Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis
dengan perbandingan 2 : 1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat
terkena dibandingkan dengan wanita. Semakin bertambahnya usia kita,
kemungkinan terjadinya hernia semakin besar.

Hal ini dipengaruhi oleh kekuatan otot-otot perut yang sudah mulai
melemah. Hernia, atau sering kita kenal dengan istilah “Turun Bero”,
merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian le mah
dari dinding rongga bersangkutan. Kita ambil contoh hernia abdomen (perut).
Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah
dari lapisan muskulo aponeurotik (lapisan otot) dinding perut.

Hernia terdiri atas jaringan lunak, kantong, dan isi hernia.Tujuh puluh lima
persen dari seluruh hernia abdominal terjadi diinguinal (lipat paha). Yang lainnya
dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis
dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah zakar), hernia
disebut hernia skrotalis.
BAB II
LAPORAN KASUS
Status Pasien
I. IDENTITAS

Nama : Tn. MM
Jenis kelamin : laki-laki
Usia : 44 tahun
Alamat : Jl. Batee Puteh Kota Langsa
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Suku : Aceh
Status : Menikah
Masuk RS : 9 Agustus 2018

II. KELUHAN UTAMA

Benjolan pada daerah scrotum dextra

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Rumah Sakit Umum Langsa dengan keluhan benjolan di
scrotum dextra sejak kurang lebih 4 bulan sebelum masuk rumah sakit. Benjolan
berbentuk bulat, dengan permukaan yang rata dan warna sama seperti warna kulit
sekitarnya. Permukaan benjolan rata dengan konsistensi lunak. Benjolan dapat
digerakan. Menurut pasien ukuran benjolan berubah-ubah, jika pasien sedang
batuk atau mengedan, maka benjolan akan keluar dan semakin membesar dari
ukuran sebelumnya, dan bila pasien sedang berbaring, maka ukuran benjolan
mengecil. pasien tidak pernah mengalami trauma pada daerah scrotum, lipat paha
maupun perut sebelumnya. Sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluhkan tidak bisa buang air besar (+), tidak bisa flatus (+), dan terdapat
nyeri (+). Pasien juga mengeluh benjolan sudah tidak dapat masuk kembali.
Pasien menyangkal keluhan lain seperti demam (-), pusing(-), mua(-), muntah (-),
perut kembung (-) dan BAK normal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada

Riwayat Pemakaian Obat


Tidak ada

Riwayat Sosial dan Kebiasaan


Pasien bekerja sebagai petani. Setiap harinya mengangkat barang berat. Riwayat
merokok semenjak SMA dan sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak Lemah


Kesadaran : Compos mentis
Vital Sign
 Tekanan darah : 120/90 mmHg

 Nadi : 86 x/menit
 Suhu : 36,7oC

 Pernafasan : 18 x/menit

Status generalis

1. Kepala : Dbn

2. Mata : Dbn

3. THT : Dbn

4. Leher : Dbn

5. Mulut : Dbn

6. Jantung dan pembuluh darah : Dbn

7. Thorax : Dbn

8. Abdomen : Dbn

9. Tulang belakang dan Anggota Gerak : Dbn

10.Sistem Syaraf : Dbn

11.Genetalia : Skrotum Dextra Membesar

Status lokalis genitalia

Inspeksi :
-Terdapat benjolan pada scrotum dextra
-Benjolan membesar ketika pasien batuk dan mengedan.
Palpasi :
- Benjolan dapat digerakkan
- Konsitensi kenyal

- Nyeri tekan (+)

IV. DIAGNOSA KERJA

Pra bedah : Hernia Scrotalis Dextra Irkarserata


Pasca bedah : Hernia Scrotalis Dextra Irkarserata

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Hasil pemeriksaan laboratorium pre-operasi pada tanggal 10 Agustus


2018 :
Pemeriksaan Hasil Nilai normal
Hemoglobin 13.5 g/dl 14 – 18 g/dl
Hematokrit 40,1 % 43 – 51 %
Eritrosit 4,58 juta / 4,5 – 5,5 juta / µL
µL
Leukosit 7.400 /µL 5000 – 10000 /µL
Trombosit 309.000 150.000 – 400.000
/mm3 /mm3
Bleeding time 1 menit 30 1 – 5 menit
detik
Clotting time 11 menit 1 – 16 menit
Gula darah sewaktu 97 mg% < 200 mg%

