979 2
Ind
e
Tim Penulis:
• Ari Wulan Sari (Subdit AIDS & PMS, Kemenkes RI)
• Bayu Taruno (Subdit AIDS & PMS, Kemenkes RI)
• Deddy Darmawan (HCPI)
• Dimas Wicaksono (SUM1/FHI)
• Eka Hidayat (KPAN)
• Endang Budi Hastuti (Subdit AIDS & PMS, Kemenkes RI)
• Fetty Wijayanti (WHO)
• Jesus Maria Garcia Calleja (WHO-HQ)
• Kuntoro (WHO Consultant/UNAIR)
• Lely Wahyuniar (UNAIDS)
• Naning Nugrahini (Subdit AIDS & PMS, Kemenkes RI)
• Nurholis Majid (SUM1/FHI)
• Rizky Hasby (Subdit AIDS & PMS, Kemenkes RI)
• Riris Andono (SUM1/FHI Consultant/UGM)
• Robert Magnani (SUM1/FHI)
• Tobi Saidel (SUM1/FHI Consultant/PEMA)
• Viny Sutriani (Subdit AIDS & PMS, Kemenkes RI)
• Wiwat Peerapatanapokin (UNAIDS Consultant/East West Center)
• Yulia Rachma (Subdit AIDS & STD, MoH RI)
Kontributor:
• Achmad Taufik (Monev GFAIDS)
• Badan Narkotika Nasional Indonesia
• Badan Pusat Statistik Indonesia
• Balitbangkes, Kemenkes RI
• Dinas Kesehatan Provinsi
• GWL-INA
• HCPI
• Helwiah (NU)
Editor
• Viny Sutriani
• Fetty Wijayanti
• Tobi Saidel
5. Keterbatasan .......................................................................................... 20
6. Kesimpulan ............................................................................................. 20
7. Rekomendasi ........................................................................................... 21
8. Daftar Pustaka . ....................................................................................... 21
9. Lampiran ................................................................................................. 22
1. Pendahuluan
Proyeksi epidemi HIV terkenal kompleks, khususnya pada awal epidemi dimana
data yang dapat diandalkan terkait dengan parameter perilaku yang menggerakan
epidemi tidak tersedia. Walaupun demikian, proyeksi epidemi HIV sangat
dibutuhkan untuk menggambarkan kebutuhan berbagai layanan untuk program
pencegahan, pengobatan, dukungan dan perawatan serta memperkirakan
potensi infeksi baru yang dapat dicegah ketika melakukan analisis biaya yang
sudah dan akan diinvestasikan dalam upaya penanggulangan HIV/AIDS.
Pada awal tahun 1990-an, terdapat dua model yang digunakan untuk
memproyeksikan epidemi HIV di Indonesia - EpiModel dan IwgAIDS tetapi
model ini telah digantikan oleh pengetahuan baru tentang epidemi HIV dan
juga studi penelitian baru. Sehubungan meningkatnya kebutuhan negara-
negara untuk mendapatkan panduan mengenai metode yang paling tepat
sebagai perhitungan estimasi dan proyeksi mereka, UNAIDS dan WHO telah
membentuk Reference Group on HIV Modeling, Estimates and Projections pada
akhir tahun 1998 (http://www.epidem.org). Berdasarkan rekomendasi Reference
Group, dikembangkan sebuah model proyeksi yang lebih tepat untuk Asia. Asian
Epidemic Model (AEM) adalah sebuah model kurva-fitting dengan sejumlah
parameter perilaku yang menggambarkan suatu keadaan epidemi nasional dari
sub-epidemi pada sub-populasi khusus.
Selanjutnya pada tahun 2006 proyeksi epidemi HIV di Indonesia menggunakan
HIV Epidemiological Modeling and Impact (HEMI). Estimasi dan proyeksi ini
sudah memperhitungkan dinamika demografi dan prevalensi HIV pada populasi
tertentu dan kemungkinan penularan HIV pada daerah pedesaan dan perkotaan.
Selain itu, model ini juga sudah mengembangkan simulasi analisis sensitivitas
dari hasil intervensi dengan beberapa skenario.
Pada tahun 2008, Indonesia mulai menggunakan perangkat lunak Asian Epidemic
Model (AEM) yang memproyeksikan epidemi dengan mengkombinasikan data
prevalensi HIV dan indikator perilaku yang relevan untuk dapat menentukan
faktor yang paling mempengaruhi terjadinya infeksi HIV. Selain itu, perangkat
lunak Spectrum juga digunakan sebagai alat bantu untuk memproyeksikan
dampak epidemi HIV. Di dalam perangkat lunak Spectrum terdapat modul
untuk membuat estimasi dan proyeksi demografi dan epidemi HIV dan AIDS.
Kedua model yaitu AEM dan Spectrum telah digunakan oleh banyak negara .
Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016 1
2. Tujuan
Tujuan dari estimasi dan proyeksi HIV/AIDS tahun 2011-2016 di Indonesia
adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi epidemi HIV
saat ini dan perkiraan ke depan sehingga dapat digunakan oleh berbagai pihak
dalam merencanakan program penanggulangan HIV dan AIDS di Indonesia
yang lebih baik dan terarah. Selain itu, estimasi dan proyeksi ini juga diharapkan
dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi pelaksanaan berbagai
program penanggulangan HIV dan AIDS yang sedang berjalan serta advokasi
untuk meningkatkan komitmen berbagai pihak yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung.
Hasil estimasi dan proyeksi HIV/AIDS di Indonesia tahun 2011-2016 juga dapat
digunakan untuk melakukan analisis kebijakan dalam penanggulangan HIV dan
AIDS, menentukan prioritas program dan memperkirakan sumber daya untuk
pelaksanaan berbagai program.
