Anda di halaman 1dari 16

V PERANCANGAN TAMBANG

5.1 Desain Tambang Terbuka


Berdasarkan UU No 4 Tahun 2009, Penambangan adalah bagian kegiatan
usaha pertambangan untuk memproduksi mineral (berupa bijih atau batuan, di luar
panas bumi, minyak dangas bumi serta air tanah) dan/atau batubara dan mineral
ikutannya, yang terdiri dari kegiatan penggalian, pemuatan,dan pengangkutan.
Sebelum melakukan penambangan terlebih dahulu dilakukan tahap development,
yaitu pembuatan segala infrastruktur yang mendukung kegiatan penambangan
seperti jalan, kantor, kantin dan lain-lain. Dalam perancangan tambang terbuka
terdapat proses membangun rancangan akhir dari kegiatan penambanganya itu
menentukan besarnya cadangan bahan galian yang akan ditambang dan
menentukan geometri akhir dari penambangan tersebut. Perancangan tambang
dibuat berdasarkan geometri jenjang tambang yang telah di tentukan.
Luas area yang akan ditambang seluas 25,236 ha, sehingga cadangan
yang bisa tertambang berdasarkan desain tambang yang sudah dibuat sebesar
83.943.182 ton.

5.1.1 Bentuk Dan Karakteristik Endapan Serta Lapisan Penutup


Survei lapangan dilakukan oleh PT. Smarth Resources. Pada beberapa
singkapan batuan yang dijumpai, terdapat beberapa lokasi ditemukannya endapan
lepas magnetit baik berupa stockworks maupun lepas-lepas berukuran gravel
hingga boulder. Bijih Besi yang ditemukan berwarna segar hitam, pucat, warna
lapuk hitam kecoklatan, kilap kusam, padat, belahan/fracture concoidal, walaupun
masih terdapat rekahan yang tupis, streak/goresan hitam, sifat magnet sedang
hingga kuat.
Hasil pengamatan mineralisasi di daerah Kabupaten Kotawaringin Timur ini
menunjukkan bahwa bijih besi berupa sebaran magnetit primer pada batuan andesit
dan akumulasi antara breksi dan batuan andesit yang membentuk endapan Breksi
Andesitik telah membentuk jalur sepanjang ± 442 m dengan kedalaman badan bijih
± 120 m, dan kadar rata-rata Fe adalah 52.39 %.
5.1.2 Penentuan Metode Penambangan
Penentuan suatu metode penambangan didasarkan pada letak atau wilayah
keterdapatannya endapan dan bentuk endapan itu sendiri. Metode penambangan
yang digunakan oleh PT. Smarth Resource adalah dengan pembuatan pit atau
metode open pit dari elevasi 31 – (-60) mdpl dengan jalan masuk spiral Dimana
Open pit adalah salah satu metode pada sistem tambang terbuka yang diterapkan
pada penambangan bijih atau ore dengan membuat sumuran kebawah permukaan
dimana berdasarkan letak posisi ore.

5.1.3 Parameter Perancangan Tambang


Perancangan tambang didasarkan pada 2 parameter yaitu:
1. Aspek teknis
Artinya suatu endapan dapat ditambang apabila dikatakan layak secara teknis
untuk ditambang.
2. Aspek ekonomis
Artinya suatu endapan dapat ditambang apabila dikatakan layak secara
ekonomi untuk ditambang, artinya penambangan tersebut tidak merugikan.
Berikut parameter yang harus diperhatikan dalam parameter perancangan
tambang:
A. Geometri Lereng
Parameter yang digunakan untuk membuat desain jenjang tambang diperoleh
dari hasil studi geoteknik (Lihat 4.5 Review Design Geometri Jenjang Yang
Direncanakan). Geometri Lereng keseluruhan didesain dengan metode emprik
yang menggunakan pendekatan klasfikasi RMR dan klasifikasi SMR.
Geometri jenjang individual slope penambangan:
Tinggi jenjang : 10 m
Lebar : 12 m