VI. PENATALAKSANAAN

- IVFD RL 30 gtt/i
- Ceftriaxone 1 amp/12 jam
- Ketorolac 1 amp/12 jam
- Ranitidine 1 amp/12 jam
- Pasien di puasakan 6 jam sebelum operasi

Tindakan : Hernioraphy
Post Operasi

- IVFD RL 30 gtt/i
- Ceftriaxone 1 amp/12 jam
- Ketorolac 1 amp/12 jam
- Ranitidine 1 amp/12 jam

VII. PROGNOSIS
- Dubia ad Bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 HERNIA INGUINALIS


3.1.1 DEFINISI
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui
defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan
muskuloaponeurotik) yang menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang
biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2
Gambar 1 : Anatomi Anterior

Gambar 2 : Anatomi Posterior

3.1.2 KLASIFIKASI
1. Berdasarkan terjadinya, hernia terbagi atas hernia kongenital dan akuisita .
1,3

a. Hernia kongenital:
Kanalis inguinalis normal pada fetus :
Pada bulan ke-8 kehamilan terjadi desensus testis, yaitu masuknya testis
dari abdomen ke scrotum melalui canalis inguinalis, sehingga terjadi
penarikan peritoneum ke daerah scrotum, dan terjadi penonjolan
(prosesus vaginalis peritonei). Pada bayi yang sudah lahir akan
mengalami obliterasi sehingga isi perut tidak dapat masuk melalui kanal.
Karena testis kiri turun lebih dahulu daripada kanan, maka kanalis
inguinalis kanan lebih sering terbuka. Pada keadaan normal, kanalis
inguinalis menutup pada usia 2 tahun. Bila prosesus terbuka terus (tidak
mengalami obliterasi) menyebabkan terjadinya hernia inguinalis lateralis
kongenital.

b. Hernia aquisita:
Disebabkan oleh :
 Adanya prosesuss vaginalis yang terbuka
 Adanya annulus inguinalis inetrnus yang cukup lebar
sehingga dapat dilalui kantong dan isi hernia
 Dapat juga disebabkan oleh peninggian tekanan
intraabdomen yang kronik (batuk kronik, hipertrofi prostat,
konstipasi, ascites) yang akan mendorong isi hernia ke
annulus inguinalis internus
 Kelemahan dinding otot perut yang disebabkan oleh usia, atau
kerusakan n. illioinguinalis dan n. illiofemoralis setelah
appendiktomi
2. Berdasarkan klinis:
a. Hernia reponibilis: bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk lagi jika berbaring
atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi
usus. Dapat direposisi tanpa operasi.1
b. Hernia irreponibilis: organ yang mengalami hernia tidak dapat
kembali ke cavum abdominal kecuali dengan bantuan operasi.
Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan usus. Jika telah
mengalami perlekatan organ disebut hernia akreta.1
c. Hernia strangulata: hernia dimana sudah terjadi gangguan
vaskularisasi viscera yang terperangkap dalam kantung hernia (isi
hernia). Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah
terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat
gangguan mulai dari bendungan sampai nekrosis.1
d.
Hernia inkarserata: isi kantong terperangkap, terjepit oleh cincin
hernia, tidak dapat kembali ke dalam rongga perut, dan sudah
disertai tanda-tanda ileus mekanis (usus terjepit sehingga aliran
makanan tidak bisa lewat).1

3. Berdasarkan Letak :
 Hernia Inguinalis
 Hernia Femoralis
 Hernia Diafragmatika
 Hernia Umbicalis 1,3
4. Berdasarkan Arah Penonjolan :
a. Hernia eksterna:
Hernia yang penonjolannya dapat dilihat dari luar karena
menonjolnya ke arah luar, misalnya:
- Hernia inguinalis medialis (15%) dan lateralis (60%)
- Hernia femoralis
- Hernia umbilicalis
- Hernia epigastrika
- Hernia lumbalis
- Hernia obturatoria
- Hernia semilunaris
- Hernia parietalis
- Hernia ischiadica