3. Metodologi
Sub Direktorat AIDS & PMS Kementerian Kesehatan membentuk Kelompok Kerja
Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS yang mengerjakan beberapa langkah utama untuk
mempersiapkan Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS Nasional. Hasil dari kelompok
kerja kemudian disesuaikan dan disetujui pada forum terbatas sebagai Estimasi dan
Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia 2011-2016.
Beberapa langkah yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Estimasi dan Proyeksi HIV
dijabarkan sebagai berikut:
2. Lembar Kerja Heteroseksual berisi data perilaku seksual dari populasi Wanita
Pekerja Seks dan pelanggannya serta dari penduduk usia 15-49 tahun pada
umumnya. Data ini digunakan sebagai asumsi untuk mengisi kesenjangan
perilaku yang konservatif selama bertahun-tahun dengan mempertimbangkan
data dari survei yang ada selama beberapa tahun (2007, 2009 dan 2011).
Sumber data dan asumsi yang digunakan untuk mengisi lembar kerja
heteroseksual AEM:
• Proporsi WPS dan penduduk perempuan usia 15-49 tahun menggunakan
data dari hasil estimasi WPS tahun 2012 (31 provinsi: 0,33% dan Tanah
Papua: 0,55%).
• Proporsi higher frequency menggunakan proporsi WPS Langsung dari jumlah
WPS (31 provinsi dan Tanah Papua: 54%) dari hasil estimasi populasi WPS
tahun 2012.
• Proporsi higher frequency yang pindah menjadi lower frequency setiap
tahun untuk 31 provinsi menggunakan hasil dari STBP tahun 2011 (9%),
sedangkan untuk Tanah Papua menggunakan persentase dari nilai anggapan
(default value berdasarkan kajian internasional: 1%) yang disediakan AEM
karena tidak ada data untuk Tanah Papua.
6 Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016
• Rata-rata pelanggan per hari higher frequency menggunakan rata-rata
pelanggan WPS Langsung dari hasil STBP 2011 (31 provinsi: 1.9 dan Tanah
Papua: 1.1). Sedangkan untuk lower frequency menggunakan rata-rata
pelanggan WPS Tidak Langsung dari survei sama (31 provinsi: 1,1, Tanah
Papua: 0,34).
• Hari kerja per minggu higher frequency menggunakan rata-rata kerja WPS
Langsung dari hasi STBP 2011 (31 provinsi: 3,7 dan Tanah Papua: 5,6).
Sedangkan untuk lower frequency menggunakan data-rata hari kerja WPS
Tidak Langsung dari Surveil yang sama (31 provinsi: 4,1 dan Tanah Papua:
5,8).
• Persentase penggunaan kondom di higher frequency diambil dari proporsi
pemakaian kondom WPS Langsung pada hubungan seks komersial terakhir
dari hasil STBP tahun 2011 (31 provinsi: 73% dan Tanah Papua: 66%).
Sedangkan untuk % pemakaian kondom untuk lower frequency digunakan
data yang sama untuk WPS Tidak Langsung (31 provinsi: 60% dan Tanah
Papua: 56%).
• Data rata-rata kerja sebagai WPS tidak tersedia di 31 provinsi maupun
Tanah Papua. Oleh karena itu data tersebut dihitung dari data STBP 2011
dengan asumsi populasi WPS stabil dimana jumlah yang keluar sama
dengan yang jumlah baru diperkirakan dengan cara sebagai berikut:
- Persentase WPS Langsung yang bekerja kurang dari satu tahun adalah
34,29% untuk 31 provinsi dan 27,82% untuk Tanah Papua sehingga
estimasi lama kerja sebagai WPS Langsung di 31 provinsi adalah
1/34,29%: 2.97 tahun dan di tanah Papua adalah 1/27,82%: 3,59 tahun.
- Persentase WPS Tidak Langsung yang bekerja kurang dari satu tahun
di 31 provinsi adalah 37,86% dan 51% untuk Tanah Papua sehingga
estimasi lama kerja sebagai WPS Langsung di 31 provinsi adalah
1/37,86%: 2,64 tahun dan di Tanah Papua adalah 1/51%: 1,97 tahun.
• Persentase WPS dengan Infeksi Menular Seksual pada AEM 31 provinsi
diambil dari WPS yang terinfeksi Neisseria gonorrhoeae dan atau Chlamydia
trachomatis pada STBP tahun 2011 (WPS Langsung: 37% dan WPS Tidak
Langsung: 15%) sedangkan pada AEM Tanah Papua digunakan data dari
survei yang sama di Tanah Papua (WPS Langsung: 26% dan WPS Tidak
Langsung: 20%).
• Persentase laki-laki usia 15-49 tahun yang membeli seks dalam 1 tahun
terakhir menggunakan hasil STBP tahun 2011 (10%). Hasil ini digunakan
untuk semua tahun dengan asumsi pertumbuhan jumlah Pelanggan WPS
sama dengan pertumbuhan penduduk laki-laki usia 15-49 tahun.
3. Lembar Kerja IDU hanya diisi pada estimasi dan proyeksi di 31 provinsi,
sedangkan untuk Tanah Papua dikosongkan. Lembar kerja IDU berisi data
perilaku berisiko Pengguna Napza Suntik (Penasun) sebagai berikut:
• Proporsi penduduk laki-laki usia 15-49 tahun yang menjadi Penasun
pada tahun 2011 (0.10%) diambil dari hasil estimasi populasi kunci yang
dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2012. Pertumbuhan jumlah
Penasun diasumsikan sama dengan pertumbuhan penduduk laki-laki 15-
49 tahun sehingga proporsinya sama dengan tahun 2011.
