Anda di halaman 1dari 4

Secara bahasa tilawati berarti bacaanku. Nama yang berarti doa para penyusunnya.

Para penyusun Tilawati senantiasa berdoa agar umat Islam menjadikan Al Qur’an sebagai
bacaan pertama dan utama.

Tilawati merupakan metode belajar Al Qur’an yang disusun oleh 4 orang guru Al Qur’an dan
motor penggerak gerakan TK-TP Al Qur’an Jawa Timur. Yakni, KH. Masrur Masyhud,
S.Ag, KH. Thohir Al Aly, M.Ag, KH. Drs. H. Hasan Sadzili, dan Drs. H. Ali Muaffa.

Tilawati menambah kaya metode belajar Al Qur’an di nusantara. Sebelumnya, telah


berkembang ragam metode, seperti Qiroati, BBM, Ummi, Jet Tempur, Iqro’, Baghdadiyah
dan lainnya.

Melimpahnya metode ini jelas harus disyukuri. Ada banyak pakar dan ‘alim yang amat
konsen dan peduli pada pembelajaran Al Qur’an. Kepedulian ini melahirkan metode demi
metode.

Sudah barang tentu, tiap metode memiliki sisi lebih dan kurang. Juga ciri khas tersendiri.
Akan halnya Tilawati, metode ini kekhasan, antara lain lewat pendekatan pembelajarannya.

Tilawati menerapkan metode klasikal dan baca simak dalam pembelajaran. Pembelajaran
dilakukan dalam 2 tahapan. Pertama teknik klasikal menggunakan alat peraga. Kedua baca
simak dengan buku jilid.

Dalam buku strategi pembelajaran Al Qur’an metode Tilawati, disebutkan beberapa ciri
pembelajaran tilawati.

1. Pendekatan pembelajaran seimbang antara pembiasaan melalui metode klasikal dan


kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik baca simak
2. Penggunaan lagu rost sebagai lagu standart pembelajaran
3. Pendekatan klasikal menggunakan 3 teknik pembelajaran. Yakni, teknik 1, guru
membaca santri/siswa mendengarkan. Tekik 2, guru membaca santri menirukan.
Teknik 3 guru dan santri membaca bersama-sama.
4. Alokasi waktu penerapan klasikal 15 menit. Alokasi baca simak 30 menit.
5. Kenaikan halaman buku tilawati dilakukan bersama-sama dalam satu kelas, bila santri
lancar dalam satu kelas mencapai angka 70 persen.
6. Satu jilid buku diselesaikan dalam waktu 60 kali pertemuan. Dengan standart tatap
muka tiap minggu 5 kali.
Secara bahasa tilawati berarti bacaanku. Nama yang berarti doa para penyusunnya.
Para penyusun Tilawati senantiasa berdoa agar umat Islam menjadikan Al Qur’an sebagai
bacaan pertama dan utama.

Tilawati merupakan metode belajar Al Qur’an yang disusun oleh 4 orang guru Al Qur’an dan
motor penggerak gerakan TK-TP Al Qur’an Jawa Timur. Yakni, KH. Masrur Masyhud,
S.Ag, KH. Thohir Al Aly, M.Ag, KH. Drs. H. Hasan Sadzili, dan Drs. H. Ali Muaffa.

Tilawati menambah kaya metode belajar Al Qur’an di nusantara. Sebelumnya, telah


berkembang ragam metode, seperti Qiroati, BBM, Ummi, Jet Tempur, Iqro’, Baghdadiyah
dan lainnya.

Melimpahnya metode ini jelas harus disyukuri. Ada banyak pakar dan ‘alim yang amat
konsen dan peduli pada pembelajaran Al Qur’an. Kepedulian ini melahirkan metode demi
metode.

Sudah barang tentu, tiap metode memiliki sisi lebih dan kurang. Juga ciri khas tersendiri.
Akan halnya Tilawati, metode ini kekhasan, antara lain lewat pendekatan pembelajarannya.

Tilawati menerapkan metode klasikal dan baca simak dalam pembelajaran. Pembelajaran
dilakukan dalam 2 tahapan. Pertama teknik klasikal menggunakan alat peraga. Kedua baca
simak dengan buku jilid.

Dalam buku strategi pembelajaran Al Qur’an metode Tilawati, disebutkan beberapa ciri
pembelajaran tilawati.

1. Pendekatan pembelajaran seimbang antara pembiasaan melalui metode klasikal dan


kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik baca simak
2. Penggunaan lagu rost sebagai lagu standart pembelajaran
3. Pendekatan klasikal menggunakan 3 teknik pembelajaran. Yakni, teknik 1, guru
membaca santri/siswa mendengarkan. Tekik 2, guru membaca santri menirukan.
Teknik 3 guru dan santri membaca bersama-sama.
4. Alokasi waktu penerapan klasikal 15 menit. Alokasi baca simak 30 menit.
5. Kenaikan halaman buku tilawati dilakukan bersama-sama dalam satu kelas, bila santri
lancar dalam satu kelas mencapai angka 70 persen.
6. Satu jilid buku diselesaikan dalam waktu 60 kali pertemuan. Dengan standart tatap
muka tiap minggu 5 kali.
Secara bahasa tilawati berarti bacaanku. Nama yang berarti doa para penyusunnya.
Para penyusun Tilawati senantiasa berdoa agar umat Islam menjadikan Al Qur’an sebagai
bacaan pertama dan utama.

