Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MAKALAH

TEKNOLOGI PENGELOLAAN KUALITAS AIR

TEKNOLOGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH SECARA FISIKA

ISWANDI
L221 16304

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Air adalah komponen yang sangat penting untuk kelangsungan hidup.
Kebutuhan air bersih akan terus meningkat seiring bertambahnya jumlah populasi
didunia. Jumlah kebutuhan air bersih terus meningkat tiap tahun,, akan tetapi
sumber air bersih terus menurun tiap tahun. Meskipun jumlah air mencakup 70%
dari permukaan bumi, akan tetapi hanya sekitar 0.002 % yang tersedia untuk di
konsumsi oleh makhluk hidup (Alrumman dkk., 2016). WHO menyatakan bahwa
1,1 milyar manusia tidak mendapatkan air bersih.
Air merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan manusia.
Air yang terkontaminasi dapat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup. Oleh
karena itu dibutuhkan pengolahan limbah sehingga diperoleh air dengan kualitas
yang sesuai dengan standar. Proses pengolahan limbah dibagi menjadi tiga jenis,
pengolahan limbah secara fisika, kimia, dan biologi. Pemilihan metode didasarkan
pada sifat polutan. Pemilihan metode bisa salah satu atau kombinasi metode
bergantung pada sifat polutan. 2 Sebagian besar air digunakaan pada rumah
tangga, pertanian, dan industri. Penggunaan air menyebabkan munculnya air. Oleh
karena itu dibutuhkan suatu sistem pengolahan air sehingga air limbah dapat
digunakan kembali. Proses pengolahan air limbah merupakan salah satu langkah
penting untuk memperoleh air bersih akan tetapi terdapat beberapa parameter
yang perlu diperhatikan sehingga diperoleh air ang dapat digunakan kembali.
Beberapa parameter yang perlu diperhatikan seperti, Total organic carbon (TOC),
Dissolved organic carbon (DOC), Chemical oxygen demand (COD), Biological
oxygen demand (BOD) (Schutte dan Focke, 2006).
Berdasarkan metodenya proses pengolahan air limbah dibagi menjadi tiga
jenis yaitu pengolahan secara fisika, biologi, dan kimia. Pemilihan metode pada
pengolahan limbah bisa salah satu dari metode tersebut atau kombinasi dari
ketiganya. Proses pemilihan metode berdasarkan sifat polutan yang akan diolah
(Riffat, 2012). Pada makalah ini akan dibahas proses pengolahan air limbah secara
fisika.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar dapat membantu
mahasiswa dalam mengetahui metode teknologi pengolahan limbah secara fisika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengolahan air limbah secara fisik merupakan pengolahan awal (primary