Kemiringan jenjang : 75º


Geometri jenjang keseluruhan (overall slope) penambangan:
Tinggi jenjang : 60 m

Kemiringan jenjang : 36º


B. Geometri Jalan Tambang
Geometri jalan angkut yang harus diperhatikan sama seperti jalan raya
pada umumnya. Jalan angkut yang lebar diharapkan akan membuat lalu lintas
pengangkutan lancar dan aman Disamping itu, perhitungan lebar jalan pun harus
mempertimbangkan jumlah lajur, yaitu lajur tunggal untuk jalan satu arah atau
lajur ganda untuk jalan dua arah.Jalan tambang yang direncanakan PT. Smarth
Resources terdiri dari 1 jalur dan 2 lajur. Pemilihan 2 lajur agar memperlancar
pengangkutan
Untuk menghitung lebar jalan angkut pada jalan lurus dan lebar jalan angkut
pada belokan.
a) Lebar jalan angkut pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada
Rule of Thumb yang dikemukakan oleh AASHTO Manual Rural Highway
Design adalah sebagai berikut :
L = n . Wt + (n + 1) (0,5 Wt) (5.1)
Dimana L adalah Lebar jalan angkut minimum (m), n adalah Jumlah
jalur, Wt adalah Lebar alat angkut total (m).
Nilai 0,5 merupakan faktor pengali terhadap lebar terbesar dari truck
yang digunakan dan ukuran aman pada masing-masing kendaraan
dibagian kanan kiri tepi jalan.
b) Lebar jalan angkut pada tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar dari pada lebar jalan
lurus. Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau
belokan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
W = n (U + Fa + Fb + Z) + C (5.2)
C = Z = 0,5 (U + Fa + Fb) (5.3)
Dimana W adalah Lebar jalan angkut pada tikungan (m), U adalah Lebar
jejak roda (m), N adalah Jumlah jalur, Fa adalah Lebar juntai depan (m),
Fb adalah Lebar juntai belakang (m), C adalah Jarak antara dua truck
yang bersimpangan (m), Z adalah Jarak sisi luar truk ketepi jalan (m).
c) Kemiringan Jalan
Jalan angkut di dalam tambang biasanya dirancang pada kemiringan 8%
atau 10%. Untuk tambang-tambang yang besar, kemiringan jalan 8%
paling umum. Ini akan memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam
pembuatannya, serta memudahkan dalam pengaturan masuk ke jenjang
tanpa menjadi terlalu terjal di beberapa tempat. Untuk jalan-jalan angkut
yang panjang, kemiringan 10% adalah kemiringan maksimum yang
masih praktis. Tambang-tambang kecil banyak yang dirancang dengan
kemiringan jalan 10%.
Berdasarkan hasil dari perhitungan didapatkan ketentuan Geometri Jalan yang
akan diterapkan PT. Smarth Resources sebagai berikut: Jalan tambang (Mine Road);
Lebar jalan lurus : 9 m.
Lebar jalan tikungan : 13 m
Grade maksimum : 10%
C. Geometri Pemboran dan Peledakan
Pemboran merupakan tahan yang dilakukan sebelum kegiatan peledakan yang
bertujuan untuk menyediakan lubang tembak. Perancangan terhadap geometri
pemboran disesuaikan dengan geometri peledakan yang akan diterapkan. Selain itu
geometri pemboran juga disesuaikan dengan kapasitas alat bor yang seperti
diameter bit yang digunakan.
Pola pemboran yang direncanakan adalah pola selang seling mengingat
kondisi permukaan free face yang tidak rata dan penyebaran energy pada pola
pemboran selang seling lebih merata sehingga mengurangi kemungkinan
terbentuknya bongkahan hasil peledakan, yang mana akan membuat kegiatan
peledakan kurang efisien. Adapun rancangan geometri pemboran yang akan
diterapkan adalah:
1. Kedalaman lubang bor 9 m.
2. Arah pemboran yang diencanakan yaitu arah pemboran miring dengan sudut
75º.
3. Diameter lubang ledak sesuai dengan diameter mata bor yang akan
digunakan, yaitu 4 inci.
4. Pola pemboran yang akan diterapkan yaitu pola pemboran selang seling.
Penentuan geometri peledakan dilakukan dengan menggunakan teori C.J.
Konya. Penggunaan teori ini berdasarkan pertimbangan parameter yang digunakan
dalam penentuan geometrinya (terutama burden) lebih banyak dibandingkan
dengan teori lainnya. Parameter yang dimaksud yaitu jenis batuan dan jenis bahan
peledak yang akan digunakan, diameter lubang ledak, struktur geologi batuan,
posisi batuan, jumlah baris lubang ledak serta tinggi jenjang. Berdsarkan hal
tersebut maka didapatkan rancangan geometri sebagai berikut:
Tabel 5.1 Rancangan Geometri Peledakan