• Dengan menggunakan hasil STBP pada populasi Penasun tahun 2011,
didapatkan hasil: Proporsi Penasun yang ada di jejaring berisiko tinggi:
36,4%, berbagi jarum: 13%, selalu berbagi jarum seminggu terakhir: 72%,
rata-rata menyuntik per hari: 1,6, persentase yang membeli seks setahun
terakhir: 24% dan tingkat konsistensi pemakaian kondom: 66%. Sedangkan
rata-rata tahun menjadi Penasun dihitung dengan rumus yang sama untuk
menghitung rata-rata tahun menjadi WPS.
• Tidak seperti di beberapa negara Asia lainnya, proporsi WPS yang juga
Penasun di Indonesia masih sangat kecil (WPS Langsung: 1%, WPS
Tidak Langsung: 2%). Oleh karena itu perilaku risiko menyuntik sebagian
8 Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016
diasumsikan tidak memberi dampak besar pada epidemi dari populasi
Penasun, sedangkan perilaku pemakaian kondom disamakan dengan
populasi WPS secara umum.
4. Lembar Kerja MSM berisi data perilaku berisiko populasi homoseksual laki-
laki. Seperti juga isian lembar kerja Heteroseksual dan IDU, data untuk isian
lembar kerja MSM sebagian besar berasal dari STBP tahun 2011. Asumsi dan
data yang digunakan adalah:
• Estimasi proporsi penduduk laki-laki usia 15-49 tahun yang homoseksual
adalah 0,6%. Data tersebut diambil dari hasil estimasi populasi LSL di
Indonesia yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan tahun 2012.
Asumsi pertumbuhan jumlah homoseksual setiap tahun juga disamakan
dengan pertumbuhan penduduk laki-laki usia 15-49 tahun.
• Umur pertama kali melakukan hubungan seks dihitung dengan cara dan
asumsi yang sama dengan rata-rata tahun sebagai WPS.
• Beberapa parameter perilaku yang diambil dari hasil STBP pada populasi
homoseksual tahun 2011 dan disamakan untuk semua tahun adalah:
- Persentase homoseksual yang melakukan anal seks 1 tahun terakhir: 73%
- Rata-rata anal seks per minggu: 1
- Biseksual (punya pasangan seks perempuan): 10%
- Persentase selalu menggunakan kondom pada seks anal seminggu
terakhir: (LSL risiko tinggi: 54% dan LSL risiko rendah: 60%)
- Persentase yang membeli seks dari pria pekerja seks: (LSL risiko tinggi:
19% dan LSL risiko rendah: 6%)
- Persentase yang membeli seks dari wanita pekerja seks: 7%
- Tingkat pemakaian kondom dengan pria pekerja seks: 62%
- Persentase pria pekerja seks yang melakukan anal seks dalam 1 tahun
terakhir: 82%
- Persentase yang pernah mengalami gejala IMS: (LSL risiko tinggi: 24%
dan LSL risiko rendah: 4,8%)
- Tingkat pemakaian kondom dengan WPS: (LSL risiko tinggi 66% and
LSL risiko rendah: 55%)
• Sementara data tingkat pemakaian kondom homoseksual dengan WPS
Langsung dan Tidak Langsung disamakan dengan data dari lembar kerja
heteroseksual, sedangkan persentase homoseksual yang menjadi pekerja seks
setiap tahunnya diambil dari data di tingkat regional (Asia Tenggara) karena
data tersebut tidak tersedia di Indonesia.
6. Lembar kerja HIV Prevalens berisi data surveilans HIV dari beberapa
populasi risiko tinggi di 31 provinsi dan Tanah Papua. Data-data tersebut
berasal dari surveilans sentinel HIV yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan tempat-tempat layanan KTS serta STBP 2011.
Data prevalensi HIV dari beberapa tempat sentinel untuk populasi WPS
dirata-ratakan karena modul AEM hanya bisa menampung satu serial data
untuk setiap populasi berisiko. Sedangkan data prevalensi HIV di beberapa
populasi seperti homoseksual laki-laki dan penduduk usia 15-49 tahun tidak
tersedia atau data yang tersedia tidak cukup untuk membuat tren prevalensi
HIV.
Data prevalensi HIV pada AEM digunakan sebagai acuan dalam penyesuaian
hasil perhitungan dari data perilaku dan probabilitas infeksi serta progresifitas
HIV/AIDS sehingga hasil pemodelan bisa lebih sesuai dengan keadaan di
Indonesia. Oleh karena itu kualitas data surveilans HIV sangat penting untuk
menentukan rentang ketidakpastian hasil estimasi dan proyeksi HIV/AIDS.
Hasil stimasi AEM digunakan sebagai asupan data Spectrum untuk
memproyeksikan konsekuensi dari angka estimasi prevalensi HIV. Dua modul
dalam Spectrum digunakan, yaitu Demographic Projection (DemProj) dan AIDS
Impact Model (AIM). DemProj memproyeksikan populasi berdasarkan umur
dan jenis kelamin dan menunjukan indikator demografis lainnya sedangkan
AIM menghitung jumlah orang yang terinfeksi HIV, kasus AIDS, kematian
akibat AIDS, anak dengan HIV & AIDS, kebutuhan ART, kebutuhan PPIA dan
akibat AIDS lainnya. Hubungan antara kedua alat bantu tersebut dijabarkan
dalam bagan 1 di bawah ini:
Data Demografi
Data Perilaku ASIAN EPIDEMIC MODEL
Data surveilans HIV
Data dan Asumsi Epidemiologi lainnya
Estimasi Proyeksi
Pravalensi
Asumsi Epidemiology
Estimasi Proyeksi
- Infeksi Baru HIV
- Kematian terkait HIV
- Kebutuhan terapi ARV
- Kebutuhan PPIA
Setelah semua data yang dibutuhkan oleh Spectrum di masukan, maka alat bantu
tersebut menghitung secara otomatis estimasi indikator dampak epidemi HIV dan
kemungkinan membuat proyeksi. Kelompok Kerja kemudian membandingkan
hasil perhitungan modul Spectrum dengan hasil dari modul AEM serta laporan
Estimasi Ukuran Populasi Kunci HIV tahun 2012.
