Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PRINSIP DASAR TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN


1.1 Interaksi Manusia dan Lingkungannya
Manusia sebagai makhluk hidup tertinggi di dunia ini hidupnya sangat tergantung pada
sumber daya alam yang ada disekitarnya. Sebagai kebutuhan dasar, misalnya ia memerlukan
udara setiap saat, air untuk minum, mandi, cuci, dll. Ia juga memerlukan makanan yang
terdiri atas flora dan fauna, juga tempat tinggal. Manusia memangmerupakan sebagian dari
alam, dan berinteraksi dengan alam sepanjang hayatnya. Sewaktu manusia jumlahnya masih
sangat sedikit, maka alam masih mampu membersihkan dirinya dari segala macam
buangan/kotoran dengan mekanisme yang berada di alam (ekosistem), yang dikenal sebagai
self purification process melalui siklus hidrobiogeokimianya.
Telah menjadi sifat manusia, untuk selalu berusaha meningkatkan taraf hidupnya,
sehingga ia melakukan berbagai inovasi peralatan yang dapat mempermudah dan
meningkatkan kehidupannya. Penemuan mesin uap oleh James Watt, mengakibatkan
mekanisasi dalam proses produksi, kemudian dengan ditemukannya listrik, terjadi
elektrifikasi, dan elektronifikasi, dan akhirnya saatini orang menggunakan peralatan system
informasi. Proses produksi dimulai di rumah dikenal sebagai produksi domestic, diikuti oleh
produksi di luar rumah, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan sekitarnya, dan kemudian
menjadi system produksi yang modern, yakni pabrik yang memenuhi kebutuhan negara
ataupun dunia. Industrialisasi ini diperlukan untuk mempercepat produksi bahan dan jasa
yang meningkatkan taraf hidup manusia. Seiring dengan proses ini buangan industry menjadi
semakin banyak dalam jumlah maupun kualitasnya. Oleh karena itu, pada tahap awal
industrialisasi terjadi kerusakan sumber daya alam dan lingkungan, baik karena eksploitasi
bahan baku alami maupun buangan industry.
Pada akhirnya, buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat alamiah
membuat lingkungan tidak mampu membersihkan dirinya, atau proses pembersihan dirinya
telah terlampaui, dan memerlukan bantuan manusia agar semua buangan tidak mengotori dan
merusak lingkungan, dan sumber daya alam yang dibutuhkan manusia tetap terjaga
kualitasnya. Berbagai ahli di perlukan untuk secara bersama mengelola lingkungan, bahkan
seluruh masyarakat perlu ikut serta dalam pengelolaannya. Secara khusus, para ahli
lingkungan dan teknik lingkungan mempunyai peran yang sangat besar dalam pengelolaan
ini.