treatment) air limbah sebelum dilakukan pengolahan lanjutan, pengolahan secara
fisik bertujuan untuk menyisihkan padatan-padatan berukuran besar seperti
plastik, kertas, kayu, pasir, koral, minyak, oli, lemak, dan sebagainya. Pengolahan
air limbah secara fisik dimaksudkan untuk melindungi peralatan-peralatan seperti
pompa, perpipaan dan proses pengolahan selanjutnya. Beberapa unit operasi yang
diaplikasikan pada proses pengolahan air limbah secara fisik diantaranya :
penyaringan (screening), pemecahan/grinding (comminution), penyeragaman
(equalization), pengendapan (sedimentation), penyaringan (flitration),
pengapungan (floatation).
A. Penyaringan (Screening)
Pada umumnya setiap sistem pengolahan limbah cair mempunyai unit alat
penyaring awal/pendahuluan. Proses penyaringan awal ini disebut screening dan
tujuannya adalah untuk menyaring atau menghilangkan sampah/benda padat yang
besar agar proses berikutnya dapat lebih mudah lagi menanganinya. Dengan
hilangnya sampah-sampah padat besar maka transportasi limbah cair pasti tidak
akan terganggu, misalnya bila proses transportasi limbah cair diakomodasikan
dalam sebuah saluran terbuka ataupun tertutup yang mengalir secara grativasi,
maka tidak akan dijumpai penyumbatandi sepanjang jalan saluran. Disamping itu
bila limbah cair perlu dipindahkan menggunakan pompa, maka proses screening
sungguh berfungsi menghilangkan bahan atau benda-benda yang dapat
membahayakan atau merusak pompa limbah cair tersebut. Jadi proses screening
melindungi pompa dan peralatan lainnya.
Perangkat pemproses penyaringan kasar yang biasa digunakan dikenal pula
dengan sebutan bar screen atau bar racks. Alat ini biasanya digunakan pada
intake bak penampung limbah cair untuk mencegah masuknya material besar
seperti kayu atau daun-daunan. Umumnya jarak antara bar yang tersusun pada
rack bervariasi antara 20 mm – 75 mm, bergantung pada tingkat kapasitasdan
performance unit pompa yang dipakai. Pada keadaan tertentu biasa digunakan
pula microstrainer dengan ukuran 15-64 micrometer dengan tujuan untuk
menyaring organism plankton. Microstrainer terdiri dari bingkai berbentuk
silinder yang ditutup dengan jala terbuat dari kawat tahan karat. Pada saat silinder
berputar partikel tersuspensi menempel pada bagian dalam dari permukaan
silinder yang kemudian dibersihkan dengan semburan jet air. Berdasarkan teknik
pengoperasian, screening diklasifikasi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
- Screening yang dioperasikan secara manual, screen yang dibersihkan
secara manual (mempergunakan tangan).
- Screening yang dioperasikan secara automatis,screen dengan pemisahan
padatan berlangsung secara kontinyu, pemisahan padatan dapat dilakukan
secara mekanik atau dengan aliran air limbah itu sendiri.
B. Pemecah/Grinding (comminution)
Pemecah atau grinding (comminution) merupakan unit operasi yang
diaplikasikan untuk memecah padatan yang berukuran besar menjadi partikel
yang mempunyai ukuran yang kecil dan seragam. Pada umumnya unit operasi ini
dipergunakan untuk memecah padatan yang tertahan pada screen dan padatan ini
dapat dikembalikan kedalam aliran air limbah atau dibuang.

