PENDAHULUAN
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis
dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat
terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar.
Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai
melemah. Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah “Turun Bero”,
merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian le mah
dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut).
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot) dinding perut.
Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.Tujuh puluh lima
persen dari seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya
dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis
dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia
disebut hernia skrotalis.
BAB II
LAPORAN KASUS
Status Pasien
I. IDENTITAS
Nama : Tn. MM
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 44 tahun
Alamat : Jl. Batee Puteh Kota Langsa
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Aceh
Status : Menikah
Masuk RS : 9 Agustus 2018
Nadi : 86 x/menit
Suhu : 36,7oC
Pernafasan : 18 x/menit
Status generalis
1. Kepala : Dbn
2. Mata : Dbn
3. THT : Dbn
4. Leher : Dbn
5. Mulut : Dbn
7. Thorax : Dbn
8. Abdomen : Dbn
Inspeksi :
-Terdapat benjolan pada scrotum dextra
-Benjolan membesar ketika pasien batuk dan mengedan.
Palpasi :
- Benjolan dapat digerakkan
- Konsitensi kenyal
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
VI. PENATALAKSANAAN
- IVFD RL 30 gtt/i
- Ceftriaxone 1 amp/12 jam
- Ketorolac 1 amp/12 jam
- Ranitidine 1 amp/12 jam
- Pasien di puasakan 6 jam sebelum operasi
Tindakan : Hernioraphy
Post Operasi
- IVFD RL 30 gtt/i
- Ceftriaxone 1 amp/12 jam
- Ketorolac 1 amp/12 jam
- Ranitidine 1 amp/12 jam
VII. PROGNOSIS
- Dubia ad Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1.2 KLASIFIKASI
1. Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita .
1,3
a. Hernia kongenital:
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis
dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi
penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan
(prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak
mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis
kongenital.
b. Hernia aquisita:
Disebabkan oleh :
Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui kantong dan isi hernia
Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan
intraabdomen yang kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi hernia ke
annulus inguinalis internus
Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau
kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah
appendiktomi
2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus. Dapat direposisi tanpa operasi.1
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat
kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi.
Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah
mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.1
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan
vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi
hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah
terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat
gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.1
d.
Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin
hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah
disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran
makanan tidak bisa lewat).1
3. Berdasarkan Letak :
Hernia Inguinalis
Hernia Femoralis
Hernia Diafragmatika
Hernia Umbicalis 1,3
4. Berdasarkan Arah Penonjolan :
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
menonjolnya ke arah luar, misalnya:
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia umbilicalis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica
b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum
thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam
cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
- Hernia diafragmatika traumatika
- Hernia diafragmatika non-traumatika:
Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia
Morgagni
Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus.
3.1.3 ANATOMI
Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki
dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus
pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan
embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui
kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan
fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir
tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya
hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen
keluar melalui celah tersebut.1,3
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering
mendahului hernia inguinalis.1,6
3.1.5 GEJALA KLINIS
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan,
dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1
3.1.6 DIAGNOSIS
Teknik pemeriksaan :
Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Gambar 10 : Pemeriksaan Thumb Test
3.1.7 PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
a.Reposisi : Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi
hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi
reposisi.1Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan
vitalitas lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia.
Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila
tidak berhasil, operasi segera.1 Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam
waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini
posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :1
2. Operatif
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi
sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi
dan hernioplasti.1
3.1.8 KOMPLIKASI
3.1.9 PROGNOSIS
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik.
Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.
Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24 th
2011. (Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on
May 12th 2011)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse.
Last Updated December 2008.
(Available from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May
12th 2011)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm
cited on May 13th 2011)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa
Laniyati Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515