Jkn
Pengertian JKN
JKN merupakan program pelayanan kesehatan terbaru yang merupakan kepanjangan dari Jaminan
Kesehatan Nasional yang sistemnya menggunakan sistem asuransi. Artinya, seluruh warga Indonesia
nantinya wajib menyisihkan sebagian kecil uangnya untuk jaminan kesehatan di masa depan.
JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) adalah program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian
jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi seluruh rakyat Indonesia untuk dapat hidup sehat, produktif
dan sejahtera.
Kesehatan adalah hak dasar setiap orang, dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan. UUD 1945 mengamanatkan bahwa jaminan kesehatan bagi masyarakat, khususnya yang
miskin dan tidak mampu, adalah tanggung jawab pemerintah pusat dan daerah. Pada UUD 1945
Perubahan, Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Pemerintah menjalankan UUD 1945 tersebut dengan mengeluarkan UU No 40
tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) untuk memberikan jaminan sosial menyeluruh
bagi setiap orang dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur. Dalam UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
juga ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.
Sesuai dengan UU No 40 tahun 2004, SJSN diselenggarakan dengan mekanisme Asuransi Sosial dimana
setiap peserta wajib membayar iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang
menimpa peserta dan atau anggota keluarganya. Dalam SJSN, terdapat Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) yang merupakan bentuk komitmen pemerintah terhadap pelaksanaan jaminan kesehatan
masyarakat Indonesia seluruhnya. Sebelum JKN, pemerintah telah berupaya merintis beberapa bentuk
jaminan sosial di bidang kesehatan, antara lain Akses Sosial bagi pegawai negeri sipil (PNS), penerima
pension dan veteran, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPK) Jamsostek bagi pegawai BUMN dan swasta,
serta Jaminan Kesehatan bagi TNI dan Polri. Untuk masyarakat miskin dan tidak mampu, sejak tahun
2005 Kementrian Kesehatan telah melaksanakan program jaminan kesehatan sosial, yang awalnya
dikenal dengan nama program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin (JPKMM), atau
lebih popular dengan nama program Askeskin (Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin). Kemudian
sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2013, program ini berubah nama menjadi program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jasmkesmas).
Seiring dengan dimulainya JKN per 1 Januari 2014, semua program jaminan kesehatan yang telah
dilaksanakan pemerintah tersebut (Askes PNS, JPK Jamsostek, TNI, Polri, dan Jamkesmas), diintegrasikan
ke dalam satu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan). Sama halnya dengan
program Jamkesmas, pemerintah bertanggungjawab untuk membayarkan iuran JKN bagi fakir miskin dan
orang yang tidak mampu terdaftar sebagai peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI).
Tujuan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah agar semua penduduk terlindungi dalam
sistem asuransi, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan masyarakat yang layak,
untuk memberikan manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan akan pemenuhan kebutuhan
dasar kesehatan (Undang-Undang No 40 tahun 2004 Pasal 19 Ayat 2), dalam rangka :
- Memberikan kemudahan dan akses pelayanan kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan fasilitas
kesehatan yang bekerja sama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.
2.
Keluarga Sehat
Yang dimaksud satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam Kartu Keluarga. Jika dalam satu rumah tangga terdapat
kakek dan atau nenek atau individu lain, maka rumah tangga tersebut dianggap terdiri
lebih dari satu keluarga. Untuk menyatakan bahwa suatu keluarga sehat atau tidak
digunakan sejumlah penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program
Indonesia Sehat telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah sebagai
berikut.
Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap
Bayi mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif
Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
Penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur
Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
Anggota keluarga tidak ada yang merokok
Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat
2.2.1.2 Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho
dan Utama, 2014).
Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi
yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Aman atau tidak berbahaya
Dapat diandalkan
Sederhana
Murah
Dapat diterima oleh orang banyak
Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi)
Macam – macam Kontasepsi
Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi Pil
Kontrasepsi Suntik
Kontrasepsi
Implant
3. Pengertian GERMAS
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu program pemerintah yang
dilakukan secara sistematis dan terencana yang diikuti oleh seluruh masyarakat secara bersama-
sama yang didasari oleh kemauan, kemampuan dan kesadaran untuk hidup sehat guna
meningkatkan kualitas hidup.
GERMAS merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yng
mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif
rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma
sehat.