No. Geometri Besaran

1 Burden 1,632 m

2 Spacing 2,285 m

3 Stemming 1,142 m

4 Sub Drilling 0,489 m

5 Kedalaman 10,489 m

6 Charge length 9,347 m

7 Loading density 3,85 kg/m

8 Ukuran fragmentasi 15,58 cm

D. Perancangan Pushback
Pushback adalah bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) yang
menunjukkan bagaimana suatu daerah yang akan ditambang, dari titik masuk awal
hingga ke bentuk akhir daerah tambang. Yang perlu ditampilkan dalam pushback
adalah:
a. Peta penampang horisontal tampak atas (plan / level map) memperlihatkan
bentuk pit pada akhir tiap tahap. Bila mungkin tandai setiap perubahan.
b. Peta penampang horisontal yang menunjukkan batas seluruh pushback pada
satu atau dua elevasi jenjang.
Peta Pushback PT. Smarth Resource dapat dilihat pada lampiran.
5.2 Rancangan Akhir Tambang
Pasca kegiatan penambangan terdapat beberapa hal yang harus dilakukan
untuk memperbaiki bentang alam, salah satunya yaitu dengan melakukan kegiatan
reklamasi. PT. Smarth Resource merencanakan untuk melakukan penimbunan pada
bottom pit khususnya pada ore yang tertinggal, untuk mengantisispasi kontak air
dengan bijih besi. Pada bottom pit yang ditimbun dilakukan pemantauan secara
berkala serta penanaman kembali pada beberapa areal bekas penambangan.
5.3 Cadangan Tertambang
Cadangan biji besi tertambang akan dihitung berdasarkan kondisi geologi
(struktur, topografi, sungai). Geometri lereng tambang dimana tinggi lereng
keseluruhan rata-rata adalah 60 m dengan kemiringan lereng total 36˚.
5.4 Tahapan Kegiatan Pertambangan
Kegiatan penambangan Bijih Besi yang direncanakan pada setiap bukaan
tambang akan mencakup:
a. Land Clearing dan Pengupasan TopSoil
Land Clearing dilakukan untuk pembersihan lahan dari pepohan dan semak-
semak.pengupasan lapisan atas (top soil) yang banyak mengandung bahan- bahan
organik hasil pelapukan, yang sangat baik untuk penyuburan tanah. Lapisan tanah
subur ini dikupas dengan menggunakan bulldozer. Bulldozer sambil mengupas
tanah subur tersebut sekaligus mendorong dan mengumpulkannya pada lokasi
tertentu. Dengan demikian pada lahan penambangan akan terdapat lokasi timbunan
tanah subur yang pada gilirannya akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan bekas
penambangan.
b. Tahap Pemboran
Pemboran dilakukan untuk membuat lubang sebagai tempat lewatnya kabel
pemotong dari diamond wire saw machine. Pemboran dilakukan dengan 2
tahap yaitu pemboran vertikal dan pemboran horizontal. Pemboran vertikal
menggunakan crawler drill PCR 200 dan pemboran horizontal menggunakan
Driller merk Marini.
c. Penggalian Bijih Besi
Penggalian Bijih Besi, dilakukan dengan menggunakan bantuan bulldozer
dan excavator setelah dilakukan kegiatan peledakan. Setelah itu excavator
langsung melakukan penggalian dan pemuatan ke atas dump truck. Bila ditemukan
Bijih Besi yang masih dalam bentuk boulder, bulldozer akan membantu
memberaikan material tersebut terlebih dahulu sebelum penggalian dan pemuatan
oleh excavator.
d. Tahap Pengangkutan
Bijih Besi diangkut menggunakan excavator sebagai alat muat dan dump
truck sebagai alat angkut. Dump truck akan mengangkut Bijih Besi dari daerah
penambangan (Run Of Mine) menuju ke lokasi penimbunan Bijih Besi (raw
stockpile), yang lokasinya berdekatan dengan unit pengolahan Bijih Besi.
e. Tahap Pengolahan
Di unit pengolahan Bijih Besi, Bijih Besi produk tambang akan diperkecil
ukurannya menjadi Bijih Besi siap jual.