C. Penyeragaman (Equalization)
Kualitas dan kuantitas air limbah yang dihasilkan suatu industri bervariasi
setiap waktu, hal ini dapat mempengaruhi perancangan instalasi, kebutuhan
bangunan, mesin, lahan, biaya operasional, dan kualitas hasil pengolahan. Dalam
rangka mengatasi permasalahan kualitas dan kuantitas air limbah, dibutuhkan
suatu unit operasi seperti “equalisasi (equalization)”. Equalisasi berfungsi untuk
penyeragaman kondisi air limbah, dan pengendali aliran, dalam equalisasi dapat
dilakukan proses pengadukan untuk menjaga homoginitas, injeksi udara yang
bertujuan agar limbah tidak bersifat septik atau anaerobik. Salah satu bentuk unit
operasi equalisasi dalam pengolahan air limbah seperti gambar 4.4 berikut ,
Kemiringan atau slope bak equalisasi pada umumnya mempergunakan
perbandingan 3 : 1 atau 2 : 1. Pembangunan bak equalisasi di beberapa industri
biasanya dibangun berbentuk persegi empat panjang atau rectangular dengan
kedalaman 1,5 – 2 m.
D. Sedimentasi
Sedimentasi adalah proses pemisahan partikel yang tersuspensi diair. Partikel
yang tersuspensi dia air memiliki massa jenis yang lebih besar dari air. Proses
sedimentasi merupakan pemisahan yang dipengaruhi gaya gravitasi berdasarkan
perbedaan partikel yang tersuspensi denngan larutannya (Carlsson, 1998). Proses
sedimentasi diamati pada proses pengolahan air limbah pada industri tepung
jagung. Pengamatan menunjukkan bahwa tidak semua partikel yang tersuspensi
dapat mengendap. Partikel yang lebih besar membutuhkan waktu yang lebih lama
untuk menghilangkan partikel yang lebih besar. Oleh karena itu, dibutuhkan
metode tambahan seperti mikrofiltrasi untuk menghilangkan semua Proses
sedimentasi merupakan proses pengolahan air limpartikel yang tersuspensi
(Cancino-Madariaga dan Aguirre, 2011). Saat ini metode sedimentasi terutama
diindustri terus dikembangkan dengan cara melakukan modifikasi pada tanki
sediment. Salah satunya dengan memodofikasi vortex pada tanki sedimen.
Modifikasi vortex menunjukkan terdapat peningkatan proses sedimentasi
(Ochowiak dkk., 2017).
E. Filtrasi (Filtration)
Filtrasi merupakan unit operasi yang dioperasikan dalam pengolahan air
dan air limbah. Dalam pengolahan air limbah filtrasi dioperasikan untuk
pemisahan partikel (padatan) pada effluen (pengeluaran) pengolahan air limbah
secara kimia maupun biologi serta dapat diaplikasikan pada awal pengolahan air
limbah. Pemisahan padatan dilakukan dengan mempergunakan media yang
disebut “Media Filter” merupakan bahan padat seperti pasir, batu bara, kerikil dan
sebagainya yang tersusun sedemikian rupa, padatan yang dipisahkan tertahan pada
permukaan dan sela-sela (porositas) media filter.
1. Mekanisme Filtrasi
a) Sedimentasi (sedimentation), filtrasi terjadi karena partikel yang akan
dipisahkan mengalami gaya gravitasi dan kecepatan pengendapan
partikel sehingga partikel mengendap dan berkumpul pada permukaan
media filter.
b) Intersep (interception), filtrasi terjadi karena partikel dalam aliran air
berukuran besar sehingga akan terperangkap, menempel dan dapat
menutupi permukaan media filter
c) Difusi brownian (brownian diffusion), filtrasi terjadi pada partikel yang
berukuran kecil seperti virus, partikel dalam aliran air bergerak secara
random (gerak brown), karena terdapat perbedaan kecepatan maka
partikel tersebut bergesekan dan menempel dalam media filter.
Mekanisme ini hanya terjadi untuk partikel berdiameter < 1 mikron.
d) Inersia (inertia), filtrasi terjadi karena partikel mempunyai ukuran dan
berat jenis yang berbeda sehingga kecepatan partikel dalam aliran air
berbeda-beda, akibatnya partikel akan menempel pada permukaan media
karena gaya inersia, mekanisme ini terjadi jika partikel yang berukuran
lebih besar bergerak cukup cepat dan berbenturan serta menempel dalam
media filter.
Berdasarkan mekanisme tersebut, efektivitas filtrasi akan meningkat
dengan meningkatnya ukuran partikel hal ini terjadi karena dalam filtrasi terjadi
mekanisme intersep dan sedimentasi, tetapi dapat pula terjadi sebaliknya dimana
efektivitas filtrasi akan meningkat dengan menurunnya ukuran partikel hal ini
dapat terjadi karena dalam filtrasi terjadi proses difusi.
2. Jenis Filter
a) Filtrasi lambat (slow sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media
pasir halus (fine sand) dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi
ini padatan yang tersisihkan berada dipermukaan atas pasir yang
mengakibatkan aliran air melewati media filter menjadi lambat. Partikel
menumpuk pada bagian atas pasir dan dibersihkan dengan mensecrap
lapisan atas pasir yang mengandung partikel.
b) Filtrasi cepat (rapid sand filter), pada filtrasi ini dipergunakan media
pasir berukuran besar dibagian atas dan dibawahnya kerikil, pada filtrasi
ini padatan yang tersisihkan berada disela-sela (pori-pori) media filter
yang dilaluinya. Pembersihan partikel dilakukan dengan metode
“backwashing” dengan air untuk mengeluarkan partikel dalam media
filter.
c) Multimedia fliter (multimedia filters) , pada filtrasi ini dipergunakan dua
atau lebih jenis media yang tersusun sedemikian rupa, media filter
mempunyai berat jenis yang berbeda, biasanya yang dipergunakan antrasit
(batu bara), pasir, dan kerikil. Penggunaan media filter yang berbeda
memberikan hasil yang lebih baik dibanding satu jenis media filter, dan
berat jenis yang berbeda akan menempatkan kembali media filter pada
posisi yang semula pada saat dilakukan pencucian dengan metode
backwashing.
Pengoperasian filtrasi melibatkan dua (2) proses yaitu “Filtrasi dan
Backwashing (pencucian/pengeluaran padatan dari media filter). Perancangan
(design) unit operasi filtrasi dengan media filter padat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa hal meliputi :
 Arah aliran
 Jenis dan susunan media filter
 gaya gerak
 Metode pengendalian laju aliran
Berasarkan arah aliran, filtrasi diklasifikasikan menjadi aliran ke bawah
(down flow), aliran keatas (up flow) dan aliran dua arah (biflow)
Berdasarkan jenis dan susunan media filter, jenis media filter yang
dipergunakan seperti pasir, batubara, dan kerikil dengan susunan media filter satu
lapisan media, dua lapisan media, dan tiga lapisan media. Proses backwashing
dilakukan dengan mekanisme “Fluidizing” (fluidisasi) dengan arah aliran keatas.