Ada beberapa perhitungan estimasi dan proyeksi dari modul Spectrum yang
kemudian disepakati untuk tidak digunakan dalam laporan ini, seperti dampak
epidemi HIV terhadap epidemi tuberculosis dan perhitungan anak yang
kehilangan ibu dan atau ayah akibat kematian AIDS. Hal ini dilakukan mengingat
cara perhitungan dalam modul Spectrum didasari oleh hasil penelitian dampak
epidemi di Afrika dan belum tersedia data tersebut di Indonesia.
12 Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016
3.5. Estimasi Jumlah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA)
Sebelumnya estimasi jumlah ODHA nasional dihitung dengan menggunakan
metode esktrapolasi yang didasarkan pada estimasi jumlah populasi kunci HIV
dan data prevalensi HIV terbaru dari STBP dan atau surveilans sentinel HIV
Kemenkes. Metode ini cenderung mengestimasi jumlah ODHA dengan lebih
rendah karena bergantung pada laki-laki risiko tinggi yang melaporkan bahwa
mereka mereka telah membeli seks dan perempuan yang melaporkan bahwa
mereka menjual seks dalam 12 bulan terakhir, sehingga sulit untuk mengukur
mantan pelanggan dan mantan pekerja seks yang tidak melakukan transaksi 12
bulan terakhir sebelum survei dilakukan.
Keterbatasan ini dapat diatasi oleh AEM yang mengunakan “fitting”
kecenderungan jumlah ODHA untuk setiap populasi kunci dengan
mempertimbangkan data spesifik untuk setiap negara dan kecenderungan
pola epidemi untuk sejumlah besar negara di Asia dengan tingkat epidemi HIV
terkonsentrasi. Metode ini mengimbangi risiko infeksi HIV dalam periode survei
berurutan (dan bukan 12 bulan sebelumnya yang tercakup dalam sebagian besar
survei, termasuk STBP 2011). Sebagai hasilnya, jumlah estimasi ODHA dari AEM
dikoreksi untuk populasi risiko rendah yang tidak dilaporkan dalam STBP (yaitu
orang yang tidak melaporkan perilaku berisiko selama 12 bulan sebelum survei).
AEM menghasilkan estimasi jumlah ODHA tahun 2012 dengan menggunakan
data input dari laporan estimasi ukuran populasi kunci HIV tahun 2012, tingkat
dan kecenderungan prevalensi HIV pada populasi kunci, perilaku berisiko serta
pencarian pelayanan kesehatan. Perangkat lunak AEM kemudian mencocokan
sebuah garis kecenderungan ODHA untuk setiap populasi kunci yang konsisten
dengan data input dari Indonesia dan evolusi epidemi HIV di negara-negara
Asia. Garis kecenderungan yang didapat menghasilkan estimasi jumlah ODHA
setiap tahun yang konsisten dengan semua data yang tersedia.
Meskipun demikian, AEM tidak dapat memberikan estimasi jumlah ODHA di
tingkat kabupaten/kota, sehingga metode ekstrapolasi konservatif digunakan
untuk mengestimasi jumlah ODHA di tingkat kabupaten/kota. Untuk mengatasi
estimasi yang terlalu rendah dari metode esktrapolasi, jumlah ODHA yang
diestimasi kemudian disesuaikan dengan faktor koreksi. Faktor koreksi tersebut
mempertimbangkan jumlah estimasi ODHA yang dihasilkan oleh AEM dan
metode ekstrapolasi di tingkat nasional (yaitu total estimasi jumlah ODHA
kabupaten/kota) untuk setiap populasi kunci. Dengan demikian, jumlah ODHA
yang disesuaikan untuk setiap kabupaten/kota menjadi sebagai berikut:
#PLHIV(adj) = PLHIV size(district)*[1+(PLHIV(AEM)-PLHIV(national))/PLHIV(national)]
0.8
Prevalensi HIV (%)
0.2
0
2011
2 2012
2 2013 2014 2015 016
20
Tahun
Tabel 1. Estimasi dan proyeksi Jumlah ODHA Menurut Populasi Kunci di Indonesia
Tahun 2011-2016
Jumlah ODHA
Populasi Kunci
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Wanita Pekerja Seks
10.512 10.616 10.717 10.893 11.091 11.309
Langsung (WPSL)
Wanita Pekerja Seks Tidak
4.647 4.872 5.019 5.158 5.282 5.401
Langsung (WPSTL)
Pelanggan WPS (Langsung
105.325 107.784 110.076 111.978 113.909 115.954
& Tidak Langsung)
Laki-laki Seks Laki-laki
68.175 81.338 96.632 113.650 132.690 153.771
(LSL)
Pengguna Napza Suntik
29.928 27.763 26.097 24.502 22.990 21.559
(Penasun)
Waria 8.733 9.152 9.489 9.887 10.283 10.678
Pelanggan Waria 26.155 27.479 28.565 29.843 31.120 32.396
Laki-laki risiko rendah 101.604 112.921 123.959 134.638 145.123 155.477
Perempuan risiko rendah 190.349 209.898 228.089 245.770 262.768 279.276
Total 545.428 591.823 638.643 686.319 735.256 785.821
Modul AEM juga memberikan estimasi dan proyeksi jumlah infeksi HIV baru
menurut populasi berisiko, dimana secara signifikan terjadi peningkatan pada
populasi laki-laki yang melakukan hubungan seks dengan laki-laki yaitu pada
tahun 2011 sebesar 13.074 menjadi 28.640 di tahun 2016 (Tabel 2).