Pencanangan GERMAS menandai puncak peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-52
yang jatuh pada 12 November 2016. Tahun ini, HKN ke-52 mengusung tema Indonesia Cinta
Sehat dengan sub tema Masyarakat Hidup Sehat, Indonesia Kuat. Tema ini harus dimaknai
secara luas, seiring dengan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga melalui
gerakan masyarakat hidup sehat (GERMAS). Secara khusus, GERMAS diharapkan dapat
meningkatkan partisipasi dan peran serta masyarakat untuk hidup sehat, meningkatkan
produktivitas masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan.
2.7 Prinsip Germas
Adapun prinsip dari Gerakan Masyarakat Hidup Sehat adalah kerjasama multi sektor dan
pemangku kepentingan, antara sektor kesehatan, akademini, LSM dan sektor-sektor lainnya,
keseimbangan masyarakat, keluarga, dan individu, pemberdayaan masyarakat, khususnya
mereka yang mau hidup sehat dan menjadi mitra pengendalian penyakit, penguatan sistem
kesehatan, reformasi dan reorientasi pelayanan kesehatan, penguatan siklus hidup, jaminan
kesehatan sosial, fokus pada pemerataan penurunan penyakit karena determinan sosial seperti
kemiskinan, gender, lingkungan, budaya, tingkat pendidikan, dan kemauan politik
4. Definisi
Pelayanan kesehatan di rumah adalah pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien di
rumahnya, yang merupakan sintesa dari pelayanan keperawatan komunitas dan keterampian
teknikal tertentu yang berasal dari spesalisasi kesehatan tertentu, yang befokus pada asuhan
keperawatan individu dengan melibatkan keluarga, dengan tujuan menyembuhkan,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, mental/ emosi pasien.
Home Care (HC) menurut Habbs dan Perrin, 1985 adalah merupakan layanan kesehatan yang
dilakukan di rumah pasien (Lerman D. & Eric B.L, 1993), Sehingga home care dalam
keperawatan merupakan layanan keperawatan di rumah pasien yang telah melalui sejarah yang
panjang.
Menurut Depkes RI (2002) mendefinisikan bahwa home care adalah pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan komprehensif diberikan kepada individu, keluarga, di tempat tinggal
mereka yang bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan
kesehatan/memaksimalkan kemandirian dan meminimalkan kecacatan akibat dari penyakit.
Layanan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien/keluarga yang direncanakan, dikoordinir,
oleh pemberi layanan melalui staff yang diatur berdasarkan perjanjian bersama.
Rice. R, (2001) mengidentifikasi jenis kasus yang dapat dilayani pada program home care yang
meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus klinik
dan yang biasa dijumpai di komunitas. Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di RS
adalah :
3. SDM perawat
4. Kebutuhan pasien
5. Kependudukan
6. Dana
a. Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin
mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga
b. Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga
ada yang sakit
d. Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit
yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk
menggantikannya
2. Bagi Perawat :
a. Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang
tetap sama
b. Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan
yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja
perawat akan meningkat.
a. Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya pelayanan home
care yang dilakukannya.
Puskesmas Idaman adalah Puskesmas dengan pelayanan kesehatan yang bermutu yang sesuai dengan
Standart Operating Procedure (SOP) untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan , baik pelanggan
eksternal maupun internal.
VISI
”Puskesmas Idaman yang bermutu”, merupakan visi Puskesmas Idaman yang menggambarkan keadaan
yang ingin dicapai oleh Puskesmas di masa yang akan datang yaitu Puskesmas dengan pelayanan
kesehatan bermutu untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan , baik pelanggan eksternal
maupun internal.
MISI
Untuk mencapai visi Puskesmas Idaman tersebut diatas, ditetapakan misi sebagai berikut:
Pelanggan Puskesmas perlu diketahui, untuk mengetahui seberapa besar potensi pasar yang akan kita
layani.
Psikografi pelanggan perlu diketahui untuk mengetahui budaya, perilaku dan kebutuhan masyarakat akan
pelayanan kesehatan, sehingga kita dapat mengantisipasi bentuk pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
Pola pikir semua pegawai perlu ditata dan disamakan, dengan tujuan agar semua pegawai mempunyai
polapikir yang sama untuk menyelenggarakan pelayanan prima di Puskesmas Idaman.
4. Memberi kesempatan pada “front liner” untuk ikut mengambil keputusan dan memberikan saran
dalam pelaksanaan pelayanan prima di Puskesmas.
Pegawai di garis depan “front liner” seperti petugas parkir dan loket, merupakan orang pertama yang
kontak dengan pelanggan, oleh karena itu mereka banyak mengetahui informasi yang kita butuhkan
dalam pengambilan keputusan pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Idaman.