1.2 Perkembangan Toksikologi


Dapat dipahami bahwa di masa depan buangan yang memasuki lingkungan akan
banyak berupa zat bercun dan berbahaya (B3), dan jumlahnya akan semakin bertambah dan
semakin beragam. Perhatian pengaruh zat B3 terhadap kesehatan masyarakat menginisiasi
rencana registrasi bahan baru sebelum dipakai secara komersial.contoh aturan sedemikian
adalah US Toxic Control Act tahun 1976, dan Scheme for the Hazard Assessment of
Chemicals (OECD) dalam tahun 1984, dan di Indonesia berlaku peraturan menteri kesehatan
nomor 472 tahun 1996 untuk registrasi B3.
Uraian diatas dapat memberi pengertian akan dibutuhkannya ilmu toksikologi
lingkungan, untuk melakukan uji toksisitas di laboratorium, untuk dapat
memperkirakan/memprediksikan toksisitas suatu limbah, bahan baku baru dan/atau efeknya
terhadap masyarakat. Ilmu ini relatif terhadap ilmu toksikologi lainnya masih sangat muda.
Sebelumnya telah dikenal berbagai ilmu toksikologi, yakni:
 Farmakotoksikologi
Farmatoksikologi diperlukan untuk penelitiandayaracun obat-obatan, hali ini
disebabkan obat itu mempunyai sifat beracun tidak saja terhadap penyebab penyakit, tetapi
juga terhadap sel yang sehat. Farmakotoksikologi merupakan ilmu toksikologi yang tertua
dan mempelajari dosis yang efektif membunuh penyakit, tetapi tidak terlalu mempengaruhi
sel yang sehat.
 Toksikologi makanan dan kosmetika
Toksikologi makanan dan kosmetika berkembang akibat adanya kebutuhan untuk
pengawetan, dan penyimpanan agar produksi pangan dan kosmetik dapat terus ditingkatkan.
 Toksikologi pestisida
Toksikologi pestisida awalnya digunakan dalam industrialisasi di bidang pertanian,
peternakan, dan kesehatan. Pestisida adalah racun yang sengaja dibuat oleh manusia untuk
membunuh organisme penganggu tanaman pangan dan insekta penyebar penyakit. Pestisida
yang pertama kali di temukan adalah DDT (dietil-difenil-trikloro-etan), suatu organoklorin.
Tetapi saying, karena kemudian ternyata DDT itu sangat persisten di lingkungan, makan
penggunaannya dilarang di seluruh dunia. Setelah itu dikembangkan dan di produksi berbagai
pestisida baru yang lebih mudah terdegradasi di dalam lingkungan, yakni yang tergolong
organofosfat dan karbmat.
 Toksikologi Industri
Industrialisasi yang menggunakan berbagai bahan baku yang dapat bersifat berbahaya
dan beracun, baik bagi pekerjanya maupun lingkungannya, sehingga mendukung
perkembangan toksikologi industry. Toksikologi industry saat ini telah banyak memberikan
pengalaman dan sumbangsih dalam penentuan kadar aman suatu zat yang berada dalam
lingkungan kerja, didasarkan atas 8 jam kerja per hari dan/atau 40 jam kerja per minggu,
untuk masyarakat dewasa dan sehat. Kadar aman suatu zat yang boleh ada di lingkungan
kerja dikenal sebagai Threshold Limit Values (TLV) ataupun Maximum Allowable
Concentration (MAC), ataupun Nilai Ambang Batas (NAB).
 Toksikologi Militer
Selanjutnya orang juga berperang dengan menggunakan berbagai senjata seperti zat
racun baik yang bersifat kimiawi, fisis dan biologis, disamping senjata tajam. Telah terkenal
bagaimana ampuhnya senjata fisis seperti bom atom yang merusak semua kehidupan dan
benda di muka bumi ini. Akibat dari semua ini akhirnya orang sadar bahwa senjata semacam
itu perlu dimusnahkan, demikian pula halnya dengan pemusnahan senjata kimia, dll.
 Toksikologi Forensik
Perkembangan ilmu toksikologi forensic yang secara khusus mempelajari keracunan
dalam bidang kriminologi. Arsen misalnya, sudah sejak lama digunakan untuk meracuni
orang secara perlahan. Arsen juga dikenal sebagai racun tikus.
 Toksikologi Medis
Selanjutnya dikenal pula toksikologi medis dan eksperimental dalam uji toksisitas
berbagai obat baru dan/atau zat racun yang akan digunakan baik di industry maupun di
masyarakat umum.
 Toksikologi Lingkungan
Semua zat beracun ataupun metabolitnya tentu akan kembali memasuki lingkungan,
sehingga kualitas lingkungan akhirnya bertambah buruk dengan terdapatnya berbagai racun,
dan dengan demikian diperlukannya toksikologi lingkungan.

Perhatian dunia untuk melakukan kerja sama didasarkan fakta, bahwa uji nuklir di masa
tahun1950-1960 berpengaruh terhadap seluruh dunia, juga zat kimia yang digunakan industry
seperti misalnya PCB (poliklorobifenil) dan pestisida, dapat menyebar ke tempat yang sangat
jauh dari sumbernya. Pertemuan dunia tentang hal ini, berhasil sepakat membuat
rekomendasi, a.l.:
1. Perlu dilakukan penelitian dan penilaian tentang sumber-sumber pencemar, media
transport, dan paparan serta resiko yang terjadi terhadap organisme. Memberikan
penyuluhan, bantuan teknis untuk dapat mempercepat partisipasi berbagai negara;
tertulis sebagai rekomendasi nomor 37 dalam konferensi “Stockholm” pada tahun
1972.
2. Perlu dilakukan kerjasama penilitian dalam bidang:
i. Ekologi terrestrial
ii. Membuat jaringan kerja sama regional dan global dalam rangka Man and
the Biosphere Program (MBP) di semua ekosistem regional utama
iii. Melakukan surveilans tentang efek pencemaran
iv. Melaksanakan pemantauan tentang terjadinya akumulasi zat berbahaya pada
komponen biotik dan abiotic serta pengaruh terhadap proses reproduksi
yang bersifat akumulatif serta jumlah populasi berbagai spesies. Juga UNEP
melakukan apa yang disebut Earth Watch.