785821
800000 735256 160000
686319
638643
591823
85523 90915
75964 80524
400000 68307 71879 80000
36586 40349
200000 29144 32848 40000
22180 25484
0 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
785821
800000 735256 40
686319
% receiving ART ART
638643
1000000 591823 50
ODHA
600000 545428 30
% menerima
785821
800000 735256 40
PLHIV
686319
638643
% menerima ART
591823 17.92
545428 17.29 17.53 17.74
400000
600000 16.6 17.01 30 20
ODHA
0 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Year
Kematian AIDS Infeksi HIV baru ODHA
Kebutuhan ART untuk ODHA anak mengalami peningkatan dari 10.126 pada
tahun 2011 menjadi 17.626 di tahun 2016. Sedangkan ODHA anak yang menerima
ART diestimasikan sama tahun 2012-2016 yaitu sebesar 1.695 (Grafik 5).
Grafik 5. Estimasi dan Proyeksi Jumlah ODHA dan Kebutuhan ART Anak Usia 0-14
Tahun di Indonesia Tahun 2011-2016
30000 26977 50
24435
25000 Year 21871 40
19332
% menerima ART
15000 13247
11649
10126 14.55 20
15.3 12.8
10000 11.49 10.46 9.62
5000 10
1549 1695 1695 1695 1695 1695
0 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
0.8
Prevalensi HIV (%)
0.2
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
T
Tahun
Grafik 7 menggambarkan estimasi dan proyeksi ibu hamil positif HIV mengalami
peningkatan pada tahun 2011 sebesar 14.194 menjadi 19.636 di tahun 2016.
Kebutuhan layanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dan bayi yang
dilahirkan dengan HIV positif juga meningkat setiap tahun. Pada tahun 2011
diestimasikan kebutuhan PPIA sebesar 12.065 menjadi 16.691 di tahun 2016.
Sedangkan ibu yang menerima layanan PPIA diestimasikan sebesar 890 (7,38%)
pada tahun 2011 menjadi 1.688 (10,11%) di tahun 2016.
7.95 19636
18872
% menerima ART
20000 7.38 17807 8
16735
15517
14194
15000 16691 6
5000 2
1688
890 1048 1208 1368 1528
0 0
2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
Bumil Positif HIV Ibu membutuhkan PPIA
Ibu menerima PPIA % menerima PPIA
5. Keterbatasan
Keterbatasan yang dihadapi pada estimasi dan proyeksi HIV/AIDS di Indonesia
tahun 2011-2016 antara lain tidak tersedianya semua data yang diperlukan oleh
alat bantu AEM dan Spectrum dan tidak tersedianya AEM untuk menggabungkan
modul papua, non papua dan waria sehingga masih perlu dilakukan penggabungan
pemodelan bagi ketiga modul tersebut diluar alat bantu AEM yang tersedia.
Data terkait surveilans HIV di beberapa wilayah geografis utama dan kelompok
populasi sangat terbatas sehingga ketersediaan data tersebut sangat diperlukan.
6. Kesimpulan
Walaupun epidemi HIV di Indonesia biasanya dihubungkan dengan pengguna
jarum suntik (Penasun) dan pekerja seks perempuan (WPS), ternyata situasi
epidemi HIV dan AIDS telah berubah. Pada tahun-tahun mendatang, jumlah
terbesar infeksi HIV baru akan terjadi di antara laki-laki yang berhubungan seks
dengan laki-laki (LSL), diikuti oleh perempuan pada populasi umum (perempuan
risiko rendah), yang terdiri dari perempuan terinfeksi melalui berhubungan seks
dengan pasangan yang terinfeksi serta wanita yang mereka sendiri mungkin
telah terlibat dalam perilaku berisiko pada tahun sebelumnya dan mereka yang
sebenarnya telah terinfeksi HIV dan baru dapat terdeteksi di kemudian hari. Jumlah
infeksi yang cukup besar terjadi pada laki-laki yang merupakan pelanggan pekerja
seks dan laki-laki populasi umum (laki-laki risiko rendah), yang terdiri dari laki-
laki yang terinfeksi melalui hubungan seksual dengan istri-istri mereka ditambah
dengan laki-laki yang berhubungan seks dengan WPS pada tahun sebelumnya.
20 Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016
7. Rekomendasi
Pemanfaatan lebih lanjut dari estimasi dan proyeksi HIV/AIDS ini seperti
perkiraan kebutuhan sumberdaya juga perlu dilakukan untuk melengkapi
informasi bagi pemangku kebijakan sehingga dapat menentukan prioritas
program dengan berbasis pada data. Selain itu pula diperlukan alat bantu
estimasi dan proyeksi HIV/AIDS yang lebih spesifik untuk Indonesia seperti
pada kelompok waria, sehingga dapat mengakomodasi keanekaragaman
epidemi HIV di Indonesia. Hasil estimasi dan proyeksi HIV/AIDS ini berguna
untuk memenuhi kebutuhan data surveilans HIV yang baik dan menilai M&E
dan sistem surveilans rutin. Selain itu, hasil ini dapat digunakan sebagai model
dan perubahan informasi untuk merevisi estimasi dan dampak setiap 2 tahun.