5. Mengembangkan pelayanan kesehatan yang tak terlupakan pada Pelanggan.
Dengan memberi pelayanan kesehatan yang memberi kesan ”WOO”, maka hal tersebut akan
membanggakan dan memuaskan pada pelanggan yang juga dapat berfungsi sebagai promosi antar
pelanggan.
6. Menjalin komunikasi terus menerus dengan Pelanggan untuk menciptakan ”Customer Market
Relationship”.
Komunikasi dengan pelanggan yang terjalin baik, akan menimbulkan ikatan batin di antara mereka
sehingga hal tersebut akan membuat pelanggan menjadi loyal.
7. Melakukan penyesuaian organisasi terus menerus untuk peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
Perubahan organisasi akan terjadi terus menerus, baik karena pengaruh lingkungan internal maupun
eksternal serta tuntutan pelanggan yang terus berubah, untuk itu Puskesmas Idaman harus selalu dapat
menyesuaikan perubahan tersebut, sehingga dapat terus mempertahankan pelayanan kesehatan yang
memuaskan pelanggan.
KEBIJAKAN
Tenaga kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan: profesioanal sesuai dengan pendidikannya,
unggul dalam prestasi serta sopan dan santun dalam memberikan pelayanan.
Tenaga kesehatan berpenampilan rapi dan bersih, khusus untuk dokter dan dokter gigi memakai jas
dokter pada saat melayani pasien.
Pelanggan diperlakukan secara ramah dan sopan serta dengan penuh simpati dibantu sepenuhnya apa
keperluannya datang ke Puskesmas.
Tenaga kesehatan cepat dan tanggap dalam merespon keluhan dan keinginan pelanggan
Semua pegawai Puskesmas mempunyai komitmen, etika dan semangat/motivasi yang tinggi untuk
melaksanakan pelayanan prima di Puskesmas
Tempat pelayanan kesehatan ditata rapi dan bersih, dan ber-AC, sehingga memberi kenyamanan pada
pasien dan tenaga kesehatan yang melayaninya
Ruang tunggu pasien ditata rapi dan bersih serta dilengkapai sarana hiburan yang sesuai dengan harapan
pasien
Kamar mandi dan WC dibuat bersih, tidak berbau dan cukup air, serta dibersihkan setiap hari
Lingkungan Puskesmas dibuat taman yang membuat suasana asri dan segar
Supervisi dilaksanakan setiap tiga bulan sekali dan ditindaklanjuti dengan pertemuan pemecahan
masalah di Dinas Kesehatan
Survey kepuasan pelanggan dilaksanakan setiap tiga bulan sekali serta ditindaklanjuti dengan perbaikan
pelayanan kesehatan
Manajemen
Issue
Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan
teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka akan diikuti
oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai dampaknya pelayanan kesehatan
jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi seperti dalam pelayanan kesehatan untuk
mengatasi masalah penyakit-penyakit yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti
laser, terapi perubahan gen dan lain-lain. Berdasarkan itu maka pelayanan kesehatan
membutuhkan biaya yang cukup mahal dan pelayanan akan lebih professional dan butuh
tenaga-tenaga yang ahli dalam bidang tertentu.
Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang ada di
masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya masyarakat, maka
dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang berbeda. Masyarakat yang
sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan memiliki kesadaran yang lebih
dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan, demikian juga sebaliknya pada
masyarakat yang memiliki pengetahuan yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah
terhadap pelayanan kesehatan, sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem
pelayanan kesehatan.
4. Ekonomi
9. Politik
Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh sekali dalam
sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada dapat memberikan
pola dalam sistem pelayanan.
Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses kehidupan seseorang.
Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktivitas seperti biasa. Dalam kehidupan
berbangsa, pembangunan kesehatan sesungguhnya bernilai sangat investatif. Nilai investasinya
terletak pada tersedianya sumber daya yang senatiasa siap pakai dan tetap terhindar dari
serangan berbagai penyakit. Namun, masih banyak orang menyepelekan hal ini. Negara, pada
beberapa kasus, juga demikian.