Berdasarkan gaya gerak, filtrasi terjadi karena gaya gravitasi atau gaya
tekan untuk mengatasi tahanan gesek media filter yang terjadi pada permukaan
media filter.

Berdasarkan pengendalian laju aliran, filtrasi dioperasionalkan pada


laju aliran air limbah yang konstan (constant-rate filtration) atau berubah-ubah
(variable-rate filtration).

Berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam operasional filtrasi yaitu :

- Karakteristik air limbah, karakteristik air limbah yang perlu diperhatikan


diantaranya konsentrasi padatan, distribusi dan ukuran padatan, serta
kekuatan padatan atau flok (untuk proses kimia)
- Karakteristik media filter, pemakaian media filter dengan ukuran terlalu kecil
mengakibatkan terjadinya peningkatan hambatan aliran, dan ukuran media
filter terlalu besar mengakibatkan beberapa padatan yang kecil tidak tertahan
(loslos) dari filtrasi
- Laju alir filtrasi, laju alir filtrasi berkaitan dengan luas penampang unit
filtrasi yang dibutuhkan, laju alir filtrasi dipengaruhi oleh ukuran dan
distribusi padatan, dan kekuatan flok. Berdasarkan pengamatan laju filtrasi
yang sesuai : 2 – 8 gallon/(ft2 menit) atau 80 – 320 Liter/(m2. Menit).
F. Flotasi (Flotation)

Flotasi (pengapungan) merupakan suatu unit operasi yang dipergunakan


untuk pemisahan padatan tersuspensi, cairan (minyak dan lemak) dalam fase cair
(air atau air limbah). Peristiwa flotasi didasarkan atas adanya gelembung gas,
biasanya menggunakan udara yang diinjeksikan kedalam air limbah. Dalam
pengolahan air limbah, flotasi dipergunakan untuk penyisihan padatan tersuspensi,
minyak, lemak, flok pada proses pengolahan air limbah secara kimia, dan lumpur
(mikroba) pada proses biologi. Keuntungan mendasar flotasi dibanding dengan
sedimentasi dalam hal pemisahan padatan tersuspensi yaitu flotasi dapat
memisahkan padatan tersupensi yang sangat kecil, ringan, dan sulit mengendap
dalam waktu relatif cepat. Pada proses flotasi, udara diinjeksikan ke dalam tangki
sehingga terbentuk gelembung yang berfungsi untuk mengapungkan padatan
sehingga mudah dipisahkan. Dengan adanya gaya dorong dari gelembung
tersebut, padatan yang berat jenisnya lebih tinggi dari air akan terdorong ke
permukaan. Demikian pula halnya dengan padatan yang berat jenisnya lebih
rendah dari air. Hal ini merupakan keunggulan teknik flotasi dibanding
pengendapan karena dengan flotasi partikel yang ringan dapat disisihkan dalam
waktu yang bersamaan.