8. Daftar Pustaka
Biro Pusat Statistik dan Departemen Kesehatan RI. 2004. Laporan Hasil Survei
Surveilans Perilaku (SSP) 2002-2003 di Indonesia. Jakarta: s.n., 2004.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Laporan Hasil Penelitian Prevalensi Infeksi Saluran
Reproduksi pada WPS, Indonesia Tahun 2005. Jakarta: Depkes, 2005.
Departemen Kesehatan RI. 2005. Situasi Perilaku Berisiko Tertular HIV di Indonesia,
Hasil SSP Tahun 2004-2005. Jakarta: s.n., 2005.
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Surveilans Sentinel HIV, Surveilans HIV
Generasi Kedua. Jakarta: Depkes, 2006.
Departemen Kesehatan RI. 2007. Laporan Nyata Survei Terpadu Biologis dan
Perilaku Tahun 2007. Jakarta: Depkes, 2007.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku 2007.
Direktorat Jenderal PP dan PL, 2008.
Departemen Kesehatan RI. 2008. Pemodelan Matematika Epidemi HIV di Indonesia
Tahun 2008-2014. Direktorat Jenderal PP dan PL, 2008.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Estimasi Populasi Dewasa Rawan Terinfeksi HIV
2009. Direktorat Jenderal PP dan PL, 2010.
Departemen Kesehatan RI. 2009. Laporan Hasil Survei Prevalensi Infeksi Saluran
Reproduksi pada wanita penjaja seks di Kupang, Samarinda, Pontianak,
Yogyakarta, Timika, Makassar, dan Tangerang Tahun 2006-2007. Jakarta: Depkes,
2009.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Laporan Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan
Perilaku Tahun 2009. Jakarta: Kemenkes, 2011.
Kementerian Kesehatan RI. 2011. Laporan Hasil Surveilans Terpadu Biologis dan
Perilaku Tahun 2011. Jakarta: Kemenkes, 2011.
World Health Organization. 2011. Guidelines for Second Generation HIV
Surveillance: an update: Know your epidemic. Geneva: WHO, 2011.
Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 2011-2016 21
9. Lampiran
Lampiran 9.1. Estimasi dan Proyeksi Jumlah ODHA, Infeksi HIV Baru, Kematian
AIDS dan Kebutuhan ART Dewasa & Anak di Indonesia Tahun 2011-2016
Lampiran 9.2. Estimasi dan Proyeksi Jumlah ODHA, Infeksi HIV Baru, Kematian
AIDS dan Kebutuhan ART Dewasa Usia ≥ 15 Tahun di Indonesia Tahun 2011-2016
Kematian AIDS
Infeksi HIV
ODHA
Baru
Kematian AIDS
Waria
Pelanggan Waria
LSL
WPS
Pelanggan WPS
Penasun
Laki-laki Risiko rendah
Perempuan Risiko rendah
WPS
Pelanggan WPS
Laki-laki Risiko rendah
Perempuan Risiko rendah
Lampiran 9.8. Infeksi HIV Baru Populasi Dewasa Usia ≥ 15 Tahun Menurut Cara
Penularan di 31 Provinsi Tahun 1990-2025
Seks Waria
Seks LSL
Seks Pekerja Seks
Berbagi jarum suntik
Seks Tanpa Imbalan
IstriSuami
SuamiIstri
Lampiran 9.10. Proporsi Infeksi HIV Baru Menurut Rute Penularan di 31 Provinsi
Seks Waria
Seks LSL
Berbagi jarum suntik
Seks Pekerja Seks
Seks Tanpa Imbalan
IstriSuami
SuamiIstri
Lampiran 9.12. Prevalensi HIV Populasi Dewasa Usia 15-49 Tahun di 31 Provinsi
Tahun 1995-2025
Tahun 2011
Tahun 2011
Lampiran 9.14. Hasil Analisis AEM Pada 31 Provinsi Untuk Jumlah PLHIV
Dengan Perbandingan Skenario Cakupan Program Pencegahan
Intervensi 1: TanahPapua_WPS80%
Intervensi 3: 0
Intervensi 4: 0
Intervensi 5: 0
SUMATERA UTARA
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
24 NIAS 2 2 5 2 6 9 22 19 19 47
25 MANDAILING NATAL 38 4 8 6 22 11 29 33 42 119
26 TAPANULI SELATAN 29 4 9 5 18 12 32 20 34 107
27 TAPANULI TENGAH 60 5 12 7 24 15 39 29 51 141
28 TAPANULI UTARA 37 3 7 3 12 9 24 33 37 75
29 TOBA SAMOSIR 31 2 5 2 5 7 18 34 30 41
31 ASAHAN 141 10 21 14 49 27 71 95 119 275
32 SIMALUNGUN 17 11 25 22 78 20 53 32 70 409
33 DAIRI 35 4 10 4 15 12 31 24 37 98
34 KARO 70 6 12 10 37 17 44 32 61 193
35 DELI SERDANG 32 10 21 11 39 76 198 75 123 236
SUMATERA BARAT
JAMBI
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan
Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS WPS Pelanggan
