Anda di halaman 1dari 3

Story of Our Eco-Brick

Sa’diyatu Rizqie Amaliyah Firdaus | Essay | 4 June 2018


Pernahkah kau melihat tumpukan sampah didepanmu? Beritahu aku, apa yang kau rasakan?
Apakah kau merasa jijik lalu kau membiarkannya begitu saja dan pergi melewatinya? Apakah justru
kau akan membersihkannya, mengelolanya menjadi suatu hal yang memiliki nilai sehingga orang
lain akan menatapnya sebagai suatu hal yang patut dihargai? Ada banyak opini diluar sana tentang
sampah serta ada banyak orang yang berusaha memberi solusi, namun mengapa hingga kini
persoalan tentang sampah seakan menjadi masalah yang tak berujung?

Pernahkah kau mencoba berpikir tentang tidak hanya mengucapkan slogan dan peringatan untuk
membuang sampah pada tempatnya, namun juga mengelolanya dengan tepat sehingga persoalan
yang tak berujung ini akan selesai. Begitu pula denganku, ketika dua tahun yang lalu ada acara di
sekolahku. Acara itu melibatkan murid-murid, guru-guru dan staff di sekolahku. Terdapat bazaar
yang menjual berbagai macam makanan, dan sedihnya semua makanan itu dibungkus dengan
plastik dan anak-anak membiarkannya tercecer begitu saja saat makanannya telah habis. Saat itu
aku hanya berpikir bagaimana Bumi ini bisa bebas sampah kalau pemikiran kecil seperti mengelola
sampah saja belum muncul di pikiran kita.

Hingga aku bertemu dengan dua orang wanita yang baik hati dan selalu berpikiran terbuka yaitu
Bu Shanti dan Bu Shofi beserta timnya. Aku tak menyangka bahwa mereka juga memiliki
pemikiran yang hampir sama denganku. Perlahan aku tahu bahwa mereka merupakan pemilik dan
pelopor bank sampah yang ada di kotaku. Aku bangga bisa mengenal mereka yang memiliki ide-ide
kreatif. Aku dan teman-temanku di sekolah menengah atas bertemu mereka saat kami berada di
kelas akhir. Beliau dengan telaten mengajarkan kami untuk tidak lagi menganggap sampah sebagai
suatu hal yang tidak berguna. Kami diajarkan untuk mendaur ulang berbagai macam sampah,
mulai dari sampah kertas, plastik hingga sampah organik.

Beliau berdua pernah berkata jika kami bisa menyebarkan efek baik dari mengelola sampah kepada
semua orang, kami bisa ikut berpartisipasi untuk merubah keadaan Bumi menjadi lebih baik. Dari
semua sampah-sampah itu, ada yang berhasil kami ubah menjadi bros, vas bunga, tas, bahkan
lemari dan karya-karya itu memiliki nilai jual. Dari program itu pula, aku tahu bahwa sampah juga
bisa mengangkat kehidupan ekonomi masyarakat karena memiliki nilai jual yang cukup bersaing.

Namun, ada satu masalah lagi saat kami mulai gencar untuk memberitahu pada semua orang
untuk mengelola sampah menjadi barang daur ulang. Ada banyak orang yang mengatakan bahwa
untuk menghasilkan barang-barang olahan dari sampah membutuhkan waktu lama dan hal itu
hanya untuk orang-orang yang rajin dan memiliki banyak waktu, sementara mereka tak punya
cukup waktu untuk itu. Memang kuakui untuk membuat barang-barang tersebut memerlukan
waktu yang bervariasi.

Hingga akhirnya, suatu ide muncul untuk membuat Eco-Brick. Memang penampakan bentuknya
tidak seperti bata pada umumnya, namun memiliki fungsi yang hampir sama. Ide Eco-Brick
muncul karena banyaknya orang yang tidak memiliki waktu lama untuk mengelola sampah
menjadi bros, tas dan yang lainnya. Masyarakat hanya perlu menyisihkan botol bekas kosong yang
sudah dibersihkan, untuk kemudian diisi sampah. Apabila sampah dalam botol sudah penuh dan
padat, masyarakat dapat mengumpulkannya di bank sampah. Kegiatan membuat Eco-Brick
kemudian disosialisasikan ke sekolah-sekolah, termasuk di sekolahku. Pada awalnya, teman-teman
menganggap enteng kegiatan ini, namun lama kelamaan pandangan mereka tentang sampah mulai
berubah setelah melihat karya-karya yang bisa dihasilkan oleh Eco-Brick yang mereka buat seperti
kursi, meja bahkan kubah.

PAGE 1
Melalui pertemuanku dengan tim bank sampah Bu Shofi dan Bu Shanti, aku menjadi tergerak
untuk ikut mengajak teman-teman dan keluargaku membuat Eco-Brick. Dengan mengumpulkan
sampah menjadi Eco-Brick, kita juga dapat mengurangi peluang pembakaran sampah yang justru
akan menimbulkan polusi dan tentu saja masalah baru. Aku ingin semua orang yang ada di Bumi
ikut berperan aktif untuk menjaga dan melindungi Bumi dari permasalahan yang ditimbulkan oleh
manusia itu sendiri. Eco-Brick juga dapat mengurangi penggunaan kayu sebagai bahan utama
pembuatan kursi maupun meja. Eco-Brick hanya satu dari sekian banyak solusi yang bisa dilakukan
untuk menyelamatkan dan mengubah Bumi menjadi lebih baik. Apabila kita melakukannya
bersama-sama, alam pun akan menciptakan harmoni yang indah sebagai bentuk terima kasihnya
telah menjaga dan merawat Bumi.

PAGE 2

Anda mungkin juga menyukai