5.5 Rencana Produksi Dan Umur Tambang


5.5.1 Waktu Kerja
Waktu kerja yang ditetapkan PT. Smarth Resources terdiri dari 1 shift, dari
jam 07.00-12.00 sampai jam 13.00-18.00. Lama kerja dalam 1 hari yaitu 10
jam hari senin dan sabtu. Sedangkan hari jumat hanya 10,5 jam. Tabel waktu
kerja da[at dilihat pada Tabel 5.4 Waktu Kerja PT. Smarth Resources
Tabel 5.4 Waktu Kerja Perusahaan
SENIN-SABTU

Jadwal
Waktu (Jam) Keterangan Shift
Kerja
07.00-12.00 5 Kerja Terjadwal
I
12.00-13.00 1 Istirahat& Makan Siang
13.00-18.00 5 Kerja Terjadwal I
Total Jam 11
JUMAT
Jadwal
Kerja Waktu (Jam) Keterangan Shift
07.00 -12.00 4 Kerja Terjadwal
12.00 -13.00 1 Istirahat &Makan Siang I
13.00-18.00 5 Kerja Terjadwal I
Total Jam 10.5

5.5.2 Waktu Tersedia Per Bulan


Waktu kerja tersedia yang ditetapkan dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Waktu Tersedia Per Bulan

Jumlah Hari Hari Hari


Bulan Hari/Bulan Hujan Libur Hujan Total Hari
Pada Hari Kerja
Kerja
Month Day Day Day
Januari 31 15 6 7 18
Februari 28 8 5 4 19
Maret 31 20 6 10 15
April 30 18 4 5 21
Mei 31 9 7 5 19
Juni 30 17 4 4 22
Juli 31 14 10 4 17
Agustus 31 11 5 4 22
September 30 14 5 3 22
Oktober 31 19 5 3 23
November 30 19 4 2 24
Desember 31 18 5 1 25
Total 365 182 66 52 247

5.5.3 Rencana Produksi


5.5.4 Umur Tambang
Umur Tambang yang direncanakan oleh PT. Smarth Resources selama 20
tahun.
5.6 Penanganan Overburden
Overburden akan digunakan sebagai material untuk penimbunan bottom pit.

5.7 Rencana Penanganan Bahan Galian Yang Belum Terpasarkan


Bahan galian bijih besi pada PT.SMARTH Resources terpasarkan seluruhnya
sehingga tidak dibuatkan rencana penanganan bahan galian yang belum
terpasarkan.

