung”
Rombongan pun dibawa ke lapangan terbuka di depan istana. Sang guru
diputuskan digantung yang pertama. Namun belum sempat si guru dibawa
algojo ke tiang gantungan, beberapa muridnya berteriak:
“Wahai raja, apalah artinya engkau menggantung ‘si tua’ yang tidak memiliki
apa-apa, kecuali celana. Gantunglah kami semua, sebagai gantinya.”