Di Indonesia, tak bisa dipungkiri, trend pembangunan kesehatan bergulir mengikuti pola rezim
penguasa. Pada zaman ketika penguasa negeri ini hanya memandang sebelah mata kepada
pembangunan kesehatan, kualitas hidup dan derajat kesehatan rakyat kita juga sangat
memprihatinkan. Angka Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) negara kita
selalu stagnan pada kisaran 117-115 dari sekitar 175 negara Sebagai catatan, HDI adalah ukuran
keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa yang dilihat dari parameter pembangunan
ekonomi, kesehatan dan pendidikan. Ironisnya, rentetan pergantian tampuk kekuasaan selama
beberapa dekade terakhir, pun tak kunjung membawa angin perubahan. Apa pasal?
Belum terbitnya kesadaran betapa tercapainya derajat kesehatan optimal sebagai syarat mutlak
terwujudnya tatanan masyarakat bangsa yang berkeadaban, serta di pihak lain masih lekatnya
anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan semata terkait dengan penanganan sejumlah
penyakit tertentu dan penyediaan obat-obatan.
Sudut pandang yang teramat sempit memang, ditambah dengan kecenderungan untuk
mendahulukan hal lain yang sesungguhnya masih bisa ditunda. Variabel tadi menemukan titik
singgung dengan belum adanya keinginan politik dari pemerintah, rezim boleh berganti namun
modus operandi dan motifnya masih serupa; bahwa isu-isu kesehatan hanya didendangkan sekedar
menyemarakkan janji dan program-program politik tertentu dalam tujuan jangka pendek.
Untuk kasus Indonesia, belum ada grand strategy yang terarah dalam peningkatan kualitas
kesehatan individu dan masyarakat, yang dengan tegas tercermin dari minimnya pos anggaran
kesehatan dalam APBN maupun APBD. Belum lagi jika kita ingin bertutur tentang program
pengembangan kesehatan maritim yang semestinya menjadi keunggulan komparatif negeri kita
yang wilayah perairannya dominan. Pelayanan kesehatan di tiap sentra pelayanan selalu jauh dari
memuaskan.
Minimnya Anggaran Negara yang diperuntukkan bagi sektor kesehatan, dapat dipandang sebagai
rendahnya apresiasi kita akan pentingnya bidang ini sebagai elemen penyangga, yang bila
terabaikan akan menimbulkan rangkaian problem baru yang justru akan menyerap keuangan negara
lebih besar lagi. Sejenis pemborosan baru yang muncul karena kesalahan kita sendiri.
Kabar menarik sesungguhnya mulai terangkat ketika Departemen Kesehatan pada beberapa waktu
lalu, mengelurkan konsep pembangunan kesehatan berkelanjutan, dikenal sebagai Visi Indonesia
Sehat 2010. Berbagai langkah telah ditempuh untuk mensosialisasikan keberadaan VIS 2010
tersebut, tetapi kemudian menjadi lemah akibat kebijakan desentralisasi dan akhirnya terpental
dengan diberlakukannya UU No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.
Pondok Kesehatan Desa adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau kelurahan yang
merupakan pengembangan dari Pondok Bersalin Desa (Polindes) sebagai jaringan Puskesmas dengan
tenaga minimal perawat dan bidan dalam rangka mendekatkan akses dan meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan.
Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, maka misi yang dilaksanakan adalah :
Disusun oleh :
Rizki Khoirunnisa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-menerus dan terlibat dalam
masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan metode keperawatan kesehatan berubah,
karena gaya hidup masyarakat berubah dan perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan
tersebut.
Keperawatan menetapkan diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan keperawatan bidang lain
meluas. Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta keperawatan yang
menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1 keperawatan atau
kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2.
Tren paraktik keperawatanmeliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki
kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan
sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan
keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari
keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori,
pelayanan, otonomi, dan kode etik. Aktivitas dari organisasi keperawatan professional menggambarkan
trend dan praktik keperawatan.
Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya
dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk
dapat mengembangkan keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-
perubahan yang terjadi di lingkungannya setiap saat.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
4. Mengetahui Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Trend Dan Issue Keperawatan Kritis
BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Trend
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren juga dapat di
definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang biasanya sedang
popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat
ini dan kejadiannya berdasarkan fakta
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun 2003 era
dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk ke dalam negeri.
Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan masyarakat dimana pola
kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang maju. Keadaan itu menyebabkan
berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat khususnya aspek kesehatan baik yang
berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan, disamping meningkatnya angka kejadian penyakit
klasik yang berhubungan dengan infeksi, kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk.