LSL Tidak Tidak Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
88 KERINCI 183 38 43 28 145 4 7 25 123 749
89 BANGKO 129 58 65 230 1.187 5 8 25 483 3.638
90 SAROLANGUN 69 14 15 33 169 6 11 22 93 567
91 BATANGHARI 29 7 8 3 13 6 10 25 28 102
92 MUARO JAMBI 18 10 11 5 24 3 5 22 27 160
93 TANJUNG JABUNG TIMUR 104 17 19 13 68 6 10 18 67 345
94 TANJUNG JABUNG BARAT 18 26 29 35 182 11 20 21 93 728
95 TEBO 99 0 2 8 51 7 12 19 54 107
96 BUNGO 37 0 1 6 39 15 26 32 44 77
97 KOTA JAMBI 695 1 4 13 86 21 36 50 237 180
98 KOTA SUNGAI PENUH 11 0 2 6 37 21 35 49 48 76
TOTAL 1.392 173 200 380 2.001 105 179 309 1.297 6.729
SUMATERA SELATAN
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan
Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS WPS Pelanggan
LSL Tidak Tidak Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
99 OGAN KOMERING ULU
67 0 1 13 85 0 0 5 49 175
(OKU)
100 OGAN KOMERING ILIR (OKI) 50 1 3 11 71 0 1 21 47 147
101 MUARA ENIM (ME) 94 1 3 3 18 6 12 34 48 39
102 LAHAT 42 0 1 6 36 4 8 53 47 71
BENGKULU
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan
Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS WPS Pelanggan
LSL Tidak Tidak Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
114 BENGKULU SELATAN 71 1 1 3 23 5 8 37 43 53
115 REJANG LEBONG 154 1 1 8 53 4 6 40 74 113
116 BENGKULU UTARA 74 1 1 6 37 5 9 7 38 82
117 KAUR 40 1 1 5 35 4 6 22 33 75
118 SELUMA 45 1 1 3 23 4 7 19 29 52
119 MUKOMUKO 60 1 1 4 28 6 10 30 40 58
120 LEBONG 39 2 2 9 60 6 10 24 44 132
121 KEPAHYANG 76 0 - 11 75 3 5 23 56 145
122 BENGKULU TENGAH 24 8 9 26 174 4 6 18 80 417
123 KOTA BENGKULU 614 2 2 9 62 3 5 60 200 135
TOTAL 1.195 18 19 86 570 43 73 282 638 1.263
LAMPUNG
KEPULAUAN RIAU
JAWA BARAT
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan
Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS WPS Pelanggan
LSL Tidak Tidak Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
158 BOGOR 441 11 15 134 1.129 154 246 348 736 1.746
159 SUKABUMI 221 5 6 63 531 31 50 54 282 822
160 CIANJUR 208 5 6 54 456 31 49 71 259 711
161 BANDUNG 315 7 9 94 790 44 71 36 399 1.222
162 GARUT 242 5 7 54 456 29 47 88 273 714
163 TASIKMALAYA 163 3 4 38 320 19 31 44 182 497
164 CIAMIS 154 3 4 34 287 21 34 43 170 449
165 KUNINGAN 114 3 3 22 185 14 22 79 133 292
166 CIREBON 242 20 26 110 924 27 43 390 558 1.526
167 MAJALENGKA 134 3 3 26 215 14 23 78 148 336
168 SUMEDANG 120 3 4 29 246 19 30 70 156 388
169 INDRAMAYU 248 21 28 116 981 55 88 73 477 1.639
170 SUBANG 108 7 9 34 288 23 37 185 215 477
171 PURWAKARTA 65 8 10 17 141 10 16 60 98 277
172 KARAWANG 53 9 12 50 422 39 63 114 232 700
173 BEKASI 276 4 3 74 182 24 36 66 172 1.079
174 BANDUNG BARAT 187 4 6 44 367 26 41 49 211 577
175 KOTA BOGOR 623 5 7 57 482 76 122 84 404 754
176 KOTA SUKABUMI 206 3 4 12 105 25 40 71 131 178
178 KOTA CIREBON 107 8 11 47 395 19 30 22 189 660
179 KOTA BEKASI 210 9 12 39 331 100 160 1.368 753 500
180 KOTA DEPOK 402 8 11 92 776 74 118 317 541 1.200
181 KOTA CIMAHI 190 2 3 41 344 46 73 39 211 522
182 KOTA TASIKMALAYA 158 2 3 19 157 10 16 158 161 241
183 KOTA BANJAR 146 1 1 3 28 7 11 26 60 46
TOTAL 6.016 166 225 1.475 13.296 1.016 1.923 4.532 8.643 19.357
DI YOGYAKARTA
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
219 KULON PROGO 128 21 44 41 210 8 14 20 133 716
220 BANTUL 270 4 8 8 37 8 14 4 89 146
221 GUNUNG KIDUL 111 4 8 10 53 6 10 24 62 160
222 SLEMAN 163 6 12 10 55 6 10 50 87 179
223 KOTA YOGYAKARTA 174 5 14 33 235 20 36 23 153 439
TOTAL 846 40 86 102 591 47 83 122 524 1.639
BALI
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
270 JEMBRANA 7 18 10 28 332 2 4 26 132 491
271 TABANAN 14 34 19 5 60 12 31 31 53 391
272 BADUNG 329 26 15 35 412 91 243 154 370 636
273 GIANYAR 19 131 74 176 2.068 77 205 26 832 3.225