Tilawati merupakan metode belajar Al Qur’an yang disusun oleh 4 orang guru Al Qur’an dan
motor penggerak gerakan TK-TP Al Qur’an Jawa Timur. Yakni, KH. Masrur Masyhud,
S.Ag, KH. Thohir Al Aly, M.Ag, KH. Drs. H. Hasan Sadzili, dan Drs. H. Ali Muaffa.

Tilawati menambah kaya metode belajar Al Qur’an di nusantara. Sebelumnya, telah


berkembang ragam metode, seperti Qiroati, BBM, Ummi, Jet Tempur, Iqro’, Baghdadiyah
dan lainnya.

Melimpahnya metode ini jelas harus disyukuri. Ada banyak pakar dan ‘alim yang amat
konsen dan peduli pada pembelajaran Al Qur’an. Kepedulian ini melahirkan metode demi
metode.

Sudah barang tentu, tiap metode memiliki sisi lebih dan kurang. Juga ciri khas tersendiri.
Akan halnya Tilawati, metode ini kekhasan, antara lain lewat pendekatan pembelajarannya.

Tilawati menerapkan metode klasikal dan baca simak dalam pembelajaran. Pembelajaran
dilakukan dalam 2 tahapan. Pertama teknik klasikal menggunakan alat peraga. Kedua baca
simak dengan buku jilid.

Dalam buku strategi pembelajaran Al Qur’an metode Tilawati, disebutkan beberapa ciri
pembelajaran tilawati.

1. Pendekatan pembelajaran seimbang antara pembiasaan melalui metode klasikal dan


kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik baca simak
2. Penggunaan lagu rost sebagai lagu standart pembelajaran
3. Pendekatan klasikal menggunakan 3 teknik pembelajaran. Yakni, teknik 1, guru
membaca santri/siswa mendengarkan. Tekik 2, guru membaca santri menirukan.
Teknik 3 guru dan santri membaca bersama-sama.
4. Alokasi waktu penerapan klasikal 15 menit. Alokasi baca simak 30 menit.
5. Kenaikan halaman buku tilawati dilakukan bersama-sama dalam satu kelas, bila santri
lancar dalam satu kelas mencapai angka 70 persen.
6. Satu jilid buku diselesaikan dalam waktu 60 kali pertemuan. Dengan standart tatap
muka tiap minggu 5 kali.
Secara bahasa tilawati berarti bacaanku. Nama yang berarti doa para penyusunnya.
Para penyusun Tilawati senantiasa berdoa agar umat Islam menjadikan Al Qur’an sebagai
bacaan pertama dan utama.

Tilawati merupakan metode belajar Al Qur’an yang disusun oleh 4 orang guru Al Qur’an dan
motor penggerak gerakan TK-TP Al Qur’an Jawa Timur. Yakni, KH. Masrur Masyhud,
S.Ag, KH. Thohir Al Aly, M.Ag, KH. Drs. H. Hasan Sadzili, dan Drs. H. Ali Muaffa.

Tilawati menambah kaya metode belajar Al Qur’an di nusantara. Sebelumnya, telah


berkembang ragam metode, seperti Qiroati, BBM, Ummi, Jet Tempur, Iqro’, Baghdadiyah
dan lainnya.

Melimpahnya metode ini jelas harus disyukuri. Ada banyak pakar dan ‘alim yang amat
konsen dan peduli pada pembelajaran Al Qur’an. Kepedulian ini melahirkan metode demi
metode.

Sudah barang tentu, tiap metode memiliki sisi lebih dan kurang. Juga ciri khas tersendiri.
Akan halnya Tilawati, metode ini kekhasan, antara lain lewat pendekatan pembelajarannya.

Tilawati menerapkan metode klasikal dan baca simak dalam pembelajaran. Pembelajaran
dilakukan dalam 2 tahapan. Pertama teknik klasikal menggunakan alat peraga. Kedua baca
simak dengan buku jilid.

Dalam buku strategi pembelajaran Al Qur’an metode Tilawati, disebutkan beberapa ciri
pembelajaran tilawati.

1. Pendekatan pembelajaran seimbang antara pembiasaan melalui metode klasikal dan


kebenaran membaca melalui pendekatan individual dengan teknik baca simak
2. Penggunaan lagu rost sebagai lagu standart pembelajaran
3. Pendekatan klasikal menggunakan 3 teknik pembelajaran. Yakni, teknik 1, guru
membaca santri/siswa mendengarkan. Tekik 2, guru membaca santri menirukan.
Teknik 3 guru dan santri membaca bersama-sama.
4. Alokasi waktu penerapan klasikal 15 menit. Alokasi baca simak 30 menit.
5. Kenaikan halaman buku tilawati dilakukan bersama-sama dalam satu kelas, bila santri
lancar dalam satu kelas mencapai angka 70 persen.
6. Satu jilid buku diselesaikan dalam waktu 60 kali pertemuan. Dengan standart tatap
muka tiap minggu 5 kali.

Anda mungkin juga menyukai