5.8 Rencana Penanganan Sisa Cadangan Pada Pasca Tambang


Sisa cadangan bahangalian yang tidak tertambang akan dibiarkan karena
sudah sesuai dengan perhitungan mengenai geometri jenjang layak ditambang
yang telah dilakukan sebelumnya. PT. Smarth Resources berencana melakukan
tahap penutupan Tambang yang dilanjutkan pada kegiatan reklamasi lahan pasca
tambang sehingga akan dikembalikan lagi ke pemerintah daerah setempat atau
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undang yang berlaku

5.9 Tata Letak Tambang Dan Fasilitas Penunjang


Pengadaan fasilitas penunjang sangat diperlukan untuk mendukung kegiatan
utama dalam suatu rangkaian kegiatan penambangan. Sehingga kegiatan utama
dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Fasilitas penunjang di
sini dapat dikategorikan sebagai mine site infrastructure, dimana lokasinya dapat
dikonsentrasikan pada satu daerah tertentu. Fasilitas penunjang yang dimaksud
dapat meliputi:
1. Bengkel. Bengkel merupakan tempat perbaikan serta perawatan peralatan
sehingga alat-alat yang ada dapat beroperasi secara kontinu tanpa terjajadi.
penurunan produktivitas dari alat-alat tersebut. Ukuran bengkel disesuaikan
dengan jenis peralatan yang ada.

2. Sarana perkantoran, merupakan suatu sarana penting sebagai pusat


pengendalian dari kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan sesuai rencana
yang telah ditetapkan, baik kegiatan administrasi maupun kegiatan operasional
di lapangan.
3. Perumahan/mess, pemilihan lokasinya didasarkan pada tersedianya fasilitas-
fasilitas sosial yang telah ada dekat daerah penambangan, sehingga yang
diperlukan hanyalah perbaikan dan peningkatan fasilitas-fasilitas tersebut.

4. Kantin, Kantin terletak disebelah mess karyawan. Kantin berfungsi sebagai


tempat istirahat karyawan pada saat jam istirahat.

5. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), merupakan sumber tenaga listrik


untuk keperluan penerangan bagi daerah tambang, juga untuk pengoperasian
alat-alat listrik serta sumber tenaga bagi pemompaan air dari dalam tambang ke
luar tambang. Besarnya daya pembangkit disesuaikan dengan kebutuhan
pemakaian.

6. Pos keamanan, lokasinya terletak di daerah yang menjadi jalan keluar masuk
ke daerah tambang.

7. Mushola dan gereja (atau tempat ibadah lainnya) dibangun dekat dengan
perumahan karyawan.

8. Tangki bahan bakar. Untuk lokasi tanki bahan bakar dipilih yang dekat
dengan lokasi penambangan atau bengkel, terlindungi dari bahaya petir dan
dipagari dengan kawat berduri.

9. Kolam Pengendapan

10. Stock Yard, berfungsi sebagai tempat penampung hasil produk dari
penambangan sebelum masuk ke pabrik pengolahan.

11. Pabrik Pengolahan dan Gudang

Pabrik Pengolahan berfungsi untuk mengolah marmer hasil dari penambangan


untuk dijadikan produk akhir sebagai slab. Sedangkan gudang difungsikan
untuk menyimpan lembaran slab yang belum dipasarkan.
Tabel 5.3 Luas Areal Fasilitas Penunjang
Dimensi
Fasilitas Luas Area
NO (PxL)
Penunjang (m2)
(Meter)
1 Bengkel 10,4 x 6,5 67,6

2 Gudang 17 x 30,5 518,5

3 Perkantoran 43 x 13 559
4 Perumahan/mess 7,9 x 18,5 146,15
5 PLTD 10,4 x 6,5 67,6
6 Pos Keamanan 3x2 6
7 Kantin 7.9 x 18.5 146,15
Tangki Bahan 5,3 x 6,2 33
8 bakar

Tempat 34 x 9.5 323


9 Pengolahan

StockYard 17.5 x 15.3 269


10
Kolam 14.8 x 13.2 195
11 Pengendapan

Anda mungkin juga menyukai