Flotasi pada pengolahan air limbah mempergunakan udara sebagai “Flotation


Agent”, berdasarkan pemanfaatan udara ini, flotasi diklasifikasikan menjadi tiga
(3) kategori yaitu
- Dissolved-air flotation (DAF), proses flotasi dimana udara dilarutkan
kedalam air limbah, tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada
tekanan lebih besar dari tekanan atmosfir..
- Air flotation, proses flotasi dimana udara diinjeksikan secara langsung
kedalam air limbah, tekanan operasi untuk flotasi ini biasanya pada
tekanan atmosfir.
- Vacumn flotation, proses flotasi dimana udara dilarutkan kedalam air
limbah hingga mencapai tingkat kejenuhan yang dapat diperoleh dalam
tekanan vacumn atau lebih kecil dari tekanan atmosfir.
Dissolved-air flotation (DAF), dibagi menjadi tiga (3) model operasi yaitu :
1. Dissolved-air flotation dengan penekanan seluruh atau sebagian air limbah
masuk
2. Dissolved-air flotation dengan recycle penekanan
3. Dissolved-air flotation dengan Induced air flotation
Dissolved-air flotation menghasilkan gelembung gas yang lebih kecil ( 50 μm
– 100 μm) dibanding dengan induced air flotation ( 500 μm -1000 μm).
Gelembung gas yang Iebih kecil cenderung mempunyai kemampuan lebih baik
untuk menanggulangi padatan tersuspensi, oli atau minyak. Dissolved-air
flotation dengan sistem penekanan penuh atau penekanan recycle ditunjukkan
gambar 4.14 dan dissolved-air flotation dengan penekanan aliran sebagian atau
seluruhnya ditunjukkan pada gambar 4.13. Sistem penekanan sebagian berguna
untuk menurunkan luas area dari flotation. Penekanan recycle dibutuhkan
bila floc atau emulsification masih terikut dalam air limbah, laju alir recycle
menentukan kebutuhan luas daerah flotation. Variabel-variabel perancangan
(design) untuk kedua sistem ini meliputi tekanan, recycle flow, hydraulic loading,
solid loading dan retention period. Solid loading diperlukan
bila dissolved air floatationdigunakan untuk sludge thickening. sistem presurisasi
biasanya dijaga pada 40-60 psig (3-5 atm). Besarnya recycle sekitar 30 - 40 %
recycle, hydraulic loading bervariasi dari 1 - 4 gpm/ft2 dan retention
period umumnya antara 20 - 40 menit
- Analisis Flotasi

Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam perancangan flotasi


diantaranya

- Laju alir air limbah dan beban padatan (wastewater flow rate and solid
loading)
- Perbandingan udara terhadap padatan (Air/solid ratio), yang dinyatakan
sebagai volume udara/berat padatan atau berat udara/berat padatan, nilai
A/S dapat dipergunakan 0,005 – 0,060 ml/mg atau 0,0065 – 0,08 mg/mg.

- Temperatur operasional, ini berkaitan dengan kelarutan udara dalam air


pada temperatur tertentu.
- Pengolahan awal secara kimia (chemical pretreatment)
- Beban padatan akhir (Lb/jam.ft2)
- Beban aliran hidrolik (gpm/ft2)
- Perbandingan udara terhadap padatan (A/S)

Kinerja sistem flotasi udara terlarut (dissolved-air flotation) pada awalnya


tergantung pada perbandingan jumlah udara (kg) terhadap jumlah partikel
(padatan) yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat pemurnian. Besarnya
perbandingan Udara/padatan ini bervariasi untuk jenis padatan yang tersuspensi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Air dengan kualitas yang baik dapat diperoleh dengan melakukan pengolahan
air limbah.Terdapat beberapa metode yang digunakan untuk pengolah limbah
yaitu pengolahan secara kimia, fisika dan biologi. Pada pemilihan metode proses
pengolahan limbah didasarkan pada sifat polutan yang terkadung pada air. Metode
pemilihan juga tidak terpaku pada satu jenis metode saja, akan tetapi metode yang
dipilih bisa kombinasi antara dua atau lebih dari dua metode pengolahan air. Hal
ini disebabkan ketika hanya memilih satu metode, air limbah yang dihasilkan
belum memiliki kualitas yang baik
DAFTAR PUTAKA

Abidin, Z., Iryani, A., dan Mulyati, A.H. (2012),"Perbandingan Penggunaan PAC
dan Alum Sebagai Koagulan Pada Air Limbah Industri PT. Nalco Indonesia
" Alrumman, S.A., El-kott, A.F., dan Keshk, S.M. (2016), “Water Pollution:
Source & Treatment.” American Journal of Environmental Engineering,
Vol. 6, No. 3, Hal. 88– 98. Aziz, H.., Othman, N., Yusuff, M.., Basri, D.R..,
Ashaari, F.A..,

Adlan, M.., Othman, F., Johari, M., dan Perwira, M. (2001), “Removal of Copper
from Water Using Limestone Filtration Technique: Determination of
Mechanism of Removal.” Environmental Geochemistry in the Tropics and
Subtropics, Vol. 26, No. 5, Hal. 395–99. 7

Cancino-Madariaga, B., dan Aguirre, J. (2011), “Combination Treatment of Corn


Starch Wastewater by Sedimentation, Microfiltration and Reverse
Osmosis.” Desalination, Vol. 279, No. 1, Hal. 285–90.