Perhatian dunia terhadap toksikologi lingkungan ini juga didasarkan atas hasil
inventarisasi ataupun perkiraan jumlah produksi zat kimia yang semakin meningkat.

1.3 Berbagai Pencemar Terkenal Dan Efeknya Terhadap Kesehatan


Pengaruh racun terhadap manusia dapat dipelajaridari berbagai kejadian/event yang
tidak disengaja atau terjadi sebagai suatu kecelakaan. Orang dapat belajar dari berbagai kasus
misalnya:

 Kasus bom atom di Hiroshima dan Nagasaki. Detonasi bom secara langsung
menyebarkan panas yang tidak terkira dan mematikan semua organisme dalam
radius sekitar satu mil, tergantung dari kekuatan bom dan topografi. Selain itu
kebakaran yang terjadi di kota akan menyebarkan toksin seperti hasil
pembakaran plastic , dll. Masyarakat yang hidup jauh dari pusat jatuhnya bom
atom tidak meninggal tetapi menderita berbagai penyakit seperti leukemia.
 Pencemar Hg yang pernah di identifikasi bersumber dari pabrik plastic dengan
bahan baku vinylklorida dan setaldehida. Pabrik ini membuang merkuri ke
teluk Minamata, dan merkuri masuk pula ke sungai Minamata. Ikan yang
berada dalam perairan tersebut mengandung 27-102 ppm berat kering Hg.
Selama tahun 1953-1960 ditemukan keracunan HG pada 111 orang nelayan.
 Di Indonesia pencemaran merkuri ditemukan di banyak tempat, namun tidak
pernah ada investigasi atau laporan adanya penderita penyakit Minamata atau
keracunan merkuri.
 Pencemaran Cd yang pernah di dokumentasi bersumber dari buangan
pertambangan timah hitam dan Zn di Toyama, Jepang. Uap logam yang
mengandung Cd akhirnya dibawa oleh air kedalam sawah dan memasuki beras.
Beras dimakan masyarakat setempat yang akhirnya menderita keracunan Cd
yang disebut penyakit “Itai-itai”.
 TCDD atau 2,3,7,8-tetrakloro-dibenzo-p-dioxin mencemari lingkungan akibat
meledaknya pabrik kimia di Sevesso, Italia, pada tanggal 10 Juli 1976, karena
reactor yang menjadi lebih panas dari semestinya. Beberapa ribu orang terpapar
TCDD/dioxin.
 Penelitian keracunan Fluor dalam bentuk fluorosis gigi dan kerangka yang
dihubungkan dengan kadar Fluor dalam air sumur, pernah dilakukan di Punjab,
India.
 Pencemaran Pb bersumber kendaraan bermotor yang dibubuhkan ke dalam
BBM dalam bentuk Tetra Etil Lead (TEL) sebanyak 0,42 mg/l sejak 1990.
 Pencemaran laut. Semua pencemar, baik berasalkan dari udara, air dan tanah
sebagian besar akan tersalurkan air dan masuk kedalam laut.
 Trihalometan, suatu senyawa organoklorin, terbentuk dari zat organic dan
klorin. Trihalometan (THM) terbentuk dalam system pengolahan air minum
apabila menggunakan air baku yang mengandung banyak zat organic, dan
dilakukan desinfeksi klorin, seperti halnya di Indonesia.
 Insektisida di Indonesia sudah lama dipergunakan dalam industrialisasi
pertanian dan untuk pemberantasan berbagai penyakit bawaan vector, seperti
Malaria dan Demam Berdarah. Banyak yang telah dicapai tetapi banyak pula
efek samping yang terjadi, seperti resistensi insekta terhadap berbagai
insektisida dan terdapatnya pencemaran air sumur penduduk dan sayuran.
 Kebakaran hutan memberi banyak kontribus pada pencemaran udara dalam
waktu yang relative singkat.

Dari uraian sebelum ini dapat dipahami bahwa kebanyakan zat pencemar itu pada
hakikatnya dapat digolongkan kedalam zat beracun, baik yang hidup maupun yang tidak
hidup, sehingga menimbulkan berbagai efek keracunan. Saat ini Indonesia, berlaku peraturan
pemerintah (PP) no. 85 th 1999 sebagai perbaikan dan perubahan PP no.18 th 1999 tentang
limbah B3, yang mengharuskan dilakukannya pengujian berbagai limbah secara TCLP dan
bioesei untuk menentukan apakah limbah tersebut tergolong B3. Selanjutnya PP tersebut juga
menentukan diperlukan tidaknya uji bioesei lanjutan untuk melihat efek akut dan kronis zat
B3 tersebut.