275 BANGLI 11 12 7 23 268 21 57 23 127 369
277 BULELENG 139 50 28 51 604 15 40 103 308 1.048
278 KOTA DENPASAR 398 180 101 204 2.398 119 317 272 1.182 4.005
TOTAL 949 491 278 592 6.966 397 1.057 706 3.388 11.317
KALIMANTAN BARAT
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
310 SAMBAS 29 1 1 2 12 9 22 26 29 32
311 BENGKAYANG 86 0 - 33 219 2 4 4 101 426
312 LANDAK 96 1 1 13 83 3 7 15 61 167
313 KABUPATEN
129 1 1 3 23 2 4 18 49 51
PONTIANAK
314 SANGGAU 104 4 4 19 127 7 16 25 87 284
315 KETAPANG 104 1 1 2 11 8 18 33 49 25
316 SINTANG 82 1 1 3 23 7 17 28 46 55
317 KAPUAS HULU 43 2 2 6 38 4 10 13 33 89
318 SEKADAU 51 1 1 2 10 2 5 2 19 32
319 MELAWI 40 1 1 8 54 2 5 3 32 115
320 KAYONG UTARA 41 0 - 4 28 2 5 6 23 56
321 KUBU RAYA 172 1 1 1 7 7 16 19 59 23
322 KOTA PONTIANAK 108 1 1 3 17 8 49 207 126 33
323 KOTA SINGKAWANG 12 1 1 1 6 2 5 77 37 16
TOTAL 1.098 16 16 99 657 65 182 476 750 1.405
KALIMANTAN SELATAN
SULAWESI UTARA
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
365 BOLAANG
101 5 4 4 7 6 13 25 43 95
MONGONDOW
366 MINAHASA 348 6 5 2 3 5 11 68 119 76
367 KEPULAUAN SANGIHE 41 3 3 1 1 4 9 27 24 41
368 KEPULAUAN TALAUD 25 4 4 2 4 4 8 20 19 66
369 MINAHASA SELATAN 212 4 3 3 7 5 10 36 73 86
370 MINAHASA UTARA 236 5 4 1 2 6 13 32 78 65
371 BOLAANG MONGONDOW 21 2 2 1 1 4 9 20 17 32
UTARA
372 SIAU TAGULANDANG
28 3 2 0 1 3 6 18 17 28
BIARO
373 MINAHASA TENGGARA 186 3 3 2 3 3 7 19 58 53
374 BOLAANG
MONGONDOW 20 3 2 1 2 3 7 18 16 39
SELATAN
375 BOLAANG MONGONDOW 51 5 4 2 3 5 12 18 27 72
TIMUR
376 KOTA MANADO 1.913 14 12 8 15 47 101 104 559 246
377 KOTA BITUNG 130 15 13 9 17 18 38 4 58 273
378 KOTA TOMOHON 212 4 3 2 4 2 5 22 64 67
379 KOTA KOTAMOBAGU 413 5 4 4 7 3 7 22 117 96
TOTAL 3.937 79 69 41 78 119 255 452 1.287 1.336
SULAWESI SELATAN
GORONTALO
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
427 BOALEMO 87 1 1 4 24 10 17 4 38 53
428 GORONTALO 102 1 1 6 39 4 7 9 46 85
429 POHUWATO 57 1 1 4 26 8 14 6 31 56
430 BONE BOLANGO 58 1 1 8 50 4 8 4 37 107
431 GORONTALO UTARA 27 1 1 8 54 4 7 1 29 109
432 KOTA GORONTALO 208 1 1 5 31 9 16 5 71 69
TOTAL 539 5 6 34 224 41 70 29 251 478
SULAWESI BARAT
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
433 MAJENE 83 0 - 2 16 4 6 21 37 34
434 POLEWALI MANDAR 125 1 1 6 38 4 7 30 59 80
435 MAMASA 20 0 1 5 34 3 6 21 28 70
436 MAMUJU 17 1 1 2 11 13 23 22 26 27
437 MAMUJU UTARA 11 2 2 9 59 6 10 19 36 129
TOTAL 256 4 5 24 159 31 53 114 184 340
MALUKU UTARA
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
449 HALMAHERA BARAT 55 1 1 3 22 4 7 17 31 48
450 HALMAHERA
31 1 1 2 16 3 6 20 23 37
TENGAH
451 KEPULAUAN SULA 15 1 1 3 20 4 6 21 21 43
452 HALMAHERA
39 1 1 5 36 4 7 18 32 76
SELATAN
453 HALMAHERA UTARA 25 1 1 5 34 4 7 24 30 72
454 HALMAHERA TIMUR 27 2 2 8 50 4 6 18 34 110
455 PULAU MOROTAI 8 1 1 3 18 5 8 20 19 41
456 KOTA TERNATE 192 1 2 6 40 26 45 37 93 89
457 KOTA TIDORE
38 1 1 2 12 3 5 15 22 32
KEPULAUAN
TOTAL 430 8 11 37 247 57 97 191 307 548
PAPUA BARAT
Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
No Provinsi WPS Pelanggan Pelanggan Laki-laki Perempuan
WPS Pelanggan
LSL Tidak WPS Tidak
Langsung
WPS Waria Waria
Penasun risiko risiko
Langsung Langsung Langsung rendah rendah
458 FAKFAK 20 5 16 34 994 6 18 - 2.348 2.392
459 KAIMANA 3 4 13 7 199 6 19 - 595 620
460 TELUK WONDAMA 5 1 3 3 86 8 25 - 393 230
461 TELUK BINTUNI 4 13 37 77 2.227 5 14 - 4.850 5.393
462 MANOKWARI 20 1 4 5 133 8 23 - 560 349
463 SORONG SELATAN 2 0 1 8 238 3 9 - 578 535
464 SORONG 11 5 15 8 245 1 3 - 621 754
465 RAJA AMPAT 5 2 6 24 702 10 30 - 1.722 1.615
466 PEG. TAMBRAUW 0 1 3 5 133 6 19 - 420 332
467 MAYBRAT 2 1 3 2 66 7 20 - 301 193
468 KOTA SORONG 164 1 4 4 126 15 45 0 1.513 329
TOTAL 235 35 106 177 5.147 76 223 0 13.900 12.742
ISBN 978-602-235-510-6