Gambar 3. Hernia Eksterna


Gambar 4

b. Hernia interna:
Jika isi hernia masuk ke dalam rongga lain, misalnya ke cavum
thorax, bursa omentalis, atau masuk ke dalam recessus dalam
cavum abdomen.
Pada cavum abdominalis:
- Hernia epiploica Winslowi
- Hernia bursa omentalis
- Hernia mesenterika
- Hernia retro peritonealis
Pada cavum thorax:
- Hernia diafragmatika traumatika
- Hernia diafragmatika non-traumatika:
 Kongenital: misalnya hernia Bochdalek dan hernia
Morgagni
 Akuisita: misalnya hernia hiatus esophagus.

3.1.3 ANATOMI

Anatomi Regio Inguinalis

Gambar 5 : Dinding Abdomen

Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh annulus inguinalis


internus yang merupakan bagian terbuka dari fascia transversalis dan
aponeurosis m. transverses abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum
pubikum, kanal ini dibatasi oleh annulus inguinalis eksternus, yaitu bagian
terbuka dari aponeurosis m. oblikus eksternus. Atapnya adalah aponeurosis
m. oblikus eksternus, dan dasarnya adalah ligamentum inguinale. Akanal ini
berisi funiculus spermaticus pada laki-laki dan ligamentum rotundum pada
perempuan.1

Gambar 6 : Kanalis Inguinalis

Hernia inguinalis indirek disebut juga hernia inguinalis lateralis,


karena keluar melalui annulus inguinalis internus yang terletak lateral dari
pembuluh epigastrika inferior, kemudian hernia masuk ke dalam kanalis
inguinalis dan bila cukup panjang keluar di annulus inguinalis eksternus.
Jika berlanjut, tonjolan akan sampai ke skrotum dan disebut hernia skrotalis.
Kantong hernia terletak di dalam m. kremaster, anteromedial terhadap vas
deferens dan struktur lain dalam funiculus spermaticus.1
Sementara itu hernia inguinalis direk atau disebut juga medial
menonjol langsung ke depan melalui trigonum hasselbach. Daerah yang
dibatasi ligamentum inguinal di inferior, a/v. epigastrika inferior di lateral
dan tepi otot rektus di bagian medial. Dasar segitiga hasselbach ini dibentuk
oleh fascial transversal yang diperkuat oleh aponeurosis m. transverses
abdominis yang kadang-kadang tidak sempurna, sehingga potensial untuk
menjadi lemah. Karena hernia medialis ini tidak melalui kanalis umumnya
tidak mengalami strangulasi karena cincinnya cenderung longgar.1

Gambar 7 : Bagian dalam region inguinal


3.1.4 ETIOLOGI

Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki
dibanding perempuan. Hal ini mungkin karena annulus inguinalis eksternus
pada pria lebih besar dibanding wanita. Selain itu juga karena perjalanan
embriologisnya dimana testis pada pria turun dari rongga abdomen melalui
kanalis inguinalis. Seringkali kanalis tidak menutup sempurna setelahnya.
Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada annulus internus yang cukup lebar sehingga bisa dimasuki oleh
kantong dan isi hernia. Selain itu diperlukan juga faktor yang bisa
mendorong isi hernia melalui pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.1,3,4,5
Ada tiga mekanisme yang seharusnya bisa mencegah terjadinya hernia
inguinalis. Yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.
ablikus internus yang menutup annulus internus ketika berkontraksi, dan
fascia transversa yang menutup trigonum hasselbach yang umumnya hampir
tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini bisa menyebabkan terjadinya
hernia.1
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan intra abdomen lebih lanjut, dan
kelemahan otot dinding perut karena usia. Akibatnya isi intraabdomen
keluar melalui celah tersebut.1,3
Tekanan intraabdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk kronik,
mengedan saat miksi atau defekasi (missal karena hipertrofi prostat atau
konstipasi), ascites, obesitas atau mengangkat beban berat sering
mendahului hernia inguinalis.1,6
3.1.5 GEJALA KLINIS

Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan
di lipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin, atau mengedan,
dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai, bila ada
biasanya dirasakan di daerah epigastrium atau para umbilical berupa nyeri
visceral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus
masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah,
afflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus
atau strangulasi karena nekrosis atau gangren. 1

3.1.6 DIAGNOSIS

Pada inspeksi, saat pasien diminta mengedan dalam posisi berdiri


dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di regio
inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Perlu diperhatikan
keadaan asimetri pada kedua sisi lipat paha, skrotum atau labia dalam posisi
berdiri dan berbaring. Pasien lalu diminta mengedan atau batuk sehingga
adanya benjolan yang asimetri dapat dilihat. 1,2,4
Pada palpasi, dilakukan saat ada benjolan hernia, diraba
konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah dapat direposisi. Bila hernia
dapat direposisi, waktu jari masih berada di annulus internus, pasien diminta
mengedan, kalau ujung jari menyentuh hernia berarti hernia inguinalis
lateral, sementara jika bagian sisi jari yang menyentuh, berarti hernia
inguinalis medialis. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada
funikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis kantong yang
memberikan sensasi gesekan dua kain sutera. Disebut tanda sarung tangan
sutera. Kalau kantong hernia berisi organ, palpasi mungkin meraba usus,
omentum (seperti karet) atau ovarium.1,2
Diagnosis pasti hernia umumnya sudah bisa dilakukan dengan
pemeriksaan klinis yang teliti.2

Teknik pemeriksaan :

Hernia yang melalui annulus inguinalis abdominalis (lateralis/internus) dan


mengikuti jalannya spermatid cord di canalis inguinalis serta dapat melalui annulus
inguinalis subcutan (externus) sampai scrotum. Mempunyai LMR ( Locus Minoris
Resistentie Secara klinis HIL dan HIM dapat dibedakan dengan tiga teknik
pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test. Cara
pemeriksaannya sebagai berikut :

1. Pemeriksaan Finger Test :

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.


2. Dimasukkan lewat skrortum melalui
anulus eksternus ke kanal inguinal.
3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia


Inguinalis Lateralis.
 Bila impuls disamping jari Hernia
Inguinnalis Medialis.
2. Pemeriksaan Ziemen Test :

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan


masukkan dulu (biasanya oleh penderita).
2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan
kanan.
3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan
pada :

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.


 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.
 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar 9 : Pemeriksaan ZiemenTest

3. Pemeriksaan Thumb Test :

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan
 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.
 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.
Gambar 10 : Pemeriksaan Thumb Test

3.1.7 PENATALAKSANAAN

1. Konservatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
a.Reposisi : Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi
hernia dan membentuk corong, tangan kanan mendorongnya ke arah cincin
hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi
reposisi.1Pada anak-anak reposisi spontan lebih sering terjadi dan gangguan
vitalitas lebih jarang disbanding orang dewasa. Hal ini disebabkan cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan
menidurkan anak dengan pemberian sedative dan kompres es di atas hernia.
Bila usaha reposisi ini berhasil, anak disiapkan operasi hari berikutnya. Bila
tidak berhasil, operasi segera.1 Jika reposisi hernia tidak berhasil dalam
waktu enam jam harus dilakukan operasi segera. Pada tindakan reposisi ini
posisi penderita dapat dilakukan denagn posisi seperti pada gambar :1

Gambar 11 : Reposisi dengan posisi trendelenburg

b. Bantalan penyangga ( sabuk Truss)

Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang


telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harusdipakai
seumur hidup. Namun cara yang berumur lebih dari 4000 tahun ini masi saja
dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dinjurkan karena
mempunyai komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut didaerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada
anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofitestis karena tekanan pada
funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah dari testis.1
Gambar 12 : Bantalan Penyangga ( Sabuk Trust )

Yang penting diperhatikan untuk memperoleh keberhasilan terapi


maka factor-faktor yang meningkatkan tekanan intra abdomen juga harus
dicari dan diperbaiki. Misalnya batuk kronis, prostat, tumor, ascites, dan
lain-lain). Dan defek yang ada direkonstruksi.2