1.4 Definisi
1.4.1 Toksikologi
Hakekatnya toksikologi adalah ilmu yang mempelajari racun, antara lain yang
penting adalah sebagai berikut :

 Ilmu yang mempelajari jejas atau kerusakan/ cedera pada organisme ( hewan,
tumbuhan, manusia ) yang diakibatkan oleh suatu materi, substansi, dan/atau
energy.
 Ilmu yang mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme.
 Ilmu yang mempelajari secara kuantitatif dan kualitatif pengaruh jelek dari zat
kimiawi, fisis, dan biologis terhadap system biologis.

1.4.2 Toksin atau Racun


Yang dimaksud racun disini dapat berupa zat kimia, fisis, dan biologs. Toksin
atau racun diartikan sebagai zat yang dalam dosis yang kecil dapat menimbulkan
kerusakan pada jaringan hidup ( Sax, 1957 ). Dapat diartikan juga zat yang bila masuk
kedalam tubuh dalam dosis cukup, bereaksi secara kimiawi dapat menimbulkan
kematian/kerusakan berat pada orang sehat ( Goodman&Gilma, 1956 ).

1.4.3 Keracunan Atau Intoksikasi


Yang dimaksud dengan keracunan adalah perubahan morfologi, fisiologi,
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, ataupun pengurangan usia hidup suatu
organisme dan mengakibatkan kerusakan kapasitas fungsi atau gangguan kemampuan
bertahan terhadap racun ataupun meningkatkan kerentangan organisme terhadap zat
beracun berasalkan lingkungan ( Duffus, dl Ruchiawat, 1996 ).

1.4.4 Toksisitas
Toksisitas diartikan sebagai kemampuan racun ( molekul ) untuk
menimbulkan kerusakan apabila masuk kedalam tubuh dan lokasi organ yang rentan
terhadapnya ( Sax, 1957 ).

1.4.5 Taraf Toksisitas


Taraf toksisitas dapat dinyatakan dengan angka 1-6 ataupun berbeda beda
tergantung literature yang digunakan. Taraf toksisitas dapat digunakan untuk menilai
taraf toksisitas suatu racun yang sedang di uji coba pada berbagai organisme,
tergantung dari berbagai factor sebagai berikut :

 Spesies uji
 Cara racun memasuki tubuh/ portal entry
 Frekuensi dan lamanya paparan
 Konsentrasi zat pemapar
 Bentuk, sifat kimia/fisika zat pencemar
 Kerentanan berbagai spesies terhadap pencemar.

1.5 Tujuan Toksikologi Lingkungan


Para ahli toksikologi Lingkungan diharapkan mampu :

1. Menguraikan perlunya mencari substansi yang aman, yang berarti harus


mengetahui mekanisme bagaimana racun menyerang organisme, sehingga timbul
efek atau respon yang tidak dikehendaki atau terjadi fungsi dan/ atau struktur yang
tidak normal.
2. Mencegah terjadinya efek yang tidak dikehendaki dari racun terhadap organisme
dan kualitas lingkungan.
3. Dapat membuat kriteria dasar untuk standarisasi kualitas lingkungan.
4. Dapat memperbaiki cara pengobatan karena mengetahui mekanisme terjadinya
efek, dan keracunan ataupun membuat antidotum yang dilakukan bersama ahli
farmasi.
Dari uraian diatas, dapat dimengerti bahwa setelah cukup belajar toksikologi
lingkungan, maka para ahli dapat terampil melakukan berbagai hal berikut :

1. Menilai secara objektif/ilmiah resiko yang disebabkan oleh kehadiran racun


didalam lingkungan, sehingga memerlukan pengetahuan dan keterampilan
melaksanakan metoda yang bersifat analitik, yang dikenal sebagai metoda analisis
resiko.
2. Memberi berbagai saran untuk mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan
dengan mengendalikan konsentrasi racun dalam lingkungan , sehingga tidak
membahayakan organisme.
3. Dapat meminimasi jejas/kerusakan efek dengan menggunakan teknologi bersih,
termasuk implikasi social ekonomis dan budayanya.

Anda mungkin juga menyukai