Carlsson, B. (1998), “An Introduction to Sedimentation Theory in Wastewater


Treatment.” Systems and Control Group, Uppsala University,

Hamoda, M.., Al-Ghusain, I., dan Al-Mutairi, N.. (2004), “Sand Filtration of
Wastewater for Tertiary Treatment and Water Reuse.” Desalination, Vol.
164, No. 3, Hal. 203–11.

Iryani, A., dan Djoko Hartanto (2017), “Textile Dyes Removal By ZSM-5 From
Bangka Kaolin”

Manai, I., Miladi, B., El Mselmi, A., Hamdi, M., dan Bouallagui, H. (2017),
“Improvement of Activated Sludge Resistance to Shock Loading by Fungal
Enzyme Addition during Textile Wastewater Treatment.” Environmental
Technology, Vol. 38, No. 7, Hal. 880– 90.

Mara, D. (2013), Domestic Wastewater Treatment in Developing Countries,

Routledge, Ochowiak, M., Matuszak, M., Włodarczak, S., Ancukiewicz, M., dan
Krupińska, A. (2017), “The Modified Swirl Sedimentation Tanks for Water
Purification.” Journal of Environmental Management, Vol. 189, No.
Supplement C, Hal. 22–28.

Purnamasari, Riska Devi., Iryani, Ani & Aminingsih, Tri. (2015). "Pemanfaatan
Kacang Babi (Vicia faba) dan Biji Asam Jawa (Tamarindus indica L)
Sebagai Koagulan Alami Pada Proses Perbaikan Kualitas Air". Program
Studi Kimia Fakultas MIPA UNPAK Purnamasari, Riska Devi., Ani Iryani,
Tri Aminingsih., “Pemanfaatan Kacang Babi (Vicia faba) dan Biji Asam
Jawa (Tamarindus indica L) Sebagai Koagulan Alami Pada Proses
Perbaikan Kualitas Air,” 2015.

Rajamanickam, R., dan Baskaran, D. (2017), “Biodegradation of Gaseous


Toluene with Mixed Microbial Consortium in a Biofilter: Steady State and
Transient Operation.” Bioprocess and Biosystems Engineering, Vol. 40, No.
12, Hal. 1801–12.

Riffat, R. (2012), Fundamentals of Wastewater Treatment and Engineering, CRC


Press, Roslev, P., Vorkamp, K., Aarup, J., Frederiksen, K., dan Nielsen,
P.H. (2007), “Degradation of Phthalate Esters in an Activated Sludge
Wastewater Treatment Plant.” Water Research, Vol. 41, No. 5, Hal. 969–76.

Samer, M. (2015), “Biological and Chemical Wastewater Treatment Processes.”


Dalam Wastewater Treatment Engineering, , diedit oleh Mohamed Samer,
Ch. 01InTech, Rijeka.

Schutte, F., dan Focke, W. (2006), “Handbook for the Operation of Water
Treatment Works.” Water Research Commission, The Water Institute of
Southern Africa,.

Sdiri, A., Higashi, T., Jamoussi, F., dan Bouaziz, S. (2012), “Effects of Impurities
on the Removal of Heavy Metals by Natural Limestones in Aqueous
Systems.” Journal of Environmental Management, Vol. 93, No. 1, Hal. 245–
53.
Soraya, D., Iryani, A., dan Mulyati, A.H. (2012),“ WASTEWATER
TREATMENT AT PT. X BY ACTIVE SLUDGE ( Pengolahan Limbah
Cair PT. X Secara Lumpur Aktif )." Universitas Pakuan Bogor

Srivastava, N.K., dan Majumder, C.B. (2008), “Novel Biofiltration Methods for
the Treatment of Heavy Metals from Industrial Wastewater.” Journal of
Hazardous Materials, Vol. 151, No. 1, Hal. 1–8.

Anda mungkin juga menyukai