2. Operatif
Langkah operatif adalah pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi
sudah ada sejak diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi terdiri dari herniotomi
dan hernioplasti.1

a.Herniotomi : Herniotomi adalah membebaskan kantong hernia sampai ke


lehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan,
kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu
dipotong.1
a.Hernioplasty : Hernioplasti ialah melakukan tindakan memperkecil
annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding posterior kanalis
inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya residif.
Dikenal berbagai metode hernioplasti seperti memperkecil annulus
inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat fasia
transversa, dan menjahitkan pertemuan antara m. oblikus internus abdominis
dan m. transverses internus abdominis (conjoint tendon) ke ligamentum
inguinale poupart menurut Bassini, atau menjahitkan fasia transversa, m.
transverses abdominis, m. oblikus internus abdominis ke ligamentum cooper
menurut McVay.1

Gambar 13. Herniotomi dan Hernioplasti


Kelemahan teknik Bassini dan teknik variasi lain adalah adanya
regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Karena itu dipopulerkan
metode penggunaan prosthesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis
yang menjadi dasar kanalis inguinalis, tanpa menjahit otot-otot ke inguinal.1
Pada bedah darurat, misalnya sudah terjadi komplikasi, prinsipnya
sama dengan yang elektif. Cincin hernia dicari dan dipotong. Usus halus
dinilai apakah vital atau tidak. Bila vital direposisi, bila tidak dilakukan
reseksi dan anastomosis.2

3.1.8 KOMPLIKASI

Komplilkasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi


hernia. Isi hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada kasus ireponibel;
ini dapat terjadi kalau isi terlalu besar, atau terjadi perlekatan. Dalam kasus
ini tidak ada gejala klinis.1
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga
terjadi strangulasi yang menimbulkan gejala obstruksi sederhana. Sumbatan
dapat terjadi parsial atau total seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis atau kaku, sering terjadi jepitan parsial.1
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi ke jaringan
isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem
organ atau struktur di dalam hernia. Timbulnya udem mengakibatkan
jepitan semakin bertmbah sehingga suplai darah terhambat. Akibatnya
jaringan isi akan nekrosis dan hernia akan berisi cairan transudat
serosanguinis. Bila isi jaringan adalah usus, bisa terjadi perforasi yang
menimbulkan abses lokal, fistel, hingga peritonitis.1,4
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai
dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam basa. Bila telah strangulasi, bisa terjadi toksik akibat
gangrene dan gambaran menjadi sangat serius. Penderita akan mengeluh
nyeri hebat di tempat hernia dan akan menetap karena rangsang peroitoneal. 1
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat
dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan dapat ditemukan tanda
peritonitis atau abses local. Dalam hal ini hernia strangulate merupakan
kegawatdaruratan dan butuh penanganan segera.1

3.1.9 PROGNOSIS
Prognosis biasanya cukup baik bila hernia diterapi dengan baik.
Angka kekambuhan setelah pembedahan kurang dari 3%.
BAB IV
KESIMPULAN

Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah


appendicitis. 1
Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan
melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia
dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding
abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia
inguinalis directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia
indirecta/hernia obliqua. Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka
kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang paling sering adalah yang
sebelah kanan. 2
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup
(tetap terbuka). 1
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi
strangulasi penanganan segera adalah dengan operasi.
Operasi hernia ada berbagai macam teknik yaitu : Marcy, Bassini, McVay,
Shouldice, Lichtenstein Tension free.2
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004.
Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
3. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series
4. Inguinal Hernia. Wikipedia the free encyclopedia. Last Updated : April 24 th
2011. (Available from http://en.wikipedia.org/wiki/Inguinal_hernia, cited on
May 12th 2011)
5. Inguinal Hernia. National Digestive Disease Information Clearinghouse.
Last Updated December 2008.
(Available from
http://digestive.niddk.nih.gov/ddiseases/pubs/inguinalhernia. cited on May
12th 2011)
6. Balentine, Jerry R. dan Stoppler, Melissa Conrad. Hernia. eMedicine Health.
(Available from http://www.emedicinehealth.com/hernia/article_em.htm
cited on May 13th 2011)
7. She Warts, Seymour I, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Alih Bahasa
Laniyati Celal, editor Linda Chandranata – Jakarta, EGC, 2000, hal 509-515

Anda mungkin juga menyukai