Pergeseran pola nilai dalam keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan
masalah kesehatan yang berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
2. Definisi Issue
Issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa
mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional,
bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis. Issu adalah sesuatu yang sedang di
bicarakan oleh banyak namun belum jelas faktannya atau buktinya
Trend dan Issu Keperawatan adalah sesuatu yang sedang d.bicarakan banyak orang tentang
praktek/mengenai keperawatan baik itu berdasarkan fakta ataupun tidak, trend dan issu keperawatan
tentunya menyangkut tentang aspek legal dan etis keperawatan.
Saat ini trend dan issu keperawatan yang sedang banynak dibicarakan orang adalah Aborsi, Eutanasia
dan Transplantasi organ manusia, tentunya semua issu tersebut menyangkut keterkaitan dengan aspek
legal dan etis dalam keperawatan.
Keterlibatan perawat dalam politik sangat terbatas. Walaupun secara individu ada beberapa nama
seperti F.Nightingale, Lilian Wald, Margaret Sunger, dan Lavinia Dock telah mempengaruhi dalam
pembuatan di berbagai bidang nampaknya perawat kurang di hargai sebagai kelompok. Gerakan wanita
telah memberikan inspirasi pada perwat mengenai masalah keperawatan komunitas.
Kekuatan politik merupakan kemampuan untuk mempengaruhi atau meyakinkan seseorang untuk
memihak pada pemerintah untuk memperlihatkan bahwa kekuatan dari pihak tersebut membentuk hasil
yang diinginkan (Rogge,1987).
Perawat merasa tidak nyaman dengan politik karena mayoritas perawat adalah wanita dan poolitik
merupakan dominasi laki-laki (Marson,1990) . Keterlibatan perawat dalam politik mendapatkan
perhatian yang lebih besar dalam kurikulum keperawatan, organisasi professional, dan tempat perawtan
professional. Organisasi keperawatan mampu memgabungkan semua upaya seperti pada Nursing
Agenda For Healt Care Reform (Tri-council,1991).
Strategi spesifik pengintegrasian peraturan public dalam kurikulum keperawatan, sosialisasi dini,
berpartisipasi dalam organisasi profesi, memperluas lingkungan praktik klinik, dan menjalankan tempat
pelayanan kesehatan.
Pospek keperawatan komunitas dimasa yang akan dating cenderung semakin berkembang dan
dibutuhkan dalam system pelayanan kesehatan pemerintah. Peran perawat kesehatan masyarakat
sangat dibutuhkan dalam mengatasi sebagai masalah kesehatan yang terjadi di masa yang akan datang
karena mengikuti perubahan secara keseluruhan. Dampak perubahan tersebut dapat berpengaruh pada
peran yang dilkaukan perawat. Intervensi keperawatan kesehatan masarakat diberbagai tingkat
pelayanan akan semakin besar dikarnakan adanya kelalaian, ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan individu,keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat keputusan etis.
Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini maupun kaidah agama yang
dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan proses. Semakin tua dan semakin banyak
pengalaman belajar, seseorang akan lebih mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh penduduk dengan berbagai
agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap penduduk yang menjadi warga negara Indonesia harus
beragama/berkeyakinan. Ini sesuai dengan sila pertama Pancasila : Ketuhanan Yang Maha Esa, dimana di
Indonesia menjadikan aspek ketuhanan sebagai dasar paling utama. Setiap warga negara diberi
kebebasan untuk memilih kepercayaan yang dianutnya.
2.Faktor sosial.
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini antara lain meliputi
perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum, dan peraturan perundang-
undangan.
Perkembangan sosial dan budaya juga berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan
kesehatan yang tadinya berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif
dengan pendekatan tim kesehatan.
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya. Kemajuan yang telah dicapai meliputi
berbagai bidang.
Kemajuan di bidang kesehatan telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia
manusia dengan ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-
bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang usianya berkat
adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil dapat diganti dengan berbagai
inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan
etika.
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan sosial atau legislasi
menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi perubahan tersebut. Legislasi merupakan
jaminan tindakan menurut hukum sehingga orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat
menimbulkan konflik.
Saat ini aspek legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang menjadi
topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang ilmu, dan perundang-
undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan perundang-undangan lama atau untuk
mengantisipasi perkembangan permasalahan hukum kesehatan.
5.Faktor dana/keuangan.
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan konflik. Untuk
meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak berupaya dengan mengadakan
berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6.Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu keputusan. Tidak semua
keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus diselesaikan dengan keputusan/aturan
tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai
perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin
kehilangan pekerjaan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik merupakan salah satu
ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam penentuan, pertahanan dan peningkatan
standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah
diterima oleh profesi.
Untuk dapat mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut etika,
perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-permasalahan etis.
Peran perawat dalam peerapan trend issue pada yaitu dapat melakukan perannya sebagai pembari
asuhan keperawatan (Care giver) dengan lebih baik. Pemberian asuhan keperawatan akan lebih baik
dengan adanya Telehealth atau Telenursing yang berbasis teknologi. Dengan adanya telnologi telenursing
ini perawat hendaknya dapat melakukan tindakan keperawatan dengan lebih efisien dan tepat. Dengan
demikian Perawat sebagai pemberi layanan keperawatan dengan asuhan keperawatannya dituntut
semakin profesional dan mengedepankan perkembangan teknologi kesehatandalam memberi pelayanan
kesehtan. Dengan memanfaatkan kecanggihan tekhnologi, asuhan keperawatan tersebut bisa diberikan
hasil yang lebih baik. Perawat juga dapat melakukan perannya sebagai kolaborator dengan tim kesehatan
lain dengan memanfaatkan komunikasi pada telenursing sehingga pelayanan kepada pasien lebih
meningkat.
B.Saran
Diharapkan kepada mahasiswa Poltekkes Kemenkes Jambi Jurusan Keperawatan yang nantinya sebagai
tenaga kesehatan di masyarakat dapat mengetahui Trend dan Isu Keperawatan dan dapat memberikan
pengetahuan tersebut kepada masyarakat luas
.Program Indonesia Sehat (PIS) merupakan salah satu program dari agenda ke5 Nawacita; yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. PIS selanjutnya menjadi program utama pembangunan
kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2015 – 2019, yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015.
Sasaran dari PIS adalah meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya
kesehatan dan pemberdayaan masyarakat. PIS dilaksanakan dengan menegakkan 3 pilar utama; yaitu (1)
penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan dan (3) pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional- JKN. Demikian disampaikan oleh Kepala Puskesmas Kusuma Bangsa pada acara
Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang diselenggarakan oleh LPM Kelurahan Panjang
Baru pada hari Rabu malam, tanggal 24 Mei 2017 di SMAN 2 Pekalongan. Acara tersebut dihadiri Lurah
Panjang Baru, Ketua LPM Kelurahan Panjang Baru, faskel LPM Kecamatan Utara, Dinas Pemberdayaan
Masyarakat, Perempuan dan Perlindungan Anak (DPMPPA) dan tokoh masyarakat serta Kader Kelurahan
Panjang Baru.
Lebih lanjut, Kepala Puskesmas Kusuma Bangsa memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada
LPM Kelurahan Panjang Baru yang telah menyelenggarakan kegiatan ini melalui program PAPKS-BM
sebagai wujud keterlibatan LPM sebagai salah satu catur pilar dalam kegiatan non fisik sebagai upaya
peningkatan pengetahuan masyarakat dalam bidang kesehatan, khususnya tentang PHBS. Karena
penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif serta pemberdayaan masyarakat.
Pada kesempatan tersebut, disampaikan juga tentang Germas; Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dan
Konsep pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara Puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan / meningkatkan akses pelayanan kesehatan di
wilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga. Sehingga Puskesmas dapat mengintegrasikan upaya
kesehatan perorangan dengan upaya kesehatan masyarakat dengan mengunjungi keluarga di wilayah
kerjanya. Dengan mengunjungi keluarga di rumahnya, Puskesmas akan dapat mengenali masalah-
masalah kesehatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat yang dihadapi keluarga secara lebih
menyeluruh.
Sementara itu, derajat kesehatan keluarga sangat ditentukan oleh PHBS dari keluarga tersebut. Dengan
demikian, inti dari pengembangan kelurahan adalah memberdayakan keluarga-keluarga agar mampu
mempraktikkan PHBS. PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai
hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok / masyarakat mampu menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Dengan demikian, upaya mewujudkan keluarga sehat menjadi titik awal terwujudnya masyarakat sehat.
Hal ini berarti pula bahwa keberhasilan upaya membina PHBS di keluarga merupakan kunci bagi
keberhasilan upaya menciptakan kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu, indikator keluarga sehat
sebaiknya dapat sekaligus digunakan sebagai indikator PHBS.
Dalam rangka pelaksanaan PIS, telah disepakati adanya 12 indikator utama untuk penanda status
kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator tersebut adalah